FLORENSIA IRENA
52022165
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kebidanan
FLORENSIA IRENA
52022165
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh :
FLORENSIA IRENA
52022165
Pembimbing Utama,
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
FLORENSIA IRENA
52022165
Hari : Rabu
Tanggal : 24 Mei 2023
Penguji I
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana pada
Program Studi Sarjana Kebidanan STIkes Estu Utomo. Skripsi ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu. Dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Sarwoko, S.Ag, S.Kep.Ns, M.Kes sebagai Ketua STIKes EstuUtomo
2. Ibu Ardiani Sulistiani, S.ST., M.Kes sebagai Ka. Prodi Sarjana Kebidanan
STIKes EstuUtomo.
3. Ibu Titik Wijayanti, S.Si.T,.M.Kes sebagai pembimbing utama.
4. Bapak dr. Charles Z.Suoth, MARS sebagai Direktur RS Advent Bandar
Lampung
5. Orang Tua dan Suami , yang selalu memberikan dukungan secara moral
maupun materiil serta kesabarannya yang luar biasa dalam menemani setiap
langkah hidup penulis
6. Seluruh rekan-rekan penulis yang berada di Estu Utomo, terimakasih atas
semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini
7. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan informasi untuk
membantu penyelesaian skripsi ini
8. Serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Boyolali, 1 April 2023
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................3
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................4
KATA PENGANTAR...............................................................................................5
DAFTAR ISI.............................................................................................................6
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
rendahnya indikator status kesehatan masyarakat dan merupakan ukuran
kemajuan suatu negara dibidang kesehatan. Saat ini pembangunan
berkelanjutan yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) hadir
menggantikan Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada
tahun 2015. Salah satu tujuan dari SDGs adalah menjamin kehidupan yang
sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia termasuk
didalamnya mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per
100.000 kelahiran dan mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru
lahir menjadi kurang dari 12 per 1000 kelahiran (Bappenas, 2017).
Jumlah kasus kematian ibu di Indonesia tahun 2021 sebanyak 7389 kasus.
Penyebab jumlah kematian ibu pada tahun 2021 terkait COVID-19 sebanyak
2.982 kasus, perdarahan sebanyak 1.330 kasus, lain-lain sebanyak 1.309 kasus,
hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.077 kasus, jantung sebanyak 335 kasus,
infeksi sebanyak 207 kasus, gangguan metabolik sebanyak 80 kasus, gangguan
sistem peredaran darah sebanyak 65 kasus dan abortus sebanyak 14 kasus.
(Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2022).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2021 sebanyak 187
kasus kematian. Penyebab kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2021
terkait COVID-19 sebanyak 45%, perdarahan 21%, hipertensi dalam kehamilan
15%, lain-lain 12%, jantung 4% dan infeksi 3%. (Sumber: Laporan Tahunan
Bidang Kesmas, Provinsi Lampung, 2022)
Menurut World Health Organization (WHO) tahun (2020) salah satu faktor
yang secara efektif mencegah mortalitas dan morbiditas ibu dan perinatal
adalah dengan operasi caesar. Sejak tahun 1985 komunitas perawatan
kesehatan internasional telah mempertimbangkan angka ideal untuk operasi
caesar menjadi antara 10% dan 15% baik negara maju dan berkembang.
Operasi caesar efektif dalam menyelamatkan ibu dan bayi hidup, tetapi hanya
dilakukan jika alasan atau indikasi secara medis.
Persalinan merupakan proses alami bagi seorang ibu dimana terjadi
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan (37-42
minggu). Terdapat dua metode persalinan, yaitu persalinan melalui vagina yang
dikenal dengan persalinan alami dan persalinan Caesar atau Sectio Caesarea
(SC). Persalinan Sectio Caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan rahim (Cunningham et
al., 2018).
Persalinan Sectio Caesarea (SC) dilakukan atas dasar indikasi medis,
seperti placenta previa, presentasi abnormal pada janin, serta indikasi lain yang
dapat membahayakan nyawa ibu dan janin (Cunningham et al., 2018).
Dari berbagai penyulit persalinan yang terjadi akan diputuskan untuk
melaksanakan operasi Sectio Caesarea, operasi ini harus dipahami sebagai
alternatif persalinan ketika jalan lahir normal tidak bisa lagi. Sebenarnya
melahirkan dengan operasi Sectio Caesarea ditunjukkan untuk indikasi medis
tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Semua
indikasi itu berdasarkan kondisi medis dari ibu atau bayi yang memerlukan
tindakan melahirkan secara caesar. Sectio Caesarea atau bedah caesar harus
dipahami sebagai alternatif persalinan ketika jalan normal tidak bisa lagi
(Cunningham et al., 2018).
Berdasarkan data riset Clarence et all (2020) yang di publikasikan dalam
journal of occupoational medicine and toxicology peningkatan angka kelahiran
caesar selama tiga dekade terakhir sangat mengkhawatirkan baik di negara
negara berpenghasilan tinggi maupun negara berpenghasilan menengah. Angka
kelahiran caesar negara-negara di Eropa Barat, Amerika Utara dan Amerika
Selatan lebih dari 30% ( > dari standar WHO 10 – 15%). Peningkatan angka
persalinan caesar ini sebagian dapat dijelaskan oleh meningkatnya jumlah
operasi caesar yang dilakukan atas permintaan ibu maupun disebabkan indikasi
2
medis.
Persalinan SC di Indonesia sebesar 17,6% tertinggi di wilayah DKI Jakarta
sebesar 31,3% dan terendah di Papua sebesar 6,7% (Kemenkes RI, 2020)
Persalinan dengan metode Sectio Caesarea lebih tinggi pada daerah
perkotaan yaitu sebesar 22,1% dan di daerah perdesaan yaitu sebesar 12,4%
(Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
angka persalinan Sectio Caesarea di Provinsi Lampung pada tahun 2018 adalah
sebesar 15.679 dari 171.975 persalinan atau sekitar 9,1%. Angka persalinan
sectio caesarea di Provinsi Lampung meningkat pada tahun 2019 menjadi
sebesar 17.748 dari 73.446 persalinan atau sekitar 10,2% (Dinkes Lampung,
2019).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2018, proporsi
metode persalinan pada perempuan umur 10-54 tahun menurut provinsi secara
nasional persalinan dengan metode Sectio Caesarea adalah sebesar 16,7%.
Provinsi dengan angka persalinan dengan metode Sectio Caesarea tertinggi
adalah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 31,1% dan Provinsi dengan angka
persalinan dengan metode Sectio Caesarea terendah adalah Provinsi Papua
yaitu sebesar 6,7%. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020
angka persalinan dengan metode Sectio Caesarea meningkat di seluruh dunia
dan melebihi batas kisaran 10%-15% yang direkomendasikan. Amerika Latin
dan wilayah Karibia menjadi penyumbang angka persalinan dengan Sectio
Caesarea tertinggi yaitu 40,5%, diikuti oleh Eropa 25%, Asia 19,2% dan Afrika
7,3%. Menurut statistik dan 3.509 kasus Sectio Caesarea, indikasi untuk Sectio
Caesarea antara lain disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta
previa 11%, pernah Sectio Caesarea 11%, kelainan letak janin 10%,
preeklampsia dan hipertensi 7%.
RS Advent Bandar Lampung merupakan salah satu RS yang terdapat di
Kota Bandar Lampung, berdasarkan data rekam medis ruang rawat inap di
ruang kebidanan RS Advent Bandar Lampung pada bulan Januari s/d
Desember 2022 terdapat 383 pasien yang melahirkan di RS Advent Bandar
Lampung, terdapat 267 pasien melahirkan secara Sectio Sesarea dan 116
3
pasien partus spontan pervaginam. Penyebab terbanyak dari persalinan Sectio
Caesarea di RS Advent Bandar Lampung seperti gagal induksi, gawat janin,
letak lintang, plasenta previa, makrosomia, riwayat Sectio Caesarea < 2 tahun.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka peneliti
tertarik melakukan penelitian untuk melakukan kajian secara lebih dekat dan
analisis yang lebih mendalam dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan persalinan dengan Sectio Caesarea di RS Advent Bandar Lampung
2. Permasalahan
Dari rumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan penulis
adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persalinan Sectio
Caesarea di RS Advent Bandar Lampung
Meliputi :
a. Apakah ada hubungan gawat janin dengan tindakan Sectio Caesarea di
RS Advent Bandar Lampung?
b. Apakah ada hubungan makrosomia janin dengan tindakan Sectio
Caesarea di RS Advent Bandar Lampung?
c. Apakah ada hubungan cephalo pelvic disproportion (CPD) dengan
tindakan Sectio Caesarea di RS Advent Bandar Lampung?
4
d. Apakah ada hubungan ibu dengan riwayat Sectio Caesarea < 2 tahun /
bekas Sectio Caesarea dengan tindakan Sectio Caesarea di RS Advent
Bandar Lampung?
e. Apakah ada hubungan gagal induksi dengan tindakan operasi Sectio
Caesarea pada persalinan ibu di RS Advent Bandar Lampung?
f. Apakah ada hubungan letak lintang dengan tindakan operasi Sectio
Caesarea pada persalinan ibu di RS Advent Bandar Lampung?
g. Apakah ada hubungan usia ibu dengan tindakan operasi Sectio Caesarea
pada persalinan ibu di RS Advent Bandar Lampung?
h. Apakah ada hubungan paritas ibu dengan tindakan operasi Sectio
Caesarea pada persalinan ibu di RS Advent Bandar Lampung?
i. Apakah ada hubungan tinggi badan ibu dengan tindakan operasi Sectio
Caesarea pada persalinan ibu di RS Advent Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan
Sectio Caesarea di RS Advent Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan faktor gawat janin
b. Mendeskripsikan faktor makrosomia janin
c. Mendeskripsikan faktor cephalo pelvic disproportion (CPD)
d. Mendeskripsikan faktor ibu dengan riwayat Sectio Caesarea < 2 tahun
atau bekas Sectio Caesarea
e. Mendeskripsikan faktor gagal induksi
f. Mendeskripsikan faktor letak lintang
g. Mendeskripsikan faktor usia ibu
h. Mendeskripsikan faktor paritas ibu
i. Mendeskripsikan faktor tinggi badan ibu
j. Mendeskripsikan persalinan Sectio Caesarea
5
k. Menganalisis hubungan gawat janin dengan tindakan Sectio Caesarea
l. Menganalisis hubungan makrosomia janin dengan tindakan Sectio
Caesarea
m.Menganalisis hubungan cephalon pelvic disproportion (CPD) dengan
tindakan Sectio Caesarea
n. Menganalisis hubungan ibu dengan Riwayat Sectio Caesarea < 2 tahun
atau bekas Sectio Caesarea dengan tindakan Sectio Caesarea
o. Menganalisis hubungan gagal induksi dengan tindakan Sectio Caesarea
p. Menganalisis hubungan letak lintang dengan tindakan Sectio Caesarea
q. Menganalisis hubungan usia ibu dengan tindakan Sectio Caesarea
r. Menganalisis hubungan paritas ibu dengan tindakan Sectio Caesarea
s. Menganalisis hubungan tinggi badan ibu dengan tindakan Sectio
Caesarea
D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan di RS Advent Bandar
Lampung.
