Anda di halaman 1dari 27

Penyakit paru Obstruksi

Kronik (PPOK)

Oleh:

Ayu Ananda Bahtiar ( 17037140987 )


FitraYunita Zaro ( 17037141005 )
Ikram Hermawan ( 17037141008 )
Wahyu Romadhania ( 17037141046 )
Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri
adanya keterbatasan aliran udara yang tidak
sepenuhnya reversible (Lyndon Saputra,
2010). Pada klien PPOK paru-paru klien
tidak dapat mengembang sepenuhnya
dikarenakan adanya sumbatan dikarenakan
sekret yang menumpuk pada paru-paru.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan, pada tahun 2010
diperkirakan penyakit ini akan menempati
urutan keempat sebagai penyebab kematian.
Prevalensi terjadinya kematian akibat rokok
pada penyakit penyakit paru obstruksi
kronis pada tahun 2010 sebanyak 80-90 %
(Kasanah, 2011).
Faktor yang menyebabkan timbulnya
PPOK
 Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK
dan sekitar 15% perokok menderita PPOK.
 Terdapat peningkatan resiko PPOK bagi saudara
tingkat pertama perokok. Pada kurang dari 1%
penderita PPOK, terdapat defek gen alfa satu
antitripsin yang diturunkan
 Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak –
kanak berhubungan dengan rendahnya tingkat
fungsi paru maksimal
 Polusi udara dan kehidupan perkotaan
berhubungan dengan peningkatan resiko
morbiditas PPOK.
Tingkatan keparahan penyakit
PPOK : Tingkat Nilai FEV1 dan gejala

0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum dan dispnea.
Beresiko Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi),spirometri normal.

I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu ada gejala
Ringan batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini, pasien biasanya bahkan
belum berasa paru-parunya bermasalah.

II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya mulai
Sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.

III FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi berulang yang
Berat mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada tahap ini pasien mulai
mencari pengobatan karena mulai dirasakan sesak nafas atau serangan
penyakit.

IV FEV1/FVC < 70%, FVE1 < 30% atau < 50% plus kegagalan respirasi kronis.
Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika walaupun FEV1 > 30%, tapi
Sangat berat pasien mengalami kegagalan pernafaasan atau gagal jantung kanan/cor
pulmonary. Pada tahap ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan
mungkin mengancam jiwa.
Manifestasi klinis
Biasanya pasien akan sering mengalami
infeksi pernafasan dan kehilangan berat
badan yang cukup drastis, sehingga pada
akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu
secara maksimal melaksanakan tugas-tugas
rumah tangga atau yang menyangkut
tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah
sekali merasa lelah dan secara fisik banyak
yang tidak mampu melakukan kegiatan
sehari-hari.
Faktor resiko
Faktor risiko utama dari PPOK adalah
merokok. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Komponen-komponen asap
rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru.
Komplikasi PPOK
1. Gagal napas kronik
Gagal napas kronik ditunjukkan oleh hasil
analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan
PaCO2>50 mmHg, serta pH dapat normal.

2. Gagal napas akut pada gagal napas kronik


Gagal napas akut pada gagal napas kronik
ditandai oleh sesak napas dengan atau tanpa
sianosis, volume sputum bertambah dan
purulen, demam, dan kesadaran menurun.
3. infeksi berulang
Pada pasien PPOK, produksi sputum yang
berlebihan menyebabkan terbentuk koloni
kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
berulang. Selain itu, pada kondisi kronik ini
imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limfosit darah.

