ABSTRAK
Pneumonia merupakan peradangan paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit), tidak termasuk pnemonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Angkat
kejadian penumonia lebih serint terjadi di negara berkembang. Pneumonia menyerang sekitar 450 jta
orang setiap tahunnya. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar 2%, sedangkan tahun 2013 adalah 1,8%.
Peningkatan kasus pneumonia terutama pada usia lanjut dengan angka kematian penumonia secara
umum sekitar 10%. Gejala yang muncul pada pneumonia diantaranya demam, batuk kering dan sesak
atau kesulitan bernapas. Penegakkan diagnosis pneumonia berdasarkan anamnesis mengenai gejala
klinis yang timbul pada pasien, ditermukan suara rhonki pada pemeriksaan fisik, dan gambaran
radiologis dada yang merujuk pada gambaran penumonia. Tatalaksana kasus pneumonia adalah
diagnosis dini dan segera memulai dengan pemberian antibiotik yang tepat. Sampai saat ini terapi
pneumonia hanya mengandalkan antibiotik.
ABSTRACT
ISSN : 2721-2882 93
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
Pendahuluan
diantaranya demam, batuk kering dan sesak memiliki alergi pada debu yang
gejala klinis yang timbul pada pasien, tersumbat. Pasien juga memiliki riwayat
fisik, dan gambaran radiologis dada yang langsung sembuh dengan pemberian obat.
penumonia..pengobatan pada kasus pneumonia sinusitis diakui pada ayah dan adik pasien,
adalah dengan pemberian antibiotik yang serta hipertensi pada ibu pasien. Riwayat
tepat. Sampai saat..ini terapi pneumonia hanya penykait paru lain seperti bronkhitis, asma,
ISSN : 2721-2882 94
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
Suami pasien suka merokok ketika berada di golongan darah A, rhesus positif. Pemeriksaan
rumah. Tempat tinggal pasien berada di tengah kimia klinik menunjukkan GDS 114 mg/dL,
sawah, dengan kandang sapi berada 50 meter Ureum 21,1 mg/dL, Creatinin 0,60 mg/dL,
dibelakang rumah. Suami pasien sering SGOT 21,74 U/L, SGPT 12,0 U/L, Albumin
membakar kotoran sapi pada sore hari untuk 4,4 g/dL. Pemeriksaan elektrolit menunjukkan
obat anti nyamuk, dan asap pembakaran dapat Natrium 137,3 mmol/L, Kalium 3,45 mmol/L,
tercium hingga ke rumah. Chlorida 106,6 mmol/L. Pemeriksaan
Coagulasi menunjukkan D-Dimer 0,41 mg/L
Keadaan umum pasien tampak sesak, FEU (410,00 mg/L FEU). Pemeriksaan
kesadaran compos mentis, tekanan darah Pemeriksaan seroimunologi menunjukkan
154/112 mmHg, nadi 131x/menit, respiratory HBSAg rapid non-reaktif dan ANTI HIV non-
rate 28x/menit, suhu 36,2oC dan SpO2 91%. reaktif. Pada pemeriksaan Rapid test SARS
Pada pemeriksaan fisik kepala kesan normal, Cov-2 menunjukkan non-reaktif. Pada
pada mata konjungtiva tidak anemis dan pupil pemeriksaan Rontgen Thorax menunjukkan
tidak ada masalah. Telinga, hidung, dan mulut gambaran bronkopneumonia bilateral dan
tidak ada masalah. Leher ridak ada cardiomegali.
pembesaran getah bening dan tidak ada
peningkatan JVP. Dada tidak ada kelainan, Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik
namun pada respirasi pasien merasa sesak dan penunjgan pasien didiagnosis awal dengan
napas yang disertai dengan batuk. Pada Obs. Dyspnea. Terapi yang diberikan saat
pemeriksaan fisik thoraks secara auskultasi pasien berada di IGD O2 3 lpm via nasal canil,
terdengar suada dasar vesikler (+/+), rhonki Inf. Asering drip soluvit 16 tpm makro/hari,
(+/+), wheezing (-/-). Jantung kesan normal. Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam, Inj. Levofloxacin
Pemeriksaan fisik abdomen tampak supel, 750 mg/24 jam, Inj. Vitamin C 1.000 mg/24
tidak didapatkan nyeri tekan, dan bising usus jam, Inj. Ranitidin/12 jam, Inj. Metamizol/8
terdenger reguler. Tidak terdapat edema pada jam, Inj. Dexametasone /8 jam, Sucralfate
kedua ekstremitas. syrup 3xC1, OBH syrup 3xC1. Pasien
dipindahkan ke bangsal.
Pada pemeriksaan penunjang EKG
menunjukkan gambaran Sinus Arrythmia. Hari kedua observasi pada tanggal 13
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan September 2021, pasien mengatakan sesak
3
Leukosit 12,4 x 10 /uL, Eritrosit 4.25 x sedikit berkurang tetapi masih batuk dan pilek.
106/uL, Hemoglobin 14,1 g/dL, Hematokrit Keadaan umm pasien tampak baik, kesadaran
3
44,1%, Trombosit 341 x 10 /uL, Neutrofil kompos mentis, tekanan darah 123/84 mmHg,
74,3%, Limfosit 8,5%, Eusinofil 9,10%. nadi 90x/menit, respiratory rate 22x/menit,
Pemeriksaan golongan darah menunjukkan suhu 36,4oC, dan SpO2 99%, terpasang nasal
ISSN : 2721-2882 95
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
canul 99%. Pemeriksaan fisik thoraks secara Pamol 3x1 tab, Glyceryl Guaiacolate 3x100
auskultasi terdengar suara dasar vesikuler mg, Ambroxol 3x½ tab, Cetirizine 3x1/5 tab.
(+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-). Terapi
dilanjutkan seperti hari pertama dan rencana Pembahasan
rontgen thoraks ulang Selasa sore (14 Telah dirawat seorang perempuan atas
September 2021). nama Ny. LH usia 38 tahun di bangsal
Cempaka Atas RSUDI Ir. Soekarno Sukoharjo
Hari ketiga observasi pada tanggal 14
dengan diagnosis awal Obs. Dysnea dan
September 2021, pasien mengatakan sesak
diagnosis akhir Pnemonia Bacterial. Diagnosis
sudah berkurang, sedikit batuk dan tidak pilek.
pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
Keadaan umm pasien tampak baik, kesadaran
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
kompos mentis, tekanan darah 122/82 mmHg,
penunjang.
nadi 80x/menit, respiratory rate 20x/menit,
suhu 36,2oC, dan SpO2 100%, terpasang nasal Pada anamnesis didapatkan sesak
canul 3 LPM. Pemeriksaan fisik thoraks secara napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
auskultasi terdengar suara dasar vesikuler (SMRS). Keluhan lain yang dirasakan adalah
(+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-). Terapi batuk pileh sejak 2 hari sebelum masuk rumah
dilanjutkan seperti hari pertama dan rencana sakit (SMRS). Keluhan demam (-), mual (-),
rontgen thoraks ulang sore ini. muntah (-), disangkal. BAB dan BAK dalam
batas normal. Pasien tidak merasakan pusing
Hari keempat observasi pada tanggal
maupun nyeri kepala.
15 September 2021, pasien mengatakan sudah
tidak sesak, tidak batuk dan tidak pilek. Pada pemeriksaan penunjang EKG
Keadaan umm pasien tampak baik, kesadaran menunjukkan gambaran Sinus Arrythmia.
kompos mentis, tekanan darah 130/86 mmHg, Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan
nadi 81x/menit, respiratory rate 20x/menit, Leukosit 12,4 x 103/uL, Eritrosit 4.25 x
suhu 36,5oC, dan SpO2 98%, napas spontan. 106/uL, Hemoglobin 14,1 g/dL, Hematokrit
Pemeriksaan fisik thoraks secara auskultasi 44,1%, Trombosit 341 x 103/uL, Neutrofil
terdengar suara dasar vesikuler (+/+), rhonki 74,3%, Limfosit 8,5%, Eusinofil 9,10%.
(+/+), wheezing (-/-). Terapi dilanjutkan Pemeriksaan golongan darah menunjukkan
seperti hari pertama. golongan darah A, rhesus positif. Pemeriksaan
kimia klinik menunjukkan GDS 114 mg/dL,
Pasien diperbolehkan pulang dengan
Ureum 21,1 mg/dL, Creatinin 0,60 mg/dL,
diagnosis akhir Pneumonia Bacterial perbaikan
SGOT 21,74 U/L, SGPT 12,0 U/L, Albumin
dan diberikan terapi Cefixim 2x200 mg,
4,4 g/dL. Pemeriksaan elektrolit menunjukkan
Azithromicin 1x500 mg, Omeprazole 2x1 tab,
Natrium 137,3 mmol/L, Kalium 3,45 mmol/L,
ISSN : 2721-2882 96
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
Chlorida 106,6 mmol/L. Pemeriksaan Mycoplasma pneumonia, C. Pneumonia
Coagulasi menunjukkan D-Dimer 0,41 mg/L dan Pneumocytis.
FEU (410,00 mg/L FEU). Pemeriksaan
3. Pneumonia..virus..adalah..pneumonia..yan
Pemeriksaan seroimunologi menunjukkan
g..disebabkan..oleh..virus..seperti..Virus
HBSAg rapid non-reaktif dan ANTI HIV non-
parainfluenza, Virus influenza,
reaktif. Pada pemeriksaan Rapid test SARS
Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus
Cov-2 menunjukkan non-reaktif. Pada
(RSV) dan Cytomegalovirus. SARS-CoV-
pemeriksaan Rontgen Thorax menunjukkan
2 adalah sesuatu jenis virs yang bisa
gambaran bronkopneumonia bilateral dan
menyebabkan pneumonia. Pneumonia
cardiomegali.
akibat COVID-19 bisa juga..menyebabkan
komplikasi berbahaya, salah
Diskusi
satunya..adalah Acute Respiratory Distress
Definisi Syndrome (ARDS).
Klasifikasi
1. Pneumonia..Komunitas..(Community
Acqired
Klasifikasi pneumonia berdasarkan penyabab
Pnemonia)..adalah..pneumonia..infeksius..
yaitu,
pada
ISSN : 2721-2882 97
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
muntah. Hasil inflasi pada paru yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas
tidak..merupakan infeksi tetapi dapat ditambah minimal salah satu hal berikut ini
menjadi infeksi yaitu,
karna..bahan..teraspirasi..yang mungkin
mengandung bakteri aerobic atau a. Kepala terangguk-angguk
ISSN : 2721-2882 98
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
b. Kejang, letergis atau tidak sadar Pasien dengan pemberian antibiotik
parenteral..dapat..diganti ke oral segera setelah
c. Sianosis
ada perbaikan klinis. Antibiotik sesuai dengan
d. Distress pernapasan berat
bakteri patogen dapat diberikan setelah hasil
Tatalaksana kultur tersedia, jika bakteri gram (-)..dicurigai
sebagai kuman penyebab, pemberian antibiotik
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan
dapat..dilanjutkan (sampai 21 hari).
pengobatan supportif. Pemberian antibiotik
sebaiknya Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa
berdasarkan..data..mikroorganisme..dan..hasil.. dengan riwyat pemakaian antibiotik 3 bulan
uji..kepekaannya.Terapi..empiris..dapat..diberi sebelumnya dapat diberikan..makrolid
kan..hingga..didapatkan..data..mikroorganisme baru..(Klaritomisin, Azitromisin).
.
Pasien dengan faktor komorbid..seperti
Terapi antimikroba harus dimulai gagal jantng, diabetes melitus, alkoholik,
sesegera mungkin setelah diagnosis keganasan, kondisi
pneumonia dapt ditegakkan. Pasien pneumonia imunosupresif..atau..mempunyai riwayat
yang dirawat diberikan..antibiotik dalam anitbiotik 3 bulan sebelumnya..dapat diberikan
waktu..8 jam sejak masuk rumah..sakit (< 4 Fluorokuinolon respirasi (Levofloksasin 750
jam akan menurunkan angka kematian). mg, Moksifloxacin) atau..β-laktam +
Makrolid.
Pemberian antibiotik dilakukan secara empiris
karena, Analisis Kasus
1. Penyakit yang berat dapat mengancam Pada kasus ini, pasien datang ke
jiwa IGD..dengan..keluhan..sesak..napas..dan..batu