Tabel 1.1
Kerangka Keaslian
Judul Peneliti Metode Hasil Perbedaan
Perbedaan rasa takut Febi Penelitian komparatif Kedua kelompok penelitian (ibu hamil Penelitian ini membahaskan psikis
akan kelahiran antara Mutiara, noneksperimental. dengan kelahiran normal dan ibu hamil rasa takut ibu dalam persalinan.
ibu hamil dengan dengan bedah caesar) memiliki
kelahiran normal dan Eunike Populasi : karakteristik yang hampir sama,
ibu hamil dengan Sri Tyas Pasien ibu hamil RS / klinik. dimana sebagian besar terdiri atas ibu Perbedaan variabel yang diteliti
bedah Caesar di klinik hamil berusia 26-30 tahun, adalah gawat janin, makrosomia
Suci Sampel :
/ Rumah Sakit 2004 berpendidikan setingkat perguruan janin, CPD, ibu dengan bekas SC,
Ibu hamil yang memiliki tinggi, sedang pada bulan ketujuh gagal induksi, letak lintang, usia
karakteristik sebagai berikut: kehamilannya, dan berasal dari ibu, paritas ibu, tinggi ibu.
golongan menengah. Perbedaan
tidak SC, usia 20-35 tahun, karakteristik antara kedua kelompk
kehamilan pertama, usia penelitian hanya ditemukan dalam
status pekerjaan, dimana pada kelompk
kandungan 7-9 bulan, berasal
yang memilih persalinan bedah caesar
dari ekonomi menengah atas.
Teknik sampling : purposive
sampling
Analisis data : menggunakan
8
kuesioner yang mengukur tanpa indikasi medis sebagian besar
tingkat rasa takut dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
pengetahuan tentang SC. sedangkan pada kelompok penelitian
hanya ditemukan dalam status
pekerjaan, dimana setingkat perguruan
tinggi.
Operasi Seksio G. Pro Penelitian ini menggunakan Dalam waktu 5 tahun, antara tahun Penelitian ini membahaskan tentang
Sesarea di SMF I Harry K metode deskriptif 2001-2006 ada peningkatan signifikan kenaikan operasi Sectio Caesarea
Obstetri & Gondo observasional dengan Seksio Sesarea (sekitar 45 %) karena dalam kurun waktu 5 tahun.
Ginekologi RSUP Populasi : Previous Cesarean Section dari 7,4 %
Sanglah Semua ibu yang melahirkan. (2001) menjadi 10,7 % Perbedaan variabel yang diteliti
adalah gawat janin, makrosomia
Denpasar, Bali Tahun Sampel : (2006)
janin, CPD, ibu dengan bekas SC,
2001 dan 2006 Ibu yang melahirkan dengan gagal induksi, letak lintang, usia
SC. ibu, paritas ibu, tinggi ibu.
Teknik sampling :
Purposive sampling.
Analisis data : Menggunakan
kuesioner
Faktor-faktor yang Isti Penelitian ini menggunakan Faktor-faktor yang berhubungan Penelitian ini membahaskan faktor-
9
berhubungan dengan Mulyawati, metode surveyanalitik dengan persalinan operasi sectio faktor Sectio Caesarea tentang usia
persalinan operasi Mahalul dengan pendekatan cross caesarea di Rumah Sakit Islam ibu, paritas dan kejadian anemia
YAKSSI Gemolong Sragen adalah usia saja. Sedangkan perbedaan pada
Seksio Sesarea di RS Azam, Dina sectional. ibu, paritas, serta kejadian anemia. penelitian ini adalah gawat janin,
Islam YAKSSI Nur Populasi : makrosomia janin, CPD, ibu
dengan bekas SC, gagal induksi,
Gemolong Kabupaten Anggraini Seluruh ibu yang melahirkan
letak lintang, usia ibu, paritas ibu,
Sragen 2010 Ningrum di RS Islam YAKSSI. tinggi ibu
Sampel :
Sebagian ibu yang melairkan
di RS Islam YAKKSSI.
Teknik sampling :
Consecutive sampling.
Analisis data :
Menggunakan kuesioner dan
wawancara dengan uji
statistik chi square dan fisher
dengan derajat kemaknaan
(α) = 0,05.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi
pada kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi
serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan
presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta
tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Eka Puspita, 2014).
Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2012).
Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Margareth ZH, 2013).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny, 2013).
2) Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta janin bergerak di
sepanjang jalan lahir merupakan akibat terjadinya interaksi
beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, dan
posis janin janin dapat memengaruhi persalinan karena presentasi
dan ukurannya. pada presentasi kepala, tulang – tulang masih
dibatasi fontanel dan sutura yang belum keras, tepi tulang dapat
menyisip di antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya
(disebut moulage/molase) sehingga ukuran dari kepala bayi
menjadi lebih kecil (Runjati dkk, 2017).
12
3) Power
Power merupakan kekuatan yang mendorong janin pada saat
persalinan antara lain his, kontraksi otot perut, kontraksi
diafragma, dan aksi dari ligament kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga mengejan ibu (Runjati dkk,
2017).
4) Psikologis
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan
anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran bayinya dianjurkan mereka berperan aktif
dalam mendukung dan mendampingi langkah – langkah yang
mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai
keinginan ibu untuk didampingi, dapat membantu kenyamanan
ibu seperti memilih posisi bersalin yang diinginkan ibu (Runjati
dkk, 2017).
5) Penolong
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai
legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan
serta mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan,
menangani kegawat daruratan serta melakukan rujukan jika
diperlukan penolong persalinan selalu menerapkan upaya
pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk standar oprasional
prosedur diantaranya yaitu mencuci tangan, memakai sarung
tangan dan perlengkapan perlindungan pribadi serta
pendokumentasian alat bekas pakai (Rukiah dkk, 2013)
b. Mekanisme Persalinan
Menurut Indriyani & Maudy tahun 2016 mekanisme persalinan
merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul
ibu.
13
1) Penurunan/turunnya kepala
a) Masuknya kepala kepintu atas panggul
b) Majunya kepala.
2) Fleksi
Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah hingga
ubun-ubun kecil (UUK) lebih rendah dari ubun-ubun besar (UUB).
3) Putaran paksi dalam
UUK memutar kedepan kebawah sympisis pubis bersamaan dengan
majunya kepala. Putaran faksi dalam terjadi bila kepala sudah
sampai di hodge tiga.
4) Ekstensi
Setelah kepala sampai didasar panggul, terjadi ektensi atau defleksi
dari kepala. Setelah suboksiput sebagai hipomoclion maka lahirlah
berturut-turut ubun-ubun kecil (UUK), UUB, dahi, mata, hidung,
mulut dan dagu bayi.
5) Putaran Paksi Luar
Setelah kepala bayi lahir maka kepala memutar kembali kearah
punggung bayi untuk mengilangkan torsi (proses memilin) pada
leher yang terjadi pada rotasi dalam.
6) Ekpulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan kelihatan dibawah simpisis
dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir (Indriyani & Maudy,
2016)
c. Jenis-Jenis Persalinan
Persalinan pada umumnya merupakan proses yang fisiologis yang
terjadi pada akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali dengan
kontraksi uterus yang adekuat yang diikuti dengan adanya pembukaan
serviks, kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran hasil konsepsi, dan
14
diakhiri dengan 2 jam post partum (Kurniarum, 2016).
Berikut adalah jenis persalinan:
1) Persalinan Pervaginam
Persalinan pervaginam disebut juga persalinan spontan. Persalinan
spontan adalah proses pengeluaran janin secara spontan melalui
pervaginam dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Persalinan normal dimulai dengan kala satu
persalinan yang didefinisikan sebagai pemulaan kontraksi secara
adekuat yang ditandai dengan perubahan serviks yang progresif dan
diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 centimeter) (Prawirohardjo,
2012).
2) Persalinan Bedah Sesar
Persalinan bedah sesar termasuk dalam persalinan buatan. Persalinan
bedah sesar dikenal dengan istilah Sectio Caesarea (SC) yaitu
pengeluaran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen
dan uterus. Tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan
abdomen mayor (Reeder, 2012).
d. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda Persalinan yang merupakan tanda pasti dari persalinan
adalah (Kurniarum, 2016): 1) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix
15
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
2) Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
17
Menurut Wirawan (2017) pertimbangan seorang dokter sebelum
memutuskan ibu dilakukan operasi yaitu kehamilan kembar, ibu
dengan penyakit berat, tekanan darah tinggi, bentuk panggul sempit,
masalah dengan plasenta dan posisi bayi.
Persalinan Sectio Caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar
terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. Faktor yang paling
banyak adalah faktor anastesi, pengeluaran darah oleh ibu selama
proses operasi, komplikasi penyulit, endometritis (radang
endometrium), trombopleblitis (pembekuan darah pembuluh balik),
embolisme (penyumbatan pembuluh darah) dan pemulihan dan bentuk
letak rahim menjadi tidak sempurna. Komplikasi lain yang dapat
bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari pada
masa nifas. Perencaan kehamilan kembali juga membutuhkan waktu
cukup lama. Pemulihan persalinan yang berlangsung lama sehingga
ibu dapat lebih lama tinggal di rumah sakit, dan otomatis biayanya
semakin mahal. Selain itu karena pemulihannya lebih lama akibat
sayatan yang belum kering dan masih sakit, ibu akan menunda
aktifitas lebih lama dibandingkan dengan ibu yang melahirkan alami.
Termasuk hubungan seksual dan olah raga sehingga penurunan berat
badan berlangsung lebih lama, selain itu seorang ibu yang mengalami
SC hanya dibatasi memiliki 3 anak saja (Marlina, 2014).
20
c) Kemungkinan kelahiran pervaginam sesudah kelahiran
caesarea pada jenis insisi ini sangat kecil karena insisi
dilakukan pada bagian utama uterus yang paling aktif
melakukan kontraksi (Lockhart dan Saputra, 2014).
5) Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan
dengan pengeluaran uterus. Kalau mungkin histerektomi harus
dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi, karena
pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat,
maka pembedahan subtotal menjadi prosedur pilihan kalau terdapat
perdarahan hebat dan pasiennya shock, atau kalau pasien dalam
keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus semacam
ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin
(Lockhart dan Saputra, 2014).
Histerektomi caesarea dilakukan atas indikasi; perdarahan
akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal, perdarahan yang
tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta previa dan
abruption plsenta tertentu, plasenta accrete, fibromyoma yang
multiple dan luas, pada kasus-kasus yang terlantar dan terinfeksi
kalau resiko peritonitis generalisata tiak dijamin dengan
mempertahankan uterus, misalnya pada seorang ibu yang sudah
memiliki beberapa anak dan tidak ingin menambahnya lagi
(Lockhart dan Saputra, 2014).
21
d. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea
Menurut Lockhart dan Saputra (2014) indikasi persalinan Sectio
Caesarea adalah sebagai berikut:
1) Postmaturitas (kehamilan lebih dari 42 minggu) yang dapat
menyebabkan insufisiensi plasenta atau gangguan janin.
2) Ketuban pecah dini yang dapat meningkatkan risiko infeksi
intrauteri
3) Hipertensi gestasional yang dapat bertambah parah
4) Isoimunisasi Rh yang dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis
5) Diabetes maternal yang dapat menimbulkan kematian janin akibat
insufiensi plasenta
6) Koriomnionitis 7) Kematian janin
22
Indikasi yang menyebabkan tindakan operasi Sectio Caesarea:
1) Plasenta previa
2) Disproporsi Cephalopelvik
3) Pre-eklampsia dan eklampsia
4) Gawat janin
5) Janin besar
6) Letak Sungsang
7) Gagal Induksi Persalinan
8) Riwayat SC sebelumnya
(Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR, 2012)
23
Dalam bukunya Harry Oxorn dan William Forte menyebutkan
beberapa kompliasi yang serius pasca tindakan SC adalah perdarahan
karena atonia uteri, pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan
plasenta, hematoma ligamentum latum (broad ligament). Selain itu
infeksi pada traktus genitalia, pada insisi, traktrus urinaria, pada
paruparu dan traktus respiratorius atas. Komplikasi lain yang bersifat
ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari selama masa
nifas.
25
k) Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedah caesarea pada
kehamilan. Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedah
caesarea pada kehamilan berikutnya.
27
b) Gangguan pada plasenta yang menyebabkan pasokan oksigen
dan nutrisi menuju bayi berkurang.
c) Kehamilan kembar.
d) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia.
e) Usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
f) Hamil di atas usia 35 tahun.
g) Ibu menderita hipertensi, diabetes, anemia,
asma, atau hipotiroidisme.
h) Perdarahan antepartum, seperti terlepasnya plasenta dari
rahim karena trauma / cedera.
Tatalaksana Fetal Distress
Berikut ini adalah daftar standar untuk manajemen gawat janin
menurut WHO dan FIGO. Pemenuhan kriteria untuk manajemen
harus mencakup semua hal berikut :
1) Standar Pedoman Manajemen
a) Rehidrasi intravena (≥1 l kristaloid)
b) Reposisi ibu ke posisi berbaring lateral
c) Tinjau oleh spesialis (setidaknya sekali selama proses
persalinan hingga melahirkan, baik sendiri, melalui
telepon atau selama putaran bangsal layanan utama)
2) Standar Manajemen Pra Operasi
a) Tiriskan kandung kemih (dengan kateter uretra diam)
b) Pencarian donor darah dan pencocokan silang
c) Pemberian antibiotik (spektrum luas)
d) Mencari persetujuan pasien
e) Menggunakan checklist pra-operasi (verifikasi protokol
pra-operasi dan jadwal intervensi untuk melakukan
tindakan)
f) Operasi Sectio Caesarea harus dimulai ≤ 1 jam setelah
keputusan (Interval kedatangan ke ruang operasi ≤ 30
menit dan interval kedatangan menuju persalinan ≤ 30
28
menit). (Mgaya, et al., 2016)
b) Makrosomia Janin
Bayi makrosomia adalah bayi dengan berat badan lebih dari
4.500 gram atau untuk Indonesia jika berat badan bayi 4.000
gram, atau lebih dari dua standar devisi atau diatas 90 tahun
persentil dari berat badan normal. Morbiditas dan mortalitas bayi
makrosomia lebih tinggi dari berat badan normal. Sekitar 3.000-
3.500 gram, karena proses persalinannya memerlukan tindakan
intervensi medis (I.B.G Manuaba, 2015).
Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia (bayi
raksasa) adalah bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram.
Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai 10 persen total
kelahiran (Ai Yeyeh Rukiyah, 2015).
Etiologi bayi makrosomia diantaranya adalah berasal dari
bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi
dari ibu hamil yang menderita diabetes selama kehamilan. Selain
itu, kejadian obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan
kelahiran bayi besar atau makrosomia (Legawati, 2018).
Berdasarkan penelitian sebelumnya riwayat penyakit
diabetes mellitus pada ibu hamil berpotensi 6 kali lebih besar
menyebabkan makrosomia pada bayi baru lahir dibandingkan
dengan ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus (Sarinawati, 2016).
Faktor risiko makrosomia meliputi obesitas, diabetes
gestasional dan tipe 2, kehamilan lebih bulan, multiparitas, usia
maternal lanjut, riwayat bayi makrosomia sebelumnya, asupan
gizi selama kehamilan, faktor ras dan etnik (Cunningham, 2012).
Faktor lain yang signifikan mempengaruhi berat bayi lahir
adalah meliputi, kenaikan berat badan selama kehamilan, lokasi
ibu (desa/ kota), serta pemanfaatan ANC selama kehamilan
(Abubakari et al., 2015).
Berdasarkan penelitian sebelumnya usia kehamilan ≥ 41
minggu berisiko 15 kali lebih besar menyebabkan makrosomia
pada bayi baru lahir dibandingkan dengan usia kehamilan < 41
minggu (Melani, 2016).
Paritas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian makrosomia. Hasil penelitian terdahulu
menyatakan bahwa ibu multipara berisiko 15 kali menyebabkan
makrosomia pada bayi baru lahir dibandingkan dengan ibu
primipara (Melani, 2016).
Jenis kelamin bayi adalah salah satu faktor lain yang
mempengaruhi kejadian makrosomia. Hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa kejadian makrosomia lebih sering dijumpai
pada bayi laki-laki disbanding bayi perempuan yaitu 68,8%
(Dungga & Husain, 2019).
Berdasarkan penelitian Kusumawati, kejadian bayi
makrosomia terbanyak pada usia ibu 30-34 tahun sebanyak
27,5% dan pada usia 35- 39 tahun sebanyak 24% (Kusumawati
dkk, 2012).
Asupan energi yang tinggi berisiko 11 kali untuk
menyebabkan bayi makrosomia, asupan protein yang tinggi 3
kali lebih berisiko, asupan lemak yang tinggi 7 kali lebih
berisiko dan karbohidrat yang tinggi berisiko 7 kali lebih besar
menyebabkan makrosomia (Ottay dkk, 2015).
30
keduanya (Cunningham, et al., 2014).
e) Gagal Induksi
Induksi yang dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi
sebelum mulai terjadi persalinan spontan dengan atau tanpa
ruptur membran. Argumentasi merujuk pada stimulasi terhadap
kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan
dilatasi serviks dan penurunan janin (Cunningham, 2013).
f) Letak Lintang
Letak lintang adalah dimana sumbu presentasi janin tegak lurus
atau hamper tegak lurus pada sumbu panggul ibu. Pada letak
lintang, bahu janin akan menjadi bagian terendah, yang disebut
presentasi bahu atau presentasi akromiom. Jika punggung janin
terdapat didepan disebut dorsoanterior dan jika di belakang disebut
dorsoposterior (Jenny, 2013).