4. Kor pulmonale
Adanya kor pulmonale ditandai oleh P
pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %, dan
dapat disertai gagal jantung kanan.
Asuhan keperawatan pada klien
PPOK
A. PENGKAJIAN
1. Indentitas Pasien
 Nama : Tn. D
 Umur : 54 Th
 Jenis Kelamin : Laki- laki
 Alamat : Prajekan, Bondowoso
 Agama : Islam
 Pendidikan : Tamat SD
 Pekerjaan : Petani
 Status : Menikah
 Suku : Madura
 Tanggal MRS : Sabtu, 16 Juni 2018
Indentitas Penanggung Jawab
 Nama : Ny. A
 Umur : 49 Th
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan : Belum tamat SD
 Agama : Islam
 Alamat : Prajekan, Bondowoso
 Status : Menikah
 Hub. dengan pasien : Istri pasien
2. Keluhan Utama : Sesak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS pasien mengeluh
demam, batuk, pilek, pusing, dan sesak
napas.Satu bulan terakhir setiap pagi batuk-
batuk sampai dahak keluar semua. Pasien
mengatakan sesak nafas saat menaiki tangga.
Sebelum ke RS pasien tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan apapun.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
merasakan sakit seperti ini.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak
ada yang mengalami sakit seperti ini.
6. Pola Nutrisi Metabolik
 Sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan menu
nasi, sayur dan lauk.
 Saat dirawat di RS, makan separuh porsi pada menu
yang disajikan di RS pada tiap kali jadwal makan.
 Pasien saat ini banyak menkonsumsi buah dan sayuran.
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak
ada yang mengalami sakit seperti ini.
8. Pola Nutrisi Metabolik
 Sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan menu
nasi, sayur dan lauk.
 Saat dirawat di RS, makan separuh porsi pada menu
yang disajikan di RS pada tiap kali jadwal makan.
 Pasien saat ini banyak menkonsumsi buah dan sayuran.
9. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengalami gangguan pola tidur dan hanya
tidur 2-4 jam sehari dikarenakan pasien dadanya
sesak dan batuk.
10. Pemeriksaan fisik
TTV : S= 38,5 °C
P= 100 x/m
RR= 25 x/m
TD= 140/90 mmHg

BB/ TB : 45 kg/ 160 cm


IMT : 45/ (1,6)² = 45/ 2,56 = 17, 57.
a. Kepala
 Rambut
Rambut beruban, tidak ada luka dan tidak ada benjolan.
 Mata
Konjungtiva merah muda, simestris kanan kiri, sklera berwarna
putih, pupil mengecil jika ada cahaya, kornea berwarna transparan.
 Hidung
Terpasang oksigen
 Telinga
Bersih tidak ada serumen, reflek suara baik.
 Mulut
Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tioid dan tidak ada pembengkakan
pada trakhea.
b.Thorax
 Paru- paru
 Inspeksi: bentuk dada simetris
 Palpasi: tidak ada pembengkakan pada paru
 Perkusi: hipersonor
 Auskultasi: suara nafas wheezing dan kadang tersengar
ronchi

 Jantung
c. Abdomen
11. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+)
PPOK ST III
12.Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang
diberikan codein 10 mg po 3x1 dan
seretide MDI tiap 6 jam.
B. Analisis data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Klien mengatakan pusing, sesak Peningkatan Bersihan jalan


nafas, batuk. produksi napas tidak
Do: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk- sputum. efektif.
sampai dahak keluar semua, RR
25 x/menit.

2. Ds : 2 hari terakhir pasien mengeluh Penyakit kronis Resiko tinggi


demam, batuk, pilek, pusing, dan penyebaran
sesak nafas. infeksi
Do : pemeriksaan spirometri dan foto
thorax diagnosa PPOK St III suhu
: 38,5 °C, TD : 140/ 90 mmHg,
nadi : 100 x/menit
3. Ds : pasien mengeluh demam Penyakit Hipertemia
Do: suhu 38,50C , RR 25 x/menit ,
nadi 100 x/menit, TD 140/ 90
mmHg

4. Ds : sesak nafas bila menaiki Ketidakseimban Intoleransi


tangga. gan antara aktivitas
Do : Nadi 100x/m, RR 25x/m, suplai dan
kebutuhan
oksigen

5. Ds : 2 hari terakhir pasien mengeluh Hiperventilasi Ketidakefektifa


sesak nafas. n pola nafas
Do : Nadi 100x/m, RR 25x/m,
Berdasarkan analisa data tersebut, dapat
disimpulkan diagnosa keperawatan diantaranya:

 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d


peningkatan produksi sputum
 Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
 Hipertermia b.d penyakit
 Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
 Resiko tinggi penyebaran inferksi b.d
penyakit kronis.
C. Interfensi dan implementasi
No Diagnosa Intervensi Implementasi

1. Bersihan jalan napas  Posisikan pasien  Memberikan posisi


tidak efektif b.d untuk fowler atau semi fowler
peningkatan produksi memaksimalkan  Menghitung respirasi
sputum ventilasi. setiap 3 jam sekali
Kriteria hasil :  Monitor respirasi dan  Memberikan obat
 Secara verbal tidak ada status O2. ipratropium bromida dg
keluhan sesak  Kolaborasi dalam dosis 20mcg 2 hirup 3-4
 tidak ada batuk dan jumlah pemberian kali per hari.
sputum normal pengobatan atas  Mengajarkan klien
 jumlah pernafasan dalam indikasi. menahan dada dan
batas normal sesuai usia bronkodilator batuk efektif dalam
 Demonstrasikan atau posisi tegak lurus.
bantu klien
melakukan latihan
napas dalam.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d  Posisikan pasien  Memberikan posisi
hiperventilasi. untuk fowler atau semi
Kriteria hasil : memaksimalkan fowler
 Mampu batuk efektif. ventilasi.  Menghitung frekuensi
 Mampu bernafas dengan  Identifikasi pasien nafas.
mudah. perlunya  Memberikan terapi
 Frekuensi pernafasan dalam pemasangan alat ogsigenasi dengan
rentang normal. nafas buatan. menggunakan nasal
 TTV dalam rentang normal.  Monitor respirasi kanul.
dan status O2.
3. Hipertermia b.d  Kompres pasien pada  Memberikan kompres
penyakit. lipat paha dan aksila dengan handuk di
Kriteria hasil:  Monitor suhu bagian lipat paha dan
 Suhu tubuh rentang normal sesering mungkin. aksila
 Nadi dan RR dalam  Monitor tekanan  Menghitung suhu setiap
rentang normal darah, nadi dan RR 2 jam sekali
 Tidak ada pusing  Kolaborasi  Menghitung tekanan
pemberian cairan darah, nadi dan RR
intravena. setiap 2 jam sekali.
 Memberikan cairan
intravena sesuai anjuran
dokter.
4. Intoleransi aktivitas b.d.  Kolaborasi dengan  Memberikan terapi
ketidakseimbangan antara tenaga rehabilitasi Oksigen dengan
suplay dan kebutuhan medik dalam kecepatan aliran 1 atau 2
oksigen merencanakan ltr/mnt.
Kriteria hasil: progam terapi yang  Melakukan komunikasi
 Mampu mealkukan tepat. terapeutik.
aktivitas sehari-hari secara  Bantu pasien untuk  Menghitung tanda tanda
mandiri mengembangkan vital 3 jam sekali.
 Tanda-tanda vital normal motivasi diri dan  Menjelaskan perlunya
 Sirkulasi status baik penguatan. keseimbangan aktivitas
 Status respirasi :  Monitor perubahan dan istirahat.
pertukaran gas dan tanda tanda vital.
ventilasi adekuat  Memberikan edukasi
untuk memenuhi
kebutuhan secara
mandiri.
5. Resiko tinggi penyebaran  Ajarkan keluarga dan  Menjelaskan kepada
infeksi b.d Penyakit pasien tanda dan keluarga pasien tanda
kronis. gejala infeksi. dan gejala infeksi
Kriteria hasil :  Monitor tanda dan  Memberikan edukasi
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi kepada pasien berseta
gejala infeksi. sistemik dan lokal keluarga tentang
 Tidak munculnya tanda-  Kolaborasi dengan penyakit infeksi.
tanda infeksi sekunder. dokter pemberian  memberikan antibiotik.
 Klien dapat obat anti mikroba.  menghitung TTV setiap
mendemonstrasikan 3 jam sekali.
kegiatan untuk
menghindarkan infeksi.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai