Anda di halaman 1dari 10

Rencana Asuhan Keperawatan Terkait Nutrisi Pada ODHA

Oleh Alifia Salsabhilla, 1506727154

Sejak AIDS ditemukan pertama kali lebih dari 20 tahun yang lalu, telah banyak kemajuan terkait peningkatan kualitas dan
durasi hidup pada pasien dengan infeksi HIV. Meskipun kita sering mendengar HIV (human immunodeficiency virus) dan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) sebagai istilah yang sama, sebenarnya HIV dan AIDS adalah istilah yang berbeda. HIV
merupakan virus yang menyebabkan AIDS. AIDS berkembang ketika seseorang sudah terinfeksi virus HIV tingkat akhir. Orang yang
sudah terinfeksi virus ini dapat menularkannya melalui darah, hubungan seks melalui cairan vagina dan semen, dan air susu ibu.

Ketika infeksi HIV sudah mencapai tahap lanjut maka akan berkembang menjadi AIDS. Salah satu faktor yang menyebabkan
HIV berkembang cepat karena tidak mengonsumsi obat ARV (terapi antiretroviral). Obat ini membantu dalam mengecek
perkembangan virus HIV. Jika seperti itu HIV akan berkembang menjadi AIDS dan akan muncul gejala seperti penurunan berat
badan yang cepat, demam berulang atau berkeringat pada malam hari, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, diare yang
dapat berlangsung selama lebih dari seminggu, luka pada mulut, anus, atau alat kelamin, pneumonia, terdapat bercak di bawah kulit
atau di dalam mulut, hidung, dan kelopak mata, dan gangguan neurologis. Untuk itu perawat perlu memberikan asuhan keperawatan
yang tepat pada pasien dengan HIV/AIDS.

Kasus:

Seorang wanita 35 tahun didiagnosis menderita AIDS dirawat di suatu rumah sakit karena masalah nutrisi sejak 3 bulan
terakhir, mual dan muntah. Keluhan lain, badan terasa lemas, tidak nafsu makan dan mudah lelah bila berjalan. Tanda-
tanda vital pada saat masuk, TD 110/70 mmHg, HR 84x/menit, Suhu: 37.8C. Dari pengkajian status nutrisi diperoleh data BB
35 kg, TB 155 cm, TSF 11mm, dan MAC 19cm. Saat ini klien mendapatkan makan melalui NGT.
Nama: Ny. X

Usia: 35 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Data Subjektif Data Objektif

 Badan terasa lemas  Muntah

 Mual  Tekanan Darah 110/70 mmHg

 Tidak nafsu makan  Heart Rate 84x/menit

 Mudah lelah bila berjalan  Suhu 37.8 oC

 Berat Badan 35 kg

 Tinggi Badan 155 cm

 Triceps Skinfold (TSF) 11 mm

 Mid-arm Circumference (MAC) 19 cm

 Mendapatkan makanan melalui Naso-Gastric Tube (NGT)


Analisa Data

Diagnosa Keperawatan Definisi Data

 Mengalami masalah nutrisi selama 3


bulan terakhir

 Mual dan muntah

 Tidak nafsu makan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari  BB 35 kg


Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk
kebutuhan tubuh b.d. ketidakadekuatan
memenuhi kebutuhan metabolik  TB 155 cm
asupan makanan
 BMI 14,6

 TSF 11 mm

 MAC 19 cm

 Saat ini memakai NGT

 Suhu 37.8 oC
Risiko Kekurangan volume cairan b.d. Risiko mengalami penurunan volume
kehilangan cairan berlebihan melalui rute cairan intravaskuler, interstitial, dan  BB 35 kg, TB 155 cm
normal interseluler yang dapat menyebabkan
 Muntah
 Badan terasa lemas

 Mudah lelah saat berjalan


Rasa letih luar biasa dan penurunan
Kelelahan b.d. malnutrisi kapasitas kerja fisik dan mental pada level  BB 35 kg, TB 155 cm
yang biasa secara terus menerus
 TSF 11 mm

