Anda di halaman 1dari 18

PNEUMONIA LOBARIS PARU DEXTRA : LAPORAN KASUS

Pneumonia Lobaris Lung Dextra : Case Report

Christie July Prawatya *, Ida Nurromdhoni **


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Paru, RSUD Dr. Sayidiman Magetan
Julychristie5@gmail.com

ABSTRAK

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk,
tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pada laporan kasus ini didapatkan seorang laki-laki
berumur 68 tahun datang ke IGD RSUD dr.Sayidiman dengan keluhan sesak napas sejak 3 bulan
yang lalu. Sesak dirasakan semakin memberat sejak ± 1 minggu sebelum MRS, keluhan penyerta
berupa batuk berdahak dengan dahak berwarna putih dan demam sejak 3 hari yang lalu yang
memberat saat pagi hari dan disertai keringat dingin saat siang hari. Pada pemeriksaan perkusi
thorax didapatkan redup pada ICS 6-8 lapang paru kanan sedangkan, pada pemeriksaan
auskultasi thorax didapatkan suara rhonki pada lapang paru kanan dengan hasil pemeriksaan
foto thorax PA yaitu Pneumonia lobaris dextra. Penatalaksaan utama pneumonia kasus ini adalah
dengan memberikan antibiotik yang bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman
penyebab infeksi.

Kata Kunci : Pneumonia, Infeksi Saluran Napas

ABSTRACT

Acute respiratory infections (ISNBA) ISNBA can be found in various forms, most often in the form
of pneumonia. In this case report was obtained by a man who has 68 years come to the emergency
room of Dr. Sudidiman Regional Hospital with his complaining complaints since 3 months ago.
Member more members since ± 1 week before MRS, accompanying complaints consist of coughing
up phlegm with white sputum and fever since 3 days ago which is heavy in the morning and
recovering cold sweat during the daytime. In the thoracic percussion examination obtained in ICS
6-8 right lung field dim, the examination of the thorax auscultation obtained rhonki sound in the
right lung field with the results of PA chest X-ray examination in Pneumonia lobar dextra. The
main management of pneumonia in this case is to provide antibiotics that are needed to provide
causal therapy for germs that cause infection.

Keywords : Pneumonia, Respiratory Tract Infections

PENDAHULUAN serta kerugian produktivitas kerja.

Infeksi saluran napas bawah ISNBA dapat dijumpai dalam

akut (ISNBA) menimbulkan angka berbagai bentuk, tersering adalah

kesakitan dan kematian yang tinggi dalam bentuk pneumonia.

392
Pneumonia ini dapat terjadi secara dan kecacatan yang tinggi di seluruh

primer atau merupakan tahap dunia. Sekitar 80% dari seluruh

lanjutan manifestasi ISNBA lainnya kasus baru praktek umum

misalnya sebagai perluasan berhubungan dengan infeksi saluran

bronkiektasis yang terinfeksi (Setiati, napas yang terjadi di masyarakat

2014). (PK) atau didalam rumah sakit/ pusat

Pneumonia lazim dipakai bila perawatan (pneumonia

peradangan terjadi oleh proses nosokomial/PN atau pneumonia di

infeksi akut yang merupakan pusat perawatan/PPP). Pneumonia

penyebabnya yang tersering, yang merupakan bentuk infeksi

sedangkan istilah penumonitis sering saluran napas bawah akut di

dipakai untuk proses non infeksi. parenkim paru yang serius dijumpai

Pneumonia berdasarkan empat sekitar 15-20%. Berdasarkan data

didapatkannya dibagi dalam dua Riset Kesehatan Dasar

kelompok utama yakni, pneumonia (RISKESDAS) tahun 2013,

komunitas (community aqquired prevalensi paling tinggi pada

pneumonia, CAP) yang didapat di kelompok umur 1-4 tahum dan

masyarakat, pneumonia nosokomial meningkat pada kelompok umur 45-

(hospital aqquired pneumonia, HAP) 54 tahun dan kelompok umur yang

dan Ventilator-Acquired pneumonia. lebih tua (RISKESDAS, 2013).

