Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BUTEKI DAN KB


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Susi Susanti.,S.Kp.,M.Kep

Disusun oleh :
Hanna Hamidah
P17320118094
Tingkat 3C

PRODI D-III KEPERAWATAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan perlindungan dan
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga pada Ibu Menyusui”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Ibu Susi Susanti.,S.Kp.,M.Kep yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya dalam membantu menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
masih banyak  menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan  referensi dan masih
jauh dari kata sempurna. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki
penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Harapan kami semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat dan
menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, Amin.

Bandung, 08 September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keluarga adalah unit Terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang bekumpul disuatu tempat tinggal dibawah satu
atap dan saling bergantung begitupun dalam hal menjaga dan meningkatkan
kesehatan. Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditunjukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana. Kesehatan
keluarga di mulai pada saat keluarga melakukan program keluarga berencana.
Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang
sejahtera . Sesuai dengan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera , disebutkan
bahwa Program Keluarga Berencana ( KB ) adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan , pengaturan
kelahiran , pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil , bahagia dan sejahtera ( UU 10/1992 )
. Keluarga berencana juga berarti mengontrol jumlah dan jarak kelahiran anak ,
untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara dengan menggunakan
kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa
dilakukan dengan cara sterilisasi ( Ekarini , 2008 ) . Peran program KB sangat
besar pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi seseorang , baik itu untuk
kesehatan reproduksi wanita maupun kesehatan reproduksi pria . Peran KB bagi
kesehatan reproduksi wanita diantaranya yaitu menghindari dari bahaya infeksi ,
eklamsia , abortus , emboli obstetri , komplikasi masa puerpureum ( nifas ) , serta
terjadinya pendarahan yang disebabkan karena sering melakukan proses
persalinan ( Depkes , 2007 ) . Selain itu program KB juga bertujuan untuk
mengatur umur ibu yang tepat 1 untuk melakukan proses persalinan , sebab jika
umur ibu terlalu muda atau terlalu tua ketika melakukan persalinan , hal ini akan
sangat beresiko mengakibatkan perdarahan serius yang bisa mengakibatkan
kematian bagi ibu maupun bayinya ( Depkes , 2007 ) . Di Indonesia Angka
Kematian Ibu ( AKI ) mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi ( AKB ) 34 per 1000 kelahiran hidup ( SDKI , 2007 ).
Kemudian salah satu upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan
kesehatan keluarga nya adalah dengan melakukan pembinaan kesehatan anak
sejak dini melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi balita dan
pembinaan balita agar setiap balita yang dilahirkan akan tumbuh sehat dan
berkembang menjadi manusia Indonesia yang tangguh dan berkualitas.
Agar dapat mempersiapkan manusia yang berkualitas tersebut, maka kita perlu
memelihara gizi anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan anak yang
mendapat makanan yang bergizi akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas
dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi.Selain memperhatikan gizi bayi maka
perlu memelihara gizi ibu terutama masa hamil dan menyusui.
Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik selain dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik juga akan memberi air susu ibu (ASI) yang cukup untuk bayinya.
ASI merupakan makanan bergizi yang paling lengkap, aman, hygienis dan murah.
ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan anak yang bersifat menambah
kepribadian anak dikemudian hari. Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi.
Dari berbagai study dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat
kecenderungan penurunan penggunaan ASI dan mempergunakan pemberian ASI
dengan susu fomula di masyarakat. Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita
dalam angkatan kerja dan peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang
memudahkan periklanan susu buatan serta luasnya distribusi susu buatan terdapat
kecenderungan menurunnya kesediaan menyusui maupun lamanya menyusui baik
dipedesaan dan diperkotaan. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui sendiri
bayinya pada mulanya terdapat pada kelompok ibu di kota-kota terutama pada
keluarga berpenghasilan cukup yang kemudian menjalar sampai ke desa-desa
meskipun menyadari pentingnya pemberian ASI tetapi budaya modern dan
kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah mendesak para ibu untuk segera
menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.
Meningkatnya lama pemberian ASI dan semakin meningkatnya pemberian susu
botol menyebabkan kerawanan gizi pada bayi dan balita.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka penuli tertarik
untuk membuat makalah mengenai konsep asuhan keperawatan buteki dan KB.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan


masalah dalam makalah ini :
1.2.1 Bagaimanakah Konsep dasar Buteki?
1.2.2 Bagaimanakah Konsep dasar Keluarga Berencana (KB)?
1.2.3 Bagaimanakah Konsep teori askep buteki?
1.2.4 Bagaimanakah Konsep teori askep Keluarga Berencana (KB)?