 MAC 19 cm

Tujuan dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing Intervention Rasional


Keperawatan Classification) Classification)

Ketidakseimbangan Goal: Peningkatan status Mandiri: 1. Memastikan adanya penurunan


nutrisi: kurang dari nutrisi 1. Memastikan berat normal berat badan untuk melihat
evaluasi pengobatan
kebutuhan tubuh b.d. sebelum klien didiagnosa
 Status nutrisi 2. Memperjelas kebutuhan untuk
ketidakadekuatan AIDS
pasien normal edukasi nutrisi
asupan makanan 2. Menanyakan riwayat makan,
dengan indikator: 3. Memberikan dasar dan arahan
termasuk makanan yang
intake nutrien untuk intervensi
disukai, makanan yang tidak
normal, intake 4. Menunjukkan faktor yang
disukai, dan intoleransi
makanan dan membatasi asupan oral:
makanan
a. Mengurangi kelelahan
cairan normal. 3. Kaji faktor yang mengganggu yang dapat menurunkan
asupan oral keinginan untuk makan
 Intake nutrien
4. Kurangi faktor yang b. Menurunkan
adekuat dengan
membatasi asupan oral: rangsangan yang
indikator: intake
a. Ajak pasien untuk berbahaya
kalori, protein,
istirahat sebelum c. Membatasi isolasi social
lemak,
makan d. Membatasi pengeluaran
karbohidrat,
b. Rencanakan waktu energi
vitamin, mineral,
makan sehingga tidak e. Mengurangi risiko
zat besi, kalsium.
tiba-tiba setelah tersedak
 Menjaga berat merasa sakit atau 5. Memberikan protein dan kalori
badan atau sehabis prosedur tambahan

menambah berat c. Dorong pasien untuk


badan menjadi makan dengan
normal. keluarga atau
pengunjung lain ketika
 Bebas dari tanda-
memungkinkan
tanda
d. Sediakan makanan
kekurangan gizi,
dengan porsi sedikit
dan menunjukkan
tapi berfrekuensi 6 kali
peningkatan level
sehari
energi.
e. Batasi cairan 1 jam
 sebelum makan dan
ketika makan
5. Instruksikan pasien untuk
mengonsumsi makanan tinggi
protein (daging sapi, daging
ayam, dan ikan) dan
karbohidrat (pasta, buah, roti)

Kolaborasi: 1. Memfasilitasi rencana


pemberian makanan
1. Berkonsultasi dengan tim ahli
2. Memberikan dukungan nutrisi
gizi mengenai nutrisi
jika pasien tidak dapat untuk
2. Konsultasi dengan ahli gizi
mencukupi kebutuhan lewat
mengenai makanan alternatif
mulut
(enteral atau parenteral)
3. Memantau status nutrisi dan
3. Pantau nilai laboratorium
mengidentifikasi kebutuhan
seperti BUN, albumin, level
terapi nutrisi
transferrin, sodium,
4. Meningkatkan nafsu makan
potassium, hemoglobin, dan
hematocrit
4. Memberi obat, jika
diindikasikan, misalnya:
Antiemetics, seperti suspensi
prochlorperazine (Compazine)
Sucralfate (Carafate)
Risiko Kekurangan Hidrasi: Mandiri: 1. Indikator status cairan secara
volume cairan b.d. tidak langsung
Mempertahankan hidrasi 1. Mengkaji turgor kulit,
kehilangan cairan 2. Dapat membantu menghindari
yang dibuktikan dengan: membrane mukosa, dan rasa
berlebihan melalui diare (yang umum terjadi pada
haus
rute normal  Membran mukosa pasien AIDS)
2. Menghindari makanan yang
lembab 3. Indikator sirkulasi volume
dapat menyebabkan diare
cairan
 Turgor kulit baik seperti cabai, kacang, dan
4. Peningkatan suhu dapat
produk susu
 TTV stabil mempengaruhi jumlah
3. Monitor TTV. Catat adanya
kehilangan cairan
 Output urin normal hipotensi
5. Peningkatan/penurunan output
4. Catat peningkatan temperatur.
urin menunjukkan perubahan
Berikan temperatur yang
perfusi renal/volume sirkulasi.
nyaman. Lakukan kompres
6. Menjaga keseimbangan cairan,
5. Kaji urin output. Hitung
mencegah haus dan menjaga
jumlah hilangnya cairan
membran mukosa lembab.
karena diare
6. Monitor oral intake minimal
2500 ml/hari

Kolaborasi:
1. Pemberian cairan dan 1. Mungkin dibutuhkan untuk
elektrolit melalui IV jika mendukung volume sirkulasi,
dibutuhkan terutama jika asupan oran
2. Memonitor hasil lab seperti inadekuat (terjadi muntah)
urin serum dan elektrolit, 2. Menjaga jika terjadi gangguan
BUN elektrolit dan menentukan
3. Pemberian obat untuk penggantian kebutuhan.
mengurangi rasa mual dan 3. Mengurangi kejadian muntah
muntah (antiemetics, antidiare, untuk mengurangi kehilangan
antipiretik) cairan lebih lanjut.

Kelelahan b.d. • Terlihat adanya Mandiri: 1. Beberapa faktor dapat


malnutrisi peningkatan energi memperburuk kelelahan
1. Kaji pola tidur dan catat pada
termasuk kurang tidur, distress
• Berpartisipasi perubahan perilaku atau pola
emosional, dan efek samping
dalam kegiatan berpikir
pengobatan.
yang diinginkan 2. Merekomendasikan
2. Perencanaan membantu klien
sesuai kemampuan penjadwalan aktivitas ketika
untuk aktif ketika level energy
klien memiliki energi yang
lebih tinggi.
cukup. Rencanakan tindakan
3. Mencegah penurunan kondisi
untuk istirahat. Libatkan klien
berat, dan dapat menjaga tenaga,
dalam perencanaan jadwal
meningkatkan stamina, dan
3. Dorong klien untuk
membantu klien lebih aktif
melakukan apapun sesuai 4. Variasi toleransi berbeda-beda,
kemampuan, seperti tergantung pada tahap penyakit,
perawatan diri, duduk di kursi, status nutrisi,dan keseimbangan
atau berjalan-jalan. Perawat cairan.
memberikan bantuan sesuai 5. Asupan yang adekuat
kebutuhan. Meningkatkan dibutuhkan untuk meningkatkan
tingkat aktivitas, jika energy untuk aktivitas
dindikasikan
4. Pantau respon fisiologis
terhadap aktivitas, seperti
perubahan TD, laju
pernapasan, atau detak
jantung.
5. Tingkatkan asupan nutrisi

Kolaborasi:
1. Membuat program latihan dan
1. Arahkan ke terapis aktivitas harian yang dapat
2. Berikan tambahan oksigen membantu pasien meningkatkan
sesuai diindikasikan kekuatan otot.
2. Meningkatkan oksigen yang
dapat menjadi penyebab lelah
jika kurang.
Perawat mungkin akan berjuan dengan nilai dan arti dari peran professional mereka saat mereka menjadi saksi dari keadaan
memburuk yang berulang. Tidak seperti kanker atau penyakit lain, AIDS dihubungkan dengan kontroversi sistem legal dan politik
juga agama dan kepercayaan. Perawat mungkin akan merasakan stress fisik dan mental dalam bentuk lelah, sakit kepala, perubahan
nafsu makan dan pola tidur, hingga kemarahan. Untuk itu perawat perlu menerapkan strategi khusus yang dapat dilakukan dalam
beradaptasi dengan stress mengasuh pasien AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F. & Murr, A.C. (2010). Nursing Care Plans Guidelines for Individualizing Client Care Across the
Life Span. 8th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2014). NANDA Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015- 2017 10th Ed. Oxford:
Wiley Blackwell.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L and Cheever, K. H. (2010). Brunner & suddarth’s textbook of medical-surgical nursing.
12th edition. Philadelphia : Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai