Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Dukungan Sosial (Social Support) dan Keterkaitannya


dengan Depresi

Disusun oleh:
Kelompok 4

Zulfa Anida 101811133062


Byong Muhammad Rashadri 101811133147
Kamilah Fihir Bawazir 101811133150
Nurul Adha Hidayah Lubis 101811133231

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

1
BAB I
KONSEP DETERMINAN SOSIAL DAN DUKUNGAN SOSIAL

1.1.Konsep Determinan Sosial

Menurut WHO Social Determinants of Health adalah kondisi sosial yang


mempengaruhi kesempatan seseorang untuk memperoleh kesehatan. Kemiskinan, kekurangan
pangan, masa muda yang tidak sehat, ketimpangan sosial dan diskriminasi, serta rendahnya
status pekerjaan merupakan penentu penting dari terjadinya penyakit, ketidakseimbangan
kesehatan antar maupun di dalam sebuah negara, dan kematian.

Komisi Global WHO untuk Social Determinants of Health (CSDH) menyimpulkan


bahwa ketidakadilan sosial membunuh dalam skala besar. Secara khusus, Komisi
mengidentifikasi ketidaksetaraan dalam kondisi dimana orang dilahirkan, hidup, bekerja dan
usia didorong oleh ketidaksetaraan dalam kekuasaan, uang dan sumber daya yang mendorong
ketidaksetaraan dalam kesehatan. Ketidaksetaraan kesehatan terlihat antara yang kaya dan
miskin, antara pedesaan dan perkotaan, dan antara kelompok masyarakat yang diuntungkan
dan terpinggirkan.

Determinan sosial berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan di dalam kelompok


masyarakat yang disebut determinan sosial kesehatan dan mempengaruhi kesehatan baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat menjadi tolak ukur status kesehatan
masyarakat. Determinan sosial merupakan proses yang membentuk perilaku di dalam
masyarakat.

Terdapat beberapa faktor determinan sosial, yaitu:


1. Stress
Stress adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang dan cemas pada
individu atau kumpulan individu dikarenakan adanya ketidakseimbangan
diantara tuntungan dan kemampuan respon yang dihadapkan dengan
kesempatan dan pembatas yang diinginkannya dengan ditandai oleh ketegangan
emosional yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik (Agoes dkk,
2003).

2
2. Early Life
Pondasi kesehatan orang dewasa dimulai dalam rahim dan selama
periode perinatal dan anak usia dini. Berbagai domain perkembangan anak usia
dini-fisik, sosial/emosional dan bahasa/kognisi sangat mempengaruhi
keberhasilan sosial, partisipasi ekonomi, dan kesehatan.

3. Social Exclusion
Social exclusion merupakan istilah yang menggambarkan
ketidakberuntungan sosial dan kurangnya sumber daya, kesempatan, partisipasi
dan keterampilan (McLachlan et al. 2013). Social exclusion melalui
diskriminasi atau stigmatisasi dapat menyebabkan kerusakan psikologis dan
membahayakan kesehatan melalui stres dan kecemasan jangka panjang.
Kesehatan yang buruk juga dapat menyebabkan pengucilan sosial.

4. Work
Stres di tempat kerja meningkatkan risiko penyakit. Bukti menunjukkan
bahwa stres di tempat kerja memainkan peran penting dalam berkontribusi
terhadap perbedaan besar dalam kesehatan, ketidakhadiran penyakit dan
kematian dini yang terkait dengan status sosial. Studi juga meneliti peran
tuntutan di tempat kerja. Beberapa menunjukkan interaksi antara tuntutan dan
kontrol. Pekerjaan dengan permintaan tinggi dan kontrol rendah membawa
risiko khusus. Beberapa bukti menunjukkan bahwa dukungan sosial di tempat
kerja dapat mengurangi efek ini. Hasil ini menunjukkan bahwa psikososial
lingkungan di tempat kerja merupakan kontributor penting untuk gradien sosial
dalam kesehatan yang buruk.

5. Employment
Keamanan kerja meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kepuasan
kerja.
6. Social Support
Social support adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun
non verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari
hubungan sosial yang akrab, yang membuat individu merasa diperhatikan,

3
bernilai dan dicintai, sehingga dapat menguntungkan bagi kesejahteraan
individu. (Gottlib, 1983)

7. Addiction
Kecanduan adalah ketidakmampuan psikologis dan fisik untuk
mengonsumsi bahan-bahan kimia seperti obat-obatan, aktivitas, atau zat
tertentu. Meskipun hal tersebut merugikan.
8. Food
Pola makan yang baik dan pasokan makanan yang cukup adalah pusat
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Kekurangan pangan dan
kurangnya variasi menyebabkan gizi buruk dan penyakit defisiensi. Asupan
berlebih (juga merupakan bentuk malnutrisi) berkontribusi terhadap penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker, penyakit mata degeneratif, obesitas, dan
karies gigi. Kemiskinan makanan ada berdampingan dengan banyak makanan.
Masalah kesehatan masyarakat yang penting adalah ketersediaan dan biaya
makanan yang sehat dan bergizi. Akses ke makanan yang baik dan terjangkau
membuat lebih banyak perbedaan pada apa yang dimakan orang daripada
pendidikan kesehatan.
9. Transport
Bersepeda, berjalan kaki, dan penggunaan transportasi umum
meningkatkan kesehatan dalam empat cara. Hal ini dapat mengurangi
kecelakaan fatal, meningkatkan kontak sosial dan mengurangi polusi udara.

1.2.Konsep Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukkan
bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dihormati, dan dilibatkan dalam
jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik (King, 2012:226). Dukungan sosial
sangat penting untuk dipahami karena dukungan sosial menjadi sangat berharga ketika individu
mengalami suatu masalah oleh karena itu individu yang bersangkutan membutuhkan orang-
orang terdekat yang dapat dipercaya untuk membantu dalam mengatasi permasalahan tersebut.

4
Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang membutuhkan terutama orang-
orang yang mengalami depresi, mempunyai ikatan sosial yang lemah (David E., F. Hybels,
Proeschold-Bell, 2018) yang mempunyai hubungan dengan orang lain demi kelangsungan
hidupnya di tengah tengah masyarakat karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

Dukungan sosial didapatkan dari hubungan sosial yang akrab (orang tua, saudara, guru,
teman sebaya, lingkungan masyarakat) atau dari keberadaan individu yang membuat individu
merasa diperhatikan, dinilai dan dicintai (Sarason dalam Fatwa, 2014). Sarafino (dalam Winda,
2013) menyebutkan bahwa beberapa aspek yang harus dipenuhi sehingga tercipta dukungan
sosial yang baik:
a. Dukungan emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian.
misalnya mengucapkan bela sungkawa terhadap individu yang kehilangan salah satu
keluarganya.
b. Dukungan penghargaan, yaitu terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif
bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu
dan perbandingan positif dengan orang lain. Misalnya orang-orang yang kurang mampu
atau lebih buruk keadaanya (menambah penghargaan diri)
c. Dukungan instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk mempermudah
perilaku yang secara langsung untuk mempermudah perilaku secara langsung
menolong individu. Misalnya memberikan bantuan langsung kepada korban bencana
alam
d. Dukungan informatif, yaitu mencakup memberikan masukan atau saran dan umpan
balik

Dampak positif dari individu yang menerima dukungan sosial dari orang lain dengan
tepat, yaitu dapat menjadi coping stres ketika individu memiliki masalah, dan dapat
memberikan kesejahteraan dalam diri individu itu (Fabian dkk, 2017). Dampak positif bagi
individu yang menerima dukungan sosial dari orang lain, individu tersebut akan lebih mampu
melakukan penyesuaian diri di lingkungannya, ataupun menyesuaikan diri dalam keadaan atau
masalah yang dialami (Amylia & Surjaningrum, 2014).

Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen & Hoberman (dalam Isnawati &
Suhariadi, 2013:3) yaitu:
1. Appraisal Support

5
Yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan pemecahan suatu
masalah untuk membantu mengurangi stressor.
2. Tangiable Support
Yaitu bantuan yang nyata berupa tindakan atau bantuan fisik dalam menyelesaikan
tugas.
3. Self-Esteem Support
Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten atau harga diri
individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok dimana para
anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem.
4. Belonging Support
Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa
kebersamaan.

6
BAB II
DESKRIPSI MASALAH

Depresi adalah gangguan psikologis yang paling umum ditemui, (Rosenhan &
Seligman, 1989). Depresi merupakan gangguan yang terutama ditandai oleh kondisi emosi
sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal (APA,
1994). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa banyak masalah kesehatan
mental yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dan awal remaja. Studi terbaru
menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental, khususnya depresi, merupakan penyebab
terbesar dari beban penyakit di antara individu pada usia awal (WHO, 2016). Depresi menjadi
maladaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas yang tinggi dan menetap. Depresi
merupakan gejala yang wajar sebagai respon normal terhadap pengalaman hidup negatif,
seperti kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau status sosial. Dengan demikian,
depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal sampai
depresi klinis (Carson & Butcher, 1991).