1.3 TUJUAN

1.2.1 Mengidentifikasi konsep dasar buteki


1.2.2 Mengidentifikasi konsep dasar KB
1.2.3 Mengidentifikasi konsep teori askep buteki
1.2.4 Mengidentifikasi konsep teori askep Keluarga Berencana (KB)

1.4 MANFAAT

Bagi Buteki diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu


tentang cara menyusui dan bagi Keluarga Berencana (KB) dapat menambah
wawasan dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan dapat merencanakan
jumlah anak dengan matang.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR BUTEKI DAN KB

2.1.1 KONSEP BUTEKI

2.1.1.1 Definisi ASI (Air Susu Ibu)


ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling
cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi
bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative
tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis
dalam darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang
ditimbulkan oleh faksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan.
Pengaruh tersebut akan terlihat sangat menonjol pada periode neonatus, tetapi
nampaknya tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada imunisasi aktif, yang
akan dikerjakan jika bayi tersebut telah mencapai usia 2, 4 & 6 bulan. Telah pula
dapat diperlihatkan bahwa pertumbuhan virus-virus yang menyebabkan timbulnya
parotitis epidemica, influenza, vaksinia dan B encephalitis jepang dapat dihambat
oleh bahan-bahan yang terdapat dalam ASI. Antibody yang di telan yang berasal
dari kolostrum dan ASI dapat memberikan kekebalan saluran penceran makanan
lokal terhadap organisme yang memasuki tubuh melalui jalan tersebut.
ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air dadih yang
mengikat zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan zat besi serta
mempunyai pengaruh yang menghambat atas pertumbuhan E coli dalam usus.
Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu sapi
kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang mendapatkan ASI terutama
sakali adalah kelompok laktobasilus berlawanan dengan kelompok koliform yang
terdapat menonjol dalam tinja bayi yang diberi makanan secara artificial. ASI
mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan memberikan kemudahan
kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus pada bayi
yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh beberapa jenis E coli.
Susu yang berasal dari seorang ibu yang mendapatkan susunan makanan
yang secara kuantitatif mencukupi serta berimbang secara semestinya dapat
memasok bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan
kecuali mungkin vitamin D, setelah beberapa bulan dan fluorida. Kendatipun
penyediaan air minum umum mengandung cukup banyak flourida didalamnya,
namun sorang bayi yang mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali
menerima flourida yang berasal dari tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus
mendapatkan pemasukan fluoride selama bulan-bulan pertama
kehidupannya.Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuki
kebutuhan bayi selama 6-9 bulan pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat besi
yang terdapat dalam ASI dapat diserap dengan baik oleh bayi, oleh karena itu bayi
yang mendapat ASI mungkin tidak memerlukan penambahan zat besi selama
tahun pertama kehidupannya. ASI mengandung cukup banyak persediaan vitamin
C untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan catatan bahwa ibu yang
bersangkutan juga mendapatkan vitamin C dengan secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini mungkin setelah
persalinan, begitu pula dengan keadaan ibu maupun bayi yang bersangkutan
memungkinkan nya untuk mendapatkan ASI dalam jarak waktu beberapa jam
setelah lahir. Frekuensi pemberian ASI masing-masing setiap 3 jam pada siang
hari dan setiap 4 jam pada malam hari. Namun banyak bayi merasa lapar kembali
2 jam setelah diberikan ASI.
Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh
karena :
a. Asi yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa benda penangkis (anti-
body) yang dapat mencegah infeksi pada bayi;
b. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis;
c. Lemak dan protein asi mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran
pencernaan ; asi merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak
mungkin bayi akan menjadi gemuk berlebihan dengan asi (obese);
d. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit;
e. Pemberian asi merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk
mengeratkan hubungan ibu dan bayi; dan ini sangat dibutuhkan bagi
perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan;
f. Asi merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan mana
pun oleh karena mengandung benda penangkis (kolostrum mengandungnya 15
kali lebih banyak daripada asi), sucihama, segar, murah, tersedia setiap waktu,
dengan susu yang sebaik-baiknya untuk diminum.

2.1.1.2.Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai
biologis tertentu, dan mempunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang
membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur
kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan
berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran
ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan.
Komposisi ASI:
 ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat
 ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya
dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.
 ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan
 ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik.
Bayi yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
 ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
 ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas:
1. Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara,
kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah
globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula lemak lebih sedikit. Meskipun
demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut
korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel
yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai
fagosit mononuklear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum
bertahan selama kurang lebih lima hari, dengan perubahan menjadi susu matur.
Antibody mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A
mungkin memberikan perlindungan kepada neonatus melawan infeksi enteric.
Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin-immunoglobulin,
terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi komponen
komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim.
Ciri-ciri kolostrum:
 Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi
 Mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe),
vitamin (A, D, E, K), lemak, dan rendah laktosa.
 Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan
diikuti ASI yang mulai berwarna putih.

2. ASI transisi (antara)


ASI antara, mulai berwarna puting bening dengan susunan yang
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.
3. ASI sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga
dapat meneima susunan ASI sempurna.
2.1.1.3 Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal yang
sering terjadi. ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet yang dijalankan
oleh sang ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang
seorang ibu mendapatkan bahwa makanan yang tidak biasa dimakannya akan
mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat terus makan makanan yang biasa saat
menyusui. Bahkan bumbu yang keras, seperti cabai, tidak akan mempengaruhi
ASI atau mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
a. Susu awal
Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini kaya
akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b. Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih daripada susu
awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat
susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 % energi dalam ASI

2.1.1.4 Faktor-faktor yag mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu:
a. Umur
Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang umumnya
dapat mengahasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih
dari 30 tahun, sebab usia ini merupakan resiko tinggi dan erat kaitannya dengan
anemia gizi sehingga berpengaruh pada produksiASI.
b. Pendidikan
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk mebuka jalan
pikiran dalam menerima ide-ide baru. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
pola pemberian ASI terutama di kota-kota besar. Biasanya ibu dengan pendidikan
tinggi akan memberikan susu botol lebih dini dibandingkan dengan ibu dengan
pendidikan lebih rendah. Di satu sisi, ibu dengan pendidikan tinggi mengetahui
bahwa tidak ada satupun susu formula yang dapat menandingi ASI, namun di sisi
lain ibu tersebut merasa tidak berguna bila tidak mengamalkan ilmunya untuk
bekerja sehingga hal ini akan menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk
menyusui bayinya.
c. Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.

