Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Konsep Determinan Sosial Kesehatan dan Keterkaitannya


dengan Depresi Pada Remaja

Disusun oleh:
Kelompok 5

Zulfa Anida 101811133062


Byong Muhammad Rashadri 101811133147
Kamilah Fihir Bawazir 101811133150
Nurul Adha Hidayah Lubis 101811133231

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
BAB I
KONSEP DETERMINAN SOSIAL

1.1 Konsep Determinan Sosial


Menurut WHO Social Determinants of Health adalah kondisi sosial yang
mempengaruhi kesempatan seseorang untuk memperoleh kesehatan. Kemiskinan,
kekurangan pangan, masa muda yang tidak sehat, ketimpangan sosial dan diskriminasi,
serta rendahnya status pekerjaan merupakan penentu penting dari terjadinya penyakit,
ketidakseimbangan kesehatan antar maupun di dalam sebuah negara, dan kematian.
Komisi Global WHO untuk Social Determinants of Health (CSDH)
menyimpulkan bahwa ketidakadilan sosial membunuh dalam skala besar. Secara khusus,
Komisi mengidentifikasi ketidaksetaraan dalam kondisi dimana orang dilahirkan, hidup,
bekerja dan usia didorong oleh ketidaksetaraan dalam kekuasaan, uang dan sumber daya
yang mendorong ketidaksetaraan dalam kesehatan. Ketidaksetaraan kesehatan terlihat
antara yang kaya dan miskin, antara pedesaan dan perkotaan, dan antara kelompok
masyarakat yang diuntungkan dan terpinggirkan.
Determinan sosial berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan di dalam
kelompok masyarakat yang disebut determinan sosial kesehatan dan mempengaruhi
kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat menjadi tolak
ukur status kesehatan masyarakat. Determinan sosial merupakan proses yang membentuk
perilaku di dalam masyarakat.
Terdapat beberapa faktor determinan sosial, yaitu:
1. Stress
Stress adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang dan cemas pada
individu atau kumpulan individu dikarenakan adanya ketidakseimbangan
diantara tuntungan dan kemampuan respon yang dihadapkan dengan
kesempatan dan pembatas yang diinginkannya dengan ditandai oleh
ketegangan emosional yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik
(Agoes dkk, 2003).
2. Early Life
Fondasi kesehatan orang dewasa dimulai dalam rahim dan selama
periode perinatal dan anak usia dini. Berbagai domain perkembangan anak
usia dini-fisik, sosial/emosional dan bahasa/kognisi sangat mempengaruhi
keberhasilan sosial, partisipasi ekonomi, dan kesehatan.
3. Social Exclusion
Social exclusion merupakan istilah yang menggambarkan
ketidakberuntungan sosial dan kurangnya sumber daya, kesempatan,
partisipasi dan keterampilan (McLachlan et al. 2013). Social exclusion melalui
diskriminasi atau stigmatisasi dapat menyebabkan kerusakan psikologis dan
membahayakan kesehatan melalui stres dan kecemasan jangka panjang.
Kesehatan yang buruk juga dapat menyebabkan pengucilan sosial.
4. Work
Stres di tempat kerja meningkatkan risiko penyakit. Bukti
menunjukkan bahwa stres di tempat kerja memainkan peran penting dalam
berkontribusi terhadap perbedaan besar dalam kesehatan, ketidakhadiran
penyakit dan kematian dini yang terkait dengan status sosial. Studi juga
meneliti peran tuntutan di tempat kerja. Beberapa menunjukkan interaksi
antara tuntutan dan kontrol. Pekerjaan dengan permintaan tinggi dan kontrol
rendah membawa risiko khusus. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
dukungan sosial di tempat kerja dapat mengurangi efek ini. Hasil ini
menunjukkan bahwa psikososial lingkungan di tempat kerja merupakan
kontributor penting untuk gradien sosial dalam kesehatan yang buruk.
5. Employment
Keamanan kerja meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kepuasan
kerja.
6. Social Support
Social support adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun
non verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari
hubungan sosial yang akrab, yang membuat individu merasa diperhatikan,
bernilai dan dicintai, sehingga dapat menguntungkan bagi kesejahteraan
individu. (Gottlib, 1983)
7. Addiction
Seseorang yang merasakan kecanduan akan suatu hal seperti, kecanduan obat,
kecanduan rokok, dan kecanduan lainnya akan dapat merusak kesehatan fisik
maupun psikis. Individu yang ketergantungan akan sesuatu akan sulit untuk
menghentikannya, yang akhirnya akan mempengaruhi kesehatan.
8. Food
Pola makan yang baik dan pasokan makanan yang cukup adalah pusat
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Kekurangan pangan dan
kurangnya variasi menyebabkan gizi buruk dan penyakit defisiensi. Asupan
berlebih (juga merupakan bentuk malnutrisi) berkontribusi terhadap penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker, penyakit mata degeneratif, obesitas, dan
karies gigi. Kemiskinan makanan ada berdampingan dengan banyak makanan.
Masalah kesehatan masyarakat yang penting adalah ketersediaan dan biaya
makanan yang sehat dan bergizi. Akses ke makanan yang baik dan terjangkau
membuat lebih banyak perbedaan pada apa yang dimakan orang daripada
pendidikan kesehatan.
9. Transport
Bersepeda, berjalan kaki, dan penggunaan transportasi umum
meningkatkan kesehatan dalam empat cara. Hal ini dapat mengurangi
kecelakaan fatal, meningkatkan kontak sosial dan mengurangi polusi udara.
1.2 Konsep Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang
menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dihormati, dan
dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik (King,
2012:226). Dukungan sosial sangat penting untuk dipahami karena dukungan sosial
menjadi sangat berharga ketika individu mengalami suatu masalah oleh karena itu
individu yang bersangkutan membutuhkan orang-orang terdekat yang dapat dipercaya
untuk membantu dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang membutuhkan terutama
orang-orang yang mengalami depresi, mempunyai ikatan sosial yang lemah (David E., F.
Hybels, Proeschold-Bell, 2018) yang mempunyai hubungan dengan orang lain demi
kelangsungan hidupnya di tengah tengah masyarakat karena manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial.
Menurut Cohen dan Syme (dalam Andarini dan Fatma, 2013), terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, yaitu :
a. Pemberian Dukungan : diperoleh dari orang-orang yang memiliki arti penting
dalam pencapaian kehidupan sehari-hari
b. Jenis Dukungan : Jenis dukungan yang diterima akan berarti bila dukungan
tersebut bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada
c. Penerimaan Dukungan : Penerimaan dukungan seperti kepribadian, kebiasaan,
dan peran sosial akan menentukan keefektifan dukungan
d. Permasalahan yang dihadapi : Dukungan yang tepat dipengaruhi oleh
kesesuaian antara jenis dukungan yang diberikan dan masalah yang ada
e. Waktu Pemberi Dukungan : Dukungan sosial dapat berguna di satu situasi
tetapi dapat tidak optimal dalam situasi lain. Lamanya pemberian dukungan
sosial tergantung pada kapasitas kebutuhan seseorang.
Dukungan sosial didapatkan dari hubungan sosial yang akrab (orang tua, saudara,
guru, teman sebaya, lingkungan masyarakat) atau dari keberadaan individu yang
membuat individu merasa diperhatikan, dinilai dan dicintai (Sarason dalam Fatwa, 2014).
Sarafino (dalam Winda, 2013) menyebutkan bahwa beberapa aspek yang harus dipenuhi
sehingga tercipta dukungan sosial yang baik:
a. Dukungan emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian.
misalnya mengucapkan bela sungkawa terhadap individu yang kehilangan salah satu
keluarganya.
b. Dukungan penghargaan, yaitu terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif
bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu dan perbandingan positif dengan orang lain. Misalnya orang-orang yang
kurang mampu atau lebih buruk keadaanya (menambah penghargaan diri)
c. Dukungan instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk mempermudah
perilaku yang secara langsung untuk mempermudah perilaku secara langsung
menolong individu. Misalnya memberikan bantuan langsung kepada korban bencana
alam
d. Dukungan informatif, yaitu mencakup memberikan masukan atau saran dan umpan
balik
Lalu, terdapat beberapa bentuk dukungan sosial lainya menurut Cohen & Hoberman
(dalam Isnawati & Suhariadi, 2013:3) yaitu:
1. Appraisal Support
Yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan pemecahan suatu
masalah untuk membantu mengurangi stressor.
2. Tangible Support
Yaitu bantuan yang nyata berupa tindakan atau bantuan fisik dalam menyelesaikan
tugas.
3. Self-Esteem Support
Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten atau harga diri
individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok dimana para
anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem.
4. Belonging Support
Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa
kebersamaan.
Adapun sumber informal social support yang sangat penting bisa didapatkan dari
keluarga yaitu orang tua, pasangan dan kerabat lainnya. Sumber yang lain diantaranya
teman, partner, teman kerja, teman sejawat, dan tetangga. Pada social support formal
bersumber dari pelayanan-pelayanan kesehatan seperti self-help group, pusat informasi
dan komunitas pelayanan formal lainnya.
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, misalnya anggota
keluarga, teman dekat, atau relasi. Sedangkan dukungan sosial artifisial adalah dukungan
sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial
akibat bencana alam melalui sumbangan sosial.
Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari
beban dan label psikologis terbagi atas:
1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga
Mereka adalah orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber
dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya
ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai
fungsi-fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti
membangkitkan perasaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan
persahabatan yang berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi
anggota-anggotanya.
2. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman
Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional
sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini
berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial yaitu
pemberi dukungan sosial.
3. Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap korban kekerasan.
Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional
sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini
berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial yaitu
pemberi dukungan sosial.
Dampak positif dari individu yang menerima dukungan sosial dari orang lain
dengan tepat, yaitu dapat menjadi coping stres ketika individu memiliki masalah, dan
dapat memberikan kesejahteraan dalam diri individu itu (Fabian dkk, 2017). Dampak
positif bagi individu yang menerima dukungan sosial dari orang lain, individu tersebut
akan lebih mampu melakukan penyesuaian diri di lingkungannya, ataupun menyesuaikan
diri dalam keadaan atau masalah yang dialami (Amylia & Surjaningrum, 2014).
BAB II
DESKRIPSI MASALAH

