100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
132 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pneumonia berulang pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti penyakit jantung bawaan. Pasien mengalami batuk dan sesak yang merupakan gejala umum pneumonia. Pemeriksaan menemukan pan sistolik murmur yang mengindikasikan penyakit jantung.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pneumonia berulang pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti penyakit jantung bawaan. Pasien mengalami batuk dan sesak yang merupakan gejala umum pneumonia. Pemeriksaan menemukan pan sistolik murmur yang mengindikasikan penyakit jantung.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pneumonia berulang pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti penyakit jantung bawaan. Pasien mengalami batuk dan sesak yang merupakan gejala umum pneumonia. Pemeriksaan menemukan pan sistolik murmur yang mengindikasikan penyakit jantung.
Penyakit Jantung Bwaan sebagai Faktor Resiko Pneumonia Berulang
Disusun oleh Pitt Akbar 0806320805 Pembimbing dr. Nastiti Rahajoe, SpA Divisi Respirologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2013 2 Evidence Based Case Report
Penyakit Jantung Bawaan sebagai Faktor Resiko Pneumonia Berulang Pitt Akbar Mahasiswa Kedokteran Tingkat Lima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak Latar Belakang : Pneumonia dan penyakit infeksi saluran nafas bawah lainnya adalah penyebab utama kematian di dunia. Insidens pneumonia di Negara berkembang 10-20 kasus/ 100 anak per tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di Negara berkembang. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor resiko yang mendahului diantaranya penyakit jantung bawaan. Tujuan : Mengetahui peningkatan resiko pneumonia berulang pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan Metode : Pencarian artikel dilakukan pada situs Google Scholar. Dari situs tersebut didapatkan 64 jurnal dan setelah disaring melalui kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 2 jurnal yang relevan dengan pertanyaan klinis. Hasil : Telaah kritis dilakukan terhadap penelitian oleh Osman et al dan Abdullah et al. Dari kedua penelitian tersebut didapatkan hasil yaitu frekuensi tertinggi penyakit yang mendasari adalah asma bronkial (30.64%) dan sindrom aspirasi (47.9%).dengan frekuensi kelanan jantung bawaan pada masing-masing penelitian adalah 16.12% dan 9.2%. Kesimpulan : Pneumonia berulang dapat disebabkan oleh berbagai faktor resiko atau penyakit yang mendasari, diantaranya adalah penyakit jantung bawaan. Pencegahan, edukasi dan deteksi dini penting dilakukan untuk dapat melakukan penanganan yang cepat dan tepat. 3 BAB I ILUSTRASI KASUS
Anak perempuan usia 4 bulan dengan keluhan utama batuk dan sesak sejak hari masuk rumah sakit. Satu hari yang lalu pasien baru pulang setelah dirawat di RSCM selama 14 hari karena batuk dan sesak. Saat itu pasien didiagnosis dengan ventricular septal defek dan pneumonia. Hari ini (hari saat masuk rumah sakit) pasien kembali mengalami batuk dan sesak. Di rumah sakit pasien mengalami demam. Keluhan pilek dan riwayat tersedak tidak ada. Pasien masih aktif dan mau menyusui. Pada pasien terdapat muntah. Pasien sebelumnya sudah 3 kali dirawat karena batuk dan sesak. Pada saat usia 5 hari pasien kuning dan mengalami demam, kemudia pasien dirawat dan dilakukan pemeriksaan jantung. Pada saat itu pasien dikatakan mengalami ventricular septal defek. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga disangkal. Ayah dan nenek pasien memiliki asma. Pasien merupakan anak pertama, lahir dengan operasi sesar, berat lahir 2500 gr, cukup bulan, panjang badan 48 cm, tidak biru dan tidak kuning. Pasien sudah diimunisasi Hep B, BCG, polio dan DTP. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien kompos mentis dengan keadaan umum tampak sakit berat. Frekuensi nadi 160 x/menit, suhu tubuh 38,6 o C, pernafasan 72 x/menit terdapat nafas cuping hidung, retraksi suprasternal, dan retraksi epigastrium. Berat badan 4,3 kg dan tinggi badan 56 cm. pada pemeriksaan paru didapatkan banyak terdapat lendir. Pada pemeriksaan jantung ditemukan pan sistolik murmur. Hepar teraba 3 cm dibawah arkus costae dengan tepi tumpul pada pemeriksaan abdomen. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan pH darah 7.262, pCO2 48.1, dan PO2 149.
4 BAB II PENDAHULUAN
PNEUMONIA Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial Pneumonia dan penyakit infeksi saluran nafas bawah lainnya adalah penyebab utama kematian di dunia. Karena pneumonia adalah penyakit yang umum dan berhubungan dengan tingkat mortalitas dan morbiditas, diagnosis yang sesuai, mengenali komplikasi, dan perawatan pasien dengan benar sangat penting. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di Negara maju adalah 2-4 kasus/ 100 anak per tahun, sedangkan di Negara berkembang 10-20 kasus/ 100 anak per tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di Negara berkembang. Walaupun di Negara berkembang diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan radiografi, WHO mendefinisikan pneumonia berdasarkan temuan klinis yang diperoleh melalui inspeksi dan waktu frekuensi pernafasan.pneumonia dapat berasal dari paru-paru atau komplikasi dari focus inflamasi berdekatan atau sistemik. 1,2
ETIOLOGI Agen infeksius yang sering menyebabkan pneumonia komunitas bervariasi pada berbagai umur. Penyebab tersering pada infant adalah RSV, respiratory viruses (RSV, parain-fluenza viruses, influenza viruses, adenovirus) pada anak dibawah 5 tahun, dan M. pneumonia dan S. pneumonia pada anak diatas 5 tahun. 2
5 PATOGENESIS Saluran pernapan bagian bawah biasanya terjaga dalam keadaan steril oleh mekanisme pertahanan fisiologis, termasuk pembersihan oleh mukosiliar, sifat sekresi normal dari immunoglobulin A (IgA), dan pembersihan saluran pernafasan melalui batuk. Mekanisme pertahanan imunologi dari paru-paru yang membatasi invasi oleh mikroorganisme pathogen termasuk makrofag yang terdapat dalam alveoli dan bronkiolus, IgA, dan immunoglobulin lainnya. Radang paru-paru biasanya dihasilkan dari penyebaran infeksi di sepanjang saluran pernafasan disertai oleh kerusakan langsung dari epitel saluran pernafasan, sehingga terjadi obstruksi jalan nafas karena pembengkakan dari proses radang saluran tersebut. Pada bayi saluran pernafasan memiliki caliber yang lebih kecil sehingga lebih rentan terhadap infeksi berat. Infeksi virus pada saluran pernafasan juga dapat menyebabkan keadaan yang lebih rentan terhadap infeksi sekunder bakteri. Ketika bakteri telah menginfeksi parenkim paru, proses patologis yang terjadi bervariasi bergantung kepada organisme yang menginfeksi. M.pneumoniae menempel pada epitel pernafasan, menginhibisi aktifitas siliar, dan menyebabkan kerusakan sel dan respon inflamasi di submukosa. Selanjutnya sel-sel inflamasi dan lendir menyebabkan obstruksi jalan nafas. Pneumonia berulang didefinisikan sebagai 2 atau lebih episode dalam 1 tahun atau 3 atau lebih episode sebelumnya, dengan perbaikan radiografi diantara episode. 2
MANIFESTASI KLINIS Usia mempengaruhi manifestasi klinis pada pneumonia. Neonates dapat mengalami demam saja tanpa ditemukannya temuan fisik pneumonia. Pola klinis khas pneumonia yang disebabkan oleh virus dan bakteri biasanya berbeda antara bayi yang lebih tua dan anak-anak, meskipun perbedaan tidak selalu jelas. Demam, menggigil, takipnea, batuk, malaise, nyeri dada pleuritik, retraksi, dan sesak nafas adalah gejala yang umum pada bayi yang lebih tua dan anak-anak. 2 Pneumonia viral lebih sering terkait dengan batuk, mengi, atau stridor. Sedangkan gejala demam kurang menonjol dibandingkan dengan pneumonia bakteri. Foto polos dada pada viral pneumonia terlihat difus, infiltrate bergaris dari bronkopneumonia, dan sel darah putih sering dalam kadar normal atau sedikit meningkat dengan didominasi oleh limfosit. Pneumonia bakteri biasanya berhubungan dengan demam tinggi, menggigil, batuk, dyspnea, dan didapatkan konsolidasi paru pada auskultasi. Pada foto dada sering menunjukkan konsolidasi dari 6 lobus paru dan efusi pleura (10-30%). Perhitungan sel darah putih meningkat (>20.000/mm3) dengan dominasi neutrophil. 2
PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto polos dada menegaskan diagnosis pneumonia dan dapat menunjukkan komplikasi seperti efusi pleura atau empyema. Radang paru biasanya ditandai dengan hiperinflasi dengan infiltrate interstisial bilateral. Konsolidasi lobar biasanya terlihat dengan pneumonia pneumokokus. Penghitungan sel darah putih dapat berguna dalam membedakan pneumonia karena virus atau bakteri. Pada radang paru, jumlah sel darah putih dapat normal atau meningkat, tetapi biasanya tidak lebih tinggi dari 20.000/ mm3, dengan dominasi limfosit. Pneumonia bakteri sering dikaitkan dengan jumlah sel darah putih meningkat dikisaran 15.000-40.000 / mm3 dan didominasi oleh granulosit. Sebuah efusi pleura massif, konsolidasi lobar, dan demam tinggi pada awal penyakit juga mengarahkan ke etiologi bakteri. 2
TATALAKSANA Indikasi perawatan terutama berdasarkan beratnya penyakit, tidak mau makan, ada penyakit dasar lain, komplikasi, dan pertimbangan usia pasien. Tatalaksana saat dirawat adalah pemberian antibiotic serta tindakan suportif seperti pemberian cairan, terapi oksigen, koreksi gangguan asam basa, dan gula darah. Untuk demam dapat diberikan antipiretik. Terapi antibiotic harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia karena bakteri. Pemilihan antibiotic berdasarkan pengalaman empiris. 6
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Anak dengan penyakit jantung bawaan mungkin dapat terkena infeksi saluran pernafasan bawah berulang karena beberapa alasan. Pembesaran pembuluh darah atau ruang jantung dapat menekan bronkus menyebabkan gangguan drainase segmen paru. Pasien dengan lesi kongenital menyebabkan left-to-right shunt dan meningkatkan aliran darah paru dan kerentanan infeksi respirasi yang belum diketahui alasannya. Diagnosis pneumonia berulang pada pasien penyakit jantung bawaan sangat sulit. Gejala dan gambaran radiologis dari edema paru akut dapat menunjukkan proses infeksi. 3
7 BAB III PERTANYAAN KLINIS
Apakah pasien anak usia 4 bulan dengan penyakit jantung bawaan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami pneumonia berulang dibandingkan denagn yang tidak memiliki penyakit jantung bawaan?
P : bayi usia 4 bulan dengan penyakit jantung bawaan C : tanpa penyakit jantung bawaan O : pneumonia berulang
8 BAB IV METODE
I. Strategi Pencarian Pencarian artikel dilakukan pada 21 januari 2013 melalui mesin pencarian data Google scholar. Pencarian dilakukan dengan menggunakan kata kunci congenital heart disease AND recurrent pneumonia AND risk factor. Pada pencarian dengan kata kunci tersebut didapatkan hasil 64 artikel.
Tabel 4.1. Strategi Pencarian pada google scholar Search Engine Kata Kunci Hasil Google Scholar Congenital heart disease AND recurrent pneumonia AND risk factor 64
II. Seleksi Setelah didapatkan hasil dari pencarian tersebut, dilakukan seleksi dengan membaca judul dan abstrak, mengeksklusi studi terapetik, prognosis, dan diagnosis, dan full text available. Setelah itu didapatkan 2 artikel yang relevan untuk dilakukan critical appraisal.
AND AND
Congenital heart disease Recurrent pneumonia Risk factor Google Scholar 64 Seleksi : judul dan abstrak, eksklusi studi terapetik,prognosis,diagnosis; full text 2 useful articles 9 III. Telaah Kritis Jurnal Berdasarkan hasil penelusuran data, diperoleh 2 artikel yang sesuai dengan pertanyaan klinis, yaitu : 1. Osman O, et al dengan judul Underlying disease of recurrent pneumonia in Turkish children 2. Abdullah F, et al dengan judul Underlying causes of recurrent pneumonia in children Pada setiap artikel telah dilakukan telaah kritis untuk menilai validity, importance dan applicability dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Telaah Kritis Jurnal Kriteria Artikel Osman et al Abdullah et al V a l i d i t y
Were there clearly defined groups of patients similar in all important ways other tan exposure to the treatment or other cause? Ya Ya Were treatment exposures and clinical outcomes measured the same ways in both groups? Tidak Tidak Was the follow up study of patients complete and long enough? Tidak Tidak Is it clear that the exposure preceded the onset of the outcome? Ya Ya Is there a dose-response gradient? Tidak Tidak Is there positive evidence from a dechallenge- rechallenge study? Ya Tidak Is the association consistent from study to study? Ya Ya Dose the association make biological sense? Ya Ya I m p o r t a n c e
Relative risk (Cohort or randomized trial study)
Odds Ratio (Case-control study) - - 10 A p p l i c a b i l i t y
Can the study results be extrapolated to your patients?
What are your patients risk of the adverse outcome? (number needed to harm)
What are your patients preferences concerns and expectations from this treatment? Pasien memahami penyakit dan penyebabnya sehingga pasien dapat berobat teratur agar dapat mencegah pneumonia berulang What alternative treatments are available?
11 BAB V PEMBAHASAN
Osman et al melakukan penelitian mengenai penyakit yang mendasari pneumonia berulang pada anak di Turki. Penelitian tersebut menggunakan desain retrospektif dengan 62 sampel yang mengalami pneumonia berulang dari Januari 2002 sampai Desember 2004. Dari 62 sampel tersebut dilihat frekuensi dari penyakit dasar yang dimiliki oleh tiap sampel yaitu asma bronkial, gangguan defisiensi imun, sindrom aspirasi, kelainan kongenital, sistik fibrosis, siliar dyskinesia. Pneumonia berulang pada penelitian ini didefinisikan sebagai terjadinya pneumonia paling tidak terjadi 2 episode dalam 1 tahun atau lebih dari 3 episode pada waktu kapan saja dengan radiografic clearing diantara episode. Karakteristik subjek penelitian pada studi tersebut adalah pasien berumur 3 bulan sampai 16 tahun yang didiagnosis dengan pneumonia. Dari 62 subjek penelitian yang masuk kriteria sebagai pneumonia berulang, terdapat 19 pasien ( 30.64%) dengan asma bronkial, 11 pasien (17.75%) dengan sindrom aspirasi, 11 pasien (17.75%) dengan gangguan defisiensi imun, 10 pasien (16.12%) dengan kelainan kongenital, 4 pasien (6.45%) dengan sistik fibrosis, dan 1 pasien (1.61%) dengan siliar dyskinesia. Tidak ditemukannya penyakit dasar dari 6 pasien (9.68%) yang tersisa. Berdasarkan telaah jurnal, didapatkan bahwa pada penelitian terdapat deskripsi yang jelas mengenai sampel penelitian, hanya saja pada penelitian ini hanya terdapat 1 grup yaitu pasien dengan pneumonia berulang berdasarkan medical record tanpa membandingkan dengan grup yang tidak memiliki pneumonia berulang. Sehingga saat dilakukan untuk penilaian importance terdapat kesulitan untuk diterjemahkan dalam table 2x2. Hal ini mengakibatkan penghitungan odd ratio atau relative risk tidak dapat dilakukan. Abdullah et al melakukan penelitian yang serupa dengan Osman et al, yaitu mengenai penyakit dasar yang menyebabkan pneumonia berulang pada anak- anak. Penelitian ini juga menggunakan desain studi retrospektif berdasarkan medical record dari Januari 1987 sampai Desember 1997 pada rumah sakit anak di Toronto. Definisi pneumonia berulang sama seperti yang digunakan pada penelitian Osman et al. Dari 2952 pasien yang dirawat dengan pneumonia, terdapat 238 pasien yang memenuhi kriteria sebagai pneumonia berulang. 