Gejala-gejala depresi normal, seperti perasaan-perasaan tidak bersemangat, sedih,


merasa tanpa harapan, dan lain-lain biasanya tidak berlangsung lama. Berikut ini beberapa
gejala deperesi secara spesifik :

 Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau
aktivitas yang sebelumnya disukai
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare,
sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, dan menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, dan memutuskan sesuatu

 Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa secara terus – menerus.

7
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya atau tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitif
7. Kehilangan rasa percaya diri

 Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri

Ketika seorang individu berhasil mengatasi gejala-gejala tersebut, suatu cara


pandang baru yang lebih dewasa akan muncul. Disini depresi normal bisa dilihat sebagai
pengalaman yang adaptif (Carson & Butcher, 1991). Dalam kasus depresi mayor, individu akan
mengalami kesedihan yang mendalam, kehilangan gairah terhadap hal-hal yang menyenangkan
atau yang dulu diminati. Depresi mania adalah depresi mayor yang diselingi periode-periode
mania, yang ditandai dengan perasaan gembira, optimisme, dan gairah meluap-luap yang
berlebihan. Selain itu, terkait dengan aspek kognitif depresi, individu depresif memusatkan
perhatian secara selektif pada kemungkinan-kemungkinan dan aspek-aspek buruk dalam hidup
dan lingkungan. Hal ini kemudian mendorong individu depresif mengembangkan cara berpikir
yang depresif, seperti memandang diri secara inferior, pesimis terhadap masa depan, merasa
bersalah berlebihan, dan pola-pola perilaku yang menghukum. Dalam depresi yang berat,
distorsi kognitif ini mengarah pada membayangkan (ideasi) bunuh diri dan kadang bahkan pada
percobaan bunuh diri (Rosenhan & Seligman, 1989). Selain itu, terkait dengan aspek kognitif
depresi, individu depresif memusatkan perhatian secara selektif pada kemungkinan-
kemungkinan dan aspek-aspek buruk dalam hidup dan lingkungan. Hal ini kemudian
mendorong individu depresif mengembangkan cara berpikir yang depresif, seperti memandang
diri secara inferior, pesimis terhadap masa depan, merasa bersalah berlebihan, dan pola-pola
perilaku yang menghukum. Dalam depresi yang berat, distorsi kognitif ini mengarah pada
membayangkan (ideasi) bunuh diri dan kadang bahkan pada percobaan bunuh diri (Rosenhan
& Seligman, 1989).

8
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017a) menyatakan bahwa depresi dan
kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari 200
juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan. Sementara itu jumlah
penderita depresi sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan hampir
separuhnya berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Depresi merupakan
kontributor utama kematian akibat bunuh diri, yang mendekati 800.000 kejadian bunuh diri
setiap tahunnya. Menurut catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2018), prevalensi gangguan emosional pada penduduk berusia
15 tahun ke atas, meningkat dari 6% di tahun 2013 menjadi 9,8% di tahun 2018. Prevalensi
penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1%. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO, 2019) menunjukkan bahwa depresi dan kecemasan menyebabkan kerugian ekonomi
global sebesar 1 triliun USD setiap tahunnya akibat hilangnya produktivitas sumber daya
manusia. Laporan WHO tahun 2014 menunjukkan bahwa hampir 800.000 orang meninggal
karena bunuh diri. Dikatakan lebih lanjut bahwa ada 1 orang meninggal akibat bunuh diri setiap
40 detik. Angka percobaan bunuh diri diperkirakan 20-25 kali lipat jumlah kematian akibat
bunuh diri. Tujuh puluh delapan persen bunuh diri terjadi di negara-negara berpendapatan
rendah dan menengah. Meskipun bunuh diri terjadi pada segala rentang usia, tetapi data tahun
2015 menunjukkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab kedua kematian pada usia 15 – 29
tahun (WHO, 2017a).
Depresi memiliki dampak negatif pada kondisi kesehatan korban baik secara psikis
maupun fisik. Depresi mempengaruhi kualitas hidupnya di keseharian hingga berkelanjutan.
Penderita depresi dapat mengalami gangguan psikosomatik dan psikososial yang tentu akan
berdampak lebih luas dengan kondisi kesehatan yang mereka miliki. Dari kasus depresi ini,
kami mengaitkan dengan konsep Determinan Sosial pada kesehatan untuk mengetahui apa saja
yang bisa terjadi pada faktor-faktor determinan sosial kesehatan dengan depresi.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Social support dengan Depresi

Depresi adalah gangguan mental yang mempengaruhi lebih dari 350 juta jiwa di
seluruh dunia. Itu secara signifikan berkontribusi terhadap beban morbiditas dan
berhubungan dengan penurunan kualitas hidup yang tidak memadai dan fungsi normal
pasien (World Health Organization, 2015). Depresi adalah perasaan sedih,
ketidakberdayaan, dan pesimisme yang terkait dengan penderitaan yang diarahkan pada
diri mereka sendiri atau perasaan marah yang dalam. Depresi dapat terjadi secara spontan
atau sebagai reaksi terhadap perubahan dalam hidup, seperti ketidakmampuan mental atau
mental yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain, suasana kesedihan. Dukungan
sosial merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam memprediksi kesehatan fisik
dan kesejahteraan semua orang, mulai dari masa kanak-kanak sampai orang dewasa. Tidak
adanya dukungan sosial menunjukkan beberapa kelemahan antara individu-individu,
dalam kebanyakan kasus dukungan sosial juga dapat memprediksi buruk kesehatan fisik
dan mental pada seseorang. Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah
sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Dukungan sosial keluarga
merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga
yang juga merupakan dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam
setiap siklus kehidupannya. Hal tersebut akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang
mengalami depresi, disinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-
masa tersebut agar pulih dengan cepat. Dukungan keluarga yang diberikan kepada
seseorang yang mengalami depresi meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasional, dan dukungan penilaian. Dukungan emosional yaitu dukungan
dalam bentuk empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Bentuk dukungan emosional
berupa keluarga peduli apabila penderita mengalami gejala psikosomatis, keluarga
mendengarkan keluhan-keluhan anggota keluarganya yang menderita sakit. Dukungan
instrumental yaitu keluarga menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi. (Resita,
Ariyanto, & Baroya, 2015)

10
BAB IV
KESIMPULAN

Determinan sosial adalah sebuah kondisi di mana orang dilahirkan, tumbuh, hidup,
bekerja, dan tua, termasuk di dalamnya kondisi sistem kesehatan. Determinan sosial kesehatan
merupakan proses yang membentuk perilaku di dalam masyarakat. Social Support merupakan
salah satu hal yang penting bagi penderita depresi. Penderita depresi membutuhkan dukungan
sosial dari orang terdekat seperti orang tua, teman dekat atau sahabat, Tidak hanya bentuk
dukungan sosial namun juga dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informasional, dan dukungan penilaian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Association, A. P. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Washington


DC: American Psychiatric Association.

Carson, R., & Butcher, J. (1991). Abnormal Psychology and Modern Life. New York: Harper
Collins.

Donkin, A., Goldblatt, P., Allen, J., Nathanson, V., & Marmot, M. (2018). Global action on the
social determinants of health. BMJ global health, 3(Suppl 1), e000603.

D.L.Rosenhan, & M.E.P, S. (1989). Abnormal Psychology, Second Edition. Ontario: Penguin
Books.

Gottlib, B. H. (1983). Social Support Strategies. California: Sage Publication.

Harini, G. R. (2013). Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kartono, K. (2002). Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Marmot, M., & World Health Organization. (2013). Review of social determinants and the
health divide in the WHO European Region (No. EUR/RC63/TD/2). World Health
Organization. Regional Office for Europe.

Organization, W. H. (2017). Depression and other common mental disorders: Global health
estimates. Geneva: World Health Organization.

Resita, A. E., Ariyanto, Y., & Baroya, N. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan
Depresi pada Penderita Kusta di Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa.

12
Rif’ati, M. I., Arumsari, A., Fajriani, N., Maghfiroh, V. S., Abidi, A. F., Chusairi, A., & Hadi,
C. (2018). Konsep Dukungan Sosial. Jurnal penelitian: Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya.

WHO. (2016). Maternal, newborn, child and adolescent health. Retrieved from
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/mental_health/en/

World Health Organization. (2017). Depression and other common mental disorders: Global
health estimates. Geneva: World Health Organization.

13

Anda mungkin juga menyukai