Anda di halaman 1dari 13

CASE REPORT SESSION

PNEUMONIA PADA ANAK

Disusun Oleh:
Awan Rochaniawan
130112150686

Preseptor : Fiva Aprilia Kadi, dr., Sp.A., M.Kes

SMF/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP DR HASAN SADIKIN
BANDUNG
2016
Identitas
Nama : An. RA
Tanggal Lahir/Usia : 09-08-2015/1 tahun 11 bulan
Alamat : Kp Lemah Dulur, Banjaran, Kab. Bandung
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Tanggal Masuk : 13 Juli 2016
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juli 2016
Anamnesis
Keluhan Utama: Sesak napas
Anamnesis Khusus:
Sesak napas dikeluhkan pasien sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit yang
semakin lama semakin parah. Sesak dirasakan terus menerus. Sesak sudah dirasakan
sejak usia 1 bulan. Sesak dipengaruhi akitivitas fisik dan disertai kebiruan di bibir.
Sesak tidak disertai mengi atau mengorok.
Keluhan didahului batuk sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk berdahak,
namun ibu pasien tidak mengetahui bau, warna dan konsistensi dahak.
Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tinggi yang dirasakan 6 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam mereda setelah minum antipiretik. Demam tidak
meningkat pada malam hari. Demam tidak disertai menggigil dan tanda-tanda
perdarahan.
Keluhan tidak disertai mual, muntah, bengkak, kejang atau penurunan kesadaran.
Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.
Pasien sudah pernah dirawat sebanyak 2 kali sebelumnya di RS Al-Ihsan dengan
keluhan serupa. Dirawat terakhir tanggal 29 Juni 2016. Diberikan obat otopan,
mucoped, dan azitrin. Pasien membaik setelah 7 hari dan pulang. Riwayat
penutupan patent ductus arteriosus pada bulan April 2016.
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau berdarah tidak ada.
Riwayat imunisasi dasar lengkap
Riwayat kehamilan ibu dan kelahiran: pasien adalah anak pertama dari ibu P1A3.
Lahir lebih bulan di RS Al-Ihsan secara spontan, tidak langsung menangis, dirawat
selama 20 hari semenjak lahir.
Riwayat tumbuh kembang: Pasien didiagnosis cerebral palsy pada usia 6 bulan.
Menurut ibu pasien, ukuran tubuh pasien lebih kecil dibandingkan teman seusianya.
Pasien sudah bisa mengucapkan kata mama-papa, namun belum bisa merangkak.
Riwayat makanan: Pasien makan 3 kali sehari, biasanya dengan bubur nasi, tahu,
ayam, ati. Pasien minum ASI selang-seling dengan susu formula. Nafsu makan
pasien baik.
Riwayat Sosioekonomi: Pasien tinggal serumah dengan 2 orang. Ventilasi cukup,
namun sinar matahari jarang masuk.
Karena keluhannya, pasien dibawa ke poli anak RS Al-Ihsan dan disarankan dirujuk
ke IGD anak RSHS untuk tatalaksana lebih lanjut
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital: Tekanan darah = tidak diukur; Nadi = 100x/menit; Suhu = 36.8oC;
Respirasi: 52x/menit
SpO2: Tanpa O2 = 75%; Dengan O2 = 92%
Antropometri: Berat badan = 4.5 kg; Panjang badan = 63 cm; Lingkar kepala = 38
cm
Status Gizi: BB/U = <-3SD; PB/U = <-3SD; BB/PB = <-3SD; LK/U = <-3SD
Kepala dan leher:
o Konjungtiva tak anemis
o Sklera tak ikterik
o Pernapasan cuping hidung tidak ada
o Perioral sianosis tidak ada
Toraks:
o Pectus excavatum
o Retraksi suprasternal tidak ada, intercostal ada, subcostal ada
o VBS kiri = kanan
o Slem ada, crackles ada, wheezing tidak ada
o Suara jantung: S1 S2 normal, murmur tidak ada
Abdomen:
o Datar lembut
o Hepar 2 cm bawah arcus costa, tajam, kenyal, rata
o Lien tidak teraba
Ekstremitas:
o Akral hangat
o Capillary refill time <2 detik
o Akrosianosis tidak ada
Genitalia dan anus: Laki-laki, anus ada
Pemeriksaan neurologis:
o Rangsang meningeal: Kaku kuduk tidak ada, brudzinski I/II/III tidak ada
o Motorik: Tonus otot meningkat
o Refleks fisiologis: Refleks achilles meningkat, reflex knee jerk meningkat
o Refleks patologis: Babinski ada, chaddock ada
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
o Hemoglobin = 13.1 g/dL
o Hematokrit = 41% ()
o Eritrosit = 5.16 juta/uL
o Leukosit = 9.200/mm3
o Trombosit = 202.000/mm3
o MCV = 80fL
o MCH = 25.4
o MCHC = 31.7
o Hitung jenis leukosit = 0/0()/0()/34/62()/4
o C-Reactive Protein = 0.6 mg/L
Foto toraks (13/7/2016):
Kesan: Bronkopneumonia bilateral, tidak tampak kardiomegali
Ekokardiografi (13/7/2016)
Kesan: PDA s/p closure. Device in situ, no residual shunt
Diagnosis
Diagnosis Banding
o Bronkopneumonia
o Marasmus
o Cerebral Palsy
o Penyakit jantung kongenital
o Tuberkulosis paru
Diagnosis Kerja: Bronkopneumonia + marasmus + cerebral palsy tipe spastic
quadriplegia + post PDA closure
Penatalaksanaan
O2 2 liter/menit nasal
Infus larutan 1:4 4 cc/jam untuk jalur obat
Ampisilin 4x250 mg IV
Gentamisin 1x40 mg IV
Pasang NGT
Diet REE x SF 350 kkal tdd SF 8x40 cc
Observasi keadaan umum, tanda vital, distress napas
Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
Follow Up tanggal 20 Juli 2016
S: Panas badan tidak ada, batuk berkurang, sesak berkurang
O:
o KU: Tampak sakit sedang
o Kesadaran: Komposmentis
o Tanda vital: N = 110x/menit; R = 50x/menit; S = 36.9oC
o SpO2: 87% tanpa O2; 96% dengan O2
o Kepala: Konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik, PCH (-), POC (-)
o Toraks: Bentuk dan gerak simetris. Retraksi tidak ada. Bunyi jantung S1 S2
normal, murmur (-). VBS kanan=kiri, slem (-), crackles (-).
o Abdomen: Datar lembut. Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba
o Ekstermitas: Akral hangat. CRT < 2 detik. PPD = 0 mm
A: bronkopneumonia (perbaikan) + marasmus (perbaikan) + cerebral palsy + post
PDA closure
P:
o Ampisilin 4x250 mg IV
o Gentamisin 1x40 mg IV
o Asam folat 1x1 mg oral
o Multivitamin syr 1x1 cth oral