Kehamilan letak lintang merupakan sumbu memanjang janin
menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus mendekati
900. Letak lintang oblique biasannya hanya terjadi sementara
karena kemudian akan berubah menjadi posisi presentasi kepala
atau letak lintang saat persalinan. Letak lintang merupakan sumbu
memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak
lurus mendekati 900, jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini
tajam disebut oblique lie yang terdiri dari deviated head
presentasion (letak kepala mengolak) dan deviated breech
presentasion (letak bokong mengolak), karena biasanya yang paling
rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder
presentasion (Rustam Mochtar, 2012).
2) Faktor Predisposisi
a) Usia Ibu
Di Indonesia perkawinan usia muda cukup tinggi, terutama di
daerah pedesaan. Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai
dengan persiapan pengetahuan reproduksi yang matang dan tidak
pula disertai kemampuan mengakses pelayanan kesehatan karena
peristiwa hamil dan melahirkan belum dianggap sebagai suatu
keadaan yang harus dikonsultasikan ke tenaga kesehatan. Masih
banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan diluar kurun
waktu reproduksi yang sehat terutama pada usia muda. Resiko
kematian pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan pada
kelompok umur diatas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari
kelompok umur reproduksi sehat yaitu 20 – 34 tahun (Mochtar,
2012).
33
Umur adalah lamanya hidup atau sejak lahir, hidup, bernyawa,
dan sebaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).
Salah satu alasan untuk perspektif regeneratif ibu adalah usia
ibu. Dalam generasi yang solid dikatakan bahwa usia baik-baik saja
untuk kehamilan dan persalinan, pada usia 20 tahun hingga 30
tahun. Meskipun kematian dalam persalinan dikatakan berada
dalam bahaya untuk wanita hamil kurang dari usia 20 tahun terjadi
2 hingga 5 kali lebih tinggi daripada kematian persalinan usia 20
taun hingga 29 tahun. Dan kematian maternal meningkat pada
wanita hamil dan melahirkan diatas 30 tahun sampai dengan 35
tahun (Prawirohardjo, 2012).
Usia ibu yang sangat muda akan mengakibatkan resiko BBLR
dan kelahiran prematur (Aras, 2013).
Ibu melahirkan dengan usia muda memiliki proporsi kelahiran
bayi prematur lebih tinggi yakni 27,7% dibandingkan dengan ibu
melahirkan dengan usia dewasa yakni 13,1%. Ibu melahirkan
dengan usia muda memiliki proporsi kelahiran BBLR sebesar
38,9% dibandingkan dengan ibu melahirkan dengan usia dewasa
yakni 30,4% (Aras, 2013).
Dikatakan usia reproduksi yang sehat yaitu ketika wanita
mengalami kehamilan pada usia 20 tahun sampai dengan 35 tahun.
Pada usia tersebut merupakan batasan aman dalam hal reproduksi,
serta ibu juga bisa hamil dengan aman dan sehat jika mendapatkan
perawatan yang baik maupun keamanan pada organ reproduksinya.
Hal ini desebabkan karena usia ibu pada saat masa kehamilan
sangat berpengaruh dan berhubungan dengan berat badan bayi saat
lahir (Pinontoan, 2015).
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi
perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih
bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari
usia muda (Notoatmodjo, 2014).
34
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun
(Saifuddin, 2014).
Kematian maternal pada proses hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29
tahun. Kematian maternal meningkat sesudah usia 30 sampai 35
tahun. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
berisiko tinggi untuk melahirkan. Jika usia terlalu muda fungsi
organ reproduksi belum sempurna sehingga cenderung
melahirkan bayi yang premature sedangkan usia terlalu tua
secara kodrat alamiah organ reproduksi wanita sudah mulai
mengendor sehingga menyebabkan persalinan yang lama
(Manuaba, 2012).
b) Paritas Ibu
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN, 2018) paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
hidup yaitu kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok
atau kelompok wanita selama masa reproduksi. Paritas dapat
dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara
(Prawirohardjo, 2016).
Paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
(Manuaba, 2014).
Menurut Mochtar (2012) paritas dikategorikan menjadi 4
kelompok yaitu sebagai berikut: 1) Nulipara adalah ibu dengan
paritas 0
2) Primipara adalah ibu dengan paritas 1
3) Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5
4) Grandemultipara adalah ibu dengan paritas >5
35
Menurut Rochjati dalam kutipan Esta (2017), paritas memiliki
pengaruh terhadap ketahanan uterus. Kelompok dengan
grandemultipara merupakan salah satu risiko persalinan yang
patologis. Pada kelompok grandemultipara sering ditemukan
beberapa kondisi, diantaranya :
1) Anemia dan kurang gizi yang mengakibatkan
kesehatan terganggu
2) Kondisi dinding perut dan dinding rahim kendor
3) Kondisi pada perut ibu yang tampak menggantung.
36
Menurut Hanom (2012) , masa pubertas, pertumbuhan tinggi
badan melonjak kembali sampai umur kira-kira enam belas tahun,
kemudian melambat lagi dan berhenti pertumbuhannya kira-kira
pada umur 18 – 20 tahun.
Menurut Patil (2015) di India mengenai hubungan tinggi ibu
dan perkiraan berat janin pada proses persalinan didapatkan
kelahiran caesar darurat pada ibu pendek adalah 32,5% sedangkan
pada wanita dengan tinggi badan lebih dari 145 cm adalah 25%.
Dengan demikian wanita yang kurang dari atau sama dengan 145
cm memiliki risiko lebih tinggi dari operasi caesar darurat jika
dibandingkan dengan wanita lebih dari 145 cm.