Depresi adalah gangguan psikologis yang paling umum ditemui, (Rosenhan &
Seligman, 1989). Depresi merupakan gangguan yang terutama ditandai oleh kondisi emosi
sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal (APA,
1994). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa banyak masalah kesehatan
mental yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dan awal remaja. Studi terbaru
menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental, khususnya depresi, merupakan penyebab
terbesar dari beban penyakit di antara individu pada usia awal (WHO, 2016). Depresi
menjadi maladaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas yang tinggi dan menetap.
Depresi merupakan gejala yang wajar sebagai respon normal terhadap pengalaman hidup
negatif, seperti kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau status sosial. Dengan
demikian, depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal
sampai depresi klinis (Carson & Butcher, 1991).
Gejala-gejala depresi normal, seperti perasaan-perasaan tidak bersemangat, sedih,
merasa tanpa harapan, dan lain-lain biasanya tidak berlangsung lama. Berikut ini beberapa
gejala depresi secara spesifik:
a. Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi
atau aktivitas yang sebelumnya disukai
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan
(diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, dan menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, dan memutuskan sesuatu
b. Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa secara terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya atau tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitif
7. Kehilangan rasa percaya diri
c. Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
Ketika seorang individu berhasil mengatasi gejala-gejala tersebut, suatu cara pandang
baru yang lebih dewasa akan muncul. Disini depresi normal bisa dilihat sebagai pengalaman
yang adaptif (Carson & Butcher, 1991). Dalam kasus depresi mayor, individu akan
mengalami kesedihan yang mendalam, kehilangan gairah terhadap hal-hal yang
menyenangkan atau yang dulu diminati. Depresi mania adalah depresi mayor yang diselingi
periode-periode mania, yang ditandai dengan perasaan gembira, optimisme, dan gairah
meluap-luap yang berlebihan. Selain itu, terkait dengan aspek kognitif depresi, individu
depresif memusatkan perhatian secara selektif pada kemungkinan-kemungkinan dan
aspek-aspek buruk dalam hidup dan lingkungan. Hal ini kemudian mendorong individu
depresif mengembangkan cara berpikir yang depresif, seperti memandang diri secara inferior,
pesimis terhadap masa depan, merasa bersalah berlebihan, dan pola-pola perilaku yang
menghukum. Dalam depresi yang berat, distorsi kognitif ini mengarah pada membayangkan
(ideasi) bunuh diri dan kadang bahkan pada percobaan bunuh diri (Rosenhan & Seligman,
1989). Selain itu, terkait dengan aspek kognitif depresi, individu depresif memusatkan
perhatian secara selektif pada kemungkinan-kemungkinan dan aspek-aspek buruk dalam
hidup dan lingkungan. Hal ini kemudian mendorong individu depresif mengembangkan cara
berpikir yang depresif, seperti memandang diri secara inferior, pesimis terhadap masa depan,
merasa bersalah berlebihan, dan pola-pola perilaku yang menghukum. Dalam depresi yang
berat, distorsi kognitif ini mengarah pada membayangkan (ideasi) bunuh diri dan kadang
bahkan pada percobaan bunuh diri (Rosenhan & Seligman, 1989).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017a) menyatakan bahwa depresi dan
kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari
200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan. Sementara itu
jumlah penderita depresi sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan
hampir separuhnya berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Depresi merupakan
kontributor utama kematian akibat bunuh diri, yang mendekati 800.000 kejadian bunuh diri
setiap tahunnya. Menurut catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2018), prevalensi gangguan emosional pada penduduk
berusia 15 tahun ke atas, meningkat dari 6% di tahun 2013 menjadi 9,8% di tahun 2018.
Prevalensi penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1%. Hasil penelitian Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO, 2019) menunjukkan bahwa depresi dan kecemasan menyebabkan
kerugian ekonomi global sebesar 1 triliun USD setiap tahunnya akibat hilangnya
produktivitas sumber daya manusia. Laporan WHO tahun 2014 menunjukkan bahwa hampir
800.000 orang meninggal karena bunuh diri. Dikatakan lebih lanjut bahwa ada 1 orang
meninggal akibat bunuh diri setiap 40 detik. Angka percobaan bunuh diri diperkirakan 20-25
kali lipat jumlah kematian akibat bunuh diri. Tujuh puluh delapan persen bunuh diri terjadi di
negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Meskipun bunuh diri terjadi pada segala
rentang usia, tetapi data tahun 2015 menunjukkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab
kedua kematian pada usia 15 – 29 tahun (WHO, 2017a).
Depresi memiliki dampak negatif pada kondisi kesehatan korban baik secara psikis
maupun fisik. Depresi mempengaruhi kualitas hidupnya di keseharian hingga berkelanjutan.
Penderita depresi dapat mengalami gangguan psikosomatik dan psikososial yang tentu akan
berdampak lebih luas dengan kondisi kesehatan yang mereka miliki. Dari kasus depresi ini,
kami mengaitkan dengan konsep Determinan Sosial pada kesehatan untuk mengetahui apa
saja yang bisa terjadi pada faktor-faktor determinan sosial kesehatan dengan depresi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Stres dengan Depresi


