Anda di halaman 1dari 4

Gout dan Kaitannya dengan Nutrisi

Oleh Alifia Ssalsabhilla, 1506727154

Gout adalah penyakit metabolik karena


ketidakefektifan metabolisme purin yang
menyebabkan penumpukan kristal berbentuk jarum
yaitu asam urat di jaringan penghubung, jarak antar
sendi, atau keduanya (White, et al., 2013).
Penyebab gout antara lain; peningkatan produksi
asam urat, kurangnya ekskresi purin oleh ginjal,
dan peningkatan asupan makanan yang
menganudng purin yang dimetabolismekan ke asam
urat oleh tubuh (Ignatavicius, et al., 2013).
Gangguan metabolisme ini biasanya terkait dengan
genetik, meningkat seiring dengan usia dan lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita (Smeltzer,
et al., 2010) Gout terbagi menjadi dua jenis, yaitu
gout primer dan gout sekunder. Gout primer adalah
jenis yang paling umum yang disebabkan oleh beberapa kelahiran yang mengalami gangguan
metabolisme. Pada gout primer, produk asam urat melampaui kapabilitas ekskresi ginjal. Pada
beberapa pasien, gout primer dibawa oleh kromosom X yang diturunkan oleh wanita. Gout
primer banyak dijumpai pada pasien pria dewasa menengah dan wanita postmenopause.
Kejadian paling tinggi pada pria usia 40-50 tahun (McCance, et al., 2010).

Gout sekunder melibatkan hiperurisemia yaitu kelebihan asam urat dalam darah yang
disebabkan oleh penyakit atau faktor lain. Jumlah peningkatan asam urat mencapai diatas 6
mg/dL. Gout sekunder menyerang pasien dari segala usia. Contoh faktor yang menyebabkan
gout sekunder adalah obesitas, leukemia, beberapa jenis anemia, keracunan timbal, penggunaan
salisilat, penggunaan diuretik, konsumsi alkohol, kemoterapi, dan lain-lain. Konsumsi makanan
yang tinggi kandungan purin seperti makanan laut yang bercangkang (kepiting, udang, kerang),
sayuran (asparagus, bayam), daging (sapi, ayam, babi) tidak menyebabkan gout, tetapi dapat
memicu terjadinya serangan gout akut jika orang tersebut rentan atau memiliki risiko terkena
gout.

Pada fase akut, gout dapat terjadi pada satu atau lebih sendi namun biasanya kurang dari
empat. Sendi yang terkena gout dapat terlihat kehitaman atau kemerahan dan sakit saat disentuh.
Inflamasi sering terjadi di jari kaki, tetapi lokasi lain seperti pergelangan tangan, pergelangan
kaki, dan lutut juga dapat terkena gout. Inflamasi kronik dapat menyebabkan deformitas sendi
destruksi kartilago. Kelebihan ekskresi asam urat juga dapat menyebabkan pembentukan batu
ginjal yang dapat berkontribusi pada penyakit ginjal.

Sistem yang terganggu selain muskuloskeletal akibat gout adalah nutrisi. Pada gout,
penumpukan asam urat dapat menyebabkan resistensi insulin yang berakibat pada oxidative
mitochondrial stress dan steatosis pada liver. Asam urat juga dapat memblokir kemampuan
insulin untuk menstimulasi vasodilatasi pada pembuluh darah yang penting dalam
menghantarkan glukosa kepada otot rangka. Asam urat dapat menyebabkan oxidative stress dan
disfungsi sel islet sehingga mengganggu produksi insulin.

Untuk mengatasi gout, diperlukan kontrol diet. Diet yang dilakukan oleh pasien dengan gout
berprinsip pada pembatasan purin, kalori sesuai kebutuhan, rendah protein, dan kebutuhan cairan
yang cukup. Makanan-makanan yang mengandung purin tinggi harus dihindari. Makanan dengan
kandungan purin sedang masih dapat dikonsumsi dengan dibatasi. Makanan dengan kandungan
purin rendah dapat dimakan secukupnya. Hindari pula konsumsi alkohol. Berikut tabel makanan
dengan tingkat kandungan purinnya.
\
Daftar Pustaka

White, L., Duncan, G., Baumle, W. (2013). Medical-Surgical Nursing: An Integrated


Approach, Third edition. USA: Delmara.

Ignatavicius, Donna D. & M. Linda Workman. (2013). Medical-Surgical Nursing: Patient


Centered Collaborative Care. USA: Elsevier.

Porth, C. M., & Matfin, G. (2009). Phatophysiology: Concepts of altered health states.
Philadelphia: Wolter Kluwer.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hankle, J.L & Cheever, K.H. (2010). Brunner & Suddarths
Textbook of Medical Surgical Nursing (12th ed). Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai