Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau


homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel
bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan
negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kebutuhan cairan dan elektrolit?


2. Fungsi cairan elektrolit bagi tubuh
3. Komponen cairan tubuh: CES dan CIS
4. Kebutuhan tubuh terhadap cairan dan elektrolit
5. Regulasi cairan dan eletrolit
6. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
7. Seperti apa cara perpindahan cairan tubuh, kebutuhan cairan tubuh bagi manusia,
pengaturan volume cairan tubuh dan jenis cairan?
8. Apa yang dimaksud kebutuhan dan pengaturan elektolit, jenis cairan elektrolit,
keseimbangan asam-basa dan jenis asam basa?
9. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
10. Apa saja masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
11. Bagaimana proses dan tindakan keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan
elektrolit?

C. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit

2. Untuk mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit

3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elek
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan.
B. Fungsi cairan dan elektrolit
1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Mmbentu dalam metabolisme sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempemudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)

C. Komponen cairan tubuh: CES dan CIS

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg,
Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase
ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton &
Hall, 1997)

1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total


 Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan
tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total


 Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia.
Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun,
volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir
sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi
menjadi :
(a) Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang
dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh,
volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang
dewasa.
(b) Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume
relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang
dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA.
Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor
oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit);
dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda,
bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari
darah adalah mencakup :
– pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
– transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
– pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
– transpor hormon ke tempat aksinya
– sirkulasi panas tubuh

3. Cairan Transelular (CTS) :


 Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS)
meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta
sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah
besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya.
Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi
sampai 6-8 L per-hari

D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara fisiologis proporsi besar
dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara itu merupakan bagian padat
dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi
baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 % dari
BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada
faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh
pun lebih besar.

Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan


Umur Kbutuhan air Ml/kg berat badan
Jumlah air dalam 24 jam
3 hari 250 - 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

E. Regulasi Volume Cairan Tubuh, Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi Volume Cairan Tubuh
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal input cairan sesuai
dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh
akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urin),
dan ekskresi pada proses metabolism. Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau
pemasukan cairan sama dengan cairan yang dikeluarkan.

Input Cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa minum antara
1.300-1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2.600 ml, sehingga kekurangan
1.100-1.300 ml. Kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan makanan sayur-sayuran
mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air. Kekurangan cairan dapat diperoleh dari
makanan dan oksidasi selama proses pencernaan makan. Input cairan meliputi minum (1.300 ml) +
pencernaan makanan (1000 ml) + oksidasi metabolic (300 ml) = 2600 ml (total). Kebutuhan input
cairan berdasarkan umur dan berat badan terlihat pada table

Pengatur utama input cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus berada di otak.
Sementara rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorpsi oleh traktus
gastrointestinal.

Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 rute yaitu :
1. Urine. Proses pembentukan urine oleh ginjal dan eskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outpit urine sekitar 1.400-1.500 ml per
24 jam,atau sekitar 30-50 ml perjam. Pada orang dewasa yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktifitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2. Keringat. berkeringat terjadi sebagai respons terhadap kondisi tubuh yang panas,respons ini berasal
dari anterior hipotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang susunan saraf simpatis pada kulit.
Besarnya bergantung pada aktivitas jumlahnya 0-500 ml.
3. Insensible Water Loss (IWL). IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur,pengeluaran ini
melalui kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1.000-1.3000 ml.
Keadaan demam dan aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas,sehingga
meningkatkan produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
4. Feses. Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorpsi didalam mukosa usus besar (kolon).

F. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1. Ginjal. Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar
dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat
pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan
asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali


oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam
menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli
renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.

2. Kulit. Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang


terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur
oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan
cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat
yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan
panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran
udara panas ke permukaan yang lebih dingin).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di


bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar
keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang
dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang
panas.

3. Paru. Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal. Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam


mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan
keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti: system hormonal
contohnya:

ADH. Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat


mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh
hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar


adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.

Prostaglandin. Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang


berfunsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi
uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air


yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan


dengan cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
G. Cara Perpindahan Cairan Tubuh

1. Difusi. Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler
yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak
lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi
tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis. Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven,
sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intra.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol.
Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan
berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan
hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis
dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya
lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah
volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.

3. Transport aktif. Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan
cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:

a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses
osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.

Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi
koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak
terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan
intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse
intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam
intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya
kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan
lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial,
sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel.
Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam
ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.

b. Membran semipermeable. Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar


tidak tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh
darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah
ke jaringan.

D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan
tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57%
dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari
total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding
pada pria.

E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah


cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan cairan. Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa
adalah ± 2500 cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah
dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah
hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana
asupan cairan kurang atau adanya pendarahan, maka curah jantung menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

b. Pengeluaran cairan. Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi


asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ± 2300 cc. jumlah
air yang paling banyak keluar dari eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak ± 1500
cc/hari pada orang dewasa. Hali ini dihubungkan dengan banyaknya asupan melalui
mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur
dan sering dilakukan dalam praktis klinis. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan
melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran
cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur
karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah
pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehigga sulit untuk diukur. Pada
kasus ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc/hari, diperlukan
adanya perhatian khusus.

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan


asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernapasan, demam, keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan
secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil-hasil pengeluaran cairan:

1. Urine. Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika


urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan
tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan
dalam tubulus ginjal untuk kemudoan diserap kembali ke dalam aliran
darah. Hasil ekresi berupa urine. Jika terjadi penurunan volume dalam
sirkulasi darah, receptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan
impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan kembali ke ginjal dan
memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.

2. Keringat. Terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat banyak mengandung
garam, urea, asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang
keluar akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.

3. Feses. Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-
rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.

F. Jenis Cairan

Cairan nutrien. Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori
setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam
cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:

a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose).

b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.

c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.

Blood Volume Expanders

Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh
darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar
cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin
dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

G. Kebutuhan dan Pengaturan Elektrolit


1. Kebutuhan elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient dan sisa metabolism, seperti
karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air
akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi
ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion
bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan
magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi
elektrolit dalam plasma adalah:

Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5

mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt,

Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau
milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi
kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.

2. Pengaturan Elektrolit

Pengaturan Keseimbangan Natrium. Natrium merupakan kation dalam tubuh yang


berfungsi mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak
terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh
ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi
mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya
dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam
ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium
yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke
luar tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium
dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air
mata. Pengaturan Keseimbangan Kalium. Kalium merupakan kation utama yang
terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium
dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). System pengaturan
keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu: Peningkatan konsentrasi kalium
dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron,
peningkatan
jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui
ginjal dan peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menurun. Pengaturan Keseimbangan Kalsium. Kalsium dalam tubuh
berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi
(pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi
melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone
paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

Pengaturan Keseimbangan Klorida. Klorida merupakan anion utama dalam cairan


ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi
klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan
kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor
dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-
108 mEq/lt. Pengaturan Keseimbangan Magnesium. Magnesium merupakan kation
dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari
saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan
hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5
mEq/lt.

Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat. Bikarbonat merupakan elektrolit utama


larutan buffer (penyangga) dalam tubuh. Pengaturan Keseimbangan Fosfat. Fosfat
(PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang. Posfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

H. Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
Contoh cairan elektrolit:

a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+


b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3

c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

I. Keseimbangan Asam dan Basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan


asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan
tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan
system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah
larutan bikarbonat, fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
(NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan
keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan
H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi
dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Pembuangan melalui
paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang
memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel


juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika
kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini
menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan
ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2
menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga
akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi
kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+
yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah
disebut alkalosis.

J. Jenis Asam Basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat
disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium
(sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan agram dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). ion H+ diperoleh
dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain
system pernapasan, ginjal juga
berperan untuk mempertahankan asam-basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion
hydrogen dan membentuk ion bikarbonat dengan pH darah normal. Jika pH plasma turun dan
menjadi lebih asam, ion hydrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.

Masalah Keseimbangan Asam-Basa

1. sidosis Respiratorik. Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan


system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga
terjadi kerusakan pada pernapasan, peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan
penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi,
trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.

2. Asidosis Metabolik. Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya


penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari
7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/lt.

3. Alkalosis Respiratorik. Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat
menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya
hiperventilasi, kecemasan, emboli paru dan lain-lain.

4. Alkalosis Metabolik. Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau


penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma
> 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45 atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat
melalui tabel berikut:

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa

Meningkat Menurun Meningkat Asidosis Respiratorik


Menurun Menurun Menurun Asidosis Metabolik
Menurun Meningkat Menurun Alkalosis Respiratorik
Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis Metabolik

K. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Temperature. Temperature ayng tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan


melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet. Apabila kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan makanan yang
tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi
pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada
jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Stress. Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit


melalui proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan
metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi sodium dan air.

5. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan
system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.

L. Masalah-Masalah pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Masalah Kebutuhan


Cairan

a) Hipovolume atau Dehidrasi. Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan
dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan
interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada
pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:

Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan


elektrolit secara seimbang.

Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air


daripada elektrolit

Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit


daripada air

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel


berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi
perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika
terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan
kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh
darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan
tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan
klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine
secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini
dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok,
ginjal diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:

1. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri: pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6


lt; serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt; hipotensi; turgor kulit buruk;
oliguria; nadi dan pernapadan meningkat serta kehilangan cairan mencapai > 10
% BB.

2. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10%
BB; serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt serta mata cekung.

3. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-


2 lt.

b) Hipervolume atau Overhidrasi. Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan


cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya
terdapat diantara jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah
perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini
disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam
jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema
tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan
trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan
cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan
hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru
sehingga menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi
edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara napas ronnchi
basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan intravena pada
pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru
terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan
kapasitas vaskularnya
kecil sehingga tidak mampu menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua,
elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan.
Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan kelainan
ginjal. Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer
(pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah,
penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada
umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

Masalah Kebutuhan Elektrolit

a) Hiponatremia. Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma


darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135
mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan
membrane mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh
secara berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.

b) Hipernatremia. Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma


tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,
konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt.
Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan
sementara asupan garam sedikit.

c) Hipokalemia. Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.


Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada
pasien yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut
krmbung,lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak beraturannya denyut jantung
(aritmia), penurunan bising usus dan turunnya kadar kalim plasma hingga kurang
dari 3,5 mEq/lt.

d) Hiperkalemia. Merupakan suatu keadaan diamna kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian
kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual,
hiperaktivitas system pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan
diare, adanya kecemasan dan iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma mencapai
lebih dari 5 mEq/lt.
e) Hipokalsemia. Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar
kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar
mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta
kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

f) Hiperkalsemia. Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi
otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih
dari 4,3 mEq/lt.

g) Hipomagnesia. Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah,


ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi,
hipertensi, disoriensi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai
kurang dari 1,3 mEq/lt.

h) Hipermagnesia. Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah,


ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium
mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ yang paling berperan, sebegai pengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion
hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. Saran

Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan
juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih
baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang
banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :

Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html

http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-
Elektrolit.html

http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-har

Anda mungkin juga menyukai