(Setiati, 2014). Pneumonia tentunya perlu

Penyakit saluran napas mendapat perhatian dan penanganan

menjadi penyebab angka kematian yang tepat, mengingat penyakit ini

393
masih menjadi permasalahan Keluhan penyerta berupa batuk

kesehatan utama di Indonesia berdahak dengan dahak berwarna

sehingga, diagnosis yang tepat, putih kental sejak ± 1 minggu yang

pemberian terapi antibiotika yang lalu tanpa disertai darah. Batuk

efektif, perawatan yang baik, serta dirasakan hilang timbul (kadang-

usaha preventif yang bermakna kadang) dan memberat ketika malam

terhadap penyakit ini perlu dilakukan dan pagi hari setelah bangun tidur.

agar berkurangnya morbiditas dan Pasien mengatakan demam

mortalitas pada pneumonia (Setiati, sejak 3 hari yang lalu yang memberat

2014). saat pagi hari dan disertai keringat

LAPORAN KASUS dingin saat siang hari. Pasien

Pasien Tn.S datang ke IGD menyangkal terhadap penurunan

RSUD dr.Sayidiman Magetan pada nafsu makan dan penurunan berat

tanggal 02 Desember 2019 pukul badan. Keluhan penyerta lainnya

10.45 diantar oleh keluarganya seperti nyeri dada, pusing, mual,

dengan keluhan sesak napas sejak 3 muntah, nyeri perut, gangguan BAB

bulan yang lalu. Sesak dirasakan dan BAK disangkal oleh pasien.

semakin memberat sejak ± 1 minggu Riwayat penyakit dahulu seperti

sebelum MRS. Sesak napas penyakit serupa sebelumnya,

dirasakan selama 5-8 menit dan penyakit ginjal, alergi, asma dan

berkurang pada saat posisi duduk. opname disangkal. Riwayat penyakit

Pasien mengatakan sesak napas tidak keluarga seperti penyakit serupa,

berkaitan dengan cuaca dan aktivitas. asma, diabetes mellitus, hipertensi

394
dan jantung disangkal. Riwayat fremitus (+/+) normal, Perkusi :

kebiasaan merokok diakui oleh sonor diseluruh lapang paru kiri (+)

pasien. normal ; redup pada ICS 6-8 lapang

Pemeriksaan fisik yang paru kanan, auskultasi : suara dasar

dilakukan pada Tn. S didapatkan, vesikuler (+) pada lapang paru kiri;

keadaan umum tampak sakit, suara dasar vesikuler pada lapang

kesadaran compos mentis E4V5M6, paru kanan, rhonki (+/+), wheezing

tekanan darah 132/84 mmHg, nadi (-/-).

76x/menit reguler, respiratory rate Pemeriksaan thorax jantung,

24x/menit reguler, suhu 36oC, SpO2 inspeksi : ictus cordis tidak tampak

80%. (+) normal, palpasi : ictus cordis

Pada pemeriksaan status teraba (+) normal, kuat angkat (+)

generalis didapatkan, Kepala : bibir normal, perkusi : redup pada jantung

sianosis (-), Mata : Conjungtiva (+) normal, auskultasi : Suara

anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Jantung I-II reguler (+), murmur (-),

refleks pupil +/+ (3mm/3mm), Leher bising jantung (-).

:Leher simetris, pembesaran kelenjar Pemeriksaan abdomen,

getah bening (-/-), peningkatan inspeksi : Jejas (-), distensi (-), massa

jugular vein pressure(-). (-), auskultasi : Peristaltik usus (+)

Pemeriksaan thoraks pulmo : normal, perkusi : Timpani seluruh

Inspeksi : Bentuk dada normal (+) lapang abdomen (+) normal, hepar

normal, retraksi (-) normal, Palpasi : pekak (+) normal, undulasi (-), pekak

ketinggalan gerak (-/-) normal,

395
beralih (-), palpasi : supel (+), nyeri BUN 23,8 mg/dL, serum creatinin

tekan (-), defans muskuler (-). 0,69 mg/dL, uric acid 4,7 mg/dL.

Pemeriksaan ekstremitas Pemeriksaan penunjang lain

superior : akral hangat (+/+) normal, yang dilakukan adalah pemeriksaan

edema (-/-) normal, ekstremitas foto thorax PA

inferior : akral hangat (+/+) normal,

edema (-/-) normal.

Pemeriksaan darah lengkap

didapatkan, hemoglobin 13,3 g/dL,

leukosit 15,28x103/µL, hematokrit

41,6%, trombosit 315x103/µL,

eritrosit 4,94x106/µL, MCV 84,2 fl,

MCH 26,9 pg, MCHC 32,0 g/dL,

Lymph% 7,2, Mo% 8,4,Ba% 0,1. Gambar 1. Pneumonia lobaris paru


dextra
Pemeriksaan kimia klinik
Pasien ini didiagnosis
didapatkan, gula darah sewaktu
pneumonia lobaris paru dextra
(GDS) 147 mg/dL, natrium 135
dengan diagnosis banding massa
mEq/L, kalium 3,5 mEq/L, clorida
paru dextra, tuberculosis paru,
93 mEq/L, calsium ion 1,05 mEq/L,
Chronic Obstructive Pulmonary
bilirubin direct 0,41 mg/dL, bilirubin
Disease (COPD). Tata laksana pada
total 0,79 mg/dL, SGOT 31 U/L,
pasien ini yaitu IVFD RL : PZ 15
SGPT 61 U/L, albumin 3,6 g/dL,
tpm, drip aminofilin 240 mg, injeksi

ceftriaxone 1gr/12 jam, injeksi

396
levofloxacin 750 mg/24 jam, injeksi paru yang disebabkan oleh penyebab

solvinex/12 jam, injeksi selain mikroorganisme

pantopump/24 jam, injeksi (fisik,kimiawi, alergi) sering disebut

metilprednisolon 62,5 mg/8 jam , pneumonitis ( Djojodibroto, 2014).

sucralfat syrup 3 x C II, cobazim Sistem pernapasan dibentuk

tablet 2 x 3000 mcg, erdobat 3x1 oleh beberapa struktur. Seluruh

tablet. struktur tersebut terlibat dalam

PEMBAHASAN proses respirasi eksternal yaitu

Pneumonia adalah proses pertukaran oksigen (O2)

peradangan yang mengenai parenkim antara atmosfer dan darah serta

paru, distal dari bronkiolus terminalis pertukaran karbon dioksida (CO2)

yang mencakup bronkiolus antara darah dan atmosfer. Struktur

respiratorius dan alveoli serta yang membentuk sistem pernapasan

menimbulkan konsolidasi jaringan dapat dibedakan menjadi struktur

paru dan gangguan pertukaran gas utama (principal structure), dan

setempat (Setiati et al., 2014). struktur pelengkap (accessory

Istilah pneumonia lazim structure) ( Djojodibroto, 2014).

dipakai bila peradangan disebabkan Struktur utama sistem

oleh mikroorganisme (bakteri, virus, pernapasan terdiri dari jalan napas,

jamur dan parasit) namun pneumonia saluran napas dan paru (parenkim

juga dapat disebabkan oleh bahan paru). Jalan napas terdiri dari nares,

kimia ataupun karena paparan fisik hidung bagian luar (external nose),

seperti suhu atau radiasi. Peradangan hidung bagian dalam (internal nose),

397
sinus paranasal, faring, laring. 1.100-1.600 kasus per 100.000

Saluran napas terdiri dari trakea, populasi. Angka CAP yang harus

bronki dan bronkioli sedangkan dirawat inap diperkirakan 250 kasus

parenkim paru adalah organ berupa per 100.000 populasi (RISKESDAS,

kumpulan kelompok alveoli yang 2013).

mengelilingi cabang-cabang pohon Berdasarkan data Riset

bronkus. Paru kanan terdiri dari tiga Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

bagian yaitu lobus atas, bawah dan tahun 2013 period prevalence atau

tengah. Paru kiri mempunyai dua prevalensi periode seluruh

lobus yaitu lobus atas dan bawah. pneumonia di Indonesia secara

Setiap lobus mempunyai bronkus nasional adalah 1,8% dimana

lobusnya masing-masing pada paru prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%.

kanan dan kiri. Struktur pelengkap Prevalensi paling tinggi pada

sistem pernapasan berupa komponen kelompok umur 1-4 tahum dan

pembentuk dinding toraks, diafragma meningkat pada kelompok umur 45-

dan pleura ( Djojodibroto, 2014). 54 tahun dan kelompok umur yang

Penyakit saluran napas lebih tua. Berdasarkan data

menjadi penyebab angka kematian administratif, terdapat 988 kasus

dan kecacatan yang tinggi diseluruh CAP pada tiap 100.000 pasien yang

dunia. Di Amerika Serikat insidensi telah keluar dari perawatan inap

Community-acquired pneumonia rumah sakit di Indonesia dengan

(CAP) diperkirakan 1.600 kasus per rata-rata masa rawat inap atau length

100.000 populasi dan di Eropa

398
of stay adalah 6 hari (RISKESDAS, komunitas adalah bakteri gram

2013). negatif. Penyebab paling sering

RISKESDAS 2013 pneumonia yaitu: (PDPI, 2011).

menyatakan terdapat 5 provinsi yang a. Di dapat di masyarakat

mempunyai insiden dan prevalensi (Community-Acquired

Pneumonia/CAP): Streeptococcus
pneumonia tertinggi untuk semua
pneumonia, Mycoplasma
umur yaitu, Nusa Tenggara Timur
pneumonia, Hemophilus influenza,
(4,6% dan 10,3%), Papua (2,6% dan
Legionella pneumophila, chlamydia
8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan
pneumonia, anaerob oral,
5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan
adenovirus, influenza tipe A dan B.
6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4%
(Wilson LM, 2012)
dan 4,8%) (RISKESDAS, 2013). b. Di dapat di rumah sakit (Hospital-
Pneumonia dapat disebabkan Acquired Pneumonia/HAP): basil

oleh berbagai mikroorganisme usus gram negative (E. coli,

seperti bakteri, virus, jamur, dan Klebsiella pneumonia),

protozoa. Pneumonia komunitas Pseudomonas aeruginosa,

Staphylococcus aureus, anaerob


yang diderita oleh masyarakat luar
oral. (Wilson LM, 2012)
negeri banyak disebabkan gram
Klasifikasi pneumonia
positif, sedangkan pneumonia rumah
berdasarkan letak terjadinya:
sakit banyak disebabkan gram
a. Community-Acquired Pneumonia
negatif. Dari laporan beberapa kota
(CAP)
di Indonesia ditemukan dari
CAP biasanya menular karena
pemeriksaan dahak penderita
masuk melalui inhalasi atau

399
aspirasi organisme patogen ke hipotensi, demam, multilobar

segmen paru atau lobus paru- involvement, anemia dan

paru. Pada pemeriksaan fisik hipoksia ( Djojodibroto, 2014).

sputum yang purulen merupakan b. Hospital-Acquired Pneumonia

karakteristik penyebab dari (HAP)

tipikal bakteri, jarang terjadi Berdasarkan America Thoracic

mengenai lobus atau segmen Society (ATS) , pneumonia

paru tetapi apabila terjadi nosokomial ( lebih dikenal

konsolidasi akan terjadi sebagai Hospital-acquired

peningkatan taktil fremitus, pneumonia atau Health care-

napas bronkial. Komplikasi associated pneumonia)

berupa efusi pleura yang dapat didefinisikan sebagai pneumonia

terjadi akibat infeksi H. Influenza yang muncul setelah lebih dari 48

, emphyema terjadi akibat infeksi jam di rawat di rumah sakit tanpa

Klebsiella, Streptococcus grup A, pemberian intubasi endotrakeal.

S. Pneumonia . Angka kesakitan Terjadinya pneumonia

dan kematian infeksi CAP nosokomial akibat tidak

tertinggi pada lanjut usia dan seimbangnya pertahanan inang

pasien dengan imunokompromis. dan kemampuan kolonisasi

Resiko kematian akan meningkat bakteri sehingga menginvasi

pada CAP apabila ditemukan traktus respiratorius bagian

faktor komorbid berupa bawah. ( Djojodibroto, 2014)

peningkatan respiratory rate, ATS membagi pneumonia

400
nosokomial menjadi early onset depan leher. Infeksi dapat

(biasanya muncul selama 4 hari muncul jika bakteri masuk

perawatan di rumah sakit) dan melalui lubang intubasi dan

late onset (biasanya muncul masuk ke paru-paru (

setelah lebih dari 5 hari Djojodibroto, 2014).

perawatan di rumah sakit). Pada Proses patogenesis

early onset pneumonia pneumonia terkait dengan tiga faktor

nosokomial memili prognosis yaitu keaadan (imunitas) pasien,

baik dibandingkan late onset mikroorganisme yang menyerang

pneumonia nosokomial; hal ini pasien dan lingkungan yang

dipengaruhi pada multidrug- berinteraksi satu sama lain. Dalam

resistant organism sehingga keadaan sehat, pada paru tidak akan

mempengaruhi peningkatan terjadi pertumbuhan

mortalitas ( Djojodibroto, 2014). mikroorganisme, keadaan ini

disebabkan oleh adanya mekanisme

c. Ventilator-Acquired pneumonia pertahanan paru. Adanyanya bakteri

Pneumonia berhubungan dengan di paru merupakan akibat

ventilator merupakan pneumonia ketidakseimbangan antara daya tahan

yang terjadi setelah 48-72 jam tubuh, mikroorganisme dan

atau lebih setelah intubasi lingkungan, sehingga

trakea.Ventilator adalah alat yang mikroorganisme dapat berkembang

dimasukan melalui mulut atau biak dan berakibat timbulnya sakit

hidung, atau melalui lubang di (PDPI, 2011).

401
Terdapat beberapa cara terjadi pada orang normal waktu

mikroorganisme mencapai tidur (50%) juga pada keadaan

permukaan: 1) Inokulasi langsung; 2) penurunan kesadaran, peminum

Penyebaran melalui darah; 3) alkohol dan pemakai obat (drug

Inhalasi bahan aerosol, dan 4) abuse). Sekresi orofaring

Kolonosiasi di permukaan mukosa. mengandung konsentrasi bakteri

Dari keempat cara tersebut, cara yang sanagt tinggi 108-10/ml,

yang terbanyak adalah dengan sehingga aspirasi dari sebagian kecil

kolonisasi. Secara inhalasi terjadi sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat

pada virus, mikroorganisme atipikal, memberikan titer inokulum bakteri

mikrobakteria atau jamur. yang tinggi dan terjadi pneumonia

Kebanyakan bakteria dengan ikuran (Setiati et al.,2014).

