Anda di halaman 1dari 22

Teori Belajar Sosial

(Social Learning
1
Theory)
Disusun Oleh :
1. Lutfi Fajar Nuraidah
2. Firman F
2 Definisi Social Learning
Theory (SLT)
Teori belajar sosial merupakan sumbangan dari para ahli seperti
Albert Bandura, Julian B. Rotter, dan Walter Mischel. Para ahli
menekankan peran dari aktivitas kognitif dan belajar dengan
cara mengamati tingkah laku manusia, serta melihat manusia
sebagai orang yang berpengaruh terhadap lingkungannya
sama seperti lingkungan berpengaruh terhadap dirinya.
Dengan kata lain, social learning theory merupakan
pandangan yang menekankan kombinasi tingkah laku,
lingkungan, dan kognisi sebagai faktor utama dalam
perkembangan
Definisi Social Learning Theory
3
(SLT)

Modelled Innate
Behavior Person

Social
Learning
Theory

Learning
Environment
4 Lanjutan.

1. Person: Merupakan karakteristik seseorang dan


faktor-faktor kognitif (ingatan, perencanaan,
penilaian).
2. Environment : Dalam proses pembelajaran sosial,
lingkungan tersebut meliputi lingkungan sosial
budaya atau lingkungan antar manusia
3. Behaviour : tindakan atau aksi yang dapat
mengubah hubungan individu dan lingkungannya.
Konsep Social Learning Theory
5
(SLT)
Teori belajar sosial atau social learning Theory Bandura didasarkan
oleh tiga konsep yaitu

Determinis Resiprokal

Beyond Reinforcement:

Kognisi dan Self Regulation


Dimensi Social Learning
6
Theory (SLT)

Merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional


(behavioristic)
Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan
(modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah
paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Belajar melalui observasi (observational learning) yang dikenal
sebagai imitasi atau modeling, yaitu proses pembelajaran yang
terjadi ketika seseorang mengobservasi dan meniru tingkah laku
orang lain.
Melalui proses permodelan peran (role modeling) ini perilaku-
perilaku yang dilakukan orang lain kemudian disimpan dalam
memori seseorang yang suatu saat akan dimunculkan (recalled)
dan perilaku tersebut diimitasi.
Dimensi Social Learning
7
Theory (SLT)

1
Perhatian (Attention)

2
Retensi (Retention)

3
Reproduksi Gerak (Peniruan)

4
Penguatan dan Motivasi
8 1. Perhatian (Attention)
Stimulus yang diberikan kepada orang lain, stimulus ini bisa dirasakan
oleh satu atau lebih panca indera. Tidak semua stimulus ini akan
memperleh perhatian dan berlanjut dengan pengolahan stimulus
Keterbatasan kognitif.
Tingkatan Perhatian
a. Perhatian pra sadar
b. Perhatian Vokal
Faktor yang mempengaruhi :

Status Afektif

Keterlibatan

Kemenonjolan Lingkungan
9 2. Retensi (Retention)
Merupakan proses memindahkan informasi ke memori jangka
panjang (long therm memory). Berkaitan dengan penyimpanan dan
pemanggilan kembali apa yang diamati.
Memory terdiri dari 3 system penyimpanan

Sensory Memory

Memory jangka
pendek

Memory Jangka
Panjang
10 3. Reproduksi Gerak/Peniruan
Penyesuaian dibuat dalam rangkaian tindakan baru dan rangkaian
perilaku awal dimana individu mulai meniru perilaku yang diamati.

Tiga prsyarat utama untuk keberhasilan pada proses ini adalah

Komponen keterampilan

Kapasitas Fisik

Pergerakan individu yang dengan


mudah tampak
11 4. Penguatan dan Motivasi
Walaupun teori belajar social mengandung penguatan untuk tidak
menambah pengetahuan guna mengecap dalam perilaku, itu
peran utama memberi penguatan (hadiah & hukuman) seperti
seorang motivator. Individu termotivasi untuk
mengadopsi/melakukan jika jenis perilaku tersebut:
a) Menghasilkan imbalan eksternal
b) Secara internal memberikan penilaian yang positif
c) Individu melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model
itu sendiri.
Implikasi penting dari teori ini adalah:
Proses/Tahap Pembelajaran
12 Sosial - Social Learning Theory
(SLT)
13 Implikasi Social Learning
Theory

