Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

BRONKITIS

Dokter Pembimbing :
Dr. dr.Wan Nendra, Sp.A

Disusun Oleh :
Muhammad Reza Ma’rifatullah
11020160136

KEPANITERAAN KLINIK IMU KESEHTAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA RUMAH SAKIT YARSI
PERIODE 27 JUNI – 20 AGUSTUS 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya laporan kasus
ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga penulis haturkan ke junjungan
besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman Jahilliyah
menuju zaman yang penuh cahaya bagi umat yang bertaqwa kepada-Nya. Laporan kasus dan
referat yang berjudul “Bronkitis” ini disusun sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Anak Fakultas Kedokteran Universitas YARSI di RS YARSI.
Penyusuanan laporan kasus ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Wan nendra, Sp.A atas
bimbingannya selama penulisan menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman sejawat atas dukungan yang telah diberikan.
Dalam penulisan laporan kasus ini tentu saja masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk
perbaikan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya, dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil‘alamin laporan kasus ini telah
selesai dan semoga bermanfaat bagi semua pihak serta semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dengan balasan yang terbaik, Aamiin Ya Robbal Alamin.
BAB II

PENDAHULUAN

Bronkitis akut adalah sindrom klinis yang dihasilkan oleh peradangan pada trakea,
bronkus, dan bronkiolus. Pada anak-anak, bronkitis akut biasanya terjadi dalam hubungan
dengan infeksi saluran pernapasan virus. Bronkitis akut jarang infeksi bakteri primer pada
anak-anak yang sehat.Gejala bronkitis akut biasanya meliputi batuk produktif dan nyeri
retrosternal kadang-kadang selama pernapasan atau batuk.Bronkitis akut umumnya
disebabkan oleh virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae.(IDAI,
2012) Secara umum, perjalanan klinis bronkitis akut adalah self-terbatas, dengan
penyembuhan total dan kembali penuh untuk fungsi biasanya terlihat dalam waktu 10-14
hari setelah onset gejala.( Brodzinski H & Ruddy RM, 2009)
Bronkitis kronis adalah peradangan berulang dan degenerasi dari saluran bronkial
yang mungkin terkait dengan infeksi aktif. Pasien dengan bronkitis kronis memiliki lebih
banyak lendir dari biasanya karena baik peningkatan produksi atau penurunan clearance.
Batuk adalah mekanisme yang sekresi berlebih akan dihapus. Bronkitis kronis sering
dikaitkan dengan asma, fibrosis kistik, sindrom dyskinetic silia, aspirasi benda asing, atau
paparan iritasi saluran napas. Brunton et al mencatat bahwa pasien dewasa dengan bronkitis
kronis memiliki riwayat batuk terus-menerus yang menghasilkan kuning, putih, atau
kehijauan dahak di hampir setiap hari selama 3 bulan dalam setahun dan selama lebih dari 2
tahun berturut-turut. mengi dan laporan sesak napas juga umum. Pengujian fungsi paru pada
pasien dewasa ini mengungkapkan pengurangan ireversibel dalam kecepatan aliran udara
yang maksimal.
Awalnya, batuk kering dan mungkin terdengar kasar atau serak. Batuk kemudian
mengendur dan menjadi produktif. Anak-anak muda dari 5 tahun jarang meludah. Pada
kelompok usia ini, dahak biasanya terlihat pada muntahan (yaitu, emesis posttussive).
Orang tua sering perhatikan suara gemerincing di dada. Hemoptisis, ketidaknyamanan
terbakar di dada, dan dyspnea mungkin ada.(Miron D et al,2010)
Batuk pada anak-anak biasanya disertai dengan keluarnya cairan hidung. Debit berair
pada awalnya, kemudian setelah beberapa hari menjadi lebih tebal dan berwarna atau
buram. Hal ini kemudian menjadi jelas lagi dan memiliki konsistensi berair berlendir
sebelum spontan sembuh dalam 7-10 hari. Purulen hidung debit umum dengan patogen
virus pernapasan dan, dengan sendirinya, tidak berarti infeksi bakteri.(Miron D et al,2010)

