Pemasangan NGT
1. Definisi
Memasukkan selang panjang lewat hidung atau mulut melewati tenggorakan sampai
ke lambung (Smith, 2014). Pemberian nutrien secara enteral biasanya dilakukan
melalui selang nasogastrik (selang dimasukkan ke lambung melalui lubang hidung
dan nasofaring), baik melalui selang yang berdiameter besar (>Fr 12 atau >5mm)
maupun yang berdiameter kecil (<Fr. 12 atau melalui mulut), nasoinntestin (selang
yang dimasukkan ke usus halus melalui lubang hidung dan nasofaring), gastrotomi
(selang yang dimasukkan ke lambung melalui dinding abbdomen), yeyenoostomi
(selang ke usus melalui dinding abdomen.
2. Tujuan
- Pemberian nutrisi enteral secara dini yang bertujuan untuk memperkecil respon
katabolik, mengurangi komplikasi infeksi, memperbaiki toleransi klien,
mempertahannkan integritas usus, mempertahankan respon imunologis,
memberikan sumber energi yang tepat bagi usus pada waktu sakit.
- Bertujuan untuk mencegah mual, muntah, dan distensi lambung selama
pembedahan.
- Bertujuan untuk pemeriksaan laboraturium
- Untuk kumbah lambung atau cuci lambung seperti pada kasus keracunan,
overdosis obat, perdarahan lambung.
3. Indikasi
Pemberian nutrisi enteral diberikan kepada klien yang tidak mampu makan melalui
oral atau menelan, tetapi seluruh fungsi cerna klien masih berfungsi, seperti kondisi
pada pasien berikut :
- Kaheksia (malnutrisi pada klien penderita AIDS, penyakit jantung atau
kanker)
- Penurunan kesadaran atau koma
- Disfagia / obstruksi esofagus
- Anoreksia pada infeksi berat atau kronis
- Pada pasien pembedahan, kanker pada kepala atau leher
- Keadaan hipermetabolisme (pasien luka bakar, trauma)
- Inflasi usus/ penyakit Crohn
- Pankreatitis
4. Kontraindikasi
pemberian nutrisi enteral tidak boleh dilakukan pada kondisi klien dengan kondisi
sebagai berikut :
- Perdarahan gastrointestinal berat
- Vomitus yang persisten dan intractable
- Obstruksi usus
- Fistula esofagus atau lambung
- Refluks esofagus
- Pengosongan lambung secara lambat
5. Peralatan
6. Pengkajian
Kaji ukuran selang NGT yang digunakan, kaji panjang selang yang akan dimasukkan,
serta kaji apakah selang sudah benar masuk ke saluran pencernaan.
7. Prinsip
- Bersih
8. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan menelan
No Langkah-langkah Rasional
11. Evaluasi
- Palpasi Abdomen pasien kaji adanya distensi dan nyeri, auskultasi bising usus
- Kaji turgor kulit pasien, ukur output dan monitor hasil laboraturium sperti
ureum, kretinin, natrium kalium
12. Dokumentasi
- Respon klien
Daftar Pustaka
Berman, A., Snyder, G., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s fundamental of nursing:
Concepts, process, and practice. 10th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Kozier, B., Glenora, E., Audrey, B., & Shirlee, S. (2009). Buku ajar praktik keperawatan
klinis. Alih bahasa; Eny, M., Esty, W., & Devy, Y. Edisi 5. Jakarta: EGC
Potter P. A., Perry A. G. (2006). Clinical Nursing Skills & Techniques. USA: Elseiver Mosby.
Smith.A.B. (2014). Guidelaines on the management of Enteral feeding second editions.
Nursing practice committee.
Westcott, L., & Maponga, S. (2014). Nasogastric feeding tube insertion and management in
adults. Chelmsford: NHS Trust.
Laporan Pendahuluan Tindakan Praktik KDP
Oleh: Alifia Salsabhilla
1506727154
2. Indikasi
- Pemberian cairan intravena
- Pemberian nutrisi parenteral dalam jumlah terbatas
- Pemberian kantong darah dan produk darah
- Pemberian obat secara terus-menerus
- Upaya profilaksis sebelum prosedur tindakan (seperti operasi besar dengan
risiko perdarahan, antisipasi jika terjadi syok dan mempermudah dalam
pemberian obat)
- Upaya profilaksis pada pasien dengan kondisi tidak stabil (seperti risiko
dehidrasi, syok, keadaan dimana sebelum kolaps pembuluh darah)
3. Kontraindikasi
- Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
Daerah infeksi tidak boleh ditusuk karena berisiko perluasan infeksi melalui
aliran darah
- Hindari ekstremitas dengan fistula. Daerah lengan bawah pada pasien gagal
ginjal akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah). Pilih penempatan infus di ekstremitas lain
karena fistula akan mempengaruhi aliran pembuluh darah disekitar fistula.
- Hindari ekstremitas yang mmengalami edema, lukabakar, atau cedera. Jika hal
tersebut terjadi, cari sisi ektremitas lain yang sehat.
- Pemberian obat yang memakan waktu lebih lama dari 6 hari, lebih baik
dipasang kateter sentral perifer.
4. Peralatan
- Cairan infus - Plester
- Gunting
- Set Infus - Perlak
- Kateter IV / wings needle - Sarung tangan bersih
- Kassa steril atau balutan
sesuai dengan ukuran yang
tahan air transparan
dibutuhkan - Tiang infus
- Swab alkohol - Bengkok
- Torniket - Bidai / alas infus (opsional)
5. Pengkajian
- Lokasi penusukan
- Kebutuhan cairan
6. Prinsip
- Steril
- Pemasangan dibagian distal terlebih dahulu
- Pemasangan pada tangan non dominan
7. Diagnosa Keperawatan
Data-data pengkajian dapat menunjukkan karakteristik untuk penegakan diagnosis
keperawatan sebagai berikut (Lynn, P., 2011):
10. Evaluasi
Evaluasi kelancaran infus, respon pasien, ada atau tidaknya pembengkakan di area
pemasangan serta pantau cairan kapan harus diganti atau dilepas.
11. Dokumentasi
- Nama klien
- Waktu dan tanggal pemasangan
- Jenis, kecepatan, dan jumlah cairan yang diberikan
- Respon klien
- Lokasi pemasangan
- Nama pemberi intervensi
- Tanda tangan perawat
12. Pengetahuan Lain yang Diperlukan
Lokasi Pemasangan Infus:
Daftar Pustaka
Alexander, M.,Corrigan, A., Gorski L. Hankins, J., & Perucca, R. R. 2010. Infusion Nursing: An
Evidenc Based Apporach 3rd ed. Missouri: Sounders Elsevier.
Dougherty, L., 2008. Akses Vena Sentral: Perawatan dan Tata Laksana. Jakarta: Erlangga,
Dougherty, L., Bravery K., Gabriel, J., Malster., M., Scales, K., Inwood, S., et al. 2010. Standards for
Infusion Therapy (3rd ed) London: Royal: Collage of Nursing