Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Sardjiyem prapto
RM : 12.82.94
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah Tangga
Alamat : Prawirodiirjan GM II/912 RT61/18

Anamnesis
Keluhan utama : batuk terus menerus dan sesak nafas
Keluhan tambahan : perut nyeri dan panas, nafsu makan menurun
Perjalanan penyakit :
3 minggu SMRS sering batuk-batuk dan sesak nafas. batuk yang kadang disertai dahak berwarna
putih kekuningan. Batuk dirasakan setiap hari terus menerus. Batuk bertambah berat biasanya
pada bangun ntidur. pasien sudah dibelikan obat batuk oleh anaknya, tetapi belum mereda. Batuk
kadang diikuti dengan sesak nafas. memberat saat aktivitas (+), meringan dengan istirehat (-) dan
pasien juga mengalami demam tinggi, menggigil (+) Pasien juga merasakan nyeri perut bagian
atas dan juga nafsu makan menurun sejak 1 minggu ini
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien tidak pernah mengalami gejala penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit alergi, asma, hipertensi, jantung, DM dan penyakit sistemik lainnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa pada keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang
sama atau menderita penyakit kanker lainnya. Pasien mengatakan bahwa dari keluarga tidak ada
yang memiliki riwayat penyakit alergi, asma, hipertensi, jantung, DM dan penyakit sistemik
lainnya.
Riwayat life style
Kebiasaan pasien sering minum kopi dan merokok disangkal
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 100 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Temperatur Axila : 37,5
o
C
Pemeriksaan Kepala
Bentuk kapala : normochepal, simetris
Mata : CA (+/+), SI (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-)
Mulut dan faring : tepi hiperemis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor (-)

Pemeriksaan leher
Simetris
Pembesaran KGB (-)

Pemeriksaan Dada
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri kanan simetris, retraksi (+)
Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri kanan
Auskultasi: Vesikuler (+/+) RBK (+/+) Whezzing (+/+)


Cor
Inspeksi : letak ictus cordis tidak tampak
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : suara jantung reguler, suara tambahan S3 (-), S4 (-), Gallop (-), Bising (-)

Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar dan simetris
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
Palpasi : distensi (-), nyeri tekan epigastrik (-), defans muskular (-), turgor baik,
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tes undulasi (-)
Perkusi : tympani

Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : edema (-/-), akral hangat (+/+)
Inferior : edema (-/-), akral hangat (+/+)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi (tgl : 29/08/2014)
AL : 19,2
AE : 3,70
Hb : 9,9
Hmt : 29
AT : 550
MCV : 79,0
MCH : 25,1
MCHC : 31,8
GDS : 119
UREUM : 40
KREATININ : 0,9

PEMERIKSAAN THORAK
Tanggal 29/08/14



Bacaan rontgen :
THORAK : AP, Supine, Asimetri, Inspirasi dan kondisi cukup
Hasil : - Tampak perselubungan semi opak inhomogen di pulmo sinistra
- Kedua sudut controfenicus lancip
- Kedua diafragma licin
- COR : CTR < 0,56 Arcus aorta tampak kalsifikasi (+)
- Tak tampak kelainan pada system tulang yang tervisualisasi
Kesan :
Pneumonia lobus superior
Besar cor normal dengan aortosklerosis
MIKROBIOLOGI (tggl 1/9/14)
BTA : NEGATIF
BTA : NEGATIF
BTA : NEGATIF

PEMERIKSAAN THORAK
(Tgl 04/09/2014)

Bacaan rontgen :
Dibandingkan dengan foto thorak tgl 09/08/14

Opasitas hampir inhomogen dengan air bronkhogran (+) di pulmo sinistra dan opasitas
Inhomogen dg gambaran infiltrate di pulmo dextra
Batas jantung sinistra samar
KESAN :
Radiologis pneumonia di pulmo sinistra semakin bertambah
Besar COR tak dapat dinilai

DIAGNOSIS KERJA
- Pneumonia
DIAGNOSIS BANDING
- TB
- Massa paru
PENATALAKSANAAN
Inf RL 12 tpm
O2 3 lpm
Medikamentosa :
Inj Cefotaxime 2 x 1 gr
Inj Ondancentron 2 x 4 mg
Antalgin 2X1
Inj Antrain


















DEFINISI

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, bronkiolus terminalis
bagian distal yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, peradangan ini menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, disebut Pneumonia atau
Pneumonitis. Namun istilah pneumonitis seringkali digunakan untuk menyatakan peradangan
paru non spesifik yang etiologrnya belum di ketahui, sedangkan istilah pneumonia digunakan
untuk peradangan paru yang sudah diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan histologis terdapat
pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang ditimbulkan
oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Bila proses infeksi
dapat teratasi dengan baik maka akan terjadi perbaikan struktur paru ke arah normal, namun pada
pneumonia nekrotikans yang disebakan antara lain oleh Stapylococus atau kuman gram negatif
maka akan terbentuk jaringan parut atau fibrosis.

Secara klinis, diagnosis pneumonia didasarkan atas tanda-tanda kelainan fisik dan adanya
gambaran konsolidasi pada foto thorax.Namun diagnosis lengkap haruslah mencakup diagnosis
etiologi dan anatomi. Pendekatan diagnosis ini harus di dasarkan kepada pengertian patogenesis
penyakit hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi, beratnya proses penyakit
dan etiologi pneumonia. Cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi empiris dan
pemilihan antibiotik yang paling sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya.

Di tinjau dari insidensinya penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia.Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran pemapasan yang terjadi di masyarakat (pneumonia
komunitas/PK) atau di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial/PN).Pneumonia yang
merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15-20%. Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering dari pada PN diruangan umum yaitu
42% : 13%, dan sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat
bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di
ICU akibat PN.







ETIOLOGI

Etiologi pneumonia yang tersering adalah bakteri. Cara penularan berkaitan dengan jenis
bakteri, misalnya infeksi melalui droplet sering di sebabkan Streptococus pneumonia, melalui
selang infus oleh Stapylococtts Aureus, sedangkan pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan
Enterobacter. Akibat perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik,
polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat sehingga menimbulkan perubahan
karakteristik kuman, terjadilah peningkatan patogenitas jenis kuman, terutama S.aereus,
B.catanhalism, Haemophilus influenza, dan Enterobacter. Juga dijumpai adanya berbagai bakteri
enteric gram negatif.Respons yang ditimbulkan juga bergantung pada agen
penyebabnya.Sfieptococus, Pneumococus adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia
bakteri, baik yang didapat dari masyarakat (kira-kira 75% dari semua kasus) maupun dari rumah
sakit.

Pneumonia oleh virus sering terjadi pada anak-anak, tetapi kasus pada anak-anak hanya
sebesar 10%.Gejala atau tanda yang khas pada pneumonia jenis ini adalah sakit kepala, demam,
nyeri otot menyeluruh, letih luar biasa, dan batuk kering.Kebanyakan pneumonia ini ringan,
tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan tidak menyebabkan kerusakan paru yang
menetap.Penyebab tersering adalah virus influenza tipe A, B dan adenovirus.

Pneumonia juga dapat di sebabkan oleh protozoa parasit.Pnemocystis carinii adalah
penyebab dari PCP (pneumonia P.carinii).PCP yang berulang menyerang lebih dari separuh
penderita AIDS dan sering meirjadi penyebab kematian kelompok ini.PCP merupakan infeksi
oportunistik dan dapat juga terjadi pada pejamu dengan gangguan imunitas seperti pasien yang
mendapat terapi imunosupresif untuk pengobatan kanker atau transplantasi organ.

Pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi dibedakan menjadi tiga sindrom berdasarkan
sifat bahan yang diaspirasi, tanda dan gejala serta patofisiologinya.Aspirasi mikroorganisme
patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi yang menyebabkan pneumonia
bakteri. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit sekret orofaringeal selama tidur, dan sekret
tersebut akan dibersihkan secara normal tanpa gejala sisa melalui mekanisme pertahanan secara
normal. Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan
regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung.Jenis sindrom ketiga aspirasi berkaiatan dengan bahan
yang diaspirasi (biasanya makanan) atau cairan bukan asam (misal tenggelam) menyebabkan
obstruksi mekanik.