Laporan Kasus
Seorang anak laki laki usia 1 tahun 11 bulan datang ke IGD RS YARSI dengan
keluham Demam naik turun sejak 7 hari lalu, dan di rasa meningkat pada hari minggu hingga
suhu 39 C, setelah nya sempat bebas demam dan naik kembali pada kamis kemarin. Keluhan
di sertai batuk berdahak serta pilek. Nafsu makan berkurang. Mual muntah di sangkal. Bab
maupun Bak warna yang lebih pekat. Riwayat mimisan dan gusi berdarah di sangkal oleh
pasien .pasien sudah cek lab sebelumnya di RS kemayoran tanggal 30/7/2022
H2TL:11,4/36/370/16000. Pasien sudah minum obatpct syr dan amoxicillin syr. Pasien tidak
pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat alergi obat-obatan dan makanan
disangkal.
Pasien lahir dari ibu secara pervaginam, dengan usia gestasi 38 minggu. Berat badan
saat lahir 3,300 kg, panjang badan 47,lingkar kepala, lingkar dada, limgkar perut ibu pasien
tidak mengingatnya. Ibu pasien mengaku suda melakukan imunisasi sesuai umur anak nya
secara rutin. Riwayat tumbuh kembang pasien baik sesuai umurnya.pemberian ASI diberikan
sejak lahir hingga umur 16 bulan dan di lanjutkan dengan susu formula dan bubur tim dengan
porsi 1 mangkok s=sebanyak 2x sehari. Riwayat tumbuh kembang pasien tengkurep pada saat
usia 4 bulan, berjalan pada usia 12 bulan, memasukan tangan ke mulut pada usia 5 bulan,
mulai tertawa dan tersenyum saat diajak berinteraksi pada usia 5 bulan, bisa diajak bermain
pada usia 12 bulan, mulai bisa memanggil mama pada usia 12 bulan.
Pada status antopometri di dapatkan berat badan, tinggi badan berdasarkan kurva
WHO ada status antropometri didapatkan berat badan, tinggi badan, berdasarkan kurva
WHO BB/U 0 sampai -2 SD (Normal), TB/U = 0 sampai -2 SD (Normal), BB/TB = -1 SD
(Normal), kesan gizi menurut kurva
WHO perawakan normal.
Pada pemeriksaan fisik pasien, keadaan umum tampak sakit sedang, tingkat kesadaran
compos mentis, suhu 38,2 C, nadi 136x/menit, spo2 97% (air room) dan pernafasan
30X/menit, bentuk kepala normocephal, THT tidak terdapat kelainan, pada mata tidak
terdapat kelainan, paru di didapatkan kelainn, serta suara tambahan seperti wheezing.
Pemeriksaan fisik jantung dalam batas normal, bunyi jantung I & II regular, tidak didapatkan
suara tambahan seperti murmur dan gallop. Pada abdomen, didapatkan bising usus + , turgor
baik , pada ekstremitas CRT< 2 detik dan akral teraba hangat.
Pada saat di IGD RS YARSI, pasien di diagnosis prolonged fever ec bacterial infection , pada
pasien ditemukan demam hingga suhu 39 C dan dirasakan 5 SMRS. Batuk berdahak dan
pilek di rasakan juga oleh pasien. Mual maupun muntah di sangkal. Bab dan Bak berwarnah
lebih pekat, dan nafsu makan anak berkurang Terapi yang dilakukan di IGD adalah IVFD RL
10tpm (1000cc) dalam 24 jam , Parasetamol Syr 3X1 jam dan dilakukan pengecekan
labroratorium ulang.

Follow up 05/8/2022
s Pasien masik merasa demam naik turun , baruk pilek +
o N : 130x/menit
RR : 23x/ Menit
Suhu : 37 C
Sao2 : 98% Room air
a Prolonged fever ec bacyterial infection
p Terapi di lanjutkan. Perikasa urinalisis dan fot thoraks

Follow up 06/8/2022

s Demam meningkat
o N : 135x/menit
RR : 23x/ Menit
Suhu : 39,1 C
Sao2 : 98% Room air
a Prolonged fever ec bacyterial infection
p Ekstra PCT drip 125 mg.
Kaen1b 1000 cc/24 jam
H1 cefriakson 1x 1 gr
Parasetamol Syr 3 x 1 cth ( oral )

Foloow up 08/8/2022
s Pasien masik merasa demam naik turun , baruk pilek +
o N : 105x/menit
RR : 21x/ Menit
Suhu : 37,8 C
Sao2 : 98% Room air
a Febris ec susp bronchitis akut
p Kaen1b 1000 cc/24 jam
H2 cefriakson 1x 1 gr
Pct 100 mg ( jika suhu >37.5 C )
Parasetamol Syr 3 x 1 cth ( oral )

Follow up 08/8/2022
s Keluhan berkurang
o N : 118x/menit
RR : 23x/ Menit
Suhu : 36 C
Sao2 : 99% Room air
a Bronchitis akut
p Kaen1b 1000 cc/24 jam
H3 cefriakson 1x 1 gr stop di ganti dengan cefixime sy 2 x 2/3 cth
Obat puyer : salbutamol,ambroksol

Follow up 09/8/2022
s Keluhan berkurang , demam sudah tidak ada
o N : 111x/menit
RR : 21x/ Menit
Suhu : 36,7 C
Sao2 : 99% Room air
a Bronchitis akut klinis perbaikan
p Boleh pulang
Obat konnrol di rumah : Cefiksim sy 2x 2/3cth dan obat batuk puyer

Pemeriksaan Hasil Laboratorium


Darah Lengkap

Hasil foto Thoraks

Hasil Urinalisis
Pembahas
an
1. Bronchitis akut di curigai atas dasar anamnesis seorang anak umur 1 tahun 11
bulan datang ke IGD RS Yarsi dengan keluhan demam naik turun 7 SMRS, dengan di
sertain batuk berdahak dan pilek, dan di rasa meningkat pada hari minggu hingga suhu
39 C, setelah nya sempat bebas demam dan naik kembali pada kamis kemarin. Keluhan
di sertai batuk berdahak serta pilek. Nafsu makan berkurang. Mual muntah di sangkal.
Bab maupun Bak warna yang lebih pekat. Riwayat mimisan dan gusi berdarah di
sangkal oleh pasien .pasien sudah cek lab sebelumnya di RS kemayoran tanggal
30/7/2022 H2TL:11,4/36/370/16000.Pada pemeriksaan fisik pasien, keadaan umum
tampak sakit sedang, tingkat kesadaran compos mentis, suhu 38,2, nadi 136, spo2 97%
(air room) dan pernafasan 30, bentuk kepala normocephal, THT tidak terdapat kelainan,
pada mata tidak terdapat kelainan, paru di didapatkan kelainn, serta suara tambahan
seperti wheezing. Pemeriksaan fisik jantung dalam batas normal, bunyi jantung I & II
regular, tidak didapatkan suara tambahan seperti murmur dan gallop. Pada abdomen,
didapatkan bising usus + , turgor baik , pada ekstremitas CRT< 2 detik dan akral teraba
hangat.
2. Bronkhitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi
sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa therapy dalam 2 minggu. Peradangan
ini mengakibatkan permukaan bronkus menebal sehingga saluran pernafasan relatif
menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis.
Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan
durasi berlangsungnya penyakit. Bukan berat ringannya penyakit. Bronkitis akut pada
umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-
rata 10-14 hari. Meskipun ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika
disertai sesak, dada terasa berat dan batuk berkepanjangan. Kebanyakan bronkitis pada
anak yaitu bronkitis akut sedangkan bronkitis kronik terjadi pada usia dewasa.
(IDAI,2012)
3. Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan; sekitar
90% adalah virus asal, dan 10% adalah bakteri. Bronkitis kronis dapat disebabkan oleh
serangan berulang dari bronkitis akut, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus
saluran udara dari waktu ke waktu, akhirnya mengakibatkan bronkitis kronis. Polusi
industri juga merupakan penyebab umum; Namun, kepala pelakunya adalah jangka
panjang paparan asap rokok berat. Infeksi jenis virus adalah adenovirus
influenza,parainfluenza,respiratory syncytial virus,rhinovirus ,bocavirus manusia,
coxsackievirus,virus herpes simpleks. Bagi golongan bakteri S.pneumoniae, M
catarrhalis, H influenzae (nontypeable), Chlamydia pneumoniae, spesies mycoplasma.
(Mall MA et all,2005)
4. Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membran mukosa
bronkus. Pada anak-anak, bronkitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma
akut saluran pernafasan, atau paparan alegern atau iritan secara terus-menerus. Saluran
nafas akan dengan cepat merespon dengan bronkospasme dan batuk, diikuti inflamasi,
edema, dan produksi mukus. Apabila terjadi paparan secara kronik terhadap epitel
pernafasan, seperti aspirasi yang rekuren atau infeksi virus berulang, dapat
menyebabkan terjadinya bronkitis kronik pada anak-anak.
Apabila penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi disuatu
daerah, maka gejala batuk serta demam dalam 48 jam pertama merupakan prediktor
kuat seseorang terinfeksi virus influenza. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien
dengan bronkitis akut akibat infeksi RSV. (Gonzales R et all,2008)
Gejala yang dominan timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat,
keluar secret encer dari telinga (otorrhea) dan faringitis. Bakteri juga berperan pada
bronkitis akut, antara lain, Bordetella pertusis, Bordetella parapertusis, Chlamydia
pneumonia dan Mycoplasma pneumoniae. Pada kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik
merupakan suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteri
tersebut dapat mendiami saluran pernafasan atas dan keberadaan mereka dalam sputum
dapat berupa suat koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi akut. (Sidney S.
Et all, 2016)
Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi, biasanya dari berbagai
penyabab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada keadaan
normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut muciciliary defence, yaitu
security system pada paru-paru yang dilakukan oleh mucus dan siliari. Pada pasien
dengan bronkitis akut, sistem mucociliar defence paru-paru mengalami kerusakan
sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran
mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertrofi dan
hyperplasia (ukuran bertamah besar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus
akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronkus meradang, menebal
(sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental.
Adanya mukus kental dari dinding bronkus dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus
dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit
saluran udara besar. (Gonzales R et all,2008)

Mucus yang kental dan pembesaran bronkus akan menyebabkan obstruksi


jalan nafas terutama selama ekspirasi. Jalan nafas selanjutnya mengalami kolaps dan
udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Pasien mengalami kekurangan
O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO 2.
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO, sehingga pasien terlihat
sianosis. Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksi nilai
volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang reversible. Sedangkan pada infeksi
akut akibat M. pneumoniae atau C. pneumoniae biasanya mempunyai nilai reduksi
FEV1 yang lebih rentan serta nilai reversibel yang rendah pula, (Buku Ajar Respirologi
Anak,2010)
Bronkitis kronis dapat dikategorikan sebagai bronkitis kronis sederhana,
bronkitis kronis mukopurulen, atau bronkitis kronis dengan obstruksi. Produksi sputum
mukoid merupakan ciri bronkitis kronis sederhana. Produksi sputum purulen
persisten atau berulang dalam ketiadaan penyakit supuratif lokal, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis mukopurulen ciri Bronkitis kronis dengan obstruksi
harus dibedakan dari asma infektif kronis. Diferensiasi ini didasarkan terutama pada
riwayat klinis: pasien yang menderita bronkitis kronis dengan obstruksi hadir dengan
riwayat batuk produktif yang lama dan onset lamanya mengi, sedangkan pasien yang
menderita asma dengan obstruksi kronis memiliki riwayat mengi dengan onset lama
batuk produktif. Bronkitis kronis adalah akibat dari beberapa serangan bronkitis akut,
atau mungkin berkembang secara bertahap karena merokok berat atau menghirup
udara yang terkontaminasi dengan polutan lain dalam lingkungan. Ketika perokok
batuk secara terus menerus, lapisan bronchial memproduksi lendir yang memiliki
kemungkinan menebal dan terjadi penyempitan saluran udara ke titik di mana
pernapasan menjadi semakin sulit. Dengan imobilisasi silia untuk menyapu udara,
saluran bronkial menjadi lebih rentan terhadap infeksi lebih lanjut dan penyebaran
kerusakan jaringan.
5. Gejalanya bronkitis dapat berupa:
 Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
 Sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
 Sering menderita infeksi pernapasan (flu) mengi atau sesak
 Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu
hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan
nyeri tenggorokan.
 Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk
tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna
putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning
atau hijau.
 Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama
beberapa minggu.
 Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi
napas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.( Fahy JV et
all,2015)

Gejala lain dari bronkitis akut adalah sebagai berikut:


 Sakit tenggorokan
 Hidung meler atau tersumbat
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Ekstrim kelelahan

Gejala bronkitis akut kurang spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran
pernafasan lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala-gejala
infeksi saluran respiratori seperti rinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3-4
hari setelah rinitis. Batuk pada mulanya kering, dan kemudian seringkali
berkembang menjadi batuk produktif. Kerena anak-anak biasanya tidak membuang
lendir tapi menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras.
Pada anak yang lebih besar, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan
batuk disertai nyeri dada pada keadaan yang lebih berat.
Karena bronkitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam diding serta lumen saluran
respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen, karena adanya peningkatan aktivitas
kelenjar mukus dan terjadinya akumulasi sel-sel epitel bersilia. Akan tetapi karena
migrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan nafas,
maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi bakteri.
Pemeriksaan auskultasi toraks biasanya tidak khas pada stadium awal. Seiring
perkembangan dan progresifitas batuk, dapat terdengar berbagai macam ronki, suara
nafas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil pemeriksaan
radiologis biasnya normal atau didapatkan corakan bronkial. Pada umumnya gejala
akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila tanda-tanda klinis menetap hingga 2-3
minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis.(McConnell R et all,2013)
6. Bronkitis akut adalah self-limiting disease dengan batuk sebagai gejala
utama. Infeksi ini bisa sulit untuk membedakan dari penyakit lain yang sering
menyebabkan batuk. Pilek sering menyebabkan batuk, namun, hidung tersumbat dan
rhinorrhea biasanya juga hadir, dan dingin yang biasanya berlangsung 7-10 hari. Gejala
bronkitis akut biasanya bertahan selama sekitar tiga minggu. (Sidney S. Et all, 2016)
Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa adanya sputum. Pada
pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya
demam, gejala rhinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan
dengan perkembangan serta progresifitas batuk, pada auskultasi thoraks dapat terdengar
ronki, wheezing, ekspirasi memanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak
dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Pneumonia biasanya dapat disingkirkan pada pasien tanpa demam, takipnea,
takikardia, atau temuan paru klinis sugestif pneumonia pada examination. Namun,
batuk mungkin satu-satunya gejala awal pneumonia pada orang dewasa yang lebih tua,
ambang batas yang lebih rendah untuk menggunakan Foto thorax harus dipertahankan
pada pasien ini. Ada atau tidak adanya warna (misalnya, hijau) pada sputum dapat
membedakan antara bakteri dan virus sebagai penyebab infeksi saluran pernapasan
bagian bawah. Penyebab patogen untuk bronkitis jarang diidentifikasi. Dalam
penelitian klinis, penyebab dari pathogen yang teridentifikasi adalah kurang dari 30
persen dan sekitar 90 persen dari infeksi bronkitis akut disebabkan oleh virus. Karena
hasil kultur virus biasanya rendah dan jarang mempengaruhi hasil perencanaan klinis,
tes serologi rutin tidak dianjurkan untuk bronkitis.
Tes dapat dipertimbangkan untuk influenza ketika risiko dianggap
intermediate dan pasien berada dalam 36 jam dari onset gejala. Selama musim puncak
influenza, tes umumnya tidak membantu karena kemungkinan pretest influenza tinggi.
Sebaliknya, nilai prediksi positif terlalu rendah untuk membantu di luar musim
influenza. Tes diagnostik selama wabah bronkitis juga dapat dipertimbangkan dalam
skenario klinis tertentu. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia adalah
etiologi bakteri yang dapat mempengaruhi orang dewasa muda. Bordetella pertussis,
agen penyebab di pertusis, juga dapat menyebabkan bronkitis akut. Tes untuk pertusis
harus dipertimbangkan pada pasien yang tidak divaksinasi, pasien dengan batuk yang
paroksismal, memiliki "whooping sound", atau telah berlangsung lebih dari tiga
minggu, dan pasien yang telah terkena pertusis atau tidak divaksinasi. (Sidney S. Et all,
2016)
7. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala-gejala yang khas:
1. Temuan pemeriksaan fisik pada bronkitis akut dapat bervariasi dari yang normal
cenderung faring yang hiperemis, limfadenopati lokal, dan rhinorrhea. Ronki kasar
dan mengi bahwa perubahan lokasi dan intensitas setelah batuk dalam dan produktif.
2. Mengi menyebar, bernada tinggi suara terus menerus, dan penggunaan otot
aksesori dapat diamati pada kasus berat.
3. Kadang-kadang, penurunan menyebar asupan udara atau stridor inspirasi terjadi;
temuan ini menunjukkan obstruksi dari saluran pernapasan besar atau trakea, yang
membutuhkan batuk berurutan kuat, penyedotan, dan, mungkin, intubasi atau
bahkan trakeostomi.
4. Suara mengalun berkepanjangan sepanjang perbatasan sternum kiri menunjukkan
hipertrofi ventrikel kanan sekunder terhadap bronkitis kronis.
5. Myringitis bulosa mungkin memperlihatkan pneumonia mikoplasma.
6. Konjungtivitis, adenopati, dan Rhinorrhea menunjukkan infeksi dari adenovirus.
(Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010)
8. Untuk menunjang diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
 Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia.
 Laboratorium : darah rutin
 Tes fungsi paru-paru
 Gas darah arteri
 Rontgen dada. (Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010)

common cold
Radang tenggorokan subglottic dengan inflamasi pada mukosa dalam konteks
infeksi virus dari sistem pernapasan. Prevalensi utama adalah pada usia antara 6 bulan
dan 6 tahun. Biasanya pada sore atau pada malam hari di musim dingin, bayi dan anak-
anak yang terkena dampak mendapatkan serangan akut dengan batuk, suara serak,
stridor dan dyspnoea.
Aspirasi
Aspirasi asam lambung atau benda asing menyebabkan batuk. Benda asing
yang umum adalah potongan-potongan kecil apel atau wortel, setengah atau seluruh
kacang dan segala macam bagian kecil yang terbuat dari plastik atau logam. Dalam
kasus aspirasi akut, anak mendapatkan serangan batuk tiba-tiba dan dyspnoea. Karena
awal bronkus utama kanan dari trakea yang menuju ke yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang kiri. Pada radiologi, pergeseran mediastinum ke sehat sisi
dapat dilihat. Dalam kasus aspirasi kronis gejala-gejala klinis adalah lebih ringan dan
kurang parah. Dalam kebanyakan kasus benda asing lebih kecil dibandingkan dengan
aspirasi akut, sehingga hal itu dapat meluncur ke dalam bronkus segmental, menetap di
sana dan mempertahankan inflamasi respon, yang terjadi sebagai batuk kronis. Ini
adalah alasan mengapa aspirasi kronis cukup sering mendapatkan disalahartikan
sebagai bronkitis kronis asal infeksi atau alergi.
Tuberkulosis
Dalam kasus batuk kronis adalah penting untuk mengambil kemungkinan TB

paru sebagai diagnosis banding, terutama pada anak-anak yang berasal dari tinggi
daerah kejadiannya, atau berhubungan dekat dengan orang-orang yang datang dari
daerah tersebut. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui aerosol, yang berasal
dari batuk orang dengan TB paru terbuka. Anak-anak umumnya kurang menular,
karena hanya ada sedikt bakteri di dalam sputumnya. Fenomena ini disebut TBC
paucibacillary. Pada kecurigaan infeksi tuberkulosis, investigasi diagnostik yang tepat
harus dibuat. Tes imunologi harus dilakukan. IGRA (interferon-gamma release assay)
dari darah. Kombinasi dari kedua Hasil tes dalam spesifisitas yang optimal. Selain itu,
X-ray dada adalah diagnostik standar. Mikroskopis dan mikrobiologi analisis dibuat
dari induksi dahak atau dari asam lambung, karena anak-anak yang lebih muda dari 10
tahun biasanya tidak mampu memberikan dahak secara spontan. (Miron D et all,2010)
9. Tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak
masalah, tanpa pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru
dipermudah dengan cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua lebih
enak dengan kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek lama
penyakit. Batuk iritatif dan paroksisimal dapat menyebabkan distres berat dan
mengganggu tidur. Walaupun penekan batuk dapat menambah kemungkinan supurasi,
penggunaan penekanan batuk yang bijaksana (termasuk kodein) mungkin memadai
untuk mengurangi gejala. Antihistamin, yang mengeringkan sekresi tidak boleh
digunakan, dan ekspektoran tidak menolong. Antibiotik tidak memperpendek lamanya
penyakit virus atau menurunkan insidens komplikasi bakteri, walaupun pada
kenyataannya penderita dengan episode berulang kadang-kadang dapat membaik
dengan pengobatan demikian, hal ini member kesan bahwa ada beberapa infeksi bakteri
sekunder. (Fahy JV et all,2010)
Dapat diberikan Obat-obatan simptomatik yakni Antaralain obat-obatan yang dapat
diberikan pada penderita bronchitis adalah :

a) Antitusif (penekan batuk) : DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali


sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. pada anak-anak, antitusif tidak
dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita
bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya
dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita
merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
b) Ekspektorant: obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya:
GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
c) Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya,
digunakan jika penderita demam.
d) Bronkodilator (melongarkan napas): salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai
sesak napas atau rasa berat bernapas. Bronkodilator tidak hanya untuk obat
asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis.
Efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita,
yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin.
e) Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman
berdasarkan pemeriksaan (dahak berwarna kuning atau hijau, demam tetap
tinggi setelah minum antipiretik dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.
(Naning, R, IDAI,2015)
10. Prognosis dan perjalanan penyakit ini bergantung pada tatalaksana
yang tepat atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi
berasal dari penyakit yang mendasari. (Naning, R.IDAI, 2015.)

 Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi


bronkitis kronik
 Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan pneumonia.
 Bronkitis kronik menyebablan mudah terserang infeksi
 Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasi atau
bronkiektasis (Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2015)

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta : EGC.1999. h.
1483.
2. Fahy JV, Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function and Dysfunction. New
England of Jurnal Medicine. Vol 363. No. 23. Dec 2. 2010.
3. Gonzales R et all, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis. Ann Intern Med 2008;
133: 981-991
4. Sidney S. Et all, 2016)Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis: ACCP
Evidence-Based Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2006; 129;95 s-103s.
5. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2015.hal 330-
332.

6. Naning, R. 2015. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Badan Penerbit IDAI.
Jakarta ;330(5.8)
7. Miron D, Srugo I, Kra-Oz Z, Keness Y, Wolf D, Amirav I, et al. Sole pathogen in
acute bronchiolitis: is there a role for other organisms apart from respiratory syncytial
virus?. Pediatr Infect Dis J. Jan 2010;29(1):e7-e10
8. Mall MA. Role of cilia, mucus, and airway surface liquid in mucociliary dysfunction:
lessons from mouse models. J Aerosol Med Pulm Drug Deliv. Mar 2008;21(1):13-24. 

Anda mungkin juga menyukai