IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur Jenis kelamin Agama Alamat Bangsal Masuk RS No. RM
: An. RA : 1,5 bulan : Laki-laki : Islam : Kr. Bener 4/3 Bae : B3 : 30 Mei 2012 : 634836
Anamnesa
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 31 Mei 2012 pukul 13.00 WIB di ruang Boegenvil 3 didukung dengan catatan medis. Keluhan utama: sesak nafas Keluhan tambahan: batuk dan muntah-muntah
Riwayat Imunisasi
BCG Hepatitis B
: 1x (1 bulan) : 1x (0 bulan)
STATUS PRESENTS
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 31 Mei 2012. Kesan Umum : CM, tampak lemah
Pemeriksaan Fisik
Kepala Mata
THT
Mulut Leher Thorax
: Mesocephal : conjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-) : epitaksis (-), tonsil T1-T1 : sulkus nasolabialis simetris, sianosis (-) : tidak ada pembesaran KGB di leher : simetris
Pemeriksaan Fisik
Paru Inspeksi : retraksi (+) Auskultasi : suara dasar: vesikuler, wheezing (+/+), rhonki (-/-) Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Auskultasi : BJ I-II murni, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : datar Auskultasi : Bising usus (+) Ekstremitas : oedem (-), turgor kulit baik Sistem saraf/neurologi : dalam batas normal Genitalia, anus, rektum : dalam batas normal
Perjalanan Penyakit
Tgl. 30 Mei 2012
Sesak +, lemas +,muntah +, batuk +, BAB + (mencret 3x), BAK Suhu 37,8oC,
Perjalanan Penyakit
Tgl. 2 Juni 2012
Jam 7.45 pindah ke ICU Jam 12.15 pasang ventilator Sesak +, lemas +, retraksi dada +, panas + Suhu 38,7oC, nadi 187x/menit, RR 62x/menit, SpO2 96% Paru wheezing +/+, rhonki +/+
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 30 Mei 2012 (hari pertama perawatan) Leukosit : 23.700/mm3 ( Meningkat ) Eritrosit : 3.770.000/mm3 ( Rendah ) Hb : 12 g/dL ( Normal ) Trombosit : 311.000/mm3 ( Normal ) Tanggal 30 Mei 2012 (hari pertama perawatan) R thorax: Bronchopneumonia
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING Pneumonia Aspirasi Bronkopneumonia Bronkiolitis
DIAGNOSIS SEMENTARA Pneumonia aspirasi
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Bed Rest
Diet
Medikamentosa :
Terapi: Infus Aminophilin 4:1 drip Injeksi cefotaxime 3 x 175 mg Injeksi dexametasone 2x1/3 ampul Nebulizer: ventolin + bisolvon 4 tts Sanmol infus1/3 fl
Prognosis
Ad vitam
Ad functionam Ad sanationam
pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi.
Jika partikel tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan
pneumonia
Etiologi
Macam - macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi,
yaitu
pneumonia kimiawi aspirasi asam lambung, makanan,
muntahan pneumonia bakterial aspirasi bakteri (Pnemonia Pneumokokus) Pneumonia Viral RSV, parainfluenza Pneumonia Hidrokarbon organofosfat exogenous lipoid pneumonia aspirasi bahan lipoid, seperti, minyak ikan, minyak sayur
Aspirasi
Parameter
Kimia
Bakteri
Virus
Hidrokarbon
Lipoid
Minyak sayur, myk ikan
batuk, dispneu,
Contoh
Gejala
Pem. Fisik
mengi, rhonki
Pem. Penunjang
Aspirasi
Parameter
Kimia
Bakteri
O2, Penisilin G (100.000U/kg/ hari)
Virus
O2, ventilasi mekanik, amantadin oral dan ribavirin aerosol Bronkiolitits obliterans
Hidrokarbon
Pengisapan nasogastrik, O2, fisioterapi, CPAP, penisilin G (infeksi sekunder)
Lipoid
Penghentia n dari pajanan lebih lanjut
Komplikasi
Empiema
Pneumotoraks, Infeksi Emfisema, dan sekunder efusipleura Tergantung dari volume aspirasi, dan kecukupan perawatan medis. 50% sembuh, 50% meninggal Tergantung pada keadaan umum luasnya kerusakan, dan pajanan lanjutan
Prognosis
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Patogenesis
Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat
melalui berbagai cara yaitu: Inhalasi langsung dari udara Aspirasi bahan- bahan yang ada di nasofaring dan orofaring Penyebaran secara hematogen.
Patofisiologi
Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak
dapat dibedakan antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial.
Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan
Patofisiologi
Selanjutnya terjadi infiltrasi sel radang peribronkial
(peribronkiolitis) infeksi (jaringan interstisial, duktus alveolaris maupun dinding alveolus), dapat pula disertai pembentukan membran hialin dan perdarahan intra alveolar.
Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia
aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan laboratorium
darah lengkap biasanya didapatkan leukositosis sebagai
tanda infeksi Pada analisa gas darah pengukuran konsentrasi O dan CO dalam darah arteri. Pemeriksaan lain yaitu BUN, creatinin dan serum elektrolit, R thorax infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau tanpa disertai gambaran kaviti pada segmen paru yang terinfeksi
Terapi
Pemberian oksigen
Pemberian cairan dan kalori yang cukup. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral
bertahap melalui selang nasogatric Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi Pemilihan antibiotic berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan penyebabnya.
Terapi
Monitoring :
Keadaan umum pasien Tanda-tanda vital pasien meliputi (nadi, pernafasan, suhu) sesak,pernapasan cuping hidung, retraksi intercostalis DL (leukosit, LED, CRP) Blood Gas Analisis
PENCEGAHAN
Bagi Pasien yang sedang dirawat :
Saat tidur, gunakan bantal dengan ketinggian sekitar 30 Posisi badan sesekali digerakkan ke kiri dan kanan Upayakan tidak terlalu lama tidur terlentang
ditidurkan. Pada bayi, jika teraspirasi cairan, ditengkurapkan untuk mengeluarkancairan tersebut. Jika teraspirasi benda padat, harus diusahakan keluar. Jika cairan minyak tanah atau racun serangga yang teraspirasi, segera kerumah sakit
Komplikasi
Bronkopneumonia
Gagal napas Efusi pleura Abses Paru
Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah penyakit inflamasi akut yang dapat
kurang dari 2 th
Penyebab lain yangmenyebabkan bronkiolitis termasuk
didalamnya adalah virus para influenza tipe 1dan 3, influenza B, para influenza tipe 2, adenovirus tipe 1,2,5 dan mycoplasma yang paling sering pada anak-anak usia sekolah
Klasifikasi
Bronkiolitis akut
Bronkiolitis obliteran suatu
peradangan kronik pada bronkiolitis dimana sudah terjadi obliterasi pada bronkiolus
Manifestasi Klinis
Bronkiolitis Akut
Awalnya ada infeksi saluran napas ringan berupa pilek encer, batuk,
napas >50 x/menit, terdapat napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi, dan kadang-kadang sianosis
Mungkin terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi.
Manifestasi Klinis
Bronkiolitis Obliterans
Pada mulanya dapat terjadi batuk, kegawatan pernafasan dan
sianosis.
Penyakit yang progresif terlihat dengan bertambahnya
dispnea, batuk, produksi sputum, dan mengi. Polanya dapat menyerupai bronkitis, bronkiolitis atau pneumonia
Faktor resiko
Umur kurang dari 6 bulan paru-paru dan sistem
kekebalan belum berkembang dengan baik. Tidak pernah diberi air susu ibu sehingga tidak menerima perlindungan kekebalan dari ibu Kelahiran prematur Pajanan ke asap rokok Sering dititipkan pada tempat yang banyak bayi-bayi contoh tempat penitipan anak, panti asuhan Saudara kandung lebih tua dengan kontak infeksi dari sekolah/ tempat bermain
Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap sel darah putih pada umumnya di dalam batas
normal atau naik dan hitung jenis mungkin normal atau bergeser kekanan atau kekiri Urin Berat jenis urin dapat menyediakan informasi bermanfaat mengenai balance cairan dan kemungkinan dehidrasi. Serum darah dapat membantu menerka beratnya derajat dehidrasi. Analisa gas darah Analisa gas darah mungkin diperlukan pada pasien yang sakitnya berat, terutama yang menuntut ventilasi mekanik atau buatan.
Pemeriksaan penunjang
Radiologi dapat terlihat gambaran Hiperinflasi dan infiltrat
( pada umumnya di dalam 30 min) dan akurat ( kepekaan 8791%, ketegasan 96-100%) dalam pendeteksian RSV. Kultur positif dengan direct fluorescent antibody, test hasil percobaan dapat mengkonfirmasikan infeksi karena RSV
Terapi
Ventilasi mekanik khususnya pada kasus apneu
berulang atau peningkatan usaha nafas pada gagal nafas. Terapi pada pasien seperti ini adalah terapi suportif . (Continous Positive Airway Pressure (CPAP), Intermitent Mandattory Ventilation (IMV), dan Possitive end-distending pressure (PEEP)) Antivirus ( Ribavirin ) Bronkodilator Kortikosteroid
TERIMA KASIH