Setiap orang pasti mengalami berbagai masalah dan rintangan dalam
hidupnya. Jika seseorang dalam hidupnya mudah putus asa dan tidak kuat
menghadapi masalah hidupnya, orang tersebut bisa mengalami depresi bahkan bisa
menjadi stress. Depresi bukan saja dialami oleh orang dewasa tetapi anak-anak juga
bisa mengalami depresi yang tidak mengenal kelas sosial.
Menurut (Kartono, 2002), semakin sering seseorang mengalami depresi, maka
semakin sering pula seseorang tersebut mengalami stress, hal tersebut mengakibatkan
kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya.
Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri
dan trauma psikis. Suasana hati yang buruk yang ditandai dengan kesedihan yang
berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi
motivasi untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari maupun pada hubungan
interpersonal.
3.2 Early Life dengan Depresi
Early life merupakan masa-masa ibu ketika mengandung janin. Early life dapat
mempengaruhi determinan sosial kesehatan karena kondisi ibu (makanan yang
dikonsumsi ibu, tingkat stress, konsumsi obat-obatan, dan lain-lain) dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Oleh karena itu, sebaiknya ibu menjaga kondisi kesehatannya supaya
janin tetap sehat. Namun, dalam kehamilan, terdapat beberapa ibu yang mengalami
gangguan kesehatan, mulai dari kurangnya nafsu makan hingga kondisi mental yang
tidak stabil. Kondisi yang dialami ibu tersebut dapat mempengaruhi janin yang ada
dalam kandungan. Berikut ini beberapa dampak early life yang dapat menjadi penyebab
depresi pada remaja :
1. Alergi
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwasanya stres yang dialami ibu ketika
hamil mampu meningkatkan resiko alergi pada bayi di kemudian hari. Hal ini
terjadi sebab saat depresi, janin akan menyerap hormon kortisol yang diproduksi
oleh ibu sewaktu mengalami stress. Bayi dengan kadar hormon kortisol yang
tinggi memiliki resiko lebih besar mengidap alergi dibandingkan bayi dengan
kadar hormon kortisol yang rendah.
2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Sebagaimana diungkapkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Jurnal Brain, Behavior and Immunity, bahwa ibu hamil yang sering mengalami
tegang, panik, dan cemas berlebihan akan dapat melemahkan sistem kekebalan
bayi ketika bayi berusia 6 bulan.
3. Kekurangan asupan nutrisi
Apabila selama masa kehamilan ibu tidak mengkonsumsi makanan
dengan nutrisi yang sehat, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
pada janin yang dikandung, mulai dari Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang
dapat menyebabkan stunting, terhambatnya tumbuh kembang anak, dan
mempengaruhi struktur dan fungsi otak pada intelektual anak, Bayi Lahir Rendah
(BBLR), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang dapat
menghambat perkembangan motorik kasar maupun halus, personal-sosial,
adaptasi, serta komunikasi anak.
3.3 Work dengan Depresi
Beban pekerjaan yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat tingkatkan risiko
stres yang dapat berujung depresi. Depresi pada pekerjaan dapat membuat produktivitas
pekerjaan menjadi menurun selain itu karyawan dapat mengalami penurunan semangat
dalam bekerja. Sebagian besar pemicu terkadang berkaitan langsung dengan jenis
pekerjaan yang dijalani, lingkungan kantor, keterampilan dan kompetensi karyawan,
serta peran perusahaan dalam menjalankan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
Melansir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada beberapa faktor risiko lain yang
memicu seseorang mengalami depresi pada pekerjaannya, seperti:
1. Kebijakan mengenai keselamatan karyawan.
2. Komunikasi yang kurang baik dengan perusahaan.
3. Jam kerja yang kurang fleksibel.
4. Pembagian tugas yang tidak dijelaskan dan tidak merata.
5. Adanya perundungan di dalam kantor.
3.4 Employment dengan Depresi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Saeed (2012) bahwa status pekerjaan dan
pendapatan yang rendah memiliki kejadian depresi lebih tinggi. Dampak pengangguran
dapat meningkatkan risiko stres, depresi, hingga gangguan kecemasan. Status pekerjaan
memiliki hubungan erat dengan kesejahteraan masyarakat karena dengan bekerja
seseorang dapat mendapatkan pemasukan, status sosial yang lebih tinggi, dan interaksi
sosial dengan orang lain (Mcdaid, 2007).
3.5 Social Exclusion dengan Depresi
Makna social exclusion menggambarkan bahwa inti dari kehidupan kelompok
yang terisolasi secara sosial adalah mereka yang hidupnya dalam kemiskinan,
menganggur dan hidup dalam kurang beruntung. Social exclusion terjadi ketika ada
kelompok mengalami perbedaan perlakuan, dimana setiap manusia berhak menerima
perlindungan dan kesejahteraan. Beall dan Piron (2005) menjelaskan, social exclusion
merupakan proses peminggiran sosial terhadap beberapa kelompok yang didiskriminasi
atas dasar etnis, ras, agama, orientasi seksual, kasta, keturunan, gender, usia, kecacatan,
HIV, migran atau berdasarkan lokasi dimana mereka tinggal. mereka juga dirugikan
karena lokasi tempat tinggal tidak tersentuh oleh kegiatan pembangunan.
Orang yang berada dalam golongan pendapatan rendah, status pendidikan yang
rendah, dan pekerjaan tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi dalam kemungkinannya
mengembangkan permasalahan psikologis (Townend & Grant, 2008). Kesenjangan sosial
yang terjadi membuka peluang bagi para siswa (remaja) mendapatkan respon negatif dari
lingkungan.
3.6 Social support dengan Depresi
Depresi adalah gangguan mental yang mempengaruhi lebih dari 350 juta jiwa di
seluruh dunia. Itu secara signifikan berkontribusi terhadap beban morbiditas dan
berhubungan dengan penurunan kualitas hidup yang tidak memadai dan fungsi normal
pasien (World Health Organization, 2015). Depresi adalah perasaan sedih,
ketidakberdayaan, dan pesimisme yang terkait dengan penderitaan yang diarahkan pada
diri mereka sendiri atau perasaan marah yang dalam. Depresi dapat terjadi secara spontan
atau sebagai reaksi terhadap perubahan dalam hidup, seperti ketidakmampuan mental
atau mental yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain, suasana kesedihan.
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam memprediksi
kesehatan fisik dan kesejahteraan semua orang, mulai dari masa kanak-kanak sampai
orang dewasa. Tidak adanya dukungan sosial menunjukkan beberapa kelemahan antara
individu-individu, dalam kebanyakan kasus dukungan sosial juga dapat memprediksi
buruk kesehatan fisik dan mental pada seseorang. Hampir setiap orang tidak mampu
menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain.
Dukungan sosial keluarga merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan
masalah. Dukungan keluarga yang juga merupakan dukungan sosial sangat diperlukan
oleh setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Hal tersebut akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang mengalami depresi, disinilah peran anggota keluarga
diperlukan untuk menjalani masa-masa tersebut agar pulih dengan cepat. Dukungan
keluarga yang diberikan kepada seseorang yang mengalami depresi meliputi dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan penilaian.
Dukungan emosional yaitu dukungan dalam bentuk empati, cinta, kepercayaan dan
penghargaan. Bentuk dukungan emosional berupa keluarga peduli apabila penderita
mengalami gejala psikosomatis, keluarga mendengarkan keluhan-keluhan anggota
keluarganya yang menderita sakit. Dukungan instrumental yaitu keluarga menolong
secara langsung kesulitan yang dihadapi. (Resita, Ariyanto, & Baroya, 2015)
3.7 Addiction dengan Depresi
Masalah-masalah lain yang dapat menutupi terdiagnosisnya depresi adalah
penyalahgunaan alkohol atau zat adiktif untuk mengatasi depresi atau depresi yang
muncul dalam bentuk gangguan perilaku (Amir, 2016). Gejala depresi dapat muncul
dalam keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu
hati, sakit kepala terus menerus, dan lain-lain. Banyak remaja yang melampiaskan
depresinya pada zat adiktif, seperti narkoba, alkohol, dan juga rokok. Mereka
beranggapan bahwa mengkonsumsi zat tersebut adalah bentuk pengobatan diri untuk
menenangkan perasaan dan dianggap menjadi suatu alternatif untuk mengatasi depresi.
Faktanya, depresi yang diderita dapat semakin berbahaya apabila diiringi dengan
konsumsi zat adiktif. Semua jenis zat adiktif ini menyebabkan ketagihan. Semakin
banyak mengkonsumsinya, maka efek yang ditimbulkan terhadap tubuh juga semakin
banyak.
3.8 Food dengan Depresi
Kurangnya asupan gizi, kebiasaan mengkonsumsi junk food akan menimbulkan
berbagai masalah kesehatan, seperti risiko serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan
obesitas. Hal ini sering ditemukan pada anak - anak dan remaja sekolah, padahal mereka
membutuhkan asupan gizi yang cukup Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa
konsumsi junk food dapat menyebabkan depresi. Hasil penelitian menunjukan adanya
hubungan antara konsumsi junk food dan kejadian depresi pada anak. Lalu terdapat
korelasi positif antara konsumsi junk food, minuman manis, kembang gula dan makanan
ringan terhadap psikiatrik distress, salah satunya depresi (Sheroze dkk, 2016).
3.9 Transportation dengan Depresi
Peneliti dari Stanford Calming Technology Lab menyebutkan bahwa sistem
pernafasan yang dangkal dan detak jantung meningkat biasanya menandakan stres. Dan
hal itu umumnya ditemukan pada pekerja yang mengandalkan kendaraan bermotor
sebagai alat transportasi pribadi. Jadi para pekerja yang biasa pergi ke kantor
menggunakan alat transportasi umum maupun bersepeda terbukti memiliki tingkat stres
yang lebih rendah, apalagi jika dibandingkan dengan pekerja lain yang mengendarai
motor atau mobil pribadi. Hal tersebut terjadi karena penggunaan alat transportasi umum
dapat meningkatkan kontak sosial.

Pada penderita depresi bentuk social support yang dapat diberikan yakni:
a. Appraisal support: apabila kita menemui fenomena depresi yang ada di sekitar yang
dialami oleh teman atau keluarga, kita dapat memberikan dukungan untuk
menciptakan rasa nyaman sampai penderita tersebut dapat menceritakan apa yang ia
alami, sehingga kita dapat memberikan saran dan solusi terhadap masalah yang ia
hadapi.
b. Tangible support : lalu apabila upaya pemberian saran yang kita berikan tidak cukup
untuk meredakan rasa tertekan yang dihadapi, maka kita dapat menjadi mediator
apabila merasa depresi dikarenakan masalah antar individu, ataupun menemani ke
professional seperti ke psikolog atau psikiater jika depresi mengantarkan penderita
merasakan psikosomatis.
c. Self esteem support: dengan menemui professional, maka penderita depresi akan
merasa lebih baik dari sebelumnya karena diberikan penanganan tersendiri, melalui
fase merasa lebih baik itulah kita dapat menyemangati ia untuk kembali percaya diri
dalam menghadapi masalah yang ada sehingga ia dapat menyelesaikan sebab
depresinya dengan segera.
d. Belonging support: namun apabila ia merasa jauh lebih baik bukan berarti kita sebagai
pemberi social support selesai dalam melakukan pendampingan untuk meredakan
depresi yang ia rasakan, kedepannya hendaknya kita memberikan keyakinan pada
penderita depresi bahwa ketika ia merasakan hal yang sama kembali, ia dapat
bercerita pada kita, untuk mencari bala bantuan sehingga tidak terjadi keparahan yang
sama.
BAB IV
KESIMPULAN

Determinan sosial adalah sebuah kondisi di mana orang dilahirkan, tumbuh, hidup,
bekerja, dan tua, termasuk di dalamnya kondisi sistem kesehatan. Determinan sosial
kesehatan merupakan proses yang membentuk perilaku di dalam masyarakat.

1. Stress dengan depresi: Semakin seseorang sering mengalami depresi, maka semakin
sering pula seseorang tersebut mengalami stress
2. Social exclusion dengan depresi: Adanya kesenjangan sosial (golongan pendapatan
rendah, status pendidikan yang rendah, dan pekerjaan) maka akan mendapatkan
pengasingan sosial dari lingkungannya, sehingga dapat menimbulkan depresi.
3. Work dengan Depresi: Depresi pada pekerjaan dapat membuat produktivitas
pekerjaan menjadi menurun selain itu karyawan dapat mengalami penurunan
semangat dalam bekerja.
4. Employment dengan Depresi: status pekerjaan dan pendapatan yang rendah memiliki
kejadian depresi lebih tinggi.
5. Social Support dengan depresi: Penderita depresi membutuhkan dukungan sosial dari
orang terdekat seperti orang tua, teman dekat atau sahabat, Tidak hanya bentuk
dukungan sosial namun juga dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informasional, dan dukungan penilaian.
6. Addiction dengan Depresi: Penderita depresi beranggapan bahwa mengkonsumsi
narkoba, alkohol, dan lainnya adalah bentuk pengobatan diri untuk menenangkan
perasaan dan dianggap menjadi suatu alternatif untuk mengatasi depresi.
7. Food dengan Depresi: Kurangnya asupan gizi, kebiasaan mengkonsumsi junk food
akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Adanya hubungan antara konsumsi
junk food dan kejadian depresi pada anak
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, & dkk. (n.d.). Teori dan Manajemen Stress. Malang: Taroda.
Association, A. P. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Washington
DC: American Psychiatric Association.
Aunillah, F., & Adiyanti, M. G. (2015). Program pengembangan keterampilan resiliensi
untuk meningkatkan self-esteem pada remaja. Gadjah Mada Journal of Professional
Psychology (GamaJPP), 1(1), 48-63.
Carson, R., & Butcher, J. (1991). Abnormal Psychology and Modern Life. New York: Harper
Collins.
Donkin, A., Goldblatt, P., Allen, J., Nathanson, V., & Marmot, M. (2018). Global action on
the social determinants of health. BMJ global health, 3(Suppl 1), e000603.
D.L.Rosenhan, & M.E.P, S. (1989). Abnormal Psychology, Second Edition. Ontario: Penguin
Books.
Gottlib, B. H. (1983). Social Support Strategies. California: Sage Publication.
Harini, G. R. (2013). Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Karina, Z., & Sodik, M. A. (2018). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan.
Kartono, K. (2002). Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Lasri, Andi. (2018). Penyalahgunaan Zat Adiktif di Kalangan Remaja (Studi Kasus di Desa
Batang Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar). Skripsi : Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Marmot, M., & World Health Organization. (2013). Review of social determinants and the
health divide in the WHO European Region (No. EUR/RC63/TD/2). World Health
Organization. Regional Office for Europe.
Maslihah, S. (2011). Studi tentang hubungan dukungan sosial, penyesuaian sosial di
lingkungan sekolah dan prestasi akademik siswa SMPIT Assyfa Boarding School
Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi, 10(2), 103-114.
Organization, W. H. (2017a). Depression and other common mental disorders: Global health
estimates. Geneva: World Health Organization.
Resita, A. E., Ariyanto, Y., & Baroya, N. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
dengan Depresi pada Penderita Kusta di Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa.
Rif’ati, M. I., Arumsari, A., Fajriani, N., Maghfiroh, V. S., Abidi, A. F., Chusairi, A., & Hadi,
C. (2018). Konsep Dukungan Sosial. Jurnal penelitian: Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya.
Setyanto, A. T., Hartini, N., & Alfian, I. N. (2017). Penerapan Social Support untuk
meningkatkan Kemandirian pada penderita Skizofrenia. Wacana, 9(1).
Soeli, Yuniar Mansye. (2020). Manajemen Stres Pada Ibu Hamil. Laporan Pengabdian
Kepada Masyarakat : Universitas Negeri Gorontalo.
WHO. (2016, Februari 9). Maternal, newborn, child and adolescent health. Retrieved from
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/mental_health/en/
World Health Organization. (2017a). Depression and other common mental disorders: Global
health estimates. Geneva: World Health Organization.
FORUM DISKUSI

1. Akhir-akhir ini sedang banyak kejadian pelecehan seksual yang dialami baik kepada
remaja,dewasa. Menurut kelompok 5 jenis dukungan sosial seperti apa yang dapat
diberikan kepada korban pelecehan seksual dan dukungan sosial tersebut dibentuk
seperti apa di masyarakat? jelaskan sesuai dengan konsep dukungan sosial ya.
(Shofi Nilamsari_101811133054)
Jawab:
a. Dukungan Emosional
Dukungan dalam bentuk perhatian secara emosional yang diterima seseorang
dari orang lain berupa kepedulian, empati, perhatian, serta umpan balik dan
penegasan sehingga seseorang merasa diperhatikan oleh orang lain. Misalnya
bagi seorang korban pelecehan seksual, ia membutuhkan kepedulian dan
kehangatan dari orang lain agar emosinya lebih stabil. Dukungan ini akan
menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa
dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stress, memberi bantuan dalam
bentuk semangat dan cinta
b. Dukungan Penghargaan
c. Dukungan Instrumental
Dukungan ini merupakan bentuk dukungan yang terlihat dan biasanya bersifat
bantuan langsung, seperti memberikan semangat, menemani saat terapi
berlangsung, dan memberikan energi positif saat korban mengingat kejadian
traumatiknya
d. Dukungan Informatif
Suatu dukungan yang diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau
saran, penghargaan, bimbingan atau pemberian ungkap balik mengenai apa
yang dilakukan individu guna memecahkan masalah yang terjadi.

2. Bagaimana memberikan dukungan sosial kepada orang yang introvert yang sulit
untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya? Pendekatan seperti apa yang harus
dilakukan? (Andi Tenri_101811133207)
Jawab: Kepribadian introvert memiliki sifat yang cenderung pendiam, tertutup pada
orang lain, dan lebih suka menyendiri. Kepribadian introvert akan sulit terbuka
kepada orang lain mengenai masalahnya, dalam hal ini mengajak berkomunikasi
merupakan salah satu cara agar mereka dapat terbuka dengan orang lain, terutama
untuk membicarakan permasalahan yang ia miliki.

3. Apakah ada faktor yang mendorong terjadinya dukungan sosial? semisal motivasi
yang terbentuk pada kelompok agar mau memberikan dukungan sosial kepada
individu atau kelompok lainnya. sebab dukungan sosial bisa terbentuk bantuan. saya
fikir erat kaitannya dengan motivasi. bagaimana pandangan mengenai hal ini. mohon
penjelasannya (Nur Alifia Hera Puspitasari_101811133033)
Jawab:
Menurut Myers (dalam Hobfoll, 1986) menyatakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor
penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif,
diantaranya:
a. Empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan
mengantisipasi emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan
dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
b. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk
menjalankan kewajiban dalam kehidupan.
c. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta,
pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan
kondisi hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan
pertukaran secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa
orang lain akan menyediakan bantuan.

4. Menurut anda, dari ke 4 jenis social support yakni,


1) Appraisal Support
2) Tangiable Support
3) Self-Esteem Support
4) Belonging Support
Social support Yang paling efektif untuk diberikan kepada seseorang yang terkena
depresi itu yang mana? (Trisea Nindy Aprilea_101811133027)
Jawab: Pada seseorang penderita depresi tidak bisa hanya dipilih pada satu jenis
social support saja, 4 jenis social support ini harus dilakukan sehingga tercipta
dukungan sosial dan penanganan yang lebih baik. Social support merupakan hal yang
saling melengkapi dari aspek yang berbeda-beda
5. Menurut kalian seperti apa peran kita sebagai SKM dalam dukungan sosial yang
berkaitan tentang depresi? (Imaroh Solehah_101811133003)
Jawab: Peran yang dapat dilakukan sebagai S,K.M., yaitu dengan mengupayakan
dukungan sosial dalam bentuk dukungan instrumental dan dukungan informatif
sebagai langkah mencegah depresi. Dukungan Instrumental dapat berupa sosialisasi
mengenai depresi. Dukungan informatif berupa pemberian informasi dalam bentuk
poster, banner, dan lain-lain.

