Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KELAHIRAN

ANAK PERTAMA

Dosen Pembimbing :
Ns.Bayu Dwisetyo S.Kep, M.Kep

Di Susun Oleh :
Kelompok II
Cindy Berliana Diapaty Mayulu (1901060)
Tiara Riska Dilapanga (1901024)

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH MANADO


PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama”. Meskipun masih banyak kekurangan
didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas
ini kepada kami. Kami sangat berharap Askep ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, struktur, ciri-ciri kepribadian dan perilaku
manusia dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan askep yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Manado 14 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………... 2
C. Tujuan dan Penulisan…………………………………………………………….. 4
BAB II Asuhan Keperawatan Keluarga Teori………………………………………... 8
BAB III Penutup………………………………………………………………………… 28
A. Kesimpulan………………………………………………………………………. 28
B. Saran……………………………………………………………………………... 28
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus
mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah
berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah
garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan
keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan. Agar
masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah satu area spesalis
dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari
keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara menyeluruh
bagi anggota keluarga.
Karakteristik keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain
dan masing-masing mempunyai peran sosial yaitu suami, istri, anak, kakak, dan adik yang
mempunyai tujuan. Perawat perlu mengetahui dan memiliki pikiran yang terbuka mengenai
konsep keluarga. Sekilas keluarga memiliki hal-hal yang umum, tetapi setiap bentuk
keluarga memiliki kekuatan dan permasalahan yang unik. Keluarga banyak menghadapi
tantangan seperti salah satunya pada tahap perkembangan keluarga pada kelahiran anak
pertama. Periode kelahiran anak pertama adalah waktu transisi fisik dan psikologis bagi ibu
dan seluruh keluarga. Orang tua harus beradaptasi terhadap perubahan struktur karena
adanya anggota baru dalam keluarga, yaitu bayi. Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam
keluarga akan berubah dan pola interaksi dalam keluarga harus dikembangkan.
Pada periode transisi, keluarga membutuhkan adaptasi yang cepat, sehingga kondisi
ini menempatkan keluarga menjadi sangat rentan dan mereka memerlukan bantuan untuk
beradaptasi dengan peran yang baru. Stress dari berbagai sumber dapat berefek negatif pada
fungsi dan interaksi ibu dengan bayi dan keluarga, yang berdampak pada kesehatan fisik ibu

4
dan bayi. Maka dari itu kelompok tertarik untuk membahas mengenai konsep keluarga dan
tumbuh kembang keluarga pada kelahiran anak pertama.
B.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan bahwa rumusan masalah antara lain:
1. Apa konsep dasar keluarga?
2. Bagaimana konsep tugas perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama?
3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan kelahiran anak
pertama?
C. TUJUAN PENULISAN
1.  Umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :
a.  Memahami konsep dasar keluarga.
b.  Memahami konsep tugas perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama.
c. Memahami asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan kelahiran anak
pertama.
2. Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a.  Menjelaskan definisi konsep dasar keluarga pada kelahiran anak pertama.
b.  Mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan kelahiran
anak pertama.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan
perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga.
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan
menciptakan serta mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan
kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan
oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai
tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu
rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
2. Fungsi Keluarga
Friedmann mengidentifikasikan lima prinsip fungsi dasar keluarga, diantaranya
adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi
keperawatan keluarga. (Friedmann, 1998, dalam Mubarak, dkk, 2011: 76-78)

6
a)    Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang mkerupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga slaing
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan
didkembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam kelduarga. Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
b)    Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c)    Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d)    Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluargta seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
e)    Fungsi perawatan kesehatanjuga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
7
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

B.    KONSEP DASAR KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


KELAHIRAN ANAK PERTAMA
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada system keluarga
meliputi perubahan pola interaksi dan hubunga antara anggotanya di sepanjang waktu.
Siklus perkembangan keluarga sebagai komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang
memandang keluarga sebagai suatu system. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa
tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Kerangka perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall memberikan pedoman untuk
memeriksa dan menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada
dalam keluarga selama siklus kehidupan mereka.

1.  Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Kelahiran Anak Pertama

Tahap perkembangna keluarga dibagi sesuai kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan anak keluarga remaja.
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap perkembangan
membutuhkan tugas dan fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut. Keluarga yang
menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun) merupakan tahap
perkembangan keluarga kelahiran anak pertama. Kehamilan dan kelahiran bayi pertama
dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang
penting. Kelahiran bayi pertama memberikan perubahan yang besar bagi keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peranya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian
kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau
sebaliknya istri belum siap menjadi ibu. Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji
8
peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana
bayi berespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

2.  Tugas Perkembangan Dengan Keluarga Keluarga Kelahiran Anak Pertama

Tahap ini dimulai dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Ada beberapa hal tugas
perkembangan keluarga pada fase childbearing yaitu: (Duval, dalam buku Santun
Setiawati : 19 dan dalam buku Mubarak, dkk : 87-88).
a.  Persiapan menjadi orang tua dan merawat bayi
b.  Membagi peran dan tanggung jawab
c.   Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan
d.  Mempersiapkan biaya atau dana kelahiran anak pertama
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f.   Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g.  Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
h.  Beradaptasi pada pola hubunga seksual
i.   Mensosialisasikan anak dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
Sedangkan menurut Carter dan Mc. Goldrik, 1988, Duval dan Miller, 1985, (Dalam
buku “ilmu keperawatan komunitas”, hal: 87-88) tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Membentuk keluraga muda sebagai sebuah unit yang mantap ( mengintegrasikan bayi
baru ke dalam keluarga).
b.   Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga .
c.   Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d.  Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran
orang tua, kakek, dan nenek.
3. Fungsi Perawat Dalam Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Kelahiran Anak
Pertama

9
Sebagi kekhususan perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalm
memberikan asuhan keperawatan keluarga.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatn dan konsultasi antara
lain (Mubarak, dkk : 88) :
a.         Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan bayi,
b.        Mengenali gangguan kesehatn bayi secara dini dan mengatasinya,
c.         Imunisasi yang dibutuhkan anak,
d.        Tumbang anak yang baik,
e.         Interaksi keluarga,
f.         Keluarga berencana, serta
g.        Pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
4. Karakteristik Keluarga Dengan Kelahiran Anak Pertama
1) Perkembangan fisik
Rata-rata berat badan lahir 3400 g, panjang 50 cm.Sampai 10% berat lahir hilang
dalam beberapa hari pertama, utamanya karena kehilangan cairan melalui pernapasan,
uri, defekasi, dan penurunan pemasukan. Berat lahir akan naik kembali pada minggu
kedua kehidupan, dan terjadi peningkatan secara bertahap dalam berat badan, tinggi
badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pada bulan pertama, berat badan rata-rata
meningkat 120-240 g per minggu, tinggi badan 0,6-2,5 cm, dan 2 cm dalam lingkar
kepala.
Denyut jantung neonatus secara bertahap menurun dari denyut jantung janin 130
sampai 160 kali per menit turun menjadi 120 sampai 140 kali per menit. Rata-rata
tekanan darah 74/46 mmHg. Rata-rata waktu pernapasan adalah 30 sampai 50 kali per
menit. Karena neonatus bernapas melalui hidung, penting untuk menjaga saluran
hidung bersih. Temperatur aksila berada dalam rentang antara 36oC sampai 37,5o C
dan secara umum menjadi stabil dalam 24 jam setelah lahir.
Karakteristik fisik yang normal termasuk tetap adanya lanugopada kulit di bagian
belakang ; sianosis pada tangan dan kaki, khususnya selama aktivitas ; dan abdomen
yang lebih lembut dan menonjol.
Fungsi neorologis dikaji dengan mengobservasi tingkat aktivitas neonatus,
kewaspadaan, iritabilitas, dan respon terhadap stimulus dan kehadiran serta kekuatan
10
dari refleks. Refleks normal termasuk berkedip dalam berespon terhadap cahaya yang
terang dan gerakan terkejut dalam respon terhadap suara ribut yang tiba-tiba dan keras.
Karakteristik perilaku bayi baru lahir yang normal meliputi periode mengisap,
menangis, tidur, dan beraktivitas.
2) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif yang awal mulai dengan perilaku bawaan, refleks, dan
fungsi sensori. Bayi baru lahir memulai aktivitas refleks, menyesuaikan benda-benda
yang baru ke dalam perilaku, dan mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai
keinginan mereka. Fungsi sensori membantu perkembangan kognitif pada bayi baru
lahir. Pada saat baru lahir, anak-anak dapat berfokus pada benda berjarak kira-kira 8
sampai 10 inci dari wajah mereka dan dapat melihat benda. Sistem auditorius dan
vestibular berfungsi dari saat lahir. Kemampuan sensori ini memberikan neonatus
untuk mengeluarkan stimulus lebih daripada hanya menerima stimulus. Orang tua
harus diajarkan pentingnya memberikan stimulus sensori, misalnya berbicara dengan
bayi mereka dan memegang mereka untuk melihat wajah mereka. Hal ini
memungkinkan bayi untuk mencari atau mengambil stimulus, dengan demikian
memperbesar pembelajaran dan peningkatan perkembangan kognitif.
Untuk neonatus menangis adalah komunikasi. Mereka menangis untuk suatu
alasan, walaupun pada saatnya alasan ini sulit untuk ditentukan. Dengan bantuan
perawat, orang tua belajar untuk mengenali arti tangisan bayi dan mengambil tindakan
yang sesuai jika dibutuhkan.
3) Perkembangan Psikososial
Selama bulan pertama kehidupan, orang tua dan bayi baru lahir normalnya
membangun hubungan yang kuat yang tumbuh ke dalam kedekatan yang dalam.
Interaksi selama perawatan rutin memperbesar atau memperkecil proses kedekatan.
Tindakan menyusui, kebersihan, dan memberikan rasa nyaman sebanyak mungkin
ketika bayi terjaga. Pengalaman interaksi ini memberi dasar untuk terjadi bentuk
kedekatan yang dalam. Neonatus merupakan partisipan yang aktif dalam proses ini.
Jika orang tua atau anak-anak mengalami komplikasi kesehatan setelah lahir,
hubungan dapat terganggu. Isyarat perilaku bayi mungkin lemah atau tidak ada.

11
Perawatan dan pengasuh secara bersama kurang memuaskan. Rasa lelah, orang tua
yang sakit memiliki kesulitan untuk mengartikan dan merespons bayi mereka.
4) Emosi bayi (Neonatal)
Melihat tidak adanya koordinasi yang merupakan ciri dari aktifitas bayi neonatal,
tidaklah masuk akal untuk mengharapkan emosi yang khusus, yang jelas, pada saat
bayi dilahirkan. Reaksi emosional hanya dapat diuraikan sebagai keadaan yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang pertama ditandai oleh tubuh yang
tenang dan yang kedua ditandai oleh tubuh yang tegang.
Ciri yang menonjol dari keadaan emosi adalah tidak adanya tingkatan reaksi yang
menunjukkan tingkat intensitas yang berbeda. Apapun rangsangannya, yang dihasilkan
adalah emosi yang kuat (intens) dan tiba-tiba.
5) Kemampuan Belajar
Perkembangan otak dan saraf yang memungkinkan proses belajar belum terdapat
pada bayi neonatal terutama pada hari-hari pertama kehidupan pascanatal. Bayi
neonatal sering tidak mampu melakukan bentuk belajar yang sangat sedehana atau
belajar melalui asosiasi. Kecuali situasi makan, reaksi yang berupa kebiasaan sulit
diperoleh. Kalau reaksi ini tampak biasanya tidak stabil dan kurang bernilai.

6) Bermain
Pola bermain yang umum dari masa bayi :
a. Sensomotorik : ini adalah bentuk permainan yang paling awal dan terdiri dari
tendangan, gerakan-gerakan mengangkat tubuh, bergoyang-goyang, menggerak-
gerakkan jari jemari tangan dan kaki, memanjat, berceloteh dan mengelinding.
b. Menjelajah : dengan berkembangnya koordinasi lengan dan tangan, bayi mulai
mengamati tubuhnya dengan menarik rambut, menghisap jari tangan dan kaki,
memasukkan jari-jari ke dalam pusar, dan memainkan alat kelamin. Mereka
mengocok, membuang, membanting, menghisap dan menarik-narik mainan dan
menjelajah dengan cara menarik, membanting dan merobek benda-benda yang
dapat diraihnya.

