Anda di halaman 1dari 4

Usaha Penanggulangan Korupsi Dari Berbagai Aspek

Oleh Alifia Salsabhilla, 1506727154


Kemajemukan masyarakat Indonesia dengan keberagaman kelompok, lapisan, dan
golongan melahirkan keberagaman kebudayaan pula. Kebudayaan yang beragam itu
menyebabkan sistem hukum yang ada juga beragam, di samping sistem hukum negara dan
hukum internasional. Kemajemukan budaya melahirkan kemajemukan hukum, mengingat
hukum merupakan aspek kebudayaan yang memiliki fungsi sebagai pedoman bertingkah laku
dan fungsi kontrol sosial. Hukum merupakan aturan yang menjadi pedoman hidup seseorang
atau suatu masyarakat. Aturan tersebut antara lain adalah aturan adat, aturan agama, dan
aturan nasional.
Aturan adat ialah orientasi nilai atau pedoman hidup yang mengatur bagaimana
masyarakat adat berperilaku. Orientasi nilai ini sangat ditentukan oleh pranata-pranata
primodial dan ikatan kekerabatan yang dijaga melalui mitos-mitos lama. Aturan agama tidak
ditentukan oleh pranata kekerabatan, melainkan oleh kesamaan keyakinan religius yang
melintasi dan meniadakan perbedaan asal-usul, bahkan ras dan golongan. Aturan nasional
merupakan produk dari pranata politik nasional. Biasanya aturan ini dikembangkan dalam
bentuk produk hukum formal yang mencakup masalah ekonomi, sosial, politik, dan budaya,
misalnya kebijakan politik, kebijakan ekonomi, dan peraturan perundang-undangan.
Masyarakat memiliki tingkat kepatuhan yang berbeda-beda kepada ketiga orientasi
nilai tersebut. Hal ini disebabkan mobilitas sosial yang berbeda di dalam seting persekutuan
hidup tertentu. Ketiga pedoman perilaku di atas merupakan dasar kehidupan kesatuan bangsa
dan kemajemukan masyarakat Indonesia. Ketiganya menjadi pertimbangan utama dalam
sistem pengelolaan konflik.
Salah satu bentuk ketidakpatuhan masyarakat terhadap tiga orientasi nilai tersebut
adalah perilaku korupsi. Korupsi secara jelas melanggar aturan nasional yang sudah tertuang
dalam peraturan perundang-undangan dan juga memiliki sanksi. Pada aturan agama, korupsi
juga merupakan sebuah perilaku yang dilarang walaupun tidak memiliki sanksi yang jelas.
Sedangkan dalam aturan adat, bagaimana menindaklanjuti perilaku korupsi bergantung pada
wilayah adat tersebut.

Dalam LTM ini, saya akan membahas upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
menanggulangi korupsi. Upaya-upaya tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek
pertama adalah dari aspek hukum. Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa
dikenal dengan istilah politik kriminal (criminal politics) oleh G. Peter Hoefnagels dibedakan
sebagai berikut (Arief, 2008): Kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law
application); Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);
Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan
lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment/mass media)
ataupun melalui media lainnya seperti penyuluhan dan pendidikan. Dalam kebijakan
penerapan hukum pidana ini, yang paling berwenang adalah pemerintah. Pemerintah telah
melakukan berbagai upaya guna memberantas korupsi.
Salah satu bentuk penanggulangan korupsi dalam aspek hukum adalah dengan
dikeluarkannya instruksi presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi, yang diinstruksikan secara khusus kepada Jaksa Agung dan Kapolri. Isi dari
instruksi tersebut adalah: (1) Mengoptimalkan upaya upaya penyidikan/Penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.;
(2) Mencegah & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di
lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan hukum.; (3)
Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain dengan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait dengan upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi.
Selain instruksi presiden tersebut, upaya selanjutnya adalah penetapan Rencana aksi
nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009. Langkah langkah pencegahan
dalam RAN PK di prioritaskan pada mendesain ulang layanan publik, memperkuat
transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yg berhubungan Ekonomi dan
sumber daya manusia, dan meningkatkan pemberdayaan pangkat pangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi. Selain upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia, ada juga
beberapa upaya yang sebenarnya dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu hukuman yang
diadopsi dari negara lain seperti hukum mati.
Kedua adalah dari aspek pendidikan. Tentu aspek pendidikan menitikberatkan pada
penanaman karakter dan pengetahuan anti korupsi. Penanggulangan korupsi dari aspek
pendidikan ini dapat dilakukan oleh berbagai kalangan salah satunya kita sebagai mahasiswa.

Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan atau seminar tentang gerakan anti korupsi,
memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat menjadi pemilih yang baik untuk
menghindari terjadinya korupsi oleh para dewan, memberikan pendidikan kepada masyarakat
tentang bahaya melakukan korupsi, memberikan penyuluhan serta menghimbau agar
masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti dalam memberantas tindakan korupsi yang
terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain dari mahasiswa, pemerintah juga dapat
menanggulangi dengan melakukan perbaikan sistem pendidikan, seperti memasukkan dalam
kurikulum pendidikan mulai setingkat SLTP, yang menanamkan kepada anak didik tentang
rasa anti korupsi, menanamkan Perilaku yang baik, lewat kegiatan kegiatan keagamaan,
serta dengan menekankan etos kerja, yang jujur.
Ketiga ada dari aspek politik. Aspek politik tentu menjadi kewenangan pejabatpejabat politik. Upaya yang telah dilakukan adalah membentuk lembaga independen yang
bertugas mencegah dan memberantas korupsi, yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik,
memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah, memperbaiki kinerja lembaga
peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.
Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak
memihak), jujur dan adil, mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan
jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah menjabat, membentuk sistem
yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer.
Terakhir dari aspek ekonomi. Gunner Myrdal (dalam Andi Hamzah,2007) memberi
saran penanggulangan korupsi yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusankeputusan administratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih
disederhanakan dan dipertegas, pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan
pribadi dalam menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai
yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin,
satuan-satuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas
pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil. Orang-orang yang menyogok
pejabat-pejabat harus ditindak pula.
Selain upaya dari berbagai aspek tersebut, adapula upaya yang dibedakan menjadi
upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat, dan
upaya edukasi LSM. Upaya preventif dapat dilakukan dengan menanamkan semangat
nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui

pendidikan formal, informal dan agama. Upaya kuratif dapat dilakukan kepada mereka yang
terbukti melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan
dihukum pidana. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa dapat dilakukan selama mahasiswa
merasa memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ada dari
organisasi nasional seperti Indonesia Corruption Watch (ICW) ataupun organisasi
internasional seperti Transparency International (TI).

DAFTAR PUSTAKA
Andi, Hamzah. 2005. Pemberantasan Korupsi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dewi, Ismala R., Slamet Soemiarno, Agnes Sari Poerbasari, Eko Meinarno. 2015. Buku Ajar
III Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A: Bangsa, Negara, dan
Pancasila. Depok: Universitas Indonesia.
Klitgaard, Robert. 2005. Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.
Projo, Dikoro Wirdjono. 2005. Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai