PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elek
BAB II
PEMBAHASAN
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg,
Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase
ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton &
Hall, 1997)
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara fisiologis proporsi besar
dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara itu merupakan bagian padat
dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi
baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 % dari
BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada
faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh
pun lebih besar.
Input Cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa minum antara
1.300-1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2.600 ml, sehingga kekurangan
1.100-1.300 ml. Kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan makanan sayur-sayuran
mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air. Kekurangan cairan dapat diperoleh dari
makanan dan oksidasi selama proses pencernaan makan. Input cairan meliputi minum (1.300 ml) +
pencernaan makanan (1000 ml) + oksidasi metabolic (300 ml) = 2600 ml (total). Kebutuhan input
cairan berdasarkan umur dan berat badan terlihat pada table
Pengatur utama input cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus berada di otak.
Sementara rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorpsi oleh traktus
gastrointestinal.
Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 rute yaitu :
1. Urine. Proses pembentukan urine oleh ginjal dan eskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outpit urine sekitar 1.400-1.500 ml per
24 jam,atau sekitar 30-50 ml perjam. Pada orang dewasa yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktifitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2. Keringat. berkeringat terjadi sebagai respons terhadap kondisi tubuh yang panas,respons ini berasal
dari anterior hipotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang susunan saraf simpatis pada kulit.
Besarnya bergantung pada aktivitas jumlahnya 0-500 ml.
3. Insensible Water Loss (IWL). IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur,pengeluaran ini
melalui kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1.000-1.3000 ml.
Keadaan demam dan aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas,sehingga
meningkatkan produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
4. Feses. Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorpsi didalam mukosa usus besar (kolon).
3. Paru. Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.
1. Difusi. Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler
yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak
lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi
tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis. Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven,
sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol.
Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan
berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan
hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis
dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya
lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah
volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transport aktif. Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan
cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses
osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi
koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak
terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan
intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse
intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam
intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya
kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan
lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial,
sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel.
Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam
ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan
tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57%
dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari
total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding
pada pria.
2. Keringat. Terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat banyak mengandung
garam, urea, asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang
keluar akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3. Feses. Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-
rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.
F. Jenis Cairan
Cairan nutrien. Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori
setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam
cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose).
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh
darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar
cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin
dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient dan sisa metabolism, seperti
karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air
akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi
ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion
bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan
magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi
elektrolit dalam plasma adalah:
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau
milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi
kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
2. Pengaturan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
Contoh cairan elektrolit:
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat
disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium
(sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan agram dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). ion H+ diperoleh
dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain
system pernapasan, ginjal juga
berperan untuk mempertahankan asam-basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion
hydrogen dan membentuk ion bikarbonat dengan pH darah normal. Jika pH plasma turun dan
menjadi lebih asam, ion hydrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.
3. Alkalosis Respiratorik. Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat
menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya
hiperventilasi, kecemasan, emboli paru dan lain-lain.
1. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
5. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan
system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.
a) Hipovolume atau Dehidrasi. Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan
dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan
interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada
pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:
2. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10%
BB; serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt serta mata cekung.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan
hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru
sehingga menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi
edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara napas ronnchi
basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan intravena pada
pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru
terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan
kapasitas vaskularnya
kecil sehingga tidak mampu menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua,
elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan.
Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan kelainan
ginjal. Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer
(pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah,
penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada
umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.
d) Hiperkalemia. Merupakan suatu keadaan diamna kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian
kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual,
hiperaktivitas system pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan
diare, adanya kecemasan dan iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma mencapai
lebih dari 5 mEq/lt.
e) Hipokalsemia. Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar
kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar
mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta
kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f) Hiperkalsemia. Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi
otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih
dari 4,3 mEq/lt.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan
juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih
baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang
banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html
http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-
Elektrolit.html
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-har