6. Dalam ppt kelompok 5 disebutkan bahwa menurut Sarafino (1994) menyebutkan


terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi sehingga tercipta dukungan sosial yang
baik, yaitu : Dukungan emosional, Dukungan penghargaan, Dukungan instrumental,
dan Dukungan informatif. pertanyaan saya bagaimana jika tidak terpenuhi semuanya
misal hanya 2 saja yang didapatkan? apa dampak yang ditimbulkan? apakah
dukungan sosial tersebut tidak efektif atau bagaimana? (Fercindilia_101811133020)
Jawab: Tidak ada dampak yang ditimbulkan jika seseorang hanya mendapatkan
beberapa aspek social support, namun saat 4 aspek social support ini terpenuhi maka
akan terciptanya dukungan sosial yang baik dan menimbulkan tingkatan kepuasan
akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu bahwa
kebutuhannya akan terpenuhi.

7. Dalam presentasi kelompok 5 tadi dituliskan bahwa "Penderita depresi dapat


mengalami gangguan psikosomatik dan psikososial yang tentu akan berdampak lebih
luas dengan kondisi kesehatan yang mereka miliki". Menurut kelompok 5 bagaimana
cara penderita depresi bisa mendapat sosial support jika psikosomatik dan
psikososialnya terganggu? (Shalikul Hadi_101811133006)
Jawab: Dengan memberikan dukungan sosial berupa kepedulian dan perhatian.

8. Menurut kelompok 5 bentuk social support yang baik untuk penderita depresi itu yang
seperti apa? dan berikan alasannya mengapa bentuk social support yang kalian pilih
adalah yang baik (Restiana Dhivana Julieta_101811133117)
Jawab: social support untuk penderita depresi tidak hanya dipilih pada satu jenis
support social, namun harus dilakukan semua untuk penanganan yang lebih baik,
karena depresi bersifat complicated tidak cukup hanya satu saja namun juga
mencakup semuanya.
9. Ditahun ini merebak kasus kekerasan dan pelecehan seksual di Indonesia. Dan banyak
kasus juga kurang mendapat perhatian dari pihak berwajib maupun pemerintah.
Menurut kalian apa yang harus diubah dari pola pikir masyarakat untuk
menumbuhkan dukungan sosial? Apakah ada teori atau macam dukungan sosial yang
cocok dalam menyelesaikan permasalahan ini? (Muhammad Alif
Nibross_101811133180)
Jawab: kekerasan dan pelecehan seksual selama ini selalu disalahkan pada pihak
perempuan, termasuk sebab akibatnya. maka kita sebagai SKM hendaknya
memberikan edukasi minimal skala kecil contohnya pada keluarga untuk
memahamkan bahwa kita harus objektif dalam menilai kasus kekerasan seksual
sehingga tidak mencela namun mendukung sehingga korban bisa selesai dari
traumanya dan kembali percaya diri.

10. Bagaimana cara kita sebagai S.KM untuk memberikan informasi kepada orang-orang
terkait pentingnya pemberian dukungan sosial kepada orang yang depresi atau sedang
mengalami masalah kesehatan mental, karena beberapa orang justru seakan tidak
peduli dengan orang disekitarnya yang sedang depresi padahal orang tersebut
tentunya membutuhkan dukungan sosial dari orang sekitarnya. (Avinka
Nugrahani_101811133058)
Jawab: cara paling mudah untuk memberikan edukasi kepada orang disekitar untuk
aware terhadap depresi adalah dengan menggunakan studi kasus dari fenomena
disekitar kita, dengan kita peduli dengan kasus depresi atau stress disekitar kita atau
skala kecil, kita bisa lebih aware dengan kasus depresi di luar lingkungan kita

11. Bagaimana cara mendapatkan social support pada lingkungan yang kurang
mendukung ? (Salma Aristawidya_101811133083)
Jawab : apabila kita merasakan depresi dan membutuhkan social support sedangkan
lingkungan tidak mendukung, kita bisa menghubungi profesional seperti psikolog
apabila sudah merasa burn out

12. Selama pandemi terdapat beberapa peningkatan masalah kesehatan mental seperti
stress akibat perubahan rutinitas. Menurut kelompok anda bentuk dukungan sosial
masyarakat seperti apa yang cocok untuk mencegah peningkatan stress tersebut?
(Aisyah Amini_101811133065)
Jawab: Depresi yang dikarenakan perubahan rutinitas selama pandemi hampir
dirasakan oleh semua orang, maka bentuk dukungan sosial yang cocok tidak bisa
dipilih satu, melainkan harus semua bentuk dukungan sosial dapat dilaksanakan,
mulai dari saling peduli dan membantu satu sama lain, menghubungi profesional bila
depresi dirasa semakin parah, saling rise up supaya dapat kembali percaya diri dan
kembali produktif

13. Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa Pandemi COVID-19 ini ternyata
berdampak pada kesehatan mental siswa. Karena banyak faktor misalnya stressor
akademik, jarang berkumpul dengan teman, maupun masalah lainnya. Pertanyaannya
Jelaskan bagaimana menurut kalian peran dukungan sosial dalam mendukung
kesehatan mental siswa agar tidak terjadi depresi selama pandemi COVID-19. (Intan
Nurul Azizah_101811133055)
Jawab:
a. Appraisal Support
Dengan memberikan saran terkait permasalahan akademis maupun
permasalahan lain yang ia hadapi secara solutif sehingga dapat sedikit
meringankan bebannya
b. Tangible Support
Membantu secara langsung apabila seorang siswa kesulitan dalam
menjalankan rutinitas akademisnya yang berbeda
c. Self-Esteem Support
Meyakinkan siswa tersebut bahwa ia dapat melalui rutinitas ini dengan baik,
dan akan terbiasa dengan kondisi pandemi, dan dapat menuntaskan semuanya
dengan cepat
d. Belonging Support
Meyakinkan bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi rutinitas ini, atau
masalah yang lain, meyakinkan bahwa ada teman yang akan selalu
membersamai.

14. Dari materi yang sudah dijelaskan mengenai jenis social support, baik appraisal
support, tangible support, self-esteem support maupun belonging support, jenis
manakah yang paling diutamakan untuk penderita depresi, mengingat seorang
penderita depresi akan mengalami masalah psikosomatik hingga psikososial. (Natasya
Dyah Ayu Rahmadani_101811133028)
Jawab: tidak ada social support yang dirasa paling baik untuk diterapkan, karena
social support merupakan hal yang saling melengkapi dari aspek yang berbeda-beda
sehingga bersifat complicated, dan terutama pada penderita depresi, social support
harus diterapkan semuanya.

15. Disebutkan dalam ppt bahwa "Dukungan sosial yang diberikan kepada seseorang
yang mengalami depresi meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasional, dan dukungan penilaian". Dukungan sosial apa yang
diberikan kepada korban bullying yang mengalami depresi? dan jelaskan apakah
dukungan sosial yang diberikan efektif? (Nabila Safira Khairina_101811133132)
Jawab:
1) Dukungan Emosional
Melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, atau bantuan
emosional. Dalam hal ini menanyakan kejadian yang dialami, lalu menjadi
pendengar yang baik atau orang yang dapat dipercaya oleh korban.
2) Dukungan penghargaan
Dukungan melalui ekspresi seperti memberikan hal - hal yang menarik, lalu
memberi semangat mengubah kekurangannya menjadi suatu kelebihan atau
hal menarik
3) Dukungan Instrumental
Dukungan yang diberikan secara langsung. Misalnya memberikan bantuan
akan sesuatu yang dia butuhkan.
4) Dukungan Informatif
Berbentuk nasihat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada. Dalam kasus Bullying ini kita bisa
memberikan nasihat untuk tidak mendengar perkataan buruk dari orang lain
dan lebih fokus pada diri sendiri.

16. Menurut kelompok 5 jenis dukungan apa yang sangat berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien gangguan halusinasi jika keluarga tidak peduli terhadap
kesembuhannya? Dan menurut kalian dukungan apa yang harus diberikan masyarakat
terhadap kasus tersebut? (Indah Sari_101811133008)
Jawab:
1) Dukungan Emosional
Melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, atau bantuan
emosional. Dalam hal ini menanyakan kejadian yang dialami, lalu menjadi
pendengar yang baik atau orang yang dapat dipercaya oleh korban
2) Dukungan penghargaan
Dukungan melalui ekspresi seperti memberikan hal - hal yang menarik, untuk
membuat dia bisa berpikir tentang sesuatu yang riil
3) Dukungan Instrumental
Dukungan yang diberikan secara langsung. Misalnya mengajak korban untuk
melakukan aktivitas - aktivitas yang menarik seperti hobi yang disukai.
4) Dukungan Informatif
Berbentuk nasihat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada. Dalam kasus ini kita bisa memberikan nasihat
kepada korban untuk selalu berpikir positif.

17. Menurut kelompok 5 siapa sasaran yang tepat untuk diberikan dukungan sosial agar
cakupan IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) dapat memenuhi target dan bagaimana
bentuk dukungan sosial yang dapat dilakukan oleh orang sekitar dan tenaga kesehatan
masyarakat agar ibu balita mau dan mampu melakukan IDL? (Alvifatika
Vriarindani_101811133019)
Jawab:
1) Dukungan Emosional
Melibatkan ekspresi empati, perhatian seperti menanyakan kesehatan ibu dan
balita, pemberian pengertian untuk kondisi kesehatan ibu dan balita.
2) Dukungan penghargaan
Dukungan melalui ekspresi seperti memberikan hal-hal yang menarik
mengenai cakupan Ilmu Dasar Lengkap, lalu memberi pujian terhadap hal-hal
yang telah dilalui atau dicapai oleh ibu dan balita.
3) Dukungan Instrumental
Dukungan yang diberikan secara langsung. Misalnya memberikan bantuan
akan sesuatu yang ibu dan balita butuhkan.
4) Dukungan Informatif
Berbentuk nasihat tentang bagaimana cara - cara menjaga kesehatan ibu dan
balita. Berdiskusi mengenai penyakit atau masalah - masalah yang pernah
dihadapi oleh ibu dan balita, lalu memberi saran untuk solusi masalah tersebut
serta cara mencegahnya.

18. Dalam memberikan appraisal support pada orang depresi apakah kita menunggu ia
meminta nasihat, atau kita berikan tanpa diminta? karena nasihat kadang terkesan
menggurui (Imas Elva Khoiriyah_101811133011)
Jawab: Melalui Appraisal Support, kita bisa menjadi pendengar yang baik dahulu
untuk mendengarkan cerita atau hal yang sedang dialami. Jika dirasa butuh bantuan
atau saran, kita bisa memberikan nasihat untuk mencari jalan keluar masalah tersebut.

19. Disebutkan dalam ppt bahwa "Sarafino (1994) menyebutkan terdapat beberapa aspek
yang harus dipenuhi sehingga tercipta dukungan sosial yang baik, yaitu : Dukungan
emosional, Dukungan penghargaan, Dukungan instrumental, dan Dukungan
informatif". dukungan apa yang harusnya diberikan kepada masyarakat yang merasa
dikucilkan karena terkena COVID 19? (Muhammad Ihzario Ibrahim
Akbar_101811133235)
Jawab: Saat ini dukungan sosial sangat diperlukan kepada masyarakat umum, pasien
serta tenaga medis dalam situasi pandemi Covid-19 (Antara, 2020)
a. Dukungan Emosional
Melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, atau bantuan
emosional. Dalam hal ini menanyakan kondisinya, kesulitan apa yang
dihadapi, kesehatan keluarganya, dan menjadi pendengar yang baik
b. Dukungan penghargaan
Melalui ekspresi penghargaan yang positif terhadap ide-ide, perasaan dan
performa orang lain. Misalnya memberikan semangat kepada pasien covid-19
untuk kesembuhannya
c. Dukungan Instrumental
Dukungan yang diberikan secara langsung. Misalnya memberikan bantuan
barang-barang yang dibutuhkan saat karantina di rumah
d. Dukungan Informatif
Berbentuk nasihat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada. Dalam hal ini memberikan informasi yang
akurat dari sumber terpercaya dengan menghindari menyalahkan dan
mengkritik orang lain
20. Menurut kalian, bagaimana cara kita menyesuaikan diri terhadap kondisi seseorang
jika ternyata kita tidak mampu memberikan bentuk dukungan yang sesuai?
Contohnya, ketika orang tersebut membutuhkan dukungan instrumental namun kita
hanya bisa memberikan dukungan secara emosional dan ternyata hal itu tidak cukup
membantu, apakah dukungan emosional yang kita berikan tetap dianggap sebagai
dukungan sosial atau tidak? (Almira Fadella Putri_101811133193)
Jawab: Tetap dianggap dukungan sosial, cara menyesuaikan diri selain dengan
dukungan emosional mungkin bisa dengan dukungan informatif, dengan dukungan
informatif kita bisa memberikan solusi atau alternatif lain untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi.

