Anda di halaman 1dari 40

EVIDENCE BASE PRACTICE DALAM KEPERAWATAN ANAK BERUPA

INTERVENSI MUTAKHIR DALAM KONTEKS KEPERAWATAN


ANAK DI KOMUNITAS
“ PEMBERIAN BAWANG MERAH UNTUK DEMAM ANAK “
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak

Dosen Pengajar :
Hurun Ain, SKp, M.Kep

Oleh Kelompok 7 :

Basilio Robertus P17212215041


Dwi Putri Y. P17212215053
Indira Marga Kusuma P17212215008
Lailaturrosidah P17212215073
Sarmillawati P17212215117
Sekar Prana I. P17212215026
Shelvia Rosalinda P17212215038
Silva Niar Katamsi P17212215118
Yenny Yulistiani P17212215119
Yunda Arizatul B P17212215063

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan Evidence Base Practice kami yang berjudul “Pemberian Bawang Merah
Untuk Demam Anak “Evidence Base Practice ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Kritis.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami ibu
Hurun Ain, SKp, M.Kep, dan teman-teman sekelompok yang telah memberikan
dukungan dan kerjasama dalam menyelesaikan Evidence Base Practice ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan Evidence Base Practice ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Malang, 10 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan
Penulisan.............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak...................................................................................................4
1. Definisi Anak.............................................................................................4
2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pra
Sekolah......................4
2.2 Konsep
Demam...............................................................................................5
1. Definisi Demam.......................................................................................5
2. Tipe Demam...........................................................................................5
3. Etiologi Demam.......................................................................................7
4. Manifestasi Klinis...................................................................................7
5. Pathway...................................................................................................9
6. Pemeriksaan penunjang...........................................................................9
2.3 Konsep Bawang Merah.................................................................................10
1. Definisi Bawang Merah..........................................................................10
2. klasifikai Bawang Merah........................................................................10
3. Morfologi Bawang Merah......................................................................10
4. Kandungan Bawang Merah....................................................................11
5. Kompres Bawang Merah........................................................................14
BAB III ETODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian..........................................................................................18
3.2 Strategi Pencarian Literature.......................................................................18
3.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi.........................................................................19
3.4 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas...........................................................21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Literature Review...............................................................................24
4.2 Pembahasan..................................................................................................29

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................33
5.2 Saran ............................................................................................................33

Daftar Pustaka......................................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi
penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (Hidayat, 2012). Pembangunan kesehatan di Indonesia diakui relatif
berhasil, namun keberhasilan yang dicapai belum dapat menuntaskan problem
kesehatan secara menyeluruh (Arisandi, 2012). Menjaga kesehatan anak
menjadi perhatian khusus saat pergantian musim yang umumnya disertai
dengan berkembangnya berbagai penyakit. Kondisi anak dari sehat menjadi
sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang disebut
demam (hipertermi).
Demam adalah kondisi dimana suhu tubuh berada di atas normal
(Wardiyah et al., 2015). Suhu tubuh normal manusia berkisar pada 36- 37°C,
namun saat demam dapat melebihi 37°C (Kurniati, 2016). Demam antara lain
disebabkan karena infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara produksi
panas dan pengeluarannya (Salgado et al., 2016). Meskipun demikian, demam
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan
nonspesifik dalam membantu pemulihan, pertahanan terhadap infeksi dan
sinyal bahwa tubuh sedang mengalami gangguan kesehatan (Wardiyah et al.,
2015).
Demam merupakan salah satu tanda penyakit yang paling umum. Demam
menjadi alasan di balik 15-25% kunjungan pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar atau unit gawat darurat (Barbi et al., 2017). Di Indonesia,
sebanyak 30% kunjungan ke dokter anak disebabkan oleh demam (IDAI,
2014).

1
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di
seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya (Setyowati, 2013). Di Amerika Serikat sendiri angka kejadian
demam pada tahun 2012 yang berkisaran antara 0,8% - 1,2% dari setiap 1000
bayi setiap tahunnya, dan yang mengalami kejang 1,5% per bulan dari semua
kejadian. Dan kejadian demam sering meningkat pada bayi kurang bulan.
Survei Kesehatan Nasional (2011), menunjukkan angka kesakitan bayi dan
balita dikisaran 49,1% (0-1 tahun), dan 54,8% balita (1-4 tahun). Ditemukan
prevalensi demam pada usia 0-4 tahun sebanyak 33,4%, batuk 28,7% dan
diare 11,4%. Badan Pusat Statistik (2012), anak demam sebanyak 90.245
anak, tahun 2013 sebanyak 112.511 anak (Doloksaribu & Siburian, 2016).
Menurut laporan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) (2012)
anak yang berusia dibawah 5 tahun atau anak balita diketahui sebesar 31%
yang mengalami demam dan sebesar 37% pada anak yang berusia 6-23 bulan
yang lebih mudah mengalami demam dan sebesar 74% yang dibawa ke
fasilitas kesehatan (Fitriana, 2017).
Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu tubuh dapat dilakukan
secara fisik (non farmakologik) yaitu dengan penggunaan kompres hangat,
dan juga dapat dilakukan dengan obat tradisional. Salah satu tanaman obat
yang dapat digunakan untuk mengendalikan demam adalah bawang merah
(Allium Cepa var. ascalonicum).
Bawang merah mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine
sulfoxide (Alliin). Bawang merah yang digerus akan melepaskan enzim
alliinase yang berfungsi sebagai katalisator untuk alliin yang akan bereaksi
dengan senyawa lain misalnya kulit yang berfungsi menghancurkan bekuan
darah (Utami, 2013). Kandungan minyak atsiri dalam bawang merah juga
dapat melancarkan peredaran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar.
Kandungan lain dari bawang merah yang dapat menurunkan suhu tubuh
adalah florogusin, sikloaliin, metialiin, dan kaemferol (Tusilawati, 2010).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti pemberian
bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak saat demam. Tujuan

2
umum penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan suhu tubuh anak
demam sebelum dan setelah pemberian bawang merah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah terdapat Perbedaan Pemberian Bawang Merah
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Saat Demam.

1.3 Tujuan Masalah


1. Menganalisis pemberian bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh
anak saat demam
2. Membuktikan perbedaan suhu tubuh anak demam sebelum dan setelah
pemberian bawang merah
3. Menganalisis intervensi mutakhir dalam konteks kesehatan anak

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Konsep Anak


1. Definisi Anak
Menurut UU No 35 tahun 2014 pasal 1 ayat (1) berbunyi, “Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan. Definisi lain menyatakan batasan
usia anak adalah sejak dalam kandungan sampai dengan umur 19 tahun
[ CITATION WHO15 \l 1033 ]. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
mengungkapkan bahwa individu yang telah mencapai umur diatas 12
tahun telah tegolong dalam kategori remaja.Sehingga anak dapat
didefinisikan sebagai individu yang berada pada rentang usia 0-12 tahun.

2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pra Sekolah


Pertumbuhan pada anak usia pra sekolah terdiri dari penambahan
berat badan sekitar 2-3 kg per tahun, penambahan tinggi badan sekitar
6,5 hingga 7,8 cm setiap tahun, serta pertumbuhan kepala dan dada yang
mulai mengikuti pertumbuhan tulang anak [ CITATION Ter14 \l 1033 ].
Perkembangan usia anak pra sekolah dapat dilihat dari aspek kognitif,
psikososial, dan moral [ CITATION BKo16 \l 1033 ]. Perkembangan kognitif
pada kategori usia ini berada pada tahap peralihan dari prakonseptual
menjadi intuitif. Perkembangan psikosial berada pada fase insiatif versus
rasa bersalah, dimana anak mulai keinginannya dengan cara
mengeksplorasi terhadap apa yang ada disekililingnya. Anak pada usia
ini merupakan pelajar yang energik, antusias, memiliki imajinasi yang
aktif. Perkembangan moral anak pada usia pra sekolah adalah anak
mulai memiliki kemampuan dalam mengindentifikasi tingkah lakunya
serta 29 mulai mampu membedakan tindakan yang benar dan salah.
Anak pada usia ini berada tahap konvensional, yaitu adanya perasaan
perasaan bersalah dan menekan pada pengendalian eksternal. Standar

4
moral anak pada usia ini adalah apa yang diamatinya dari orang
disekililingnya.

2.2. Konsep Demam


1. Definisi

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di


hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu
orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi
karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi. Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan
suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan
lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut
demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
2. Tipe Demam Yang Mungkin Kita Jumpai Antara Lain :
a. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.

5
c. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.

e. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam
kadang- kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya
tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus
tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

Jenis Demam Ciri-ciri


Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari
turun hingga diatas normal, sering
disertai menggigil dan
berkeringat

6
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

3. Etiologi

Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa


etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:


a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit kemerahan

7
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,


anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi
dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan
karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin,
nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo),
keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito.
2000).

8
5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien demam menurut (Mansjoer, 2009)


Yaitu:
a. Pemeriksaan leukosit : Pada kebanyakan kasus demam jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada dalam batas normal,kadang
kadang terdapat leukositosis walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit
berguna untuk pemeriksaan demam.
b. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat Transaminase)
dan ISGPT( Serum Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT

9
sering meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya
demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan pembatasan
pengobatan.
c. Uji Widal : Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody /
agglutinin. Agglutinin yang spesifik terdapat salmonella terdapat
serum demam pasien. Antigen yang didigunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dantelah diolah
dilaboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
demam thypoid.

2.3. Konsep Bawang Merah


1. Definisi Bawang Merah
Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) adalah salah
satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan
pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar
ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis maupun tropis. Wujudnya
berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar,
obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya
dapat pula digunakan untuk campuran sayur [CITATION Erv20 \l 1033 ].
2. Klasifikasi Bawang Merah
Bawang merah (shallot) merupakan tanaman semusim bersiung
memiliki umbi lapis dan sering digunakan sebagai bumbu penyedap
masakan. Menurut ilmu tumbuhan atau botani, klasifikasi tanaman
bawang merah yaitu Kindom Plantae, Divisio Spermatophyta, Su-divisio
Angiospermae, Class Monocotyledonae Ordo Liliales/ Liliflorae, Family
Liliceae, Genus Allium, Spesies Allium ascalonicum L. atau Allium cepa
var. Ascalonicum [ CITATION IGe14 \l 1033 ].
3. Morfologi Bawang Merah
Menurut Hidayat & Napitupulu (2015) menguraikan bahwa
tanaman bawang merah memiliki morfologi sebagai tanaman semusim
yang berbentuk seperti rumput, berbatang pendek, berakar serabut,

10
memiliki tinggi sekitar 25 cm dan membentuk rumpun. Selain itu, akar
pada tanaman umbi ini berjumlah 20-200 yang tersebar pada kedalaman
15-20 cm di dalam dan tanaman ini juga memiliki tankai yang tumbuh
keluar dari dasar umbi. Sedangkan pada bagian daun, tanaman ini
memiliki daun yang berbentuk 45 seperti pipa, bulat kecil dan
memanjang hingga 50-70 cm, berongga dan meruncing pada ujung,
memiliki warna hijau muda hingga hijau tua. Batang tanaman ini
merupakan batang semu yang berada didalam tanah dan dapat
bermodifikasi menjadi umbi lapis. Tanaman ini juga memiliki bunga
majemuk berbentuk tandan yang terdiri dari 50-200 kuntum bunga.
Sedangkan pada buah tanaman ini berbentuk bulat dengan ujung tumpul
yang membungkus biji dan berbentuk agak pipih.

4. Kandungan dalam Bawang Merah


a. Gizi
Bawang merah memiliki kandungan gizi yang dapat memberi nilai
tambah dan melengkapi gizi menu utama yang
dihidangkan.Kandungan dan nilai gizi bawang merah mentah
disajikan pada Tabel 1.
Kandungan Gizi Nilai Gizi per 100 g
Energi 72 kkal
Air 79,80 g
Karbohidrat 16,80 g
Gula total 7,87 g
Serat total 3,2 g
Protein 2,5 g
Lemak total 0,1 g
Asam lemak jenuh 0,089 g
Asam lemak tak jenuh tunggal 0,011 g
Asam lemak tak jenuh majemuk 0,249 g
Vitamin C 31,2 mg
Vitamin B1 (thiamin) 0,20 mg
Vitamin B2 (riboflavin) 0,11 mg
Vitamin B3 (niasin) 0,7mg
Vitamin B6 (piridoksin) 1,235mg
Vitamin B9 (asam folat) 3 ug

11
Vitamin A 9 IU
Kalsium 181 mg
Zat besi 1,7 mg
Magnesium 25 mg
Fosfor 153 mg
Kalium 401 mg
Natrium/sodium 17 mg
Seng 1,16 mg
Selenium 14,2 ug

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa bawang merah memiliki


kandungan mineral kalium yang cukup tinggi. Kalium berperan
penting dalam proses metabolisme. Mineral inijuga penting dalam
menjaga keseimbangan tekanan darah, mencegah pengerasan
pembuluh darah, dan membersihkan pembuluh darah dari endapan
kolesterol jahat, serta membantu mengatur kontraksi otot rangka dan
otot halus, dan berperan penting dalam fungsi kerja saraf dan
otak.Mineral kalsium dan fosfor yang terkandung dalam bawang
merah penting untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi [ CITATION
IWa19 \l 1033 ].
b. Senyawa Aktif
Menurut [ CITATION IWa19 \l 1033 ] , paparan senyawa aktif yang
terkandung dalam bawang merah beserta manfaat pada kesehatan
yang akan disajikan dalam tabel 1.2 dan 1.3 sebagaimana berikt ini.
Tabel 1.2 Kandungan Senyawa Aktif Bawang Merah
Senyawa Kimia Aktif Dalam Senyawa Aktif Dalam
Bawang Merah Utuh Bawang Merah Cincang
S-Alil-L-Sistein-Sulfoksida (SAC/Alliin) Dialilditiosulfinat (Allisin)
Prostaglandin A-1 Ester asam tiosulfinat
Adenosin Propantiol-S-oksida
Difenil-amina Disulfida
Sikloaliin Polisulfida
Metil-aliin Dialil-sulfida
Dihidro-aliin Dialil-disulfida (DDS)
Profenil-aliin Dialil-trisulfida (DTS)
Profil-aliin Sulfinil-disulfida
Kaemferol Ajoene
Floroglusinol Tiofen