0,5-2,0 mikron melalui udara dapat Basil yang masuk bersama

mencapai brokonsul terminal atau sekret bronkus ke dalam alveoli

alveol dan selanjutnya terjadi proses menyebabkan reaksi radang berupa

infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada edema seluruh alveoli disusul dengan

saluran napas atas (hidung, infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis

orofaring) kemudian terjadi aspirasi eritrosit sehingga terjadi permulaan

ke saluran napas bawah dan terjadi fagositosis sebelum terbentuk

inokulasi mikroorganisme, hal ini antibodi. Sel-sel PMN mendesak

merupakan permulaan infeksi dari bakteri ke permukaan alveoli dan

sebagian besar infeksi paru. Aspirasi leukosit yang lain mengelilingi

dari sebagian kecil sekret orofaring bakteri tersebut kemudian terjadi

402
proses fagositosis. Pada waktu terjadi dada karena pleuritis dan sesak.

perlawanan antara host dan bakteri Gejala umum lainnya adalah pasien

maka akan nampak empat zona lebih suka berbaring pada yang

(Gambar 1) yaitu : 1) Zona luar sakit dengan lutut tertekuk karena

(edama): alveoli yang tersisi dengan nyeri dada. Pemeriksaan fisik

bakteri dan cairan edema; 2) Zona didapatkan retraksi atau penarikan

permulaan konsolidasi (red dinding dada bagian bawah saat

hepatization): terdiri dari PMN dan bernapas, takipneu, kenaikan atau

beberapa eksudasi sel darah merah; penurunan taktil fremitus, perkusi

3) Zona konsolidasi yang luas (grey redup sampai pekak menggambarkan

hepatization): daerah tempat terjadi konsolidasi atau terdapat cairan

fagositosis yang aktif dengan jumlah pleura, ronki, suara pernapasan

PMN yang banyak; 4) Zona resolusi: bronkial, pleural friction rub (Setiati

daerah tempat terjadi resolusi dengan et al.,2014).

banyak bakteri yang mati, leukosit Diagnosis pneumonia lobaris

dan alveolar makrofag (Setiati et berdasarkan anamnesis demam,

al.,2014). menggigil, suhu tubuh meningkat

Gejala khas dari pneumonia dapat melebihi 40oC, batuk dengan

adalah demam, menggigil, dahak mukoid atau purulen kadang-

berkeringat, batuk (baik non kadang disertai darah, sesak napas,

produktif atau produktif atau nyeri dada (PDPI, 2011). Temuan

menghasilkan sputum berlendir, pemeriksaan fisik dada tergantung

purulen, atau bercak darah), sakit dari luas lesi di paru; inspeksi : dapat

403
terlihat bagian yang sakit tertinggal 2. Perubahan karakteristik

waktu bernapas, palpasi : dahak/purulen

3. Suhu tubuh > 38oC (aksila)/riwayat


fremitus dapat mengeras pada bagian
demam
yang sakit, perkusi : redup dibagian
4. Pemeriksaan fisik : ditemukan
yang sakit, auskultasi terdengar suara
tanda-tanda konsolidasi, suara napas
napas bronkovesikuler sampai
bronkal dan ronki
bronkial yang mungkin disertai ronki
5. Leukosit > 10.000 atau < 4.500
basah halus, yang kemudian menjadi
(PDPI, 2011)
ronki basah kasar pada stadium Diagnosis banding pneumonia lobaris
resolusi (PDPI, 2011). Beberapa yaitu :

pemeriksaan penunjang yang dapat a. Tuberculosis paru (tb)

digunakan yaitu, pewarnaan gram, b. Atelektasis

pemeriksaan leukosit, pemeriksaan c. Chronic obstructive pulmonary

disease (copd)
foto thorax jika fasilitas tersedia,
d. Bronkhitis
kultur sputum jika fasilitas tersedia,
e. Asma bronkhiale (setiati et al.,2014)
kultur darah jika fasilitas tersedia
Pemeriksaan penunjang yang
(PDPI, 2011).
dapat dilakukan radiologi,
Diagnosis pasti pneumonia
laboratorium, mikrobiologi, analisa
komuniti ditegakkan jika pada foto
gas darah (Luttfiya et al., 2010).
thorax terdapat infiltrat baru atau
a. Penatalaksanaan menggunakan
infiltrat progresif ditambah dengan 2
Pengobatan suportif/simptomatik
atau lebih gejala dibawah ini :
 Istirahat di tempat tidur
1. Batuk-batuk bertambah

404
 Minum secukupnya untuk imunosupresif atau penggunaan

mengatasi dehidrasi obat imunosupresif, antibiotik

 Bila panas tinggi perlu lebih dari 3 bulan atau faktor

dikompres atau minum obat risiko lain infeksi pneumonia:

penurun panas  Flurokuinolon respirasi :

 Bila perlu dapat diberikan moksifloksasin atau

mukolitik dan ekspektoran. levofloksasin (750 mg)

(PDPI, 2011) (rekomendasi kuat)

b. Terapi definitif dengan pemberian  β –lactam + makrolid :

antibiotik yang harus diberikan amoksisilin dosis tinggi (1

kurang dari 8 jam gram, 3x1/hari) atau

Pasien rawat jalan amoksisilin –klavulanat (2

a. Pasien yang sebelumnya sehat gram, 2x1/hari)

dan tidak ada risiko kebal obat: (rekomendasi kuat) (PDPI,

 Makrolid: azitromisin, 2011)

klaritromisin atau Alternatif obat lainnya termasuk

eritromisin (rekomendasi ceftriaxone, cefpodoxime dan


kuat) cefuroxime (500 mg, 2x1/hari),
 Doksisiklin (rekomendasi doksisiklin.
lemah)
Pasien perawatan, tanpa rawat
b. Terdapat komorbid seperti
ICU
penyakit jantung kronik, paru,
B. Flurokuinolon respirasi
hati, penyakit ginjal, diabetes
(rekomendasi kuat) 
mellitus, alkoholisme,
digunakan untuk pasien alergi
keganasan, kondisi
penisilin

405
C. β –lactam + makrolid rongga pleura atau biasa disebut

(rekomendasi kuat) ; agen β – dengan efusi pleura. Efusi pleura


lactam termasuk sefotaksim,
pada pneumonia umumnya bersifat
seftriakson dan ampisilin;
eksudatif. Pada klinis sekitar 5%
ertapenem untuk pasien tertentu;
kasus efusi pleura yang disebabkan
dengan doksisiklin sebagai
oleh P. pneumoniae dengan jumlah
alternatif utnuk makrolid
cairan yang sedikit dan sifatnya
(PDPI, 2011)
sesaat (efusi parapneumonik). Efusi
Beberapa komplikasi seperti
pleura eksudatif yang mengandung
bakteremia (sepsis), abses paru, efusi
mikroorganisme dalam jumlah
pleura, dan kesulitan bernapas.
banyak beserta dengan nanah disebut
Bakteremia dapat terjadi pada pasien
empiema. Jika sudah terjadi
jika bakteri yang menginfeksi paru
empiema maka cairan perlu di
masuk ke dalam aliran darah dan
drainage menggunakan chest tube
menyebarkan infeksi ke organ lain,
atau dengan pembedahan
yang berpotensi menyebabkan
(Djojodibroto, 2014).
kegagalan organ. Pada 10%
Prognosis Pneumonia
pneumonia pneumokokkus dengan
Komunitas Kejadian PK di USA
bakteremia dijumpai terdapat
adalah 3,4-4 juta kasus pertahun dan
komplikasi ektrapulmoner berupa
20% diantaranya perlu dirawat di
meningitis, arthritis, endokarditis,
RS. Secara umum angka kematian
perikarditis, peritonitis, dan
pneumonia oleh pneumococcus
empiema. Pneumonia juga dapat
adalah sebesar 5%, namun dapat
menyebabkan akumulasi cairan pada

406
meningkat pada orang tua dengan lanjut, penyakit kronik, diabetes,

kondisi yang buruk. Pneumonia penyakit jantung koroner, PPOK,

dengan influenza di USA merupakan dan HIV. Vaksinasi ulang

penyebab kematian no.6 dengan direkomendasikan setelah > 2 tahun.

kejadian sebesar 59%. Sebagian Efek samping vaksinasi yang terjadi

besar pada lanjut usia yaitu sebesar antara lain reaksi lokal dan reaksi

89%. Mortalitas pasien CAP yang yang jarang terjadi yaitu

dirawat di ICU adalah sebesar 20%. hipersensitivitas tipe 3. Di samping

Mortalitas yang tinggi ini berkaitan itu vaksin juga perlu di berikan untuk

dengan “faktor perubah” yang ada penghuni rumah jompo atau rumah

pada pasien. (Setiati, 2014). penampungan penyakit kronik, dan

Pneumonia Nosokomial angka usia diatas 65 tahun. Selain vaksin,

mortalitas PN dapat mencapai 33- pneumonia dapat dicegah dengan

50%, yang bisa mencapai 70% bila tidak merokok ataupun memiliki

termasuk yang meninggal akibat pola hidup sehat (PDPI, 2011)

penyakit dasar yang dideritanya. Edukasi diberikan kepada

Penyebab kematian biasanya adalah individu dan keluarga mengenai

akibat bakteriemi terutama oleh Ps. pencegahan infeksi berulang, pola

Aeruginosa atau Acinobacter spp hidup sehat termasuk tidak merokok

(Setiati, 2014). dan sanitasi lingkungan (PDPI,

Vaksinasi influenza dan 2011).

pneumokokal, terutama bagi

golongan risiko tinggi misalnya usia

407
KESIMPULAN baru atau infiltrat progresif ditambah

Pneumonia adalah suatu dengan 2 atau lebih gejala.

peradangan parenkim paru distal dari Pada prinsipnya

bronkiolus terminalis yang penatalaksaan utama pneumonia

mencakup bronkiolus respiratorius adalah memberikan antibiotik

dan alveoli serta menimbulkan tertentu terhadap kuman tertentu

konsolidasi jaringan paru dan infeksi pneumonia. Pemberian

gangguan pertukaran gas setempat. antibitotik

Pneumonia dibedakan menjadi tiga bertujuan untuk memberikan terapi

berdasarkan tempat didapatkannya kausal terhadap kuman penyebab

kuman, yaitu pneumonia komuniti, infeksi, akan tetapi sebelum

pneumonia nosokomial dan antibiotika definitif diberikan

Ventilator-Acquired pneumonia. antibiotik empiris dan terapi suportif

Pneumonia dapat disebabkan oleh perlu diberikan untuk menjaga

berbagai mikroorganisme seperti kondisi pasien.

bakteri, virus, jamur, dan protozoa. DAFTAR PUSTAKA

Diagnosis pneumonia Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. 2013. Riset
kominiti didasarkan kepada riwayat Kesehatan Dasar
(RISKESDAS). 2013.
penyakit yang lengkap, pemeriksaan Laporan Nasional 2013.
fisik yang teliti dan pemeriksaan Djojodibroto, R.D. 2014. Respirologi
(Respiratory Medicine). Edisi
penunjang. Diagnosis pasti 2. Jakarta: EGC
Luttfiya MN, Henley E, Chang L.,
pneumonia komunitas ditegakkan 2010. Diagnosis and
Treatment of Community
jika pada foto toraks terdapat infiltrat Acquired Pneumonia.

408
American Family Physician.
73(3): 442-50
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
2011.Pneumonia Komuniti-
Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.,
Simadribata K, M., Setiyahadi,
B., & Syam, A. F.2014. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Jakarta: Interna Publishing.
Wilson LM. Penyakit Pernapasan
Restriktif. In: Price S.A. dan
Wilson L.M. 2012.
Patofisiologi: Konsep klinis
Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC

409

Anda mungkin juga menyukai