21. Terkait dukungan sosial misalnya saat isolasi COVID-19. Dari beberapa kasus,
sejumlah penderita yang melakukan isolasi mandiri di rumah terkadang masih ada
perlakuan pengucilan, gunjingan dan lainnya dari masyarakat sekitar. Sedangkan di
lain kesempatan sejumlah public figure yang melakukan isolasi mandiri mendapat
banyak dukungan di media sosial mereka, bahkan lebih banyak dari orang yang tidak
mereka kenal. Pertanyaannya, apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaan perilaku dukungan sosial di masyarakat dari permasalahan tersebut?
(Azhar Riyadi_101811133100)
Jawab: Hal ini terjadi karena adanya opinion leader. Teori Arus Bertahap yang
dikemukakan oleh Katz dan Lazarsfeld beranggapan bahwa setiap individu di sebuah
komunitas tertentu atau yang dipercaya oleh sekelompok orang, biasa disebut sebagai
opinion leader, mampu mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku masyarakat yang
menjadi pengikut atau penggemarnya. Selain itu, public figure biasanya mendapatkan
dukungan sosial secara natural dari penggemar di sekitarnya sehingga lebih banyak
orang yang ber-empati dibandingkan orang-orang biasa

22. Hingga saat ini orang yang mengalami depresi kan masih banyak. nah, pada teori
social support apakah pemerintah di indonesia juga sudah menerapkannya pada
masyarakat ya? (I’thoul Fazriyah_101811133035)
Jawab: Ya, Pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya preventif seperti adanya
aplikasi sehat jiwa, yaitu aplikasi berbasis android untuk memberikan informasi
seputar kesehatan jiwa serta menawarkan kecepatan solusi yang mudah dan cepat
dalam melaporkan atau deteksi dini pasien kesehatan jiwa. Selain itu, ada pelayanan
Mental Health Services yang didalamnya terdapat berbagai perangkat yang bisa
melakukan upaya pencegahan, penyuluhan bahkan konseling dini. Dengan adanya
beberapa program tersebut, pemerintah berharap semakin banyak orang yang
memahami bahwa mengalami depresi bukan sesuatu yang memalukan dan kepedulian
kepada orang yang mengalami depresi dapat meningkatkan semangat hidup.

23. Dari presentasi yang telah dilakukan contoh yang diberikan hanya membahas
dukungan sosial kepada seseorang yang merasa depresi atau kehilangan semangat
hidupnya. Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih sering terjadi adalah
pernikahan dini. Banyak kita ketahui bahwa pernikahan dini terkadang terjadi karena
dorongan orang tua. Yang ingin saya tanyakan, dukungan seperti apa yang tepat
digunakan untuk mencegah terjadinya pernikahan dini tersebut? (Muhammad Aji
Sukmo Selamet_1018111089)
Jawab: Kasus pernikahan dini sebagian besar disebabkan oleh dorongan orang tua
sehingga banyak anak dibawah umur yang pada akhirnya menikah karena mengikuti
keinginan orangtua. Umumnya, para orangtua tersebut belum mengetahui bahaya dan
dampak dari pernikahan dini. Sebagai calon S,K.M., kita dapat mengupayakan
dukungan sosial dalam bentuk instrumental dan juga informatif sebagai langkah
mencegah pernikahan dini. Dukungan Instrumental adalah bantuan yang diberikan
secara langsung, dalam masalah ini, seperti mengadakan sosialisasi mengenai
pernikahan dini bagi para keluarga. Sedangkan, dukungan informatif berupa nasihat,
saran, ataupun pemberian informasi dapat dikemas dalam bentuk poster, banner, dan
lain-lain.

24. Beberapa waktu lalu terdapat 21 kasus eksploitasi dan kekerasan seksual yang
dilakukan oleh petugas yang dikirim WHO untuk mengatasi wabah ebola kesepuluh
di Kongo. Kasus ini sempat ramai sebab petugas WHO yang seharusnya mengatasi
wabah Ebola dan memberikan dukungan sosial pada pasien maupun masyarakat
Kongo, kenyataannya melakukan hal sebaliknya. Bagaimana pendapat teman-teman
terkait hal ini? Apa yang mendasari petugas WHO melakukan hal tersebut pada
masyarakat Kongo? (Saskia Novianti_101811133102)
Jawab: Berdasarkan penjelasan oleh Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom
Ghebreyesus, terdapat 80 kasus pelecehan pada perempuan usia 13-43 tahun. Setelah
ditelusuri, 21 dari 83 terduga pelaku bekerja untuk WHO. Komisi independen
menyebutkan bahwa masalah ini adalah kegagalan struktural. Menurut kami, hal yang
mendasari petugas WHO melakukan eksploitasi dan kekerasan seksual adalah mereka
menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk meraih kepuasan seksual. Selain
itu, beberapa pihak korban juga ber-persepsi bahwa petugas yang melakukan
eksploitasi dan kekerasan seksual tersebut mempunyai impunitas (pembebasan dari
hukuman atau melepaskan diri dari denda) sehingga mereka dapat bebas dari ancaman
tahanan atau membayar denda setelah terlibat masalah. Kami juga berpendapat bahwa
mereka melakukan tindakan tersebut akibat stress atau depresi karena tuntutan
pekerjaan. Pada akhirnya, mereka berperilaku menyimpang dengan dalih “sarana
menghilangkan stress”

25. Bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada salah satu teman/sahabat
dekat kita telah terlanjur menikah dini dan dia bercerita tengah mengalami kesulitan
ekonomi (Bektienadila Kusumastuti_101811133181)
Jawab: Menurut saya, sebagai seorang sahabat kita bisa memberikan dukungan sosial
dalam bentuk berikut :
a. Dukungan emosional, dengan turut berempati dan juga peduli, seperti kita
menyemangati dan meyakinkan bahwa tiap kesulitan pasti terdapat solusinya
sehingga penerima dukungan akan merasa nyaman dan tenang kembali
b. Dukungan instrumental, memberikan bantuan secara nyata atau langsung,
seperti memberikan uang atau rekomendasi pekerjaan
c. Dukungan Penghargaan, seperti kita memberikan sanjungan atau pujian
“kamu adalah perempuan yang hebat karena kuat dan tegar dalam menghadapi
kesulitan ini”
d. Dukungan informatif, berupa diskusi, memberikan saran, dan juga solusi
untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi

26. Menurut saya salah satu alasan mengapa orang-orang yang depresi kebanyakan tidak
menerima social support karena lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung hal
tersebut. terutama dari kalangan keluarga dan teman. hal tersebut tentu memunculkan
trust issues penderita untuk menyampaikan apa yang dirasakan. sebagai kesehatan
masyarakat, sekiranya apa yang kita bisa lakukan sebagai langkah preventif dan
sekiranya jenis dukungan sosial apa yang cocok untuk menanggapi masalah 'trust
issues? (Afina Aninnas_101811133227)
Jawab: Tidak adanya dukungan dari lingkungan sekitar, membuat penderita depresi
merasa takut dan tidak memiliki tempat berkeluh kesah. Salah satu langkah preventif
yang bisa kita lakukan dalam menanggapi masalah trust issues adalah melaksanakan
campaign dan penyuluhan mengenai mental health awareness untuk seluruh kalangan
umur. Kegiatan ini dapat meningkatkan ilmu dan pemahaman pada seluruh kelompok
umur mengenai kondisi, gejala, dan bantuan yang dapat kita berikan terhadap
seseorang yang mengalami depresi. Menurut kami, jenis dukungan sosial yang cocok
untuk seseorang yang memiliki masalah dengan trust issues adalah dukungan
instrumental atau memberikan bantuan secara langsung, seperti mengirimkan hadiah
atau makanan, refreshing, hingga menawarkan bantuan konsultasi pada profesional.
Tindakan secara langsung ini dapat memberikan kesan yang bermakna sebab
kepedulian atau tindakan yang kita berikan berwujud nyata.

Anda mungkin juga menyukai