12
Quercetin

Tabel 1.3 Efek Senyawa Aktif Bawang Merah


Senyawa Aktif Efek
Alliin (SAC) Antibakteri, antibiotik, antidiabetes, antihepatotoksik,
antioksidan, antiplatelet, antitrombotik, antitumor,
hepatoprotektif, hipokolesterolemik, hipoglikemik,
imunostimulan, lipolitik
Allisin Alergenik, antiaterosklerotik, antibakteri, antibiotic,
antidiabetes, antiflu, antihipertensi, antiinflamasi,
antioksidan, antiplatelet, antiseptik, antitrigliserida,
antitumor, antiviral, candidisida, fungisida,
hipoglikemik, imunostimulan
Adenosin Antiplatelet, antiinflamasi
Dialil-disulfida Anti-HIV, antibakteri, antioksidan, antitumor,
(DDS/garlisin) antikanker, fungisida, hipokolesterol, hipoglikemik,
imunostimulan
Dialil-trisulfida Antibakteri, antikanker, antioksidan, antiseptik,
(DTS) antiviral, hipokolesterol
Ajoene Antiviral, antitrombosis, antimikroba, antitumor,
antifungal, antioksidan, kardioprotektif
Prostaglandin A- Antikanker, hipotensif
1
Dialil-sulfida Antibakteri, antikanker, antioksidan, antiseptik,
hipokolesterol
Floroglusinol Antiseptik, antitumor, antikanker, fungisida, menjaga
fungsi saluranpencernaan
Kaemferol Antialergi, antibakteri, antikanker, antiinflamasi,
antioksidan, antiplak, antiviral, hepatoprotektif,
vasodilator, kardioprotektif, neuroprotektif, antidiabetes,
antiosteoporosis, analgesic
Sikloaliin Antiagregan, fibrinolitik, efek lakrimatori
Difenil-amina Antidiabetes, hipoglikemik

Berdasarkan tabel diatas senyawa kimia aktif dalam bawang


merah berkhasiat dan sangat bermanfaat bagi kesehatan, seperti
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit,

13
mencegah dan mengobati berbagai jenis penyakit mulai yang ringan
(demam, sakit kepala, sariawan, pilek, masuk angin, perut kembung,
disentri, sembelit, batuk, dan lain-lain) sampai yang berat/penyakit
degeneratif (hipertensi, diabetes mellitus, gangguan jantung,
aterosklerosis, kanker, dan lain-lain).
5. Kompres Bawang Merah
Bawang merah dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
kompres dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam,
tidak terlepas dari peranan senyawa yang terkandung didalam umbi
herbal tersebut. Menurut Rachmad et al., (2013) bawang merah dapat
digunakan sebagai kompres karena mengandung senyawa sulfur organik
yang bernama Allylcysteine sulfoxide (Alliin) yang bereaksi dengan
enzim alliinase (enzim katalisator yang dihasilkan oleh bawang merah
sendiri apabila bawang merah digerus).
Menurut Utami (2013) reaksi yang terjadi diantara senyawa Alliin
dan enzim alliinase ini selanjunya akan berkerja dengan beberapa
senyawa lain untuk menghancurkan pembentukan pembekuan darah,
sehingga memungkinkan peredaran darah menjadi lancar. Dengan
hancurnya pembekuan darah dan lancarnya peredaran darah tersebut
kemudian akan menyebabkan panas dari dalam tubuh lebih mudah
disalurkan ke pembuluh darah tepi/perifer untuk kemudian diekresikan
melalui keringat.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Potter & Perry dalam
[ CITATION EDC14 \l 1033 ] yang menuliskan bahwa gerusan bawang
merah dipermukaan kulit akan merangsang pembuluh darah vena
mengalami perubahan ukuran yang diatur oleh hipotalamus untuk
mengontrol pengeluaran panas. Untuk memberikan respon vasodilatasi
pembuluh darah, sehingga memungkinkan untuk terjadi pengeluaran
panas melalui kulit meningkat, pori-pori mulai membuka, dan terjadilah
pelepasan panas secara evaporasi (berkeringat) sehingga pada akhirnya
suhu tubuh akan kembali normal.

14
Senyawa Allin diketahui memiliki sifat mudah menguap dalam
suhu 200C hingga 400C dan bereaksi dalam kurun waktu 10 – 60 detik.
Sehingga agar reaksi ini tidak terlalu cepat terjadi, maka pada gerusan
bawang dapat ditambahkan minyak. Oleh karena itu, Heriani (2017) juga
menambahkan bahwa minyak yang dapat dipadukan dalam gerusan
bawang merah untuk teknik kompres bawang merah adalah minyak
kelapa, jeruk nipis dan minyak kayu putih.
Selain itu, Wijayanti & Rosyid (2018) juga menambahkan bahwa
pemanfaatan bawang merah sebagai alternatif kompres dilakukan karena
bawang merah memiliki kandungan senyawa Flavonoid. Senyawa ini
akan berperan sebagai antioksidan alami serta inhibitor pada siklus
COX. Senyawa flavonoid akan bekerja secara sentral meninhibisi dan
menghambat enzim siklooksigenase-2 seperti yang dilakukan oleh
antipiretik. Enzim siklooksigenase-2 merupakan enzim yang berperan
penting dalam biosintesis PGE2 (Wijayanti & Rosyid, 2018).
Pemanfaatan bawang merah sebagai kompres dalam menurunkan
suhu tubuh anak yang mengalami demam dapat dilakukan dengan cara
mengambil dan mencuci bersih bawang merah sesuai kebutuhan,
kemudian diiris atau dicincang kasar dan dicampurkan dengan air
perasan jeruk nipis dan minyak kayu putih hingga merata. Bahan-bahan
yang telah dicampurkan kemudian dibalurkan atau digosokkan pada area
aksila, karena pada bagian tersebut memiliki banyak pembuluh darah
besar dan memiliki banyak kelenjar apokrin yang mempunyai vaskuler,
sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi dan
memungkinkan perpindahan panas tubuh ke lingkungan delapan kali
lebih banyak.

Namun, pemanfaatan kompres bawang merah tidak hanya


dilakukan pada area aksila (ketiak) saja, melainkan juga dapat dilakukan
pada area tubuh laninnya seperti perut, punggung, ubun-ubun, lipatan
dan paha anak. Kompres bawang merah dapat dilakukan dengan
menggerus bawang merah dan mencampurkannya dengan 2 sdm minyak

15
kayu putih dan selanjutnya menggosokkan pada area punggung, perut,
lipatan paha, ubun-ubun, maupun lipatan ketiak anak. Namun,
penggunan ini harus disesuaikan dengan kondisi anak.