12 Karateristik pasien adalah yang berumur antara 2,5 bulan sampai 15,6 tahun. Penyakt yang mendasi teridentifikasi pada 220 pasien dengan rincian frekuensi 114 pasien (47.9%) dengan sindrom aspirasi, 24 pasien (10.1%) dengan gangguan imunitas, 22 pasien (9.2%) dengan penyakit jantung bawaan, 19 pasien (7.9%) dengan asma bronkial, 18 pasien (7.6%) dengan kelainan paru kongenital atau didapat, 13 pasien (5.4%) dengan gastroesofageal refluks, 10 pasien (4.2%) dengan sickle cell anemia, dan pada 18 pasien (7.6%) tidak teridentifikasi adanya faktor predisposisi. Berdasarkan telaah jurnal, studi ini memiliki kesamaan dengan studi Osman et al, yaitu pada studi ini hanya mendeskripsikan frekuensi dari penyakit yang mendasari dari pneumonia berulang yang terdapat pada subjek penelitian tanpa membandingkan dengan grup yang tidak mengalami pneumonia berulang. Sehingga saat diterjemahkan ke dalam tabel 2x2 juga mengalami kesulitan, dengan demikian odd ratio atau relative risk tidak dapat dihitung untuk menilai importance. Pada dasarnya kedua penelitian tersebut memiliki tujuan yang sama, untuk menilai faktor resiko dari pneumonia berulang berdasarkan frekuensi dari setiap penyakit yang mendasarinya. Setelah melakukan telaah kritis, dapat dilihat bahwa permasalahan dan karakteristik pada kedua penelitian sama, yaitu pasien berusia 2,5 bulan sampai 16 tahun dan menampilkan frekuensi dari setiap penyakit yang mendasari yang diasumsikan sebagai faktor resiko dari pneumonia berulang tanpa membandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami pneumonia berulang. Berdasarkan hal tersebut, maka kedua penelitian tersebut tidak dapat diterapkan pada kasus yang dihadapi penulis.
13 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan penyakit yang mendasari yang memiliki frekuensi tertinggi adalah asma bronkial (30.64%) dari penelitian Osman et al dan sindrom aspirasi (47.9%) dari penelitian Abdullah et al. setelah mengetahui hal tersebut, ketika menemukan kasus pneumonia berulang, kita perlu berpikir terdapat hal lain atau penyakit yang mendasari yang menyebabkan terjadinya pneumonia berulang. Dengan demikian dapat dikurangi kemungkinan terjadinya pneumonia berulang jika penyakit yang mendasari ditangani dengan baik.
14 DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmonaiti ED. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. 2. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW,Schor NF, Behrman RE,. Nelson textbook of pediatrics. 19 th ed. Philadelphia: Saunder. 2011. [e-book]. 3. Vaughan D, Katkin J. Chronic and Recurrent Pneumonias in Children. Cited : 26 Jan 2013. Available from: http://imunopediatria.org.br/download/summer_school.pdf 4. Osman O, et al dengan judul Underlying disease of recurrent pneumonia in Turkish children. Cited: 21 Jan 2013. Available from: http://journals.tubitak.gov.tr/medical/issues/sag-10-40-1/sag-40-1-4-0906-15.pdf 5. Abdullah F, et al dengan judul Underlying causes of recurrent pneumonia in children. Cited: 21 Jan 2013. Available from: http://archpedi.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=348711#qundefined 6. Said M. pneumonia dalam buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2012.