Pembahasan
Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru-paru. Meskipun sebagian besar
kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, penyebab non infeksi diantaranya
adalah aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan zat lipoid,
reaksi hipersensitivitas, dan obat-obatan.
Etiologi
a. Bakteri:
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenza tipe b
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae
b. Virus
Respiratory Synctitial Virus (RSV)
Influenza virus tipe A dan B
Adenovirus
c. Mycobacterium
d. Jamur
Virus adalah penyebab utama dari pneumonia pada bayi dan anak-anak berusia <2 tahun,
sedangkan bakteri adalah penyebab sebagian besar pneumonia pada anak yang lebih besar
Etiologi pneumonia berdasarkan kelompok umur:
Faktor Risiko

Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyebab besar morbiditas dan mortalitas di masa kanak-
kanak (terutama di kalangan anak-anak usia <5 tahun) di seluruh dunia, menyaingi
diare sebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Angka kejadian pneumonia di negara maju diperkirakan 0.026 anak per tahun
dibandingkan dengan 0.280 anak per tahun di negara-negara berkembang.

Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lesi di paru
Pneumonia lobaris
Pneumonia interstitialis
Bronkopneumonia
Berdasarkan asal infeksi
Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia (CAP))
Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
Klasifikasi derajat berat pneumonia pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun

Patomekanisme
Pneumonia dapat ditularkan melalui udara, darah, dan saat melahirkan. Pneumonia
biasanya mengikuti suatu infeksi saluran pernapasan atas. Mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah biasanya ditularkan oleh droplet yang
menyebar secara langsung dari kontak pribadi yang dekat. Setelah kolonisasi awal di
nasofaring, mikroorganisme dapat terhirup sampai ke paru-paru dan berkolonisasi.
Sistem imunitas paru-paru yang normal terdiri dari sistem imunitas mekanis, termasuk air
liur, rambut hidung, sistem mukosiliari, epiglotis dan refleks batuk. Kekebalan humoral,
termasuk imunoglobulin A (IgA) dan IgG, berperan dalam membunuh organisme penyebab
pneumonia.
Sel fagosit, termasuk sel-sel polimorfonuklear dan makrofag alveolar, memainkan peran
defensif penting, dan imunitas selular penting dalam pertahanan terhadap patogen tertentu,
seperti virus dan organisme intraselular lainnya. Meskipun respon inflamasi tersebut
diperlukan untuk memperkuat imunitas bawaan dan untuk melindungi paru-paru dari
mikroba, respon tersebut juga memberikan kontribusi langsung terhadap cedera paru-paru
dan fungsi paru yang abnormal.
Pneumonia viral biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi sepanjang saluran udara,
disertai dengan kerusakan dari epitel pernapasan, mengakibatkan obstruksi jalan napas
karena pembengkakan, sekresi abnormal, dan puing-puing selular. Diameter saluran udara
pada bayi yang kecil membuat mereka sangat rentan terhadap infeksi berat. Infeksi virus
pada saluran pernapasan juga dapat dapat mengakibatkan infeksi bakteri sekunder dengan
mengganggu sistem imunitas, sekresi, dan memodifikasi bakteri flora.

Manifestasi Klinis
Pneumonia viral dan bakterial sering didahului oleh beberapa hari gejala infeksi saluran
pernapasan atas, biasanya rinitis dan batuk. Pada pneumonia viral, biasanya muncul demam
yang pada umumnya bersuhu lebih rendah daripada pneumonia bakterial. Takipnea adalah
manifestasi klinis yang paling konsisten pada pneumonia. Peningkatan kerja pernapasan
disertai retraksi interkostal, subkostal, dan suprasternal, pernapasan cuping hidung, dan
penggunaan otot aksesori umum ditemukan. Infeksi berat bisa disertai dengan sianosis dan
kelelahan pernapasan, terutama pada bayi. Pada auskultasi toraks dapat ditemukan crackles
dan mengi.
Sebagian besar pneumonia pada anak menunjukkan gambaran klinis yang ringan sampai
sedang sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil anak mengalami pneumonia
berat yang mengancam kehidupan dan mungkin terdapat komplikasi, sehingga memerlukan
perawatan di rumah sakit. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada
berat ringan infeksi.
Diagnosis
a. Anamnesis
Biasanya ditemukan demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas. Pada
bayi, gejala tidak khas, sering kali tanpa demam dan batuk. Anak yang lebih besar
kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen, dan muntah
b. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok usia
tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipnea, grunting, pernapasan cuping
hidung, retraksi dinding dada, sianosis, dan malas menetek. Gejala lain yang sering
terlihat adalah batuk, panas, dan iritabel.
Pada anak prasekolah, selain gejala di atas, dapat ditemukan batuk
produktif/nonproduktif dan dispnea. Pada anak sekolah dan remaja, gejala lainnya
yang dapat dijumpai yaitu nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi, dan letargi
Ronki basah halus yang khas pada anak besar dapat ditemukan, namun mungkin
tidak ditemukan pada bayi. Nyeri dada dapat dirasakan jika terdapat iritasi pleura.
Bila berat gerakan dada tertinggal waktu inspirasi, anak akan berbaring ke arah
yang sakit dengan kaki fleksi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Radiologis
Foto Rontgen toraks proyeksi posterior-anterior (PA) merupakan dasar
diagnosis utama pneumonia. Indikasi spesifik foto Rontgen toraks adalah
pneumonia sangat berat, dugaan komplikasi pneumonia (misal efusi pleura),
atau tidak berespons terhadap terapi yang diberikan, dan kecurigaan LTBI.
Gambaran radiologis yang klasik dapat berupa:
o Konsolidasi lobar atau segmental disertai air bronchogram, biasanya
disebabkan infeksi Pneumoccocus spp. atau bakteri lain
o Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau mikoplasma;
gambaran berupa corakan bronkovaskular bertambah, peribronchial
cuffing, dan overaerasi
o Pada bronkopneumonia, terdapat gambaran difus bilateral, corakan
peribronkial bertambah, dan infiltrat halus sampai ke perifer
Laboratorium
Jumlah leukosit >15.000/L dengan dominasi neutrofil sering didapatkan pada
pneumonia bakteri. Diagnosis pasti pneumonia bakterial yaitu dengan isolasi
mikroorganisme dari paru, cairan pleura, atau darah.

Diagnosis Banding
Pneumonia
Asma
Tuberkulosis
Kelainan jantung kongenital
Anemia

Penatalaksanaan
Algoritma tatalaksana pneumonia pada anak sesuai usia:
Indikasi rawat inap di rumah sakit:
Usia <6 bulan
Anemia sel sabit dengan acute chest syndrome
Keterlibatan beberapa lobus
Pasien immunocompromised
Distres respiratori parah
Kebutuhan untuk oksigen tambahan
Dehidrasi
Muntah
Tidak ada respon terhadap terapi antibiotik oral yang tepat
Keluarga tidak patuh
Perawatan umum di rumah sakit:
Terapi oksigen
Analgetik antipiretik
Terapi cairan
Antibiotik
Pemantauan

Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia biasanya hasil dari penyebaran langsung dari infeksi bakteri
dalam rongga dada (efusi pleura, empiema, perikarditis) atau bakteremia. Meningitis,
arthritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi langka akibat penyebaran infeksi
pneumokokus atau H. Influenzae tipe b lewat darah.

Pencegahan
Sering mencuci tangan, menghindari asap rokok, ASI eksklusif, mengurangi
paparan dari anak-anak lain, dan imunisasi
Vaksinasi dengan vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus, dan H. influenzae
Vaksin influenza untuk bayi >6 bulan dan usia remaja
Untuk orangtua atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan untuk diberikan vaksin
influenza dan pertusis

Prognosis
Dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan persebaran mikroorganisme.
Penanganan dini dapat mempercepat penyembuhan

Daftar Pustaka
WHO. Revised WHO Classification and Treatment of Childhood Pneumonia at
Health Facilities. 2014
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/RSHS. Pedoman Diagnosis dan
Terapi. 2014
Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition

Anda mungkin juga menyukai