6. Prosedur Kompres Bawang Merah


Adapun tata cara atau prosedur pengaplikasian kompres bawang
merah dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam
dapat dilakukan dalam dua tahapan, yakni tahap periapan dan tahap
pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1) Jelaskan dan demonstrasikan prosedur kompres bawang merah
kepada keluarga anak.
2) Perisiapkan alat dan bahan yang meliputi 4 siung bawang merah,
2 mangkuk/piring, 1 buah pisau, 1 sendok teh, minyak kayu
putih, pakean tipis, thermometer digital, stopwatch, balpoin dan
lembar observasi.
b. Tahap pelaksanaan
1) Memberikan peluang kepada anak untuk berada pada posisi yang
nyaman.
2) Mencuci bersih 4 siung bawang merah hingga bersih.
3) Menggerus bawang merah yang telah dicicu dengan
menggunakan pisau pada mangkuk.
4) Campukan gerusan bawang merah dengan 2 sdm minyak kayu
putih dan aduk rata.
5) Melakukan pengukuran dan pencatatan suhu tubuh anak sebelum
tindakan kompres pada anak.
6) Gosokkan gerusan bawang merah pada bagian tubuh anak seperti
ubun-ubun, punggung, perut, lipatan paha dan aksila anak selama
15 menit.
7) Kenakan anak dengan baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
8) Tetap perhatikan kenyamanan anak selama tindakan berlangsung

16
9) Melakukan pengukuran kembali terhadap suhu tubuh anak setiap
15 menit setelah tindakan kompres diberikan.
10) Bersihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.
c. Tahap Evaluasi
1) Perhatikan reaksi atau respon anak, segera hentikan tindakan
apabila anak menunjukan reaksi kejang atau menggigil.
2) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu tubuh anak pada lembar
observasi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Literature Review atau

tinjauan pustaka. Literature review merupakan suatu cara untuk mengumpulkan

berbagai data atau sumber pada topik tertentu yang bisa diperoleh dari sumber

data sekunder seperti buku, jurnal, artikel dan pustaka lainnya. Terdapat beberapa

tahapan di dalam penelitian ini yaitu penentuan tujuan studi literature, pencarian

data, screening, penilaian kualitas, ekstrasi data, analisa data, dan penulisan hasil

literature review (Opara et al., 2010). Dalam studi ini penulis akan menganalisis

pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada anak saat

demam.

3.2 Strategi Pencarian Literature

17
3.2.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh yang disajikan dalam bentuk literature review

mengenai perbedaan suhu tubuh anak demam sebelum dan setelah diberi kompres

bawang merah. Protokol dan evaluasi dari literature review akan menjadikan

PRISMA checklist sebagai acuan untuk menentukan dalam penyeleksian studi

yang telah ditemukan dan kemudian disesuaikan dengan tujuan dari literature

review.

3.2.2 Databese Pencarian

Literature review adalah suatu rangkuman menyeluruh tentang penelitian

yang sudah dilakukan oleh beberapa ahli yang ditentukan berdasarkan tema

tertentu. Pencarian literatur dilakukan pada 31 agustus – 13 september 2021.

Dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data dari pengamatan langsung

melainkan data sekunder yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Data sekunder bersumber dari artikel jurnal yang

bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah

ditentukan. Databese yang digunakan dalam pencarian literatur mengguanakan

tiga databese dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang yakni Garuda, Taylor &

Francis, dan Google Scholar.

3.2.3 Kata Kunci

Pencarian jurnal atau artikel menggunakan keyword dan boolean operator

(AND, OR NOT or AND NOT) untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian,

sehingga akan mempermudah penentuan jurnal atau artikel yang akan digunakan.

Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan Medical Subject

Healing (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut: (Nursalam, 2020)

18
Tabel 1 Kata Kunci Literature Review

Kompres Bawang Demam Anak


merah
Artikel / Jurnal Kompres Bawang Demam Anak
indonesia merah
OR
Pengaruh bawang
merah
Artikel / jurnal Onions Fever Child
internasional

3.3 Kriteria Inklusi dan Eklusi

Strategi yang digunakan dalam pencarian artikel atau jurnal menggunakan

PICOS framework, yang terdiri dari (Nursalam, 2020) :

1. Population/problem yakni suatu populasi atau masalah yang dianalisis sesuai

dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

2. Intervention yakni suatu tindakan tatalaksana terhadap kasus perorangan atau

masyarakat serta penjelasan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan

tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

3. Comparation yakni intervensi lain yang digunakan sebagai pembanding

apabila tidak ada dapat menggunakan kelompok kontrol dalam studi yang

dipilih.

4. Outcome yakni hasil yang diperoleh dari studi terdahulu yang sesuai dengan

tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

5. Study design yakni desain penelitian yang akan digunakan dalam artikel yang

akan direview.

Tabel 2 Format PICOS dalam Literature Review

Kriteria Inklusi Eksluksi


Population Studi terdiri dari klien dengan anak Klien yang bukan atau tidak
yang demam demam

19
Intervention Kompres bawang merah Tidak dengan kompres
bawang merah
Comparators Tidak ada
Outcomes Pengaruh kompres bawang merah Tidak dijelaskan pengaruh
terhadap penurunan demam anak kompres bawang merah
terhadap penurunan demam
anak
Study design Quasi-experimental studies, systematic review dan
and randomized controll and trial. literature review
publication
type
Publication Setelah 2016 Sebelum 2016
years
Languange Indonesia, English Bahasa selain Indonesia,
English

3.4 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

3.4.1 Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Berdasarkan hasil dari pencarian literatur melalui publikasi di databese

Taylor & Francis, Google Scholar, dan Portal Garuda dan menggunakan kata

kunci yang sesuai dengan MeSH didapatkan 173 jurnal, dimana untuk jurnal

nasional diperoleh 120 pada Google Scholar, 51 pada Portal Garuda, dan jurnal

internasional 2 pada Taylor & Francis yang sesuai dengan kata kunci tersebut.