12
c. Meniru : dlam tahun kedua, bayi mencoba meniru kelakuan orang-orang di sekitar
mereka, seperti membaca majalah, menyapu lantai atau menulis dengan pensil
atau krayon.
d. Berpura-pura : selama tahun kedua, kebanyakan bayi memberikan sifat kepada
mainannya seperti sifat-sifat yang sesungguhnya. Boneka-boneka hewan diberi
sifat hewan sungguhan sama halnya boneka atau mobil-mobilan dianggap seperti
orang atau mobil.
e. Permainan : sebelum berusia satu tahun bayi memainkan permainan-permainan
tradisional seperti ”Cilukba”, ”Petak umpet (sembunyi-sembunyian)” dsb.
Biasanya dilakuakan bersama orang tua, nenek, atau kakak-kakak.
f. Hiburan : bayi senang dinyanyikan, diceritai, dan dibacakan dongeng-dongeng.
Kebanyakan bayi menyenangi siaran radio dan televisi dan melihat gambar-
gambar.
5. Masalah Kelahiran Anak Pertama
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak baru lahir meliputi bahaya fisik, bahaya
fisiologis, dan bahaya psikologis.
1) Bahaya Fisik
a. Kematian
Selama tahun pertama, kematian biasanya disebabkan oleh penyakit yang parah
sedangkan dalam tahun kedua kematian lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan.
Sepanjang masa bayi, lebih banyak anak laki-laki yang mati dari pada anak
perempuan.
b. Penyakit
Meskipun benar bahwa banyak kematian dalam bulan-bulan pertama disebabkan
karena penyakit gastrointestinal atau komplikasi pernapasan, tetapi jumlah
kematian yang dulu disebabkan karena penyakit parah sekarang jauh berkurang
karena sekarang bayi diberi suntikan dan vaksinasi untuk memperkebal tubuh
terhadap penyakit yang dulu merupakan penyakit yang fatal. Tetapi penyakit
ringan seperti selesma dan gangguan pencernaan umum terjadi. Diagnosa yang
tetap dan perawatan medis yang baik dapat mencegah akibat yang buruk. Tetapi
kalau diabaikan, seperti yang terjadi dalam selesma, gangguan-gangguan yang
13
lebih parah berkembang cepat, terutama radang telinga. Penyakit yang lama dapat
mengganggu pola pertumbuhan normal. Tidak semua bayi setelah sembuh dapat
mengejar perkembangan pertumbuhannya. Seberapa jauh pola pertumbuhan
dipengaruhi oleh penyakit yang lama diderita sampai sekarang belum dapat
ditentukan.
c. Kecelakaan
Pada tahun pertama kecelakaan tidak banyak terjadi karena bayi sangat terlindung
dalam tempat tidur atau kereta tidurnya. Namun dalam tahun kedua pada saat bayi
dapat bergerak lebih bebas dan tidak sangat dilindungi, kecelakaan lebih sering
terjadi. Kecelakaan seperti luka memar dan luka garuk merupakan kecelakaan
ringan dan tidak meninggalkan akibat yang permanen. Jenis lain seperti pukulan
di kepala atau sobekan-sobekan merupakan kecelakaan yang cukup parah dan
dapat meninggalkan bekas luka atau bahkan mengakibatkan akibat yang fatal.
Tetapi kecelakaan ringan sekalipun dapat meninggalkan luka psikologis. Bayi
sering menakuti situasi yang sama dengan situasi yang menimbulkan kecelakaan
atau ia mengembangkan sikaf takut sebagai akibat seringnya mengalami
kecelakaan.
d. Kurang Gizi
Kekurangan gizi yang dapat disebabkan karena kurang makan atau diet yang tidak
seimbang, tidak saja dapat merusak pertumbuhan fisik tetapi juga merusak
perkembangan mental. Hal ini dapat menyebabkan rintangan dalam pertumbuhan
dan mengakibatkan cacat fisik seperti gigi busuk, kaki bengkak dan
kecenderungan menderita banyak penyakit. Karena otak tumbuh dan berkembang
sangat cepat dalam masa bayi maka dapat sangat dipengaruhi oleh kurangnya gizi.
Dua tahun pertama disebut periode kritis dalam pertumbuhan otak karena adanya
peningkatan yang mencolok dalam perkembangan sel-sel otak pada masa ini, oleh
karena itu merupakan periode dimana otak sangat rentan terhadap kerusakan.
Kalau pada saat ini bayi menderita kekurangan gizi tidak dapat dijamin bahwa
perkembangan selanjutnya akan berjalan normal. Kalau pertumbuhan dan
perkembangan otak terganggu anak tidak dapat mencapai potensi-potensi
intelektualnya, sekalipun sudah menjadi lebih besar anak tidak dapat melakukan
14
tugas-tugas intelektual yang seharusnya dapat dilakukan seandainya
perkembangan yang normal tidak terganggu oleh rusaknya perkembangan otak
karena kekurangan gizi.
2) Bahaya Fisiologis
a. Kebiasaan Makan
Bayi yang menetek terlampau lama menunjukkan tanda-tanda tegang. Mereka
lebih lama terlibat dalam kegiatan menghisap lainnya (seperti menghisap ibu jari),
lebih banyak mengalami kesulitan tidur dan lebih gelisah dari pada bayi yang
periode meneteknya lebih singkat. Kalau terlambat disapih bayi cenderung
menolak jenis makanan yang baru dan cenderung menghisap ibu jari sebagai
pengganti puting susu ibu. Bayi juga akan menolak makanan yang agak padat
kalau makanan agak keras terlampau cepat diperkenalkan, bukan karena rasanya
melainkan karena kekerasannya.
b. Kebiasaan Tidur
Menangis, permainan yang berat dengan orang dewasa, atau kegaduhan dapat
membuat anak menjadi tegang dan sulit tidur. Jadwal tidur yang tidak memenuhi
persyaratan membuat bayi tegang dan menolak tidur.
c. Kebiasaan Pembuangan
Kebiasaan ini tidak dapat dibentuk sebelum saraf dan otot-otot berkembang
dengan baik. Mencoba melatih pembuangan terlampau awal membuat bayi tidak
mau berkerja sama dalam membentuk kebiasaan ini kalau ia sudah matang
nantinya. Sebaliknya, penundaan melatih pembuangan mengakibatkan kebiasaan
yang tidak teratur dan kurangnya motivasi. Mengompol merupakan hal yang
umum bila latihan bila tidak dilakukan sesuai dengan kesiapan perkembangan
bayi.
3) Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam perkembangan motorik
Kalau perkembangan motorik terlambat, bayi akan sangat dirugikan pada saat
mulai bermain dengan teman-teman sebaya. Semakin banyak kelambatan dalam
pengendalian motorik, akan semakin lambat ia memperoleh keterampilan yang
dimiliki anak-anak lain. Lagi pula, karena keinginan mandiri sudah mulai
15
berkembang pada awal tahun kedua, maka bayi yang perkembangan motoriknya
terlambat akan merasa kecewa kalau gagal dalam usahanya melakukan sesuatu
secara sendirian. Yang juga sangat mengganggu dalam penyesuaian diri anak
adalah tekanan dari orang tua untuk mencapai pengendalian motorik dan untuk
belajar keterampilan motorik sebelum ia cukup matang untuk melakukannya. Di
bawah kondisi ini bayi sering mengembangkan sikap menolak dan negativistik
yang akan melemahkan motivasinya dan menyebabkan tertunda mempelajari
tugas-tugas yang seharusnya sudah dapat kuasai.
b. Bahaya Dalam Berbicara
Kelambatan dalam berbicara, seperti halnya kelambtan dalam pengendalian
motorik, menjadi serius dalam masa bayi karena pada masa ini diletakkan dasar-
dasar untuk alat komunikasi yang nanti diperlukan kalau cakrawala sosial meluas.
Dalam masa awal kanak-kanak, ketika minat terhadap orang-orang di luar rumah
mulai timbul, anak yang mengalami kelambatan berbicara akan merasa
dikucilkan. Kelambatan berbicara disebabkan karena beberapa hal, yang paling
sering adalah intelegensi yang rendah, kurangnya perangsangan (terutama dalam
tahun pertama) dan kelahiran kembar. Kalau orang tua atau pengasuh tidak
merangsang anak untuk berceloteh atau mencoba mulai bicara, maka kebanyakan
bayi akan kehilangan minat untuk mencoba bicara. Kelambatan bicara pada bayi
kembar banyak dapat disebabkan karena kelambatan perkembangan yang
merupakan ciri dari bayi tersebut atau karena bayi biasanya belajar saling
berkomunikasi dengan bentuk prabicara.