Fungus juga menyebabkan pneumonia, walaupun tidak sesering bakteri, misalnya
histoplasmosis, koksidiomikosis, dan blastomikosis.Spora fungus ini di temukan dalam tanah
dan terinhalasi.Spora yang masuk ke dalam bagian paru-paru yang lebih dalam difagositosis dan
dapat menimbulkan alergi.Sesudah timbul alergi, terjadi reaksi peradangan yang disertai
pembentukan tuberkel, jaringan parut pekapuran, dan bahkan pembentukan kavitas.Hal ini
seringkali disalah tafsirkan sebagai tuberkulosis, sehingga dibutuhkan pembiakan jamur di
jaringan paru.Pneumonia oleh fungus tidak jarang menjadi komplikasi dari tahap akhir penyakit-
penyakit terminal seperti kanker atau leukimia.Candida albicans merupakan jamur yang sering
ditemukan pada sputum orang sehat dapat juga menyerang jaringan paru.Infeksi oleh candida
disebut Candidiasis.






FAKTOR RESIKO

Adapun faktor-faktor resiko pneumonia yakni :

- Usia diatas 65 tahun
- Aspirasi sekret orofaringeal
- Infeksi pernapasan oleh virus
- Sakit yang parah yang menyebabkan imunodefisiensi seperti ( diabetes
mellitus)
- Penyakit pernapsan kronik (COPD, asma kistik fibrosis)
- Kanker( terutama kanker paru )
- Trakeostomi ataupemakaian endotrakeal
- Bedah abdominal atau toraks
- Fraktur tulang iga
- Pengobatan dengan imunosupresif
- AIDS
- Riwayat merokok
- Alkoholisme
- Malnutrisi






ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam
rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas
paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi 3
lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10
segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen
apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral, dan
segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni segmen
keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan
adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen
kesepuluh adalah segmen posteriobasal.



PATOGENESIS

Patogenesis pneumonia mencakup interaksi antara mikroorganisme penyebab yang masuk
melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien, mikroorganisme penyebab pneumonia
memiliki tiga bentuk transmisi primer :
1. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi di orofaring.
2. Inhalasi aerosol yang infeksius
3. Penyebaran hematoge'n dari bagian ekstrapulmonar
Asprasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan
pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi. Pada saluran nafas
bagan bawah, kuman menghadapi dayatahan tubuh berupa sistem pertahanan mukosilier, daya
tahan selular makrofag alveolar, limfosit bronkial, dan netrofil. Juga daya tahan humoral igA dan
igG dari sekresi bronkial.
Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkatan kemudahan dan luasnya
daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh.Pneumonia dapat terjadi pada orang
normal tanpa kelainan imunitas yang jelas.Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang
menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya
tahan tubuh.
Respon yang di timbulkan juga bergantung dari agen penyebabnya.Streptococus
pneumonla (pneumococus), adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia bakteri, baik
yang didapat di masyarakat maupun dari semua kasus rumah sakit.Di antara semua pneumonia
bakteri, pneumonia pneumokokus merupakan yang paling banyak diselidiki.Pneumokokus
umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva.Lobus bagian bawah paling sering
terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan
respon khas yang terdiri dari 4 tahap berurutan
1. kongesti (4 sampai 12 jam pertama):eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (7 sanrpai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali pada struktur semula.
Awitan pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik,
batuk dan sputum yang berwarna seperti karat.Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar
di atas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin dalam alveolus dan dapat pula
dalam permukaan pleura.Hampir selalu terdapat hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat pirau
darah melalui daerah paru yang tak mengalami ventilasi dan konsilodasi.Untuk membantu dalam
menegakkan diagnosis dan mengikuti perjalanan pneumonia dapat dilakukan radiogram dada,
hitung leukosit dan pemeriksaan sputum terdiri dari pemeriksaan dengan mata telanjang dan
mikroskopik serta biakan.
Pneumonia diharapkan sembuh setelah terapi mencapai 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
di curigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
mikobacterium atau parasit. Karena itu perlu penyelidikan lebih lanjut terhadap MO penyebab
pneumonia Pada umumnya pasien dengan gangguan imunitas yang berat mempunyai prognosis
yang lebihburuk dan kemungkinan rekurensi yang lebih besar.







GAMBARAN KLINIS DAN KLASIFIKASI

Gambaran klinis dan klasifikasi pneumonia didasarkan pada faktor lingkungan pasien,
keadaan pasien dan mikroorganisme, atau mengaitkannya dengan data-data klinis, epdemiologi
dan pemeriksaan penunjang.

- Klasifikasi tradisional berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:
1. Pneumonia tipikal yang bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris klasik. Gambaran
radiologisnya berupa opasitas lobus atau lobaris yang disebabkan oleh kuman tipikal
terutama S.pneumonia, K.pneumonia, atau H.Influenza
2. Pneumonia Atipikal, ditandai oleh gangguan respirasi yang lambat dengan gambaran
infiltrate paru bilateral yang difus. Penyebabnya adalah Mycoplasma pneumonia, virus
Legionella pneumophila dan Clamidia psittae. Klasifikasi ini sudah tidak digunakan lagi
karena ditemukan bahwa gambaran radiologis atau laboratorium saling tumpang tindih
dan tidak mencakup pneumonia gambaran yang khas.
- Klasifikasi secara radiologis sesuai dengan lokasi anatomisnya:
1. Pneumonia alveolar. Misalnya Pneumonia pneumococal. Eksudat pada alveolar memberi
gambaran konsolidasi homogen pada perifer yang terbentang menuju hilus dan cenderung
memotong garis segmental. air-bronkogram biasanya di temukan pada pneumonia jenis
ini.
2. Pneumonia lobular (bronkopneumonia) sering ditemukan pada pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi stapilococus pada paru, terlihat gambaran konsolidasi berdensitas
tinggi pada satu segmen atau lobus atau bercak yang mengikut sertakan alveoli yang
tersebar
3. Pneumonia interstisial yang dapat ditemukan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi
edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial peribronkial, kadang-
kadang alveoli terisi eksudat.
4. Pneumonia campuran, merupakan gabungan ketiganya.



- Klasifkasi berdasarkan inangnya dan lingkungan. Klasifikasi ini sering dipakai karena
membantu pelaksanaan pneumonia secara empirik. Klasifikasi ini terbagi atas:
1. Pneumonia komunitas bersifat sporadik dan endemik menyerang tua dan muda.
2. Pneumonia nosokomial didahului dengan riwayat perawatan dirumatl sakit.
3. Pneumonia rekure,ns terjadi berulang kali berdasarkan penyakit paru kronik.
4. Pneumonia aspirasi biasanya pada penderita alkoholik dan usia tua.
5. Pneumonia pada gangguan pada umum, pasien transplantasi,onkologi, AIDS.
Dari beberapa bagian diatas, hanya pneumonia komunitas dan nosokomial yang lazim
dipakai. Mengingat gambaran pneumonia nosokomial yang khas berbeda dtri pneumonia
komunitas, maka diagnosis pneumonia jenis ini menggunakan kriteria Centre for Disease and
Preventoin, USA.






PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberi
terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan perkiraan
jenis kuman penyakit, sering sekali bentuk pneumonia mirip, sekalipun mikroorganisme
penyebabnya berbeda. Oleh sebab itu, diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit
yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang yang baik selain itu juga
diagnosis klinis pneumonia bergantung kepada penemuan kelainan fisis atau bukti radiologis
yang menunjukan konsolidasi. Adapun pemeriksaannya meliputi

1. Pemeriksaan anamnesis : ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang
berhubungan dengan faktor infeksi, dalam hal ini yang perlu digali adalah evaluasi faktor
pasien/presdiposisi, Iokasi infeksi, usia pasien dan awitan.

2. Pemeriksaan fisik presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan kilinis.
Perhatikan gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebabnya dan tingkat
beratnya penyakit:
- Awitan akut misalnya S.pneurnonia, Streptococus sp, Stapilococcus.
Pneumonia virus ditandai dengan gejala seperti myalgia, malaise, batuk
kering dan non-produktif
- Sputum, contohnya red currant jelly, ciri khas dari pneumonia klebsiella.

3. Pemeriksaan laboratorium : umurnnya leukositosis menandai adanya
infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma
atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah.
Leukositopenia menunujukan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman
gram negatif atau s.aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan.Faal
hati mungkin terganggu.


4. Pemeriksaan bakteriologis : bahan berasal dari spufum, darah, aspirasi
nasotrakea/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi, atau
biopsi, untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus gram, Burri Gin,
Quellung test dan Z.Nielsen. kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN
yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan
utama praterapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.

5. Pemeriksaan khusus : titer antibodi terhadap virus, legionella dan mikoplasma. Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan
untuk menilai tingakat hipoksia dan kebutuhan oksigen.


6. Pemeriksaan radiologis : pemeriksaan radiologis lengakap akan dibatras pada bab
berikutnya.










GAMBARAN RADIOLOGI PNEUMONIA

Suatu penilaian terhadap foto toraks memerlukan pengetatruan yang mendalam tentang
anatomi normal toraks. Dalam keadaan normal pun, setiap orang memiliki anatomi yang
berbeda-beda, sedangkan batas antara orang normal maupun sakit sedikit samar. Sehingga perlu
dimiliki pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk batas-batas normal.


TORAKS NORMAL

Gambaran toraks orang dewasa maupun anak kecil akan memperlihatkan gambaran tulang-
tulang toraks (termasuk tulang rusuk), diafragma, jantung, paru-paru, klavikula, skapula dan
jaringan lunak dinding toraks. Toraks terbagi dua oleh mediatinum di tengah-tengah.Di sebelah
kiri dan kanan mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara yang karenanya memberikan
gambaran relatif radiolusen (hitam) bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding toraks dan
bagian atas abdomen, yang relatif radioopak (putih). Pada anak kecil perlu diingat masih
terdapatnya Thymus di daerah mediastinum, yang akan hilang saat beranjak dewasa.



PNEUMONIA


Infeksi paru (Pneumonia) dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan beberapa
protozoa. Gambaran pneumonia akan terjadi peningkatan densitas dalam bagian paru yang
terkena. Paru yang memberi gambaran lusen, akan tampak lebih opak karena adanya proses
peradangan yang menggantikan udara. Gambaran opak yang diberikan pun berbeda-beda,
tergantung bentuk infeksi dan distribusinya.Salah satu gambaran khas pneumonia adanya air
bronkogram, yakni terperangkapnya udara dalan bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada
alveolus.Namun, gambaran ini tidak muncul disemua pneumonia.





Gambaran Radiologis

Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

1. AIR SPACE PNEUMONIA/PNEUMONIA LOBARIS
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada perryakit pneumonia antara lain:

Perselubungan paru Lobus kanan atas.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea / septum / flssure / seperti pada atelektasis.



Sumber: www.medcyclopedia.com
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling
akhir terkena.
Pada masa resolusi sering tampk Air Bronchogram Sign.

Air space pneumonia lobaris/ pneumonia lobaris sering dikenal juga dengan pneumonia
pneumococcus karena seiring waktu infeksi dapat menyebar dan melibatkan seluruh lobus,
sering juga menempati satu lobus penuh/konsolidasi pada seluruh lobus dimulai dalam ruang
distal dan menyebar melalui pori-pori.




Sumber: www.radiologi-thorax-ekspertise.com


Sinuses dan diafragma normal, cor tidak membesar
Pulmo:
Hilus kanan tertutup bayangan jantung, hilus kiri kabur
Corak bronkovaskuler normal
Tampak perselubungan opak inhomogen berbatas tegas di lapang atas
paru kanan dengan air bronchogram
Kesan:
Tidak tampak kardiomegali
Pneumonia lobaris

Gambar. Pneumonia lobaris foto AP tampak perselubungan pada lobus kanan paru.

Sumber: www.emedicine.medscape.com



Gambar. Pneumonia lobaris foto PA dan lateral (kanan) tampak perselubungan pada lobus kanan
paru.



Sumber: www.emedicine.medscape.com


Kesan: tampak perselubungan pneumonia lobus tengah paru kanan

2. BRONKHOPNEUMONIA/PNEUMONIA LOBARIS


Gambar. Pneumonia (kanan), broncopneumonia (kiri)

Sumber: www.wikipedia.com

Kesan: tampak adanya perselubungan diparu kanan, corakan bronkovaskuler yang meningkat.

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area
berbercak. Bronkopneumonia adalah proses multi fokal yang dimulai pada bronkiolus terminalis
dan respiratorius dan cenderung menyebar secara segmental. dapat juga disebut pneumonia
lobularis dan menghasilkan konsolidasi yang tidak homogen. Pada foto thoraks tampak infiltrat
peribronkhial yang semiopak dan tidak homogen didaerah hillus yang menyebabkan batas
jantung menghilang, penyebab paling sering oleh S.aureus dan organisme gram negatif.


3. PNEUMONIA INTERSTITIAL

Umumnya jenis pneumonia intersisial ini disebabkan oleh virus.infeksi oleh virus berawal
dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet dan kelenjar mukus bronkioli
sehingga dinding brokioli menjadi edematous. juga terjadi edema jaringan interstisial
peribronkial, kadang alveolus terisi cairan.



Kesan: pada foto thoraks PA, tampak adanya perselubungan inhomogen pada kedua lapangan
paru, silhoute sign (+), densitas corakan bronkovaskuler meningkat, bercakan bercakan infi ltrat
(+), bronkogram (+).




4. PNEUMONIAL BACTERIAL

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

Sering pada orang muda, paling sering terjadi pada semua umur, konsolidasi bentuk lobar,
sering berada dibasal paru, tetapi juga sering diseluruh bagian paru, gambaran volume paru
normal, air bronkogram +, edema diseptum interlobular menyebabkan garis septum.




STAPHYTOCOCCUS AUREUS

Disebabkan pemakaian narkoba gambarannya ada nodul bulat yang tersebar selama
beberapa hari.Terkadang kavitas dapat ditemukan pada pemeriksaan keadaan lanjutpada
pneumonia yang muncul adalah gambaran brokopneumonia dengan bercak-bercak konsolidasi
banyak kadang terdapat kavitas juga.






KLEBSIELLA PNEUMONIA

Terdapat pada laki-laki yang sudah tua dengan kondisi kesehatan yang lemah,gambarannya
adalah lobar pneumonia yang sering pada bagian kanan dan bagian lobus atas paru, volume dari
paru yang terinfeksi dapat dipertahankan atau dapat sedikit meningkat yang disebabkan oleh
fissure yang menonjol,bisa terdapat kavitas.




MICOPTASMA PNEUMONIA

Gambaran nodular dan reticular (seperti jala) yang diikuti dengan bayangan konsolidasi,
dapat terjadi pada pembagian paru atau perlobus paru dan biasanya unilateral.kavitas dan efusi
pleura sangat jarang didapat.




VIRAL PNEUMONIA

Dimulai dari distal bronkus dan bronkioulus sebagai proses penghancuran intertstitial.
Gambarannya sangat bervariasi:

Bayangan pada peribronchial, bayangan retikulonodular, bercak-bercak konsolidasi atau
kosolidasi luas.





INFLUENZA VIRUS

Gambaran radiologi:adanya bercak bercak konsolidasi




HERPEZ VARICEIA ZOOSTER

Pada fase akut didapatkan penyebaran bayangan nodular yang luas sampai berdiameter 1
cm, didukung dan ditemukan kemerahan pada kulit.
















PEMERIKSAAN RADIOLOGI LAINNYA :
CT SCAN

Dalam beberapa kasus CT scan dapat mendeteksi pneumonia yang tidak terlihat pada foto
toraks. Terkadang pada foto thoraks bisa terjadi kesalahpahaman apakah ini jaringan parut pada
paru atau gagal jantung kongesti.Kedua kelainan di atas dapat memberikan gambaran
menyerupai pneumonia di foto thoraks.





Dalam beberapa kasus ct-scan dapat mendeteksi pneumonia yang tidak terlihat pada foto thorak.

lndikasi Pemeriksaan:

Tumor, massa
Aneurisma
Abses
Lesi pada hilus atau mediastinal

www.emedicine.medscape.com




Lobar Pneumonia RML Sagital CT Scan



MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING )


Magnetic Resonance Imaging Angiography thorax
Sumber: www.radiographics.rsna.org


DIAGNOSIS BANDING

1. Efusi pleura : memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air-bronkogram.
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke
arah yang sehat.Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian akan tampak meniscus
sign, tanda khas pada efusi pleura.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer iarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak




2. Atelektasis : memberi gambaran yang mirip dengan pneumoni4\a tanpa air-bronkagram.
Namun terdapat penarikan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya
pengurangan volume.Interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau
sebagian paru-paru yang sakit.sehingga akan tampak toraks asimetris.

TERAPI

Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotic tertentu terhadap
kuman tertentu.Pada pasien rawat inap antibiotik harus diberikan dalam 8 jarn pertama di rawat
di RS.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih antibiotik, yakni faktor pasien,
antibiotik, dan farmakologis.Berikut adalah tabel empirik antibiotik awal untuk pneumonia
bakteri.



Pasien dengan riwayat kebiasaan merokok, alkohol, dan dengan umur lebih dari 60 tahun sadari
infeksi H.lnfluenza dengan tambahan sefalosporin generasi kedua:
a.Cefurazine (ceftin) 500 mg
b.Cefpodoxime (vantin) 200mg
c.Augmentin 500 mg
d.Septra
Jika pasien memerlukan hospitalisasi, gunakan antibiotik yang sama dengan Sefalosporin
generasi kedua dan ketiga seperti, Ceftriaron (Rocepin 2mg IV), atau Cefuroxime 1,5 mg IV
setiap 8 jam.






SPESIFIK TERAPI

- Pneumococus : Penisitin G IV 600.000 1,2 million units setiap 4 jam. Jika ada resistensi
penisilin sebaiknya gunakan IV Rocepin dengan Vancomicin (l gm IV setiap 12 jam). Generasi
Quinolon baru seperti levofloxanin atau tovofloxacin mempunyai aktivitas melawan PCN
resisten Pneumococus dan dapat digunakan .Ciprofloxaxin sebaiknya tidak di gunakan.
- H. Inffuenza : Cefuroxime oral atau IV.
- S. Aureus : Oxacilin atau Nafcilin 2 gm IV setiap 6 jam atau Vancomycin 1 gram setiap 12
jam IV
- Legionella : Eritromicin 1 gram IV setiap 6 jam dengan atau tanpa Azitromicin 500 mg IV
- PCP : Septra atau Klindamicin 600 mg di tambah Primaqune atau Dapson 100 mg dengan
Trimetropim 20 mg/kg



















KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologi toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting.Kemajuan pesat
selama dasawarsa terkhir dalam teknik pemeriksaan radiologik toraks dan pengetahuan untuk
menilai suatu keharusan rutin.Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dianggap
tidak lengkap.Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologik. Koordinasi antara pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan
dapat menunjang penegakan diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya air-bronkogram. Namun tidak semua
pneumonia membedakan antara pneumonia atelektasis, dan efusi pleura dilihat adanya
penarikan, atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit atau sehat, jadi
dalam penegakkan pneumonia sangat dipertukan gambaran radiologis untuk penegakan
diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.


























DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostilc Balai Penerbit FK UI. Jakarta 2005.
2. Forrest, John V. Yang Penting pada Radiologi Thoraks. Widya Medika. Jakarta 1990.
3.Burgener, X'rancis A, dan Kormano, Martti. Differential Diagnosis in Conventional Radiology.
Thieme.Strafton, Inc. New York 1985
4. Dahlan,Zul.Buku Ajar ilmu penyakit dalam.Ed 4 vol ll.Jakarta.2007.
5. Paul and Juhl. Essential of Radiologic Imagiog, 5
th
edition. J.B. Lippincott Company.
Philadelpia
6. Persatuan Ahli Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II, Edisi Ketiga. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta 2001.
7. Price, Sylvia A, Wilson, Loraine M. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
buku II, Edisi Keempat Penerbit Buku Kedokderan, EGC. 1995.
8. Dahhn, Zul. Pandangan Baru Pneumonia Atipik dan Terapinya. Cermin Dunia Kedokteran,
Masalah Saluran Nafas, vol. 128. Jakarta 2000.
9. www.medicinenet.com
10. www.e-radiography.net

Anda mungkin juga menyukai