Penelitian yang dilakukan oleh Kathleen dkk, wanita dengan
tinggi 146 cm dengan wanita yang tingginya 160 cm memiliki 2,5
kali lebih tinggi risiko kelahiran caesar. Risiko untuk persalinan
caesar darurat terjadi pada wanita yang sehat, nulipara tanpa
obstetri atau adanya kelainan klinis dengan tinggi 146 cm adalah
2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dengan tinggi
badan 166 cm. Dengan demikian wanita tinggi
RESIKO TINGGI
PERSALINAN
KEHAMILAN
PERSALINAN SECTIO
SPONTAN CAESAREA
38
C. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan tujuan penelitian yaitu diketahuinya faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya persalinan Sectio Caesarea di RS Advent
Bandar Lampung tahun 2022. Variabel yang akan diteliti adalah variabel
diperkirakan akan sangat mempengaruhi rofessi Sectio Caesarea. Hal tersebut
dapat dilihat pada skema berikut ini:
GawatJanin
MakrosomiaJanin
CephaloPelvic Disproportion
SECTIO
Bekas SC
CAESAREA
Gagal Induksi
Variabel T erikat
Letak Lintang (Variabel Dependen)
Usia Ibu
Paritas Ibu
39
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2017).
4. Ho : Tidak ada hubungan antara ibu dengan riwayat Sectio Caesarea < 2
tahun dengan Sectio Caesarea
Ha : Terdapat hubungan antara ibu dengan riwayat Sectio Caesarea < 2
tahun dengan Sectio Caesarea
40
7. Ha : Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan Sectio Caesarea Ho :
Terdapat hubungan antara usia ibu dengan Sectio Caesarea
9. Ha : Tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan Sectio Caesarea
Ho : Terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan Sectio Caesarea
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga mewakili populasi (Sayito and Sodik, 2015).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RS Advent
Bandar Lampung pada bulan Januari s/d Desember 2022 sebanyak 383
orang. Sehingga tehnil samplingnya adalah total populasi / total sampling.
C. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan tehnik total sampling
/ total populasi. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
seluruh anggota populasi semua dijadikan sampel (Sugiyono, 2018).
Pengambilan sampel dengan total sampling ini dilakukan dengan
mengambil data dari rekam medik ruang kebidanan dari bulan Januari s/d
Desember 2022.
43
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Independen adalah variabel-variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (Sugiyono, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah gawat janin, makrosomia janin, cephalo pelvic disproportion,
ibu dengan riwayat Sectio Caesarea < 2 tahun atau bekas Sectio
Caesarea, gagal induksi, letak lintang, usia ibu, paritas ibu, tinggi
badan ibu.
2. Definisi Operasional
Operasional variabel digunakan untuk menjabarkan variabel penelitian
menjadi konsep, dimensi, indikator dan ukuran yang diarahkan untuk
memperoleh nilai variabel lainnya. Selain itu tujuan definisi operasional
untuk memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi
(Sugiyono, 2016).
44
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Nama
Alat
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Ukur
Bebas
1. Sectio Suatu proses pembedahan pada Data Rekam Check 0. Sectio Nominal
Caesarea perut ibu untuk membantu Medik List Caesarea
Sectio
kelahiran bayi 1. Tidak
Caesarea
2. Gawat Janin Suatu keadaan yang menunjukanData Rekam Check 0. Ya 1. Nominal
adanya bahaya yang dapat Medik List Tidak
mengancam keselamatan bayi
3. Makrosomia Kondisi dimana bayi lahir lebih dariData Rekam Check 0. Ya 1. Nominal
Janin 4000 gram Medik List Tidak
4. CPD Kondisi dimana kepala dan tubuh bayiData Rekam Check 0. Ya 1. Nominal
tidak masuk panggul ibu Medik List Tidak
5. Ibu Riwayat Ibu pernah menjalani kelahiran Data Check 0. Ya 1. Nominal
SC < 2 tahun dengan insisi abdomen pada Rekam List Tidak
atau bekas persalinan sebelumnya kurang dari 2 Medik
Sectio tahun
Caesarea
6. Gagal Induksi Proses untuk merangsang kontraksi Data Check 0. Ya 1. Nominal
uterus sebelum kontraksi alami Rekam List Tidak
terjadi Medik
7. Letak Lintang Kondisi dimana bagian anatomi janinData Check 0. Ya 1. Nominal
yang masuk terlebih dahulu ke Rekam List Tidak
45
1. Beresiko, jika ≤
20 th dan ≥35 th
9. Paritas Ibu Jumlah persalinan yang pernah Data Check 0. Tidak Nominal
dialami oleh responden termasuk Rekam List Beresiko, jika
yang lahir mati. Medik 2 dan 3 anak
0. Beresiko, jika 1 dan
≥ 4 anak (Riri
Wijaya, 2008)
10. Tinggi Badan Tinggi badan yang diketahui ibu saatData Check 1.Tidak berisiko Nominal
Ibu memeriksakan kehamilannya Rekam List jika tinggi badan >
Medik 145 cm
2.Berisiko jika
tinggi badan ≤ 145
cm
46
F. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan pemilihan metode
yang digunakan penulis untuk memperoleh data penelitian. Jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian yaitu :
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2016), sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Jadi data primer adalah data yang diperoleh
penulir melalui observasi atau pengamatan langsung. Data primer dalam
penelitian ini tidak ada, karena data yang dipakai adalah data sekunder.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2016) data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui
orang lain atau melalui dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data dari rekam medik pasien di ruang kebidanan RS Advent
Bandar Lampung meliputi nama, nomor Rekam Medik, usia ibu, paritas
ibu, jenis persalinan dan diagnosa pasien.
2. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan suatu metode untuk memperoleh data dengan
mengutip literature, jurnal, buku, artikel, majalah koran dan hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian. Untuk
mendukung penelitian ini studi pustaka yang digunakan buku literature,
47
dan jurnal penelitian terdahulu (Sugiyono, 2016)
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya (Sugiyono, 2016)
Dalam penelitian ini data diambil dari data sekunder yang diperoleh
dari hasil rekam medis pasien di RS Advent Bandar Lampung. Data rekam
medis digunakan untuk mengetahui hasil diagnosis dokter untuk responden
penelitian, diantaranya yaitu tentang keadaan ibu, riwayat persalinan ibu,
indikasi medis yang dapat memperkuat hasil penelitian.
48
buku catatan medis pasien. Data tersebut untuk menunjang penelitian.
H. Prosedur Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
data sekunder yaitu rekam medis pasien ruang kebidanan di RS Advent
Bandar Lampung. Peneliti mengumpulkan data rekam medis pasien yang
melakukan persalinan secara Sectio Caesarea di RS Advent Bandar Lampung
dari bulan Januari sampai Desember 2022 sebanyak 383 sampel yang
dibutuhkan. Selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data.
Prosedur penelitian yang dilakukan dibagi menjadi 3 tahapan yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Pengajuan judul penelitian kepada dosen pembimbing lalu ACC judul
penelitian.
b. Meminta surat izin penelitian dari pengelola program studi sarjana
Kebidanan STIKes Estu Utomo.
c. Mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada
Direktur RS Advent Bandar Lampung yang digunakan sebagai tempat
penelitian.
d. Meminta izin kepada Kepala Ruangan ruang kebidanan untuk
mengambil data yang akan diteliti.
e. Melakukan penyusunan proposal skripsi
f. Melakukan revisi proposal skripsi
49
d. Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data
dan analisis data.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Penyusunan laporan hasil / skripsi
b. Ujian skripsi
c. Revisi skripsi
d. Pengumpulan skripsi
I. Pengolahan Data
Menurut Sugiyono (2014), pengolahan data merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri atau orang lain.
Pengolahan data adalah pengolahan data merupakan waktu yang
digunakan untuk menggambarkan perubahan bentuk data menjadi informasi
yang yang memiliki kegunaan (Kristanto, 2018).
Menurut Notoatmodjo (2018), pengolahan data menggunakan komputer
yang dilakukan melalui proses dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil observasi yang diperoleh atau di kumpulkan melalui lembar
rekapituliasi data perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum
editing adalah merupakan kegiatan mengecek dan perbaikan isian formulir
atau lembar observasi tersebut : apakah lengkap, dalam arti semua
langkah-langkah sudah diisi (Notoatmodjo,2018).
2. Coding
Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
50
huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2018). Coding atau
pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).
Pengelompokan data serta pemberian kode atau nilai pada langkahlangkah
yang dilakukan untuk mempermudah dalam memasukkan data dan analisis
data.
3. Entry (Processing Data)
Yakni langkah-langkah dari masing-masing responden yang dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software”
komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan entry data dengan menggunakan program komputer IBM SPSS
Statistics 20 (Notoatmodjo, 2018).
4. Cleanning (Pembersihan Data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan,
dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pemasukan data
yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variable-variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2018).
5. Tabulasi Data
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengaan tujuan
penelitian atau yang dinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2018). Hal ini
dilakukan agar mudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.
6. Penyajian Data
Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan deskritif.
J. Analisis Data
Analisis dilakukan untuk mendeskripsikan, menghubungkan, dan
menginterpretasikan suatu data penelitian (Notoatmodjo, 2018).
Berdasarkan tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan persalinan Sectio Caesarea di RS Advent
Bandar Lampung melalui distribusi dan hubungan variabel independen
dengan variabel dependen.
52
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menjelaskan karakteristik setiap masing-masing variabel penelitian.
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
perhitungan statistik sederhana yaitu distribusi frekuensi atau besarnya
proporsi menurut variabel yang diteliti. Hasil analisa univariat akan
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram batang distribusi frekuensi
(Notoatmodjo. 2018).
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo,2018).
Analisis data univariat ini digunakan untuk mendapatkan
gambaran distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang
diteliti baik untuk variabel dependen maupun variabel independent.
Distribusi frekuensi untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi persalinan Sectio Caesarea di RS Advent Bandar
Lampung.
2. Analisis Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau korelasi( Notoadmodjo, 2012).
Analisis ini dilakukan dengan menghubungkan variabel
independen dan variabel dependen. Tujuannya adalah untuk melihat
adanya hubungan yang signifikan antara variabel independen dan
dependen.
Uji statistik yang digunakan adalah uji statistic Chi Square ( 2
).
53
Keterangan:
2
: Chi square
∑ : Sigma
O : Observed (nilai hasil observasi)
E : Expected (nilai yang diharapkan)
Dengan menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan
dengan menggunakan uji statistik Chi Square ( 2
), dengan nilai kemaknaan
(α = 0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai 2
hitung >
2
tabel atau nilai probabilitas (p) < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima,
yaitu ada hubungan variabel rofessiona dengan variabel dependen. Apabila
nila 2
hitung < 2
tabel atau nilai probabilitas (p) > 0.05 maka hipotesis
penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
K. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip
etik diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal
hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian memegang
teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip
etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini
tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan dikarenakan
peneliti hanya melakukan pengambilan data skunder yang ada di rekam medis
RS Advent Bandar Lampung. Namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
sosioetika dengan meminta izin kepada kepala ruangan ruang kebidanan pada
RS Advent Bandar Lampung dengan memberikan surat
pengantar penelitian
54
Menurut Hidayat (2015) masalah etika penelitian yang diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Informed consent
Sebelum melaksanakan penelitan, peneliti terlebih dahulu meminta ijin
kepada pihak RS Advent Bandar Lampung untuk mengambil data rekam
medik pasien sebagai bahan penelitian.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
4. Bermanfaat (Beneficience)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksiamal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.
55
6. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian
membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai
contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek
keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama
baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
56
DAFTAR PUSTAKA
Lockhart, A., & Saputra, L. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis &
Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Manuaba, I. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
210. Dini Chom Septia Dela 429195 33 154 G6P3A2 Sectio Caesarea
211. Sri Yuliati Sudarsih 960666 32 154 G2P1A0 Sectio Caesarea
361. Mega Ayu Retno Putri 959337 23 155 G2P1A0 Persalinan Normal
2. 10 April 2023 Pemilihan judul Proposal Skripsi yang telah dipilih dan di
ACC oleh perpus
3. 11 April 2023 ACC judul Proposal Skripsi
8. 19 Mei 2023
ACC --> siapkan maju ujian proposal
Bimbingan Skripsi