c. Bahaya Emosi Yang Umum Pada Masa Bayi


- Kurangnya kasih sayang
- Tekanan
-  Terlampau banyak kasih sayang
-  Emosi yang kuat
d. Bahaya Sosial
Bahaya sosial yang utama adalah kurangnya kesempatan dan motivasi untuk
belajar menjadi sosial. Ini mendorong lambatnya sifat-sifat egosentris
16
berlangsung, yang merupakan ciri dari setiap bayi, dan mengakibatkan
perkembangan sikaf introvert. Kurangnya kesempatan untuk kontak sosial dalam
setiap usia akan mengganggu, terutama dari usia 6 minggu sampai 6 bulan yang
merupakan saat keritis dalam pengembangan sikap yang mempengaruhi pola
sosialisasi. Meskipun sikap sosial dapat dan memang berubah, banyak individu
yang membentuk sikap sosial yang kurang baik pada saat bayi akan terus bersikap
kurang sosial kalau besar nanti.
e. Bahaya Bermain
Bermain pada masa bayi merupakan bahaya potensial, baik secara fisik maupun
psikologis. Banyak mainan dapat menimbulkan goresan, memar atau
menyebabkan bayi tercekik karena ada bagian yang lepas. Bahaya psikologis yang
utama adalah bahwa bayi sangat bergantung pada mainan untuk memperoleh
hiburan dan tidak belajar bermain yang melibatkan interaksi dengan orang-orang
lain. Televisi, yang digunakan pengganti pengasuh, tidak mendorong anak untuk
memainkan peran aktif dalam bermain.
f. Bahaya dalam Pengertian
Meskipun pengertian merupakan tahap perkembangan yang masih sangat
sederhana namun dapat merupakan bahaya psikologis yang bahaya. Dalam
perkembangan konsep, relatif mudah untuk memperbaiki konsep yang salah
tentang orang, benda atau situasi dengan konsep yang benar. Tetapi, semua
konsep mempunyai bobot emosi, dan disinilah letak bahayanya. Kalau, misalnya,
bayi belajar mengasosiasikan kembang gula dengan perilaku yang baik dan
menganggap sayur-sayuran sebagai bentuk hukuman, bobot emosi dari konsep ini
akan mengakibatkan suka atau tidak terhadap jenis makanan.

g. Bahaya Moralitas
Bahaya psikologis yang serius untuk perkembangan moral di masa depan terjadi
bila bayi mendapatkan bahwa ia lebih banyak memperoleh perhatian kalau ia
melakukan sesuatu yang mengganggu atau melawan orang lain daripada kalau
melakukan tindakan yang lebih diterima.
h. Bahaya Hubungan Keluarga pada Masa Bayi
17
-          Perpisahan dengan Ibu
-          Gagal mengembangkan perilaku akrab
-          Merosotnya hubungan keluarga
-          Terlampau melindungi
-          Latihan yang tidak konsisten
-          Penganiayaan anak
6. Perawat Dalam Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Keluarga Kelahiran Anak
Pertama
Sebagi kekhususan perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalm
memberikan asuhan keperawatan keluarga.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatn dan konsultasi antara lain
(Mubarak, dkk : 88) :
a.  Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan bayi,
b.  Mengenali gangguan kesehatn bayi secara dini dan mengatasinya,
c.  Imunisasi yang dibutuhkan anak,
d.  Tumbang anak yang baik,
e.  Interaksi keluarga,
f.   Keluarga berencana, serta
g.  Pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.

C. ASUHAN KEPERAWATAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN


KELAHIRAN ANAK PERTAMA
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematis untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap terpenting dalam proses keperawatan, mengingat
pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data yang ada pada
keluarga. Oleh karena itu, perawat keluarga diharapkan memahami betul lingkup,
18
metode, alat bantu, dan format pengkajian yang digunakan. Data-data yang dikumpulkan
antara lain: (Santun setiawan dkk, hal 45)
a) Data umum
- Nama KK
- Umur
- Alamat
- Pekerjaan KK
- Komposisi keluarga
- Genogram
- Tipe keluarga
- Suku bangsa
- Agama
- Status social ekonomi keluarga
- Aktivitas rekreasi keluarga
b) Riwayat dan tahapan perkembangan
 Tahapan keluarga saat ini
Tahapan perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh usia anak tertua dari
keluarga inti
 Tugas tahapan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang di alami
keluarga
 Riwayat keluarga inti
Menjelaskan tentang riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan anggota
keluarga, upaya dalam pencegahan suatu penyakit.
 Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan generasi keluarga dari penyakit menular dan
keturunan.
c) Lingkungan
 Karakteristik Rumah
- Ukuran rumah

19
- Kondisi dalam rumah dan luar rumah
- Kebersihan rumah
- Ventilasi rumah
- Saluran pembuangan air limbah
- Pengolahan sampah
- Kepemilikan rumah
- Kamar mandi
- Denah rumah
 Karakteristik tetangga dan komunitas
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat dan
meliputi kebiasaan, nilai dan norma serta budaya penduduk setempat
 Mobilisasi geografi keluarga
Menjelaskan mobilisasi dnan anggota keluarga
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan
berinteraksi dengan masyarakat
 System pendukung keluarga
Menjelaskan jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang
mendukung kesehatan
d) Struktur keluarga
 Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana komunikasi dalam keluarga dan bagaimana anggota
keluarga menciptakan komunikasi
 Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan menhgendalikan
anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
 Struktur peran
Menjelaskan tentang peran masing-masing anggota keluarga secara formal
maupun informal baik di lingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat
 Nilai dan norma budaya

20
Menjelaskan mengenai system norma yang dianut keluarga dan berhubungan
dengan kesehatan.
e) Fungsi keluarga
 Fungsi Afektif
Yaitu fungsi mempertahankan kepribadian memfasilitasi stabilisasi kepribadian
orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
 Fungsi Sosialisasi dan status sosisal
Yaitu fungsi memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan
anak sebagai anggota masyarakat yang produktif, serta memberikan status pada
anggota keluarga
 Fungsi Reproduksi
Yaitu fungsi untuk mempertahankan kontiniutas keluarga selama beberapa
generasi untuk berlangsungan hidup masyarakat.
 Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya
 Fungsi Perawatan Kesehatan
Yaitu menyediakan kebutuhan-kebutuhan fisik: makan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan.
f)  Stress dan koping keluarga
 Stressor jaangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga dan memerlukan
penyelesaian salam waktu kurang dari 6 bulan. Sedangkan stressor jangka panjang
adalah stressor yang memerlukan penyelesian lebih dari 6 bulan.
 Kemampuamn keluarga berespon terhadap stressor dan situasi mengkaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap stressor dan situasi
 Strategi koping yang digunakan
Menjelaskan strategi seperti apa yang digunakan keluarga bila ada permasalahan
g) Harapan keluarga
Menjelaskan harapan keluarga terhadap kesehatan
h) Data tambahan
i)  Pemeriksaan fisik
21
Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga.
j) Prioritas Masalah
Prioritas masaslah adalah penentuan priorotas urutan masalah dalam merencanakan
penyelesaian masalah keperawatan melalui perhitungan skor. Skala ini memiliki empat
kriteria.
1. Kriteria pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), rrisiko (skor 2),
dan wellness (skor 1) dengan bobot 1, pembenaran sesuai dengan maslah yang
sudah terjadi, akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih
tinggi.
2. Kriteria kedua : kemungkinan maslah dapat diubah denga skala mudah (skor
2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2. Pembenaran di
tunjang dengan data pengetahuan (pengetahuan klien/keluarga, teknologi, dan
tindakan untuk menangani masalah yang ada), sumber daya keliarag (dalam
bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan,
keterampilan, dan waktu)., dan sumber daya masyarakat (dalam benuk fasilitas,
organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat).
3. Kriteria ketiga : potensial masalah untuk dicegah dengan skala skor tinggi
(skor 3) cuku (skor 2) dan redah (skor 1) dengan bobot 1. Pembenaran
ditunjang dengan data dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah. Lamanaya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang sedang
dijalankan (tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah), dan adanya
kelompok yang sangat peka menambah potensial untuk mencegah masalah.
4. Kriteria keempat : menonjolnya masalah dengan skala segera (skor 2), tidak perlu
segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) denagn obot 1. Pembenaran ditunjang
dengan datapresepsi keluarga dalam prioritas dapat dilihat dalam tabel :
NO KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN
1 Sifat masalah
Skala : Aktual 3 1
Resiko 2

22
Potensial/Wellness 1

2 Kemungkinan masalah dapat


diubah
Skala : Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk
dicegah
Skala : Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : Segera 2 1
Tidak perlu segera 1
Tidak dirasakan 0

Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria kemudaian kita
lakukan perhitungan menggunkaan rumus berikut untuk menetapkan nilai masalah.
Skor dibagi angka tertinggi dai kali bobot, jumlahkan skornya. Skor tertinggi
merupakan prioritas diagnose yang akan kita tanggulangi lebih dahulu.

2. Tahap perumusan diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukan status kesehatan
mulai dari potensial, resiko tinggi sampai dengan masalah yang aktual. (Santun setiawan
dkk, hal 48).
Masalah keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI yaitu :
a. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuan suplai ASI (D.0029)
b. Gangguan tumbuh kembang b.d Efek ketidakmampuan fisik (D.0106)
23
3. Tahap penyusunan rencana keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Edukasi menyusui (I.12393)
b.d ketidakadekuan keperawatan, maka diharapkan Observasi :
suplai ASI (D.0029) status menyusui membaik a. Identifikasi kesiapan
(L.03029) dengan kriteria dan kemampuan
hasil : menerima informasi
a. Perlekatan bayi pada b. Identifikasi tujuan atau
payudara ibu keinginan menyusi
meningkat Terapeutik :
b. Tetesan/pancaran ASI a. Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
c. Suplai ASI adekuat kesehatan
meningkat b. Jadwalkan pendidikan
d. Hisapan bayi kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
c. Berikan kesempatan
untuk bertanya
d. Dukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
Edukasi :
a. Berikasn konseling
menyusui
b. Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
c. Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
24
perlekatan dengan
benar
d. Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkonmpres
dengan kapas yang
telah diberikan minyak
kelapa
e. Ajarkan perawatan
payudara postpartum

2. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan tindakan Perawatan perkembangan


kembang b.d Efek keperawatan, maka diharapkan (I.10339)
ketidakmampuan fisik status perkembangan membaik Observasi :
(D.0106) (L.10101) dengan kriteria a. Identifikasi pencapaian
hasil : tugas perkembangan
a. Ketrrampilan perilaku anak
sesuai usia meningkat b. Identifikasi isyarat
b. Respon social perilaku dan fisiologis
meningkat yang ditunjukan bayi
c. Kontak mata (mis, lapar, tidak
meningkat nayaman)
Terapeutik :
a. Berikan sentuhan yang
bersifat gentle dan
tidak ragu-ragu
b. Minimalkan kebisingan
ruangan
c. Pertahankan
lingkungan yang
25
mendukung
perkembangan optimal
Edukasi :
a. Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong bayinya
b. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
Kolaborasi :
a. Rujuk untuk konseling,
jika perlu

4. Tahap pelaksanaan keperawatan keluarga


Pelaksanaan merupakan salah satu dari proses kepearawatan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat keluarg dalam mengadakan perbaikan
kearah perilaku yang hidup sehat. (Mubarak dkk, 2011,hal 108)
5. Tahap evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Sesuai tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakuka dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan ketersediaan keluarga. (Mubarak dkk, 2011,hal 109)

BAB III
26
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara umum pengertian dari child bearing adalah keluarga yang berada pada tahap
perkembangan ke II mulai dari kehamilan samapi berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan. Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima pertumbuhan
dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain , khususnya orangtua yang
baru memiliki anak pertama membutuhkan bimbingan dan dukungan. Orangtua perlu
memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan kebutuhan anak akan keselamatan,
keterbatasan dan latihan buang air (toilet training). Mereka perlu memahami konsep kesiapan
perkembangan, konsep tentang “saat yang tepat untuk mengajar mereka”. Pada saat yang
sama pula orangtua perlu bimbingan dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka kuasai
selama tahap ini.

B. SARAN
Untuk mahasiswa diharapkan agar dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga pada 
keluarga baru mempunyai anak satu dengan baik dan benar. Dengan banyak membaca buku
dan memahaminya dengan baik dan benar, latihan-latihan , serta praktek kasus di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
27
Ali. 2006. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta. EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga


Setiawati, Satun, dkk. 2008. Penutun Praktis Asuhan Keperawatan Keluaraga. Jakarta: Trans
Info Media

28

Anda mungkin juga menyukai