Peneliti kemudian memeriksa duplikasi dan ditemukan 82 artikel yang sama

sehingga dikeluarkan dan tersisa 91 artikel. Peneliti melakukan skrining

berdasarkan judul (n = 91 ), abstrak (n = 25) dan full text (n = 5) yang sudah

disesuaikan dengan tema dalam literature review. Setelah dilakukan assessement

berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi maka didapatkan

artikel sebanyak 5 yang bisa digunakan dalam literature review. Hasil dari seleksi

jurnal digambarkan dalam Diagram Flow dibawah ini:

20
Penelitian Penelitian
Penelitian
diidentifikasi diidentifikasi
diidentifikasi
melalui database melalui
melalui database
Google Scholar n database Taylor
Garuda (51)
(120) & Francis n (2)

Rekaman setelah duplikat dihapus (n =


91)
Alasan dieklusi (n = 66 )
Partisipants
Tidak fokus pada anak demam
Identifikasi judul dan di skrining (n = (n = 16)
91) Intervention
Tidak relevan dengan kompres
bawang merah (n = 28)
Outcome
Identifikasi abstract dan di skrining (n Tidak membahas pengaruh
= 25) kompres bawang merah
terhadap penurunan suhu pada
anak demam (n = 22 )

Alasan dieklusi (n = 20)


Salinan lengkap diambil dan dinilai Partisipants
kelayakan (n = 5) Tidak fokus pada anak demam
(n = 5)
Intervention
Studi inklusi termasuk dalam sintesis Tidak fokus pada kompres
(n = 5) bawang merah (n = 7)
Outcome
Tidak dijelaskan pengaruh
implementasi kompres bawang
merah terhadap penurunan
suhu pada anak demam. (n = 8)

Gambar 1 Diagram Flow literature review

21
3.4.2 Penyajian Hasil Literature

Hasil studi literature disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan untuk

mendeskripsikan hasil penelitian tentang pengaruh kompres bawang merah

terhadap penurunan suhu pada anak demam. Penyajian data berisi semua aspek

dari literature yang terdiri penulis dan judul artikel, nama jurnal, tahun terbit,

nomor volume, study design, sampel, variable penelitian, instrument, analysis,

analisis hasil, dan kesimpulan.

22
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Literature Review
4.1.1 Karakteristik Studi
Berdasarkan jurnal literature review yang berhubungan dengan pengaruh
kompres bawang merah (Allium ascalonicum L) terdapat 5 jurnal yang memenuhi
kriteria inklusi. Desain penelitian keseluruhan menggunakan quasi eksperimen
dan cross-sectional study, dengan besar sampel pada masing-masing penelitian
yaitu diatas 10 responden. Semua studi dilakukan di indonesia(BD et al., 2018),
(Medhyna & Putri, 2020), (Akib & Megawati, 2019),(Setiawandari & Widyawaty,
2021) dan (Maulida & Wanda, 2017). Dari lima jurnal tersebut semua jurnal
membahas tentang pengaruh pemberian kompres bawang merah (Allium
ascalonicum L)terhadap suhu tubuh anak demam dan satu jurnal, selain
membahas tentang kompres bawang merah juga membahas kompres hangat.

Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literature


Penulis Judul jurnal Study design, Hasil Kesimpulan
Sample,
Variable,
Instrument,
Analysis
(BD et al., PENGARUH D : Berdasarkan Tabel 1 Rata-rata suhu tubuh
2018) PEMBERIA Eksperimental diketahui dari 16 sebelum diberikan
N quasi responden, didapatkan tumbukan bawang
TUMBUKA eksperimen. hasil pengukuran suhu merah adalah 37,91⸰
N BAWANG S : balita demam tubuh minimum C. hasil rerata
MERAH yang berobat ke sebelum dilakukan perbedaan suhu
SEBAGAI poli anak di pemberian tumbukan tubuh sebelum dan
PENURUN puskesmas. 16 bawang merah adalah sesudah dilakukan
SUHU balita 37,7⸰C dan hasil pemberian tumbukan
TUBUH V : Usia pengukuran suhu bawang merah
PADA I : lembar tubuh maksimum adalah 0,48.
BALITA observasi dan adalah 38,3⸰C .
DEMAM DI termometer. didapatkan rata-rata
PUSKESMA A: Analisa suhu tubuh sebelum
S LUBUK bivariat, untuk dilakukan pemberian
BUAYA uji normalitas tumbukan bawang
KOTA data pada merah adalah 37,91⸰
PADANG analisis C, sedangkan standar
TAHUN univariat deviasi suhu tubuh
2018 digunakan uji sebelum dilakukan

23
Shapiro-Wilk pemberian tumbukan
bawang merah 0,15.
Berdasarkan tabel 2
diketahui dari 16
responden, di
dapatkan hasil
pengukuran suhu
tubuh minimum
setelah dilakukan
pemberian tumbukan
bawang merah adalah
37,1⸰C dan hasil
pengukuran suhu
tubuh maksimum
adalah 37,6⸰C.
didapatkan rata-rata
suhu tubuh setelah
dilakukan pemberian
tumbukan bawang
merah adalah 37,42⸰
C, sedangkan standar
deviasi suhu tubuh
setelah dilakukan
pemberian tumbukan
bawang merah adalah
0,13.
(Medhyna PENGARUH D : Pre- peneliti mendapatkan Berdasarkan tabel
& Putri, KOMPRES Eksperimen hasil univariat tentang 5.3 peneliti dapat
2020) BAWANG dengan pengaruh kompres menjelaskan dari 22
MERAH pendekatan One bawang merah orang responden,
TERHADAP Group Pretest- (Allium ascalonicum didapatkan rerata
PENUTUNA postest. L) terhadap penurunan suhu tubuh sebelum
N SUHU S : 22 responden suhu tubuh bayi saat dilakukan kompres
TUBUH V : kompres demam pasca bawang merah
BAYI SAAT bawang merah, imunisasi di Wilayah 37,941, dengan SD ±
DEMAM suhu tubuh Kerja Polindes Pagar 0,0590. Rerata suhu
PASCA I : accidental Ayu Kecamatan tubuh sesudah
IMUNISASI sampling. Megang Sakti dilakukan kompres
DI A: analisis Kabupaten Musi bawang merah
WILAYAH univariat dan Rawas tahun 2017. 37,386, dengan SD ±
KERJA bivariat. Rata-rata suhu tubuh 0,0710. Perbedaan
POLINDES pada bayi demam rata-rata antara suhu
PAGAR sebelum diberikan tubuh sebelum dan
AYU MUSI kompres bawang sesudah
RAWAS merah (allium dilakukannya
ascalonicum L) saat kompres bawang
demam. Berdasarkan merah adalah -
tabel 5.1 peneliti dapat 4,234.

24
menjelaskan dari 22 Hasil uji statistik
orang responden, didapatkan p value
didapatkan rata-rata 0,000 artinya adanya
suhu tubuh responden pengaruh kompres
sebanyak 37,941, bawang merah
dengan sd + 0,0590, (Allium ascalonicum
dan standar eror + L) terhadap
0,0126. Berdasarkan penurunan suhu
tabel 5.2 penelitian tubuh bayi saat
dapat menjelaskan demam pasca
dari 22 responden, imunisasi di Wilayah
didapatkan rata-rata KerjaPolindes Pagar
suhu tubuh responden Ayu Kecamatan
sebanyak 37,386, Megang Sakti
dengan SD + 0.0710, Kabupaten Musi
dan standar eror + Rawas tahun 2020.
0,0151.
Berdasarkan tabel 5.3
peneliti dapat
menjelaskan dari 22
orang responden,
didapatkan rerata suhu
tubuh sebelum
dilakukan kompres
bawang merah 37,941,
dengan SD ± 0,0590.
Rerata suhu tubuh
sesudah dilakukan
kompres bawang
merah 37,386, dengan
SD ± 0,0710.
Perbedaan rata-rata
antara
suhu tubuh sebelum
dan sesudah
dilakukannya kompres
bawang merah adalah
-4,234. Hasil uji
statistik didapatkan p
value 0,000 artinya
adanya pengaruh
kompres bawang
merah (Allium
ascalonicum L)
terhadap penurunan
suhu tubuh bayi saat
demam pasca
imunisasi.

25
(Akib & PERBEDAA D : Cross- Berdasarkan tabel 3 Dapat disimpulkan
Megawati, N sectional menunjukkan bahwa bahwa kompres
2019) EFEKTIFIT S : 14 anak hasil pemeriksaan bawang merah
AS V : Termometer, suhu tubuh sebelum efektif terhadap
PEMBERIA Kompres dan sesudah dilakukan penurunan suhu
N hangat, kompres kompres bawang tubuh anak yang
KOMPRES bawang merah. merah terjadi mengalami demam.
HANGAT I : quota penurunan suhu tubuh
DAN sampling pada anak yang
KOMPRES A: mengalami demam.
BAWANG Artinya ada perbedaan
MERAH secara bermakna
TERHADAP terhadap anak yang
PENURUNA mengalami demam
N SUHU sebelum dan sesudah
TUBUH dilakukan tindakan
ANAK USIA kompres bawang
0-1 TAHUN merah di posyandu
TANG manggis.
MENGALA
MI DEMAM
PASCA
IMUNISASI
DPT DI
DESA
SEMBORO
(Setiawan Efektifitas D : kuasi Untuk mengetahui Berdasarkan hasil
dari & Ekstrak eksperimen apakah ada pengaruh penelitian
Widyawat Bawang dengan pemberian ekstrak disimpulkan bahwa
y, 2021) Merah rancangan pre bawang merah pemberian ekstrak
(allium and postest with (Allium ascalonicum bawang merah dan
ascalonicum control group L) terhadap penurunan Syrup
L) Terhadap design suhu tubuh pada anak Paracetamol efektif
Penurunan S : 20 responden demam pasca untuk menurunkan
Suhu Tubuh V : suhu, imunisasi DPT suhu suhu tubuh
Anak Dengan kompres Pentabio dilakukan uji anak demam pasca
Demam bawang merah T. Sebelumnya data imunisasi DPT
Pasca I : lembar terlebih dahulu Pentabio.
Imunisasi observasi dilakukan uji
DPT A: SPSS normalitas. Uji
Pentabio normalitas
menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov
menghasil nilai p =
0,375 sehingga
disimpulkan bahwa
data berdistribusi
normal, maka dapat

26
dilanjutkan dengan uji
T. Untuk kelompok
dengan pemberian
ekstrak bawang
merah, hasil uji T
menunjukkan nilai p =
0,000
sehingga disimpulkan
bahwa ada perbedaan
suhu badan antara
sebelum dan sesudah
intervensi. Untuk
kelompok dengan
pemberian Syrup
Paracetamol, hasil uji
T menunjukkan nilai p
= 0,000 sehingga
disimpulkan bahwa
ada perbedaan suhu
badan antara sebelum
dan sesudah
intervensi. Sementara
itu, hasil uji T antara
kedua kelompok
menunjukkan nilai p =
0,200 sehingga
disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan
penurunan suhu antara
kelompok anak yang
mendapatkan
intervensi ekstrak
bawang merah
maupun syrup
Paracetamol.
(Maulida The D : Deskriptif Anak-anak dalam Seratus persen
& Wanda, Utilization of S : 600 penelitian ini memiliki partisipan dalam
2017) Traditional responden median usia 24 bulan; penelitian ini adalah
Medicine to V : identitas, yang termuda berusia perempuan, dan
Treat Fever termometer 1 bulan dan yang mayoritas adalah
in Children I : kuesioner, tertua berusia 59 lulusan SD dan SMP
in Western cluster-sampling bulan. Mayoritas (93,4%). Sebagian
Javanese A: peserta besar responden
Culture mengidentifikasi tidak bekerja
demam pada anak- (95,3%) dengan
anak mereka melalui pendapatan rumah
persepsi taktil (96%). tangga kurang dari
Empat puluh sembilan upah minimum

27
persen dari mereka regional di Bogor
lebih suka (91,5%), atau
menggunakan agen 3.200.000
penurun demam untuk rupiah/bulan.
mengelola demam Metode yang paling
pada anak-anak umum digunakan
daripada jamu oleh orang tua untuk
tradisional. Enam mengidentifikasi
ramuan yang paling demam pada anak
umum digunakan adalah
adalah: bawang merah persepsi taktil
(80,2%), daun suji (90,6%). Ramuan
(5,7%), daun kaca yang paling umum
piring (3,8%), daun digunakan oleh
baus (2,8%), daun orang tua untuk
karuk (1,9%), dan mengobati demam
daun saga (1,9%). adalah bawang
Enam puluh empat merah (86,8%),
persen dari peserta dicampur dengan
mencampur herbal minyak (64,2%) dan
dengan minyak.Tabel dioleskan ke tubuh
1 daftar metode utama (86,8%).
penggunaan, sumber,
dan alasan
penggunaan di antara
responden.

.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian (BD et al., 2018) yang dilakukan di indonesia
dengan 16 responden, didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh minimum sebelum
dilakukan pemberian tumbukan bawang merah adalah 37,7⁰C dan hasil
pengukuran suhu tubuh maksimum adalah 38,3⁰C. didapatkan rata-rata suhu
tubuh sebelum dilakukan pemberian tumbukan bawang merah adalah 37,91⁰C,
sedangkan standar deviasi suhu tubuh sebelum dilakukan pemberian tumbukan
bawang merah adalah 0,15. Didapatkan hasil pengukuransuhu tubuh minimum
setelah dilakukan pemberian tumbukan bawang merah adalah 37,1⁰C dan hasil
pengukuran suhu tubuh maksimum adalah 37,6⁰C. Didapatkan rata-rata suhu
tubuh setelah dilakukan pemberian tumbukan bawang merah adalah 37,42⁰C,
sedangkan standar deviasi suhu tubuh setelah dilakukan pemberian tumbukan
bawang merah adalah 0,13.

28
Menurut penelitian (Medhyna & Putri, 2020) yang dilakukan di indonesia
dengan responden 22 orang. Didapatkan hasil suhu tubuh pada bayi demam
sebelum diberikan kompres bawang merah (Allium ascalonicum L), rata-rata suhu
tubuh responden sebanyak 37,941 dengan SD + 0,0590, dan standar eror +
0,0126. Rata-rata suhu tubuh pada bayi demam sesudah diberikan kompres
bawang merah (Allium ascalonicum L), peneliti menjelaskan dari 22 orang
responden, didapatkan rata-rata suhu tubuh responden sebanyak 37,386 dengan
SD + 0,0710 dan standar eror + 0,0151. Pengaruh kompres bawang merah (Allium
ascalonicum L) terhadap penurunan suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi
didapatkan bahwa rerata suhu tubuh sebelum dilakukan kompres bawang merah
37,941 dengan SD + 0,0590. Rerata suhu tubuh sesudah dulakukan kompres
bawang merah 37,386, dengan SD + 0,0710. Perbedaan rata-rata antara suhu
tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres bawang merah adalah -4,234. Hasi
uji statistik didapatkan p value 0.000 artinya adanya pengaruh kompres bawang
merah (Allium ascalonicum L) terhadap penurunan suhu tubuh bayi saat demam
pasca imunisasi.
Dari penelitian lain (Akib & Megawati, 2019)menunjukkan bahwa hasil
pemeriksaan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres bawang merah
terjadi penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam. Artinya ada
perbedaan secara bermakna terhadap anak yang mengalami demam sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan kompres bawang merah. suhu tubuh sebelum
dilakukan tindakan kompres bawang merah didapatkan hasil suhu tubuh
terbanyak 37,9⁰C (42,8%). Suhu tubuh sesudah dilakukan tindakan kompres
bawang merah didapatkan hasil suhu tubuh terbanyak 37,5⁰C (28,5%).
Penelitian yang dilakukan oleh (Setiawandari & Widyawaty, 2021) dengan
jumlah responden 20 dan sebagian besar berusia 0 sampai kurang dari 3 bulan
yaitu sebanyak 5 orang (25%) sedangkan karakteristik responden berdasarkan usia
pada kelompok kontrol sebagian besar berusia 3 sampai kurang dari 6 bulan yaitu
sebanyak 7 orang (35%). Rerata suhu tubuh pada anak demam pasca imunisasi
DPT pentabio pada kelompok yang diberikan ekstrak bawang merah (Allium
ascalonicum L) adalah 36,5⁰C, sedangkan rerata suhu tubuh pada anak demam

29
pasca imunisasi DPT pentabio pada kelompok yang diberikan ekstrak bawang
merah (Allium ascalonicum L) adalah 37,2⁰C.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Maulida & Wanda, 2017) didapatkan
hasil Anak-anak dalam penelitian ini memiliki median usia 24 bulan;yang
termuda berusia 1 bulan dan yang tertua berusia 59 bulan. Mayoritas peserta
mengidentifikasi demam pada anak-anak mereka melaluipersepsi taktil (96%).
Empat puluh sembilan persen dari mereka lebih sukamenggunakan agen penurun
demam untuk mengelola demam pada anak-anakdaripada jamu tradisional. Enam
ramuan yang paling umum digunakan adalah:bawang merah (80,2%), daun suji
(5,7%), daun kaca piring (3,8%), daun baus (2,8%),daun karuk (1,9%), dan daun
saga (1,9%). Enam puluh empat persen dari pesertamencampur herbal dengan
minyak.Tabel 1 daftar metode utama penggunaan,sumber, dan alasan penggunaan
di antara responden.
Demam adalah hal fisiologis yang biasa terjadi pada balita, demam dapat
disebabkan oleh infeksi dan non infeksi. Menurut Akib & Megawati (2019)
demam merupakan keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal
(≥37,5ºC). Banyak faktor yang mempengaruhi demam pada anak. Peningkatan
demam terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas di
ganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku: usia, kadar hormon, dan lingkungan.
Dampak dari demam pada anak antara lain dehidrasi ( kekurangan cairan tubuh ),
kekurangan oksigen dan demam di atas 42ºC bisa menyebabkan kerusakan
neurologis (Akib & Megawati, 2019). Penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan non farmakologis. Tindakan non
farmakologis terhadap penurunan suhu tubuh dapat dilakukan kompres bawang.
Kompres bayi demam dengan minyak atsiri bawang merah memiliki mekanisme
yang sama persis dengan kompres hangat. Kompres hangat pada bayi demam
bekerja dengan metode konveksi dan evaporasi. Ketika kulit hangat menyentuh air
hangat, perpindahan panas akan terjadi melalui penguapan untuk mentransfer
energi panas menjadi gas. Kandungan air per 100 gram umbi bawang merah
adalah 80-85%. Bawang merah (Allium Ascalonicum L) merupakan tanaman obat
keluarga di Indonesia yang dapat menurunkan demam pada bayi. Bawang merah
memiliki kandungan nutrisi lengkap dan senyawa kimia aktif yang bermanfaat

30
bagi kesehatan, antara lain SAC/Alliin, prostaglandin A-1, adenosine, diphenyl-
amine, cycloaliin, methyl-aliine, dihydroaliin, profenylaliin, profile-aliin,
kaemferol, floroglusinol, dan kuersetin. Selain itu, alliin (SAC), allisin dan
adenosine memiliki efek antiinflamasi (Setiawandari et al., 2021). Sehingga
dimungkinkan digunakan sebagai kompres pada bayi yang demam. Selain itu,
kandungan minyak atsiri dalam bawang merah dapat melancarkan peredaran
darah. Pengobatan bawang merah dapat diberikan secara utuh, mentah, dimasak,
ekstrak bawang merah, ekstrak kasar kering dalam bentuk bubuk, atau minyak
atsiri. perpindahan panas akan terjadi melalui penguapan untuk mentransfer energi
panas menjadi gas (Setiawandari et al., 2021). Kompres bawang merah mudah
dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Pemberian kompres
bawang dapat menjadi intervensi mandiri yang bisa dilakukan oleh masyarakat
untuk mengurangi suhu tubuh pada anak.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa :
a. Ada pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan suhu
tubuh anak saat demam. Dengan nilai signifikan p value (0,000) p<0,05.
b. Didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh sebelum dilakukan tindakan
kompres bawang merah adalah 37,9ᵒC.
c. Didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh setelah dilakukan tindakan
kompres bawang merah adalah 37,1ᵒC
d. Rerata suhu tubuh pada anak demam pasca imunisasi DPT pentabio pada
kelompok yang diberikan ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L)
adalah 36,5⁰C, sedangkan rerata suhu tubuh pada anak demam pasca
imunisasi DPT pentabio pada kelompok yang diberikan ekstrak bawang
merah (Allium ascalonicum L) adalah 37,2⁰C.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan disarankan untuk:
a. Bagi Orang tua
Responden Ibu-ibu dan keluarga yang lain dapat memanfaatkan bawang
merah sebagai terapi penurunan suhu tubuh.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pemilihan obat herbal untuk terapi
penyakit yang diderita dan obat yang dipilih benar-benar aman dan sudah
terbukti khasiatnya, salah satunya alternatif adalah bawang merah yang
memang sudah terbukti untuk menurunkan suhu tubuh. Membudidayakan
bawang merah karena selain mudah juga banyak manfaatnya dan untuk
bisnis juga menjanjikan.
c. Bagi Posyandu
Agar mengadakan penyuluhan tentang pengobatan herbal kepada ibu-ibu
yang datang ke Posyandu mengerti tentang kegunaan dari bawang merah
sebagai penurun suhu tubuh.

32
d. Bagi Institusi Pendidikan
Agar institusi pendidikan menyebarluaskan hasil penelitian ini kepada
mahasiswa selanjutnya sehingga dalam penyusunan karya tulis lebih
mudah menggunakan penelitian tentang obat herbal dan memberikan
kesempatan untuk mahasiswa selanjutnya.
e. Bagi Peneliti
Dengan inovasi terbaru dibidang kesehatan khususnya memperbanyak
referensi dalam melakukan penelitian dan menggunakan alat ukur yang
validitasnya benar-benar terjamin. Untuk peneliti dan peneliti selanjutnya
karya tulis ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan tambahan
literatur penelitian. Untuk selanjutnya peneliti bisa meneliti pemanfaatan
lingkungan sekitar misalnya sebagai obat-obatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

www.bphn.go.id. Retrieved from www.bphn.go.id:


https://www.bphn.go.id/data/documents/14uu035.pdf
Aryanta, I. W. (2019). Bawang Merah dan Manfaatnya bagi Kesehatan. E-Jurnal
Widya Kesehatan Vol. 1 No. 1.
Cahyaningrum, E. D., & et.al. (2014). Perbedaan Kompres Hangat dan Kompres
Bawang Merah terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak dengan
Demam. Bhamada, JITK.
Hidayat, S., & Napitupulu, M. R. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: Agriflo.
Keyle, T., & Carman, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2.
Jakarta: ECG.
Kozier, B., & et.al. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik (7th ed). Jakarta: EGC.
Oratiwi, E. E., & et.al. (2020). Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium cepa
var. aggregatum) Berdasarkan Marka Morfologi dan Molekuler. J.Hort.
Indonesia Vol. 11 No. 11, 51 - 60.
Utami, P., & Mardiana, L. (2013). Umbi Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar
Swadaya.
WHO. (2015). infodatin-anak. Retrieved from infodatin-anak:
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/infodatin-anak.pdf
Wijayanti, R., & Rosyid, A. (2018). Efek Antipiretik Ekstrak Umbi Bawang Putih
(Allium Sativum, L) dan Pengaruhnya terhadap Kadar SGOT dan SGPT
Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang diinduksi Vaksin DPT-HB-Hib.
Cendekia Journal Pharmacy Vol. 2 No 1 ISSN 2599-2155.
Wiryawan, I. G. (2014). Efek Ekstrak Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)
terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
yang mengalami Demam. Ojs.Unud Vol. 3 No.1 .
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (2008). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3.
Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9.
Jakarta, EGC. NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy

34
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa
Luis: Mosby Inc.s

Wardiyah, A, Setiawati, Setiawan, D 2016, ‘Perbandingan efektifitas pemberian


kompres hangat dan tepidsponge terhadap penurunan suhu tubuh anak
yang mengalami demam RSUD. Dr. H. Moeloek Provinsi Lampung’,
Jurnal Ilmu Keperawatan

Kurniati, HS 2016, ‘Gambaran Pengetahuan Ibu Dan Metode Penanganan Demam


Pada Balitia Di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan’
Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah.

Salgado, PO, Silva, LCR, Silva, PMA, Chianca, T.C.M. 2016. ‘Physical methods
for the treatment of fever in critically ill patients : a randomized controlled
trial’, Journal of School of Nursing USP

Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014, Kejang Demam: Tidak Seseram yang
Dibayangkan (viewed 9 April 2020)

Barbi, E, Marzuillo, P, Neri, E, Naviglio, S, Krauss, BS 2017, ‘Fever in children:


pearls and pitfalls’

Arisandi, Yohana dan Andriani, Yofita. 2012. Therapy Herbal Pengobatan


Berbagai Penyakit. Cet 6. Jakarta: Eska Media.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis


Data. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika

Utami, Prapti dan Mardiana, Lina. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit. Cet 1.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Tusilawati, Berliana. 2010. 15 Herbal Paling Ampuh. Yogyakarta: Aulia


Publishing

Nursalam. (2020). Penulisan Literature Review dan Systematic Review pada


Pendidikan Kesehatan (contoh) (D. Priyantini (ed.)). Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.

35
BD, faridah, yusefni, elda, & myzed, ingges dahlia. (2018). Pengaruh Pemberian
Tumbukan Bawang Merah Sebagai Penurun Suhu Tubuh Pada Balita
Demam Di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2018. Jik- Jurnal
Ilmu Kesehatan, 2(2), 136–142. https://doi.org/10.33757/jik.v2i2.128

Medhyna, V., & Putri, R. U. (2020). Pengaruh kompres bawang merah terhadap
penurunan suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi di wilayah kerja
polindes pagar ayu musi rawas. Maternal Chlid Health Care J, 2(2), 107–
118.

Da, M., Ximenes, S., Pendidikan, S., Kebidanan, P., Pgri, U., & Buana, A. (2021).
Inovasi Bawang Merah ( Allium Ascalonicum L ) Minyak Atsiri untuk
Menurunkan Demam pada Bayi aktif .

Akib, H., & Megawati. (2019). Perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat
dan kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak usia 0-1
tahun yang mengalami demam pasca imunisasi DPT di desa Semboro.
Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 5(1), 329–333.

Maulida, T. F., & Wanda, D. (2017). The Utilization of Traditional Medicine to


Treat Fever in Children in Western Javanese Culture. Comprehensive Child
and Adolescent Nursing, 40(1), 161–168.
https://doi.org/10.1080/24694193.2017.1386985

Opara, M. ., Udevi, N., & I.C, O. (2010). Haematological Parameters And Blood
Chemistry Of Apparently Healthy West African Dwarf (Wad) Goats In
Owerri, South Eastern Nigeria. New York Science Journal, 3(8), 68.
Akib, H., & Megawati. (2019). Perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat
dan kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak usia 0-1
tahun yang mengalami demam pasca imunisasi DPT di desa Semboro.
Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 5(1), 329–333.
BD, faridah, yusefni, elda, & myzed, ingges dahlia. (2018). Pengaruh Pemberian
Tumbukan Bawang Merah Sebagai Penurun Suhu Tubuh Pada Balita
Demam Di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2018. Jik- Jurnal
Ilmu Kesehatan, 2(2), 136–142. https://doi.org/10.33757/jik.v2i2.128
Maulida, T. F., & Wanda, D. (2017). The Utilization of Traditional Medicine to
Treat Fever in Children in Western Javanese Culture. Comprehensive Child
and Adolescent Nursing, 40(1), 161–168.
https://doi.org/10.1080/24694193.2017.1386985
Medhyna, V., & Putri, R. U. (2020). Pengaruh kompres bawang merah terhadap

36
penurunan suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi di wilayah kerja
polindes pagar ayu musi rawas. Maternal Chlid Health Care J, 2(2), 107–
118.
Setiawandari, S., & Widyawaty, E. D. (2021). Efektivitas Ekstrak Bawang Merah
(Allium ascalonicum L) Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak dengan
Demam Pasca Imunisasi DPT Pentabio. 2-Trik: Tunas-Tunas Riset
Kesehatan, 11(1), 6. https://doi.org/10.33846/2trik11102

37

Anda mungkin juga menyukai