Respon baru dipelajari tanpa


having to perform ( learning by
observation)

Hadiah/hukuman
mempengaruhi performance
dari perilaku yang diamati
14 Sense of Self-Efficacy dan
Self Regalutory
Selain bergantung pada proses tersebut, juga dipengaruhi oleh unsur -
unsur yang berdasarkan dari diri sendiri yaitu sense of self-Efficacy dan
self-regulatory system.
Sense of self efficacy adalah keyakinan individu bahwa ia dapat
menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai seperti yang
berlaku.
Menurut Bandura (1997) self-efficacy adalah kemampuan generatif
yang dimiliki individu meliputi kognitif, sosial, dan emosi. Kemampuan
individu tersebut harus dilatih dan di atur secara efektif untuk
mencapai tujuan individu.
Self-regulated learning adalah proses bagaimana seorang individu
mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan kognitif,
afektif dan perilakunya sehingga tercapai tujuan belajar.
15 Kelebihan dan Kekurangan
Social Learning Theory (SLT)

- Lebih lengkap - Teori ini diklasifikasikan


dibandingkan teori sebagai teori
sebelumya. Tidak hanya behaviouristik, dan cara
reflek atas stimulus, reaksi peniruan ini memerlukan
antara interaksi lingkungan pengulangan dalam
dan kognitif individu itu mendalami sesuatu yang
sendiri. Ditekankan pada ditiru
conditioning dan imitation - Dalam membentuk tingkah
dan menekankan laku melalui peniruan
pentingnya pengalaman digunakan untuk meniru
empiris tingkah laku negative
CONTOH KASUS
Fenomena Penyalahgunaan NAPZA Di Kalangan Remaja
16 Ditinjau Dari Teori Interaksionisme Simbolik
Di Kabupaten Jember

Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di


kalangan remaja di Indonesia menjadi ancaman besar. Kasus
penyalahgunaan NAPZA di Kabupaten Jember di kalangan remaja pada
tahun 2013-2014 sebanyak 28 kasus, hal ini sangat membahayakan masa
depan generasi muda. Desain penelitian ini menggunakan kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi dan menggunakan triangulasi sumber.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis fenomena penyalahgunaan NAPZA
di kalangan remaja ditinjau dari teori interaksionisme di Kabupaten Jember.
Informan penelitian didapatkan melalui purposive dan diperoleh 4
informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Informan utama berusia 22-23 tahun.
Mereka mulai menyalahgunakan NAPZA sejak Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan informan utama menggunakan ganja. Informan utama
menggunakan bahasa khusus untuk berkomunikasi dengan penyalahguna
NAPZA lainnya. Mereka memiliki konsep diri yang positif sebelum
menyalahgunakan NAPZA dan memiliki konsep diri negatif setelah menjadi
penyalahguna NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA mempengaruhi hubungan
sosial dengan teman sebaya dan masyarakat. Keluarga informan tidak
mengetahui penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan, namun pacar
informan mengetahui hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperlukan
adanya pemberian informasi kepada remaja tentang bahaya
menyalahgunakan NAPZA melalui meningkatkan peran remaja di PIK
Remaja dan Usaha Kesehatan Sekolah.
KONSEP LINGKUNGAN, INDIVIDU DAN PERILAKU
17 Person
Sebelum seseorang menghasilkan perilaku baru yaitu
penyalah gunaan NAPZA pada point individu di
pengaruhi oleh beberapa hal yaitu yang pertama
adalah pengetahuan. Penyalahgunaan NAPZA di
jember di sebabkan kurangnya pengetahuan
tentang bahaya penyalah gunaan NAPZA baik
dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Yang kedua dan ketiga adalah sikap dan
pengharapan. Sikap mereka yang kurang serius
dalam menanggapi masalah penyalah gunaan
NAPZA akhirnya juga ikut dalam kegiatan tersebut
ketika mendapat stimulus dengaan intensitas yang
tinggi dan pengharapan mereka akan kegiatan yang
dapat membuat mereka melupakan masalah
kehidupan mereka membuat mereka mencari jalan
pintas dengan menggunakan NAPZA secara illegal.
Environment
Pada aspek environment atau lingkungan , pengaruh
18 yang tampak di sini lebih hubungan sosial antar
penduduk khususnya antar remaja yang ada.
menurut jurnal di atas hubungan dengan teman
sebaya yang terlalu bebas dan di dukung oleh
lemahnya pengawasan oleh orang tua (broken
home) membuat mudahnya remaja melakukan
penyalahgunaan NAPZA.
Behavior
Perilaku di sini lebih ke kemampuan remaja untuk
melakukan penyalahgunaan NAPZA. Pada junal
tersebut remaja sudah ahli dalam hal melakukan
penyalahgunaan NAPZA hal ini dapat di lihat dari
kemampuan daya beli mereka bahkan sampai
perilaku saling berbagi NAPZA pada temannya. Selain
itu mereka sudah mampu membuat kode dalam
menggunakan NAPZA sehingga tidak di ketahui oleh
orang lain seperti sebutan SS untuk sabu sabu dll.
KONSEP PERUBAHAN PERILAKU
19 Perhatian (Attention)
Proses perhatian ini di mulai ketika orang yang melakukan
penyalah gunaan napza mulai melihat temannya
menggunakan NAPZA yang kemudian menerima ajakan
temannya untuk ikut menggunakan NAPZA. Dengan semakin
tingginya stimulus yang diterima maka akan meningkatkan
sensasi yang di dapat sehingga membuat attention semakin
besar dan di dukung sikap afektif dan keterlibatan remaja
kegiatan penyalah gunaan NAPZA di kelompok bermain
Retensi (Retention)
Remaja yang telah mendapatkan perhatian terhadap
penyalah gunaan NAPZA mulai menyimpan ingatan tentang
kegiatan tersebut kedalam ingatan jangka panjang. Pada
tahap ini remaja tersebut mulai menimbang apakah dia
akan melakukan penyalahgunaan NAPZA atau tidak,
sehingga apabila nantinya dia akanmelakukannya dia akan
mengingat kembali informasi yang telah di simpan.
20

Reproduksi Gerak (Peniruan)


Setelah remaja tersebut memutuskan untuk
berubah maka selanjutnya dia akan menggunakan
kembali ingatan yang telah di simpan dan akan
memuat perilaku baru yaitu penyalahgunaan
NAPZA. Komponoen keterampilan yang di gunakan
di dapat ketika dia melihat temannya
menggunakan NAPZA dan menirunya.
Penguatan dan Motivasi
Pada tahap ini perilaku yang sudah terbentuk yaitu
21 penyalahgunaan NAPZA di perkuat dan di beri
motivasi melalui reward and punishment yang
dapat di peroleh oleh teman sebaya sesama
pengguna NAPZA.
Reward akan di berikan kepada orang tersebut
ketika dia mulai menggunakan NAPZA dan terus
menggunakannya yaitu berupa semakin mendapat
pengakuan diri dan bisa mendapat NAPZA secara
gratis. Dengan reward tersebut maka dia akan
semakin semangat menggunakan NAPZA dan
bahkan bisa semakin meningkat baik jenis yang di
gunakan, intensitas penggunaan dan bahkan
jumlah penggunaan.
Sebaliknya apabila remaja tersebut mulai berhenti
menggunakan NAPZA mka dia akan mendapat
punishment yang dapat berupa di kucilkan dari
pergaulan bahkan ancaman ancaman.
22 Daftar Pustaka
Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Hidayat, Sherly. 2004. Hubungan Perilaku Kekerasan Fisik Ibu pada Anaknya terhadap
Munculnya Perilaku Agresif pada Anak SMP. Jurnal Provitae No.1
Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Rakhmat, Jalaluddin. 20013. Psikologi KomunikasiEdisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Saleh, Hesty Damayanti, dkk. 2014. Fenomena Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan
Remaja Ditinjau Dari Teori Interaksionisme Simbolik Di Kabupaten Jember. Jember
: Universitas Jember
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2349/1929/ (Di akses pada
08 September 2017)

Santrock, John. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai