Gout sekunder melibatkan hiperurisemia yaitu kelebihan asam urat dalam darah yang
disebabkan oleh penyakit atau faktor lain. Jumlah peningkatan asam urat mencapai diatas 6
mg/dL. Gout sekunder menyerang pasien dari segala usia. Contoh faktor yang menyebabkan
gout sekunder adalah obesitas, leukemia, beberapa jenis anemia, keracunan timbal, penggunaan
salisilat, penggunaan diuretik, konsumsi alkohol, kemoterapi, dan lain-lain. Konsumsi makanan
yang tinggi kandungan purin seperti makanan laut yang bercangkang (kepiting, udang, kerang),
sayuran (asparagus, bayam), daging (sapi, ayam, babi) tidak menyebabkan gout, tetapi dapat
memicu terjadinya serangan gout akut jika orang tersebut rentan atau memiliki risiko terkena
gout.
Pada fase akut, gout dapat terjadi pada satu atau lebih sendi namun biasanya kurang dari
empat. Sendi yang terkena gout dapat terlihat kehitaman atau kemerahan dan sakit saat disentuh.
Inflamasi sering terjadi di jari kaki, tetapi lokasi lain seperti pergelangan tangan, pergelangan
kaki, dan lutut juga dapat terkena gout. Inflamasi kronik dapat menyebabkan deformitas sendi
destruksi kartilago. Kelebihan ekskresi asam urat juga dapat menyebabkan pembentukan batu
ginjal yang dapat berkontribusi pada penyakit ginjal.
Sistem yang terganggu selain muskuloskeletal akibat gout adalah nutrisi. Pada gout,
penumpukan asam urat dapat menyebabkan resistensi insulin yang berakibat pada oxidative
mitochondrial stress dan steatosis pada liver. Asam urat juga dapat memblokir kemampuan
insulin untuk menstimulasi vasodilatasi pada pembuluh darah yang penting dalam
menghantarkan glukosa kepada otot rangka. Asam urat dapat menyebabkan oxidative stress dan
disfungsi sel islet sehingga mengganggu produksi insulin.
Untuk mengatasi gout, diperlukan kontrol diet. Diet yang dilakukan oleh pasien dengan gout
berprinsip pada pembatasan purin, kalori sesuai kebutuhan, rendah protein, dan kebutuhan cairan
yang cukup. Makanan-makanan yang mengandung purin tinggi harus dihindari. Makanan dengan
kandungan purin sedang masih dapat dikonsumsi dengan dibatasi. Makanan dengan kandungan
purin rendah dapat dimakan secukupnya. Hindari pula konsumsi alkohol. Berikut tabel makanan
dengan tingkat kandungan purinnya.
\
Daftar Pustaka
Porth, C. M., & Matfin, G. (2009). Phatophysiology: Concepts of altered health states.
Philadelphia: Wolter Kluwer.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hankle, J.L & Cheever, K.H. (2010). Brunner & Suddarths
Textbook of Medical Surgical Nursing (12th ed). Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.