2.1.1.5 Kontra Indikasi Pemberian ASI


Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan.
a. Faktor ibu
 Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya
penyakit ibu
 Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan
yang telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
 Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular
pada bayinya.
 Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastase.
 Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit
diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.
 Ibu dengan infeksi virus.
 Ibu dengan TBC atau lepra.

b. Faktor dari bayi


 Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya
aspirasi ASI.
 Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak
dibenarkan untuk mendapatkan ASI
 Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit
sehingga bahaya aspirasi mengancam.
 Bayi dengan cacat bawaan yang tidak munkin menelan (labiokisis,
palatognatokisis, labiognatopalatokisis).
 Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi
ASI. Pada kasus tersebut untuk memberikan ASI sebaiknya
dipertimbangkan dengan dokter anak.

c. Keadaan patologi pada payudara


Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang
dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih
ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga
tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi
adalah:
 Infeksi payudara
 Terdapat abses yang memerlukan insisi
 Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
 ASI yang bercampur dengan darah.

2.1.1.6 Peran Perawat pada buteki


Peranan petugas dalam pendidikan kesehatan pada keluarga khususnya ibu
Pendidikan kesehatan tidak hanya berupa bimbingan pribadi tetapi juga
pendidikan umum bagi masyarakat. Petugas kesehatan harus mencoba mendidik
masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus dilakukan oleh si ibu.
Akan tetapi petugas kesehatan harus mengetahui masyarakat yang bagaimana di
tempat dia bekerja dan harus diketahui pula apa yang telah dilakukan masyarakat
untuk kesehatan mereka sendiri termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi
dalam keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan. Pendidikan kesehatan dapat
diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain:
a) Beritahukan kepada para ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI dan
manajemen laktasi. Pada klinik pelayanan pranatal, kepada para ibu hamil
diberikan :
 Informasi mengenai keuntungan menyusui dan manajemen laktasi
 Bimbingan khusus kepada ibu hamil yang belum pernah menyusui dan ibu
yang mempunyai masalah laktasi. Kalau memungkinkan penyuluhan
diberikan dengan menggunakan alat "audiovisual", alat peraga, poster,
atau diberikan semacam "leaflet".

b) Bantulah para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama
setelah melahirkan. Kepada para ibu dalam setengah jam pertama setelah
melahirkan diberi bantuan oleh petugas untuk:
 Ibu dapat saling bersentuhan dengan bayinya/mengawali pemberian ASI.
 Kepada ibu dengan bedah besar (kalau ibu dan anak dalam keadaan sehat),
harus diberikan kesempatan untuk saling bersentuhan/mengawali
menyusui dalam setengah jam setelah ibu sadar dan selanjutnya dilakukan
rawat gabung.

c) Tunjukkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan


laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka. Petugas yang terkait
dengan peningkatan penggunaan ASI:
 Memberikan bantuan kepada semua ibu bagaimana cara menyusui yang
benar, dalam waktu 6 jam setelah melahirkan.
 Diperlihatkan kepada semua ibu yang menyusui bagaimana cara
meletakkan bayi dan melekatkan mulut bayi dengan benar pada saat bayi
sedang menyusu.
 Kepada ibu-ibu yang menyusui diberi petunjuk bagaimana caranya
mengeluarkan ASI secara manual, apabila terpaksa ibu terpisah dari
bayinya. Dengan demikian produksi ASI dapat tetap dipertahankan dan
ASI-nya dapat diberikan kepada bayinya.
 Ibu-ibu yang belum pemah menyusui dan ibu-ibu dengan masalah laktasi,
diberi bantuan khusus dan nasihat mengenai di mana mereka dapat
memperoleh bantuan kalau nanti masih ada masalah setelah mereka
pulang.
d) Jangan beri makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru lahir selain
ASI, kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan
peningkatan penggunaan ASI: Tidak memberikan minuman lain selain ASI,
kecuali atas indikasi yang jelas. Misalnya: ibu dengan komplikasi persalinan yang
berat sehingga tidak memungkinkan pada saat itu untuk menyusui.
e) Setelah melahirkan, ibu dan bayi dirawat bersama dalam satu kamar selama
24jam sehari. Pemisahan hanya dilakukan kalau ada indikasi medis yang jelas.
Harus ada fasilitas rawat gabung di rumah sakit /RSB/Puskesmas. Untuk bayi
yang lahir normal, bayi selalu bersama ibu. Untuk ibu/bayi yang mengalami
komplikasi, rawat gabung dilakukan setelah
kondisinya memungkinkan untuk rawat gabung
f) Anjurkan pemberian ASI tanpa dijadwal (on demand). Kepada ibu-ibu yang
menyusui dianjurkan memberikan ASI bila bayi maupun ibu menghendaki, tanpa
dijadwal. Karena pemberian ASI yang tanpa dijadwal, disertai dengan tidak ada
pembatasan mengenai lama maupun frekuensi pemberian ASI, akan melancarkan
produksi ASI.
g) Jangan beri dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu. Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak memberikan susu
dengan menggunakan dot atau memberi kempeng (pacifier) kepada bayi yang
baru belajar menyusu, karena dapat mengakibatkan bayi bingung puting. Bila bayi
dirawat terpisah, ASI diberikan dengan sendok, pipet, atau sonde. Demikian pula
pemakaian susu formula atas indikasi medis, tidak diberikan dengan
menggunakan botol dot.
h) Harus ditekankan pula kepada ibu-ibu agar sedapat mungkin memberikan ASI
saja sampai anak berumur 4 bulan, setelah itu baru diberikan makanan tambahan.
i) Menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu yakin
bahwa menyusui merupakan topik yang harus dimasukkan dalam penyuluhan di
BKIA, diruang rawat jalan rumah sakit, di puskesmas. Tidak perlu berbicara
mengenai menyusui setiap minggu. Sebaiknya menyusui merupakan salah satu
topik dalam rencana pendidikan kesehatan. Petugas kesehatan harus mencoba
untuk berdiskusi dengan ibu bukan berceramah.
j) Beritahukan kepada ibu bahwa kolostrum penting untuk bayi. Adanya
kebiasaan masyarakat membuang kolostrum (susu pertama) karena anggapan
kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi padahal meningkatkan
kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling tinggi gizi dan zat kekebalannya.

2.1.1.7 Peran Suami dan Keluarga pada ibu menyusui


Menyusui akan mempengaruhi seluruh keluarga khususnya suami. Suami
harus dilibatkan dalam perpisahan, keberhasilan menyusui secara eksklusif karena
sikap suami dalam memberikan dorongan atau sokongan moril dan material
sangat penting untuk menentukan kegagalan ataupun keberhasilan seorang ibu
khususnya yang bekerja di luar rumah dalam pemberian ASI eksklusif pada
bayinya. Disamping itu dukungan dari orang tua maupun anggota keluara terdekat
lain juga sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Menyusui secara penuh hanya berlangsung selama 4-6 bulan. Selama masa
itu banyak hal yang dapat dilakukan seorang ayah untuk menjalin hubungan
dengan bayinya. Dia dapat melakukan semua yang dilakukan seorang ibu kecuali
menyusui,untuk mempererat hubungan dengan bayinya. Lagipula suami perlu
memberi dukungan dan semangat pada istrinya yang menyusui dan si bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa sikap positif suami terhadap kegiatan menyusui
sangat penting untuk menentukan apakah istri memilih akan menyusui si bayi, dan
kemudianmeneruskannya.
2.1.2 KONSEP KELUARGA BERENCENA (KB)

2.1.2.1 Definisi Keluarga Berencana (KB)


Pengertian keluarga berencana secara umum ialah suatu usaha yang
mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu
maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kelahiran tersebut. Pengertian sempitnya keluarga berencana dalam
kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan terjadinya pembuahan atau
mencegah pertemuan antara sel mani pada lakilaki dan sel telur dari wanita
sekitar persetubuhan (Risyadi, 2001).
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk:
1. Mendapatkan objektifobjektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval saat kehamilan
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

2.2.2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, yaitu mencegah atau melawan.


Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

Cara kerja konsepsi pada umumnya dapat dibagi menjadi :

1. Metode Sederhana

a. Tanpa alat/obat

1) Senggama terputus
2) Pantang berkala
b. Dengan alat / obat
1) kondom
2) diafragma atau cap
3) cream, jelly dan cairan berbusa
4) tablet berbusa (vaginal tablet)

2. Metode Efektif
a. Pil KB
b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )/IUD
c. Suntikan KB
d. Susuk KB
3. Metode Mantap dengan cara operasi
e. Pada Wanita : Tubektomi
f. Pada Pria : Vasektomi

2.2.2.3  Cara Kerja Kontrasepsi


1.    Metode Sederhana
a.    Tanpa Alat / obat
1)   Senggama terputus (Azal atau coitus interuptus)
Senggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada puncak senggama alat
kelamin pria (zakar) dikeluarkan dari vagina, sehingga mani keluar dari luar
vagina. Cara ini tidak berbahaya baik fisik maupun mental. Namun
sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan sepenuhnya karena:
a)    Memerlukan penguasaan diri yang kuat
b)   Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa
tertumpah dari zakar dan masuk kedalam vagina sehingga dapat terjadi
kehamilan, meskipun sudah  dilakukan pencabutan sebelum mani
menyemprot.
2)   Pantang Berkala
Pantang berkala ádalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang
wanita, yaitu sekitar waktu kejadiannya ovulasi. Cara menentukan masa
ovulasi adalah:
a)    Untuk dapat menentukan masa ovulasi perlu diketahui siklus haid yang
akan datang
b)   Untuk mengetahui haid yang akan datang perlu diketahui siklus haid
c)    Untuk mengetahui lamanya siklus haid perlu dicatat sekurang-
kurangnya 8-12 siklus haid selama 8 bulan

b.    Dengan Alat/Obat


Maksud penggunaan alat adalah untuk menahan atau menghalangi
masuknya sperma ke dalam rahim sedangkan penggunaan obat
dimaksudkan untuk melumpuhkan sperma.
1)   Kondom
Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai
untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum dimasukkan ke dalam vagina
sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk ke dalam vagina,
dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Adapaun indikasi
pemakaian kondom adalah:
a)    6 Minggu sesudah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai selama 6
minggu sesudah vasektomi (sampai mani tidak mengandung spermatozoa
lagi yang dapat diketahui lebih jelas dengan pemeriksaan laboratorium)
b)   Sementara menunggu pemasangan AKDR
c)    Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum
d)   Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam
e)    Apabila diduga ada penyakit kelamin sementara menunggu diagnosa
yang pasti
f)     Bersamaan dengan pemakaian spermicide
g)   Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau
dipakai.

2)   Diafragma / Cap


Diafragma dibuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai untuk
menutup serviks gunanya untuk mencegah masuknya mani kedalam serviks.
Diafragma dimasukkan kedalam vagina setinggi mungkin sampai menutupi
mulut rahim, kemudian dikeluarkan lagi delapan jam setelah persetubuhan.
3)   Cream, Jelly dan tablet atau cairan berbusa
Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa yang disebut spermicida adalah
suatu bahan kimia yang menghentikan gerak melumpuhkan spermatozoa
didalam vagina sehingga tidak dapat membuahi telur. Untuk penggunaan
spermicida yang berbentuk tablet berbusa dimasukkan kedalam vagina.

2.    Metode efektif


a.   Pil Keluarga Berencana
1)   Pengertian Pil KB
Pil KB ialah pil yang berisikan hormon estrogen dan atau hormon
progesteron yang dimakan wanita secara teratur untuk mencegah kehamilan
(Syahlan, 1996).
Menurut Herti (2007) pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum.
Pil telah diperkenalkan sejak tahu 1960, pil diperuntukkan bagi wanita yang
tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang
paling efektif bila diminum secara teratur.  
2)   Jenis-Jenis Pil Keluarga Berencana
Menurut (Herti, 2007) ada 3 jenis pil KB, yaitu :
a)    Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormone sintetis, yaitu hormone estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.
b)   Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 14-15
hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5-6 hari pil gabungan antara
estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Kelalaian minum 1 atau 2 pil
berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan
telur sehingga terjadi kehamilan.   
c)    Pil khusus
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat
pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim
(merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan
sperma.
3)   Cara Pemakaian Pil KB
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid.
Dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu
agar mudah diingat. Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi
berumur 30-40 hari, sedang pada pasca keguguran 1-2 minggu sesudah
kejadian (Wiknjosastro, 2002:919). 
Pil KB yang berisi 20,21 dan 22 tablet mulai dimakan terus menerus, dan
kemudian istirahat selama 1 minggu. Pada pil kombinasi yang terdiri atas 28
tablet (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo), pil diminum terus
menerus. Tablet yang diminum pertama kali sewaktu haid ialah tablet
plasebo. Pada 2 minggu pertama pemakaian pil bungkus pertama sebaiknya
jangan bersenggama, atau memakai cara kontrasepsi lain. (Wiknjosastro,
2002:919).
Pemberian pil dihentikan sementara  bila terdapat:
a)    Denyut nadi melebihi 120/menit
b)  Radang pembuluh darah balik (phlebitis)
c)  Tekanan darah lebih dari 140/110 mmHg disertai sakit kepala yang
hebat, nafas sesak atau berdebar-debar
d)  Pertambahan berat badan yang progresif
      4) Efek Samping Pil KB
Gejala-gejala sampingan penggunaan pil KB disebabkan oleh karena adanya
gangguan keseimbangan hormon estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala
tersebut baik yang bersifat subjektif maupun objektif biasanya hanya
sementara, ringan, tidak terdapat pada semua pemakai pil dan hilang dengan
sendirinya setelah dua sampai tiga bulan (Syahlan, 1996:109).
Menurut Wiknjosastro (2002:919) efek samping dari penggunaan pil KB
dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
a)    Efek sampingan ringan
Efek sampingan ringan dari penggunaan pil KB adalah: adanya
pertambahan berat badan, perdarahan di luar daur haid, mual-mual, depresi,
alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pascapil, retensi cairan, dan
keluhan-keluhan gastrointestinal. Umumnya efek sampingan ini akan
berkurang dan hilang dengan sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien
berpindah ke pil yang lain dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih
sesuai
b)  Efek sampingan berat
Efek sampingan yang berat dari penggunaan pil KB adalah tromboemboli
yang mungkin terjadi karena peningkatan aktivitas faktor-faktor
pembekuan, atau mungkin juga karena pengaruh vaskuler secara langsung.
Angka kejadian tromboemboli pada para wanita pemakai pil adalah sekitar
4-9 kali lebih tinggi dari pada para wanita bukan pemakai pil golongan
umur yang sama. Angka kematian ialah 3 per 100.000 wanita pemakai pil,
sehingga kalau dibandingkan dengan angka kematian maternal (oleh
karena kehamilan) angka itu sebenarnya jauh lebih rendah. Kemungkinan
mendapat tromboemboli-suatu komplikasi jarang-dikurangi oleh
pemakaian pil yang mengandung estrogen dosis rendah, misalnya 50
mikro gram atau kurang dari itu. Walaupun demikian masih ada
kemungkinan hubungan antara tromboemboli progesteron. 

b.   IUD/AKDR
1)   Pengertian
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo, 1999).
Bahan-bahan IUD yang biasa digunakan terdiri dari plastik, benang sutera,
dan metal (Digitized by Usu, 2003).
2)   Cara Kerja IUD
Menurut Saifuddin (2003) cara kerja IUD adalah sebagai berikut :
a)    Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubafalopi
b)   Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c)    IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d)   Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3)   Keuntungan-keuntungan AKDR
Menurut Saifuddin (2003), keuntungan-keuntungan AKDR adalah sebagai
berikut :
a)  Sebagai kontrasepsi mempunyai efektifitas yang tinggi, dimana
menurut BKKBN (1989) hanya terdapat 1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan.
b)   IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c)    Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A dan tidak
perlu diganti)
d)   Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
e)    Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f)     Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
g)   Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (Cu T – 380 A)
h)   Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i)     Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
apabila tidak terjadi infeksi
j)     Dapat digunakan sampai menopause
k)    Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
l)     Membantu mencegah kehamilan ektopik
c.    Suntikan KB
Suntikan KB mengandung hormon progresteron, tidak mengandung
estrogen.
1)   Cara kerja
Kontasepsi senantiasa mencegah kehamilan dengan cara:
a)    Menghalangi terjadinya ovulasi
b)   Menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi nidasi
c)   Memekatkan lendir serviks sehingga menghambat perjalanan
spermatozoa melalui kanalis servikalis
2)   Keuntungan
a)    Sangat efektif, kegagalannya kurang dari 1%
b)   Kemungkinan salah dan lupa memakainya tidak ada
c)    Dapat diberikan pada ibu yang menyusukan karena tidak
mengurangi produksi  ASI
d)   Diberikan setiap 12 minggu sekali
3)   Jenis
Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada 2 macam, yaitu
DMPA (Depo Medroxis Progresteron Asetat) yang lazim disebut Depo
Provera dan net oen (noretisteron) yang lazim disebut Noristerat. Depo
provera sebagai kontrasepsi suntikan diberikan dosis 150 mg/3 cc
sedangkan noristerat dengan dosis 200 mg/cc
4)   Waktu pemberian
a)    Pasca persalinan sampai 40 hari
b)    Pasca keguguran sampai 7 hari
c)    Interval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari kelima haid
5)   Cara penyuntikan
a)    Intramuskular
b)   Tempat penyuntikan
(1)  Pada otot bokong (glutea) yang dalam, bekas suntikan ditutup
dengan plester  untuk mencegah keluarnya obat.
(2)  Pada otot pangkal lengan (deltoid)
(3)   Indikasi
a)    Ibu telah mempunyai anak lebih dari satu
b)   Tidak dalam keadaan hamil
c)    Riwayat siklus haid teratur
d)   Tidak terdapat kontraindikasi
(4)   Kontraindikasi
a)    Hamil
b)   Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c)    Tumor/ keganasan
d)   Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati, tekanan
darah tinggi, obesitas, diabetes

d.    Alat Kontrasepsi Susuk (Implant)


1)   Pengertian Alat Kontrasepsi Implant
Alat kontrasepsi susuk KB atau implant adalah alat kontrasepsi bagi
wanita yang dipasang (disusukan) dibawah kulit lengan bagian atas yang
terdiri atas 1 atau 2 atau 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm berisi zat
levonorgestrvel. (Hartono, 2003)
2)   Cara Kerja Susuk KB
Dengan disusupkannya  kapsul tersebut silastik Implant dibawah kulit,
maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah Levonogestrel kedalam
darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan
silastik tersebut, besar kecilnya levonogestrel yang tergantung dari besar
kecilnya levonogestrel permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari
dinding kapsul tersebut.
Menurut Sadikin (2003), dengan dilepaskannya hormon levonogestrel
secara konstan dan kontiyu maka cara kerja implant dalam mencegah
kehamilan pada dasarnya terdiri dari 3 mekanisme dasar yaitu:
a)    Menghambat terjadinya ovulasi
b)   Terhambatnya perjalanan sel telur menuju rahim
c)    Menebalkan leher rahim/lendir serviks
3)   Yang Tidak Diperbolehkan Menggunakan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) akseptor yang tidak diperbolehkan menggunakan
Implant / susuk KB adalah:
a)    Akseptor diperkirakan hamil atau tidak hamil
b)   Menderita Tumor
c)    Wanita berpenyakit jantung, darah tinggi dan kencing manis, sakit
kuning, infeksi panggul, varices berat, wasir
4)   Keuntungan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi
implant adalah sebagai berikut:
a)    Tidak menekan produksi ASI
b)   Praktis dan efektif
c)    Tidak ada faktor lupa
d)   Masa pakai jangka panjang (5 tahun)
e)    Membantu mencegah anemia
f)     Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan
g)   Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen.

3.    Metode Mantap


a.    Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah kontrasepsi permanen wanita yang tidak menginginkan
anak lagi yang bekerja menghambat sel telur wanita sehingga tidak dapat
dibuahi oleh sperma. Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan
operasi kecil dengan mengikat dan memotong sel tuba (telur) pada istri.
Keuntugannya adalah: Pemakaian atau perlindungan terhadap terjadinya
kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup, tidak mengganggu
hubungan suami istri, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugiannya berupa:
faktor resiko dan efek samping bedah.
b. Vasektomi (MOP)
Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui operasi tindakan ringan dengan cara
mengikat dan memotong sel sperma (vas diferent) sehingga sperma tidak
dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian
tidak terjadi pembuahan.
Keuntungan dari vasektomi adalah:
1)   Tidak ada mortalitas (kematian)
2)    Morbiditas (mengakibatkan sakit) kecil sekali
3)   Dilakukan anastesi local, hanya kurang lebih 15 menit
4)   Kemungkinan kegagalan tidak ada, karena diperiksa kepastian
laboratorium
5)   Tidak mengganggu hubungan seksual dan cairan mani yang dikeluarkan
waktu coitus tidak berubah
6)   Biaya murah
7)   Dapat dilakukan dimana saja asal tempatnya bersih dan tenang, tidak
selalu harus di kamar mandi.
Efek samping vasektomi adalah: kulit membiru atau lecet, pembengkakan dan
rasa sakit, keadaan ini merupakan hal yang ringan dan akan hilang sendiri
tanpa pengobatan sederhana, gejala tersebut timbul sebagai akibat persiapan,
teknik dan perawatan yang kurang sempurna disamping factor penderita
sendiri.
Penangulangannya adalah dengan pemberian antibiotika dan analgetik,
kemudian konsultasikan dengan ahli jiwa jika penderita mengalami gangguan
psikologis.
Kegagalan  pada vasektomi dapat terjadi konsepsi antara lain:
1)   Kesalahan memotong
2)   Cara mengikat tidak sempurna, cepat atau terlalu keras
3)   Duplikasi vas diferent (kelainan bawaan)
4)   Bersenggama sebelum sperma betul-betul negatif
5)   Adanya penyambungan kembali dari ujung-ujung vas diferent yang
dipotong.  
2.2 KONSEP ASKEP BUTEKI DAN KB

2.2.1 KONSEP ASKEP BUTEKI

A. PENGKAJIAN
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga dan ibu, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga dan ibu, komposisi keluarga.
b. Tipe keluarga
c. Suku bangsa
d. Agama
e. Status sosial ekonomi keluarga
f. Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga
c. Mobilitas eorafis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sumber pendukung keluarga
f. Sumber yang tidak mendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
 Kaji kultur/budaya keluarga
 Kaji sikap suami saat istri/ibu menyusui
 Pola laktasi
 Kaji tentang perawatan ANC
 Kaji nutrisi pada keluarga, terutama ibu
b. Fungsi Sosialisasi
 Kaji skap keluarga terhadap ibu yang menyusui
 Kaji sumber dukungan
 Kaji sumber yang tidak mendukung
c. Fungsi Kognitif
 Kaji pengetahuan ibu dan keluarga tentang ASI
 Kaji sumber dukungan keluarga dengan kartu KMS
 Tanyakan pada keluarga nutrisi apa saja yang telah diberikan pada
anggota
 keluarga yang menyusui
d. Perawatan kesehatan
 Mengenal masalah kesehatan (terutama ASI)
 Mengambl keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat untuk
ibu yang
menyusui.
 Merawat anggota keluarga yang sakit akibat terjadi masalah pada masa
laktasi
 Memelihara lingkungan rumah yang sehat
 Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
e. Fungsi reproduksi
f. Fungsi ekonomi
6. Stres dan koping keluarga
a. Stresor jangka pendek
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor
c. Strategi koping yang digunakan
d. Strategi adaptasi disfungsional
7. Harapan keluarga

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan menyusui yang terhenti pada Ibu H
keluarga Bapak K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah ibu yang sedang bekerja.
2. Pola menyusui tidak efektif pada Ibu H keluarga Bapak K berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga dalam melakukan laktasi yang efektif dan
benar.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi pada bayi Ibu H keluarga bapak K
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang keuntungan/manfaat
dari pemberian ASI.
4. Gangguan cemas pada ibu H keluarga bapak K berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk melakukan laktasi/pemberian ASI eksklusif pada
bayi.
C. Intervensi
D. Implementasi
2.2.2 KONSEP ASKEP KB

A. PENGKAJIAN
1.    Wawancara
a.    Jumlah anak yang direncanakan
b.    Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-
lain?
c.    Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
d.    Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri
saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
e.    Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,
kebiasaan merokok
f.     Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
g.    Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan
siklus haid seperti amenore, spotting, metroragia,
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari
anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b.    Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal,
Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh
terhadap pemasangan AKDR.
c.    Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).
d.    Kardiovaskuler : Palpitasi.
e.    Dada : pernapasan kadang sesak.
f.     Payudara : hyperpigmentasi
g.    Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h.    Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises,
ukuran uterus yang mengalami kelainan
i.     Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post
pemasangan implant pada tangan atas.
3.    Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan,
maka diperiksa:
a.    Hb, biasanya < 10gr/dl
b.    Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c.    Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
4.    Pemeriksaan Psikososial
a.    Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b.    Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c.    Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d.    Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat
penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk
kontrol lainnya.

2.   Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS= Klien mengatakan Kurang Informasi Ketidakmampuan
bingung untuk memilih memilih alat
alat kontrasepsi kontrasepsi

DO= Klien bertanya pada


petugas kesehatan Tentang pengetahuan
terkait dengan KB
Klien bingung dengan
alat kontrasepsi

Ketidakmampuan
memilih alat kontrasepsi

2 DS= Klien mengatakan Proses adaftasi hormonal Perubahan pola


haid tidak teratur haid

DO= Klien menggunakan


alat kontrasepsi pil

Ketidakseimbangan
hormon progresteron dan
estrogen

Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola haid


3 DS= Klien mengatakan Penggunaan alat cemas
khawatir untuk kontrasepsi
menggunakan alat
kontrasepsi

Adanya efek samping


dari kontrasepsi

Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola haid

cemas
4 DS= Klien mengatakan Akseptor KB Pil Gangguan
sejak menggunakan konsep diri:
kontrasepsi pil banyak Body image
bintik-bintik hitam dan
jerawat dimuka

Berisi hormon
DO= Klien akseptor KB progresteron dan estrogen
pil
Keseimbangan
progresteron dan estrogen
terganggu

Timbul gajala-gejala
sampingan

Pigmentasi  dan jerawat


pada muka, badan
menjadi gemuk

Gangguan body image

5. Ds = klien mengeluh sakit Tindakan operasi Resiko infeksi


di daerah insisi (MOW/MOP) dan
Do = kulit lebam, implant
pembengkakan di daerah
insisi, kemerahan di
daerah insisi,
Pemajanan luka diluar

Bila klien kurang


perhatikan hygiene

Media yng baik untuk


mikroorganisme tumbuh

Resiko infeksi

3.  Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai
dengan klien mengatakan haid tidak teratur
2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya
informasi akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak
bertanya.
3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai
dengan klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi.
4. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan
jerawat pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan alat
kontrasepsi pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.
5. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan klien
mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi,
kemerahan di daerah insisi.
4. Intervensi
5. Implementasi

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemberian ASI oleh ibu melahirkan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial


budaya, psikologis, fisik si ibu, kurangnya petugas kesehatan dan gencarnya
promosi susu kaleng. Terdapat kecenderungan menurunnya lamanya menyusui.
Hal ini ada kaitan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja maupun akibat
gencarnya promosi dari periklanan susu buatan serta luasnya distribusi susu
buatan. Masih kurang pengetahuan ibu terhadap manfaat-manfaat ASI pada
anaknya dimana sering dijumpai kebiasaan yang bertentangan dalam hal
pemberian ASI Kecenderungan menurunnya angka ibu menyusui terutama di
kota-kota besar diakibatkan oleh gencarnya promosi dan luasnya distribusi susu
kaleng. Peranan, sikap dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan
berkaitan dengan menyusui. Pendidikan kesehatan pada keluarga (masyarakat)
dapat dilakukan oleh petugas melalui beberapa cara antara lain: kerjasama dengan
dukun bersalin, bekerja melalui kelompok dalam masyarakat, menyuluh ibu-ibu
yang datang ke BKIA, melalui penggunaan media dan melalui selebaran atau
poster.
Keluarga berencana secara umum ialah suatu usaha yang mengatur
banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun
bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan
tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran
tersebut. Cara kerja kontrasepsi ada 3 metode yaitu metode sederhana, efektif dan
metode mantap.Metode Sederhana terbagi menjadi 2 yaitu Tanpa alat/obat
seperti Senggama terputus dan Pantang berkal, kemudian yang kedua ada
Dengan alat / obat seperti kondom, diafragma atau cap, cream, jelly dan cairan
berbusa, tablet berbusa (vaginal tablet). Metode Efektif terbagi menjadi 4
yaitu Pil KB, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD, Suntikan KB dan
Susuk KB. Metode Mantap dengan cara operasi yaitu Pada Wanita disebut
Tubektomi dan pada pria disebut Vasektomi

3.2 SARAN

1. Hendaknya praktek-praktek promosi pemberian ASI dan KB dikontrol seketat


mungkin agar tidak menyesatkan masyarakat.
2. Hendaknya petugas masyarakat mengurangi pemberian pemasaran susu botol
kepada ibu bayi.
3. Lebih ditingkatkan pendidikan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan agar
pengetahuan masyarakat mengenai pemberian ASI dan penggunaan KB akan
Meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Setya, Ilham. 2012. Askep Buteki. Diakses pada 08 September 2020 melalui
https://www.scribd.com/doc/97673174/Lp-Kluarga-Ibu-Menyusui

Budi, Danang. 2016 Askep Keluarga Berencana (KB). Diakses pada 08


September 2020 melalui https://www.scribd.com/doc/315538342/Askep-
Keluarga-Berencana-Kb-Dunia-Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai