Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN MATERNITAS
KASUS VII : BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh:
TUTOR F
David Firmansyah 220110160082
Isti Yuni Sriwulan 220110160083
Kharisma Gita Rinjani 220110160084
Asti Oktovianti Sunmaya 220110160085
Rifa Nur Afifah 220110160086
Khairun Nisa Rahmawati 220110160087
Alvira Putri Gitsyana 220110160088
Farida Aribah 220110160089
Olivia Rizki Khaerani 220110160090
Ricky Simbolon 220110160091
Jihan Salimah Aribah 220110160092
Annisa Rahmafillah 220110160093
Aulia Nurhanifa 220110160094
Dylla Iztiazahra 220110160095
Via Fauziati 220110160096

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
Kasus Bayi Baru Lahir
Seorang bayi perempuan (Bayi Ny.S), lahir di sebuah rumah sakit umum daerah
pada hari Selasa, 12 Maret 2019, pukul 03.00 WIB melalui proses persalinan
spontan normal. Hasil pengkajian awal menunjukkan nilai APGAR pada 1 menit
pertama adalah 7 dan 5 menit pertama adalah 8, berat badan lahir 2600 gr,
panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm, denyut jantung
bayi 147 x/menit, suhu 36,8oC, frekuensi pernafasan 45 x/menit. Hasil
pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya caput suksedum, kelopak mata edema,
terdapat air mata, sklera tidak ikterik, bibir berwarna merah muda dan lembab.
Bayi Ny.S juga menunjukkan adanya refleks rooting, sucking, gag, extrusion, dan
glabelar. Pada tubuh bayi Ny.S tampak adanya lanugo dan vernix caseosa, tali
pusat berwarna putih kebiruan dengan kondisi diklem dan tidak tertutup kassa,
bergerak aktif, serta sudah mengeluarkan mekonium segera setelah dilahirkan.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah Bayi Ny.S menunjukkan nilai-nilai normal
pada BBL. Saat ini Bayi Ny.S sudah mendapatkan salep mata, vitamin K, dan
imunisasi hepatitis B.
Learning Objectives:

1. Jelaskan karakteristik biologis yang dialami bayi tersebut?


- Sistem kardiovaskuler
- Sistem pernafasan
- Sistem pencernaan
- Sistem perkemihan
- Sistem hematopoesis
- Sistem hepatika
- Sistem imunitas
- Sistem integumen
- Sistem reproduksi
- Sistem neuromuskuler
- Sistem skelet
- Sistem termogenik
2. Jelaskan karakteristik perilaku yang dialami bayi tersebut?
- Siklus tidur-terjaga
- Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bayi
- Perilaku sensori
- Respon terhadap stimulus lingkungan
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi tersebut?
a) Pengkajian keperawatan
- penilaian APGAR
- Pengkajian kongenital
- Pengkajian fisik

2
- Pemeriksaan penunjang
b) Diagnosa keperawatan
c) Intervensi keperawatan

3
PEMBAHASAN

1. Karakteristik biologis yang dialami bayi tersebut?

a. Sistem Kardiovaskular

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke
jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan
diluar rahim, terjadi dua perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada
atrium paru dan aorta, kemudian penutupan duktus arteriosus antara arteri
paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut
langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem
pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Vena
umbilikus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah
talipusat di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3
bulan (Rochmah, 2012.hlm.7) Maryanti, dkk (2011, hlm.16) mengatakan
perubahan sistem kardiovaskuler yaitu oksigen menyebabkan sistem
pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan
resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Perubahan sistem
kardiovaskuler yang terjadi tiga tahap yaitu pertama penutupan foramen
ovale, dengan proses pemotongan tali pusat yang menyebabkan terjadinya
penurunan sirkulasi darah. Hal ini merangsan timbulnya pernapasan pertama
kali dan menyebabkan paru berkembang. Kedua penutupan duktus arteriosus
botali, ini merupakan pembuluh darah yang menghubungkan arteri
pulmonalis dengan aorta, pulmonalis menghubungkan ventrikel kanan ke
paru untuk memberikan nutrisi dan pemeliharaan organ paru (pada masa
janin), bukan untuk proses pernapasan. Pada proses pernapasan terjadi
perubahan tekanan pada atriun kanan karena foramen ovale telah menutup,
darah akan dialirkan melalui arteri pulmonalis menuju paru proses ini
berfungsi setelah janin lahir. Dan yang ketiga yaitu vena dan arteri
umbilikalis, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari talipusat menutup
secara fungsional dalam beberpa menit setelah lahir dan setelah tali pusat di
klem.

b. Sistem Pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal dalam waktu
30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi melalui jalan lahir

4
per vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml,
berkurang sepertiganya sehingga volume yang hilang ini digantikan dengan
udara. Paru mengembang sehingga rongga dada kembali kebentuk semula,
pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diapragmatik dan abdominal
biasanya frekuensi dan kedalaman pernapasan masih belum teratur. Upaya
pernapasan pertama berfugsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan
mengembangkan jaringan alveolus paru utuk pertama kali, agar alveolus
dapat berfungsi harus terdapat surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran
darah ke paru (Rochmah. 2012.hlm.5)

c. Sistem pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan
mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak.
Kecuali amilase pankreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan
sudah ditemukan pada bayi yang berat badan lahirnya rendah.
Suatu mekanisme khusus, yang terdapat pada bayi baru lahir normal dengan
berat lebih dari 1500g adalah mengoordinasi reflek pernafasan, reflek
mengisap, dan reflek menelan yang diperlukan pada pemberian makan pada
bayi. Bayi baru lahir melakukan tiga sampai empat isapan kecil setiap kali
mengisap. Pada bayi baru lahir cukup bulan, isapan lebih lama dan efisien,
berlangsung hanya beberapa jam setelah bayi lahir. Bayi baru lahir tidak
mampu memindahkan makanan dari bibir ke faring, sehingga puting susu
atau botol susu harus diletakkan cukup dalam di mulut bayi. Aktivitas
peristaltis esofagus belum dikoordinasi selama beberapa hari pertama
kehidupan. Namun, dengan cepat akan menjadi pola yang terkoordinasi pada
bayi normal dan mereka mampu menelan dengan mudah.
Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya. Segera setelah
lahir, orifisium oral dan orifisium anal memungkinkan bakteri dan udara
masuk. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah lahir. Biasanya
konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bagian bawah usus halus dan
terutama di usus besar. Flora normal usus membantu sintesis vitamin K, asam
folat, dan biotin. Vitamin K diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah
hemoragik serebral. Biasanya vitamin K diberikan 1 jam setelah bayi lahir.
Kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung pada ukuran
bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi. Regurgitasi dapat
terjadi pada periode neonatal. Sfingter kardia dan kontrol saraf lambung
masih belum matur.
Keasaman lambung bayi saat lahir umunya sama dengan keasaman lambung
orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah
selama dua sampai tiga bulan. Penurunan keasaman lambung ini dapat
menimbulkan “kolik” / bayi terus menangis tanpa sebab yang jelas dan sulit

5
dikendalikan. Bayi yang mengalami kolik tidak dapat tidur, menangis dan
tampak distres di antara waktu makan. Hal ini seringkali terjadi di antara
waktu makan yang sama setiap hari. Tidak ada yang dapat menenangkannya.
Gejala ini akan hilang setelah bayi berusia tiga bulan.
Pencernaan dan absorpsi nutrien lebih lanjut berlangsung di usus halus.
Sekresi pankreas, sekresi dari hati melalui saluran empedu, dan sekresi dari
duodenum membuat proses yang kompleks ini dapat berlangsung.
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak dan protein
diatur oleh beberapa enzim tertentu. Kebanyakan enzim telah berfungsi saat
bayi lahir, kecuali enzim amilase, yang diproduksi oleh kelenjar saliva setelah
tiga bulan dan oleh pankreas pada usia sekitar enam bulan.
Tinja :
Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang
dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsur
– unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel – sel mukosa. Mekonium pertama
yang keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian mengandung bakteri. Tinja
dari bayi yang disusui ibunya lebih lunak, berwarna kuning emas dan tidak
mengiritasi kulit bayi. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk tetapi
tetap lunak, berwarna kuning pucat, memiliki bau khas dan cenderung
mengiritasi kulit bayi. Distensi otot lambung menimbulkan relaksasi dan
kontraksi otot kolon. Akibatnya bayi sering buang air besar saat diberi makan
atau segera setelah itu, yang dikenal dengan reflek gastrokolik.

d. Sistem perkemihan
Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal terbentuk. Di dalam rahim, urine
sudah terbentuk dan di sekresi ke dalam cairan amniotik. Fungsi ginjal, yang
mirip dengan fungsi ginjal dewasa belum terbentuk pada tahun kedua
kehidupan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang
keamanan yang kecil. Infeksi diare, atau pola makan yang tidak teratur secara
cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti
dehidrasi atau edema. Ketidakmaturan ginjal juga membatasi kemampuan
bayi baru lahir untuk mengeksresi obat.
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir,
tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12 jam
sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih enam
sampai 10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan cairan yang cukup.
Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kg per
hari (Blackburn, Loper, 1992; Fanaroff, Martin, 1992).
Kadang kadang bercak merah muda muncul pada popok, ini merupakan
akibat dari kristal asam urat dan merupakan hal yang normal.

6
e. Sistem Hematopoiesis

Karakteristik hematopoiesis bayi baru lahir mencakup system hematopoiesis


orang dewasa dengan variasi tertentu. Saat bayi baru lahir, nilai rata-rata
hemoglobin, hematocrit, dan sel daran merah (SDM) lebih tinggi dari nilai
normal orang dewas. Hemoglobin pada bayi baru lahir 14,5 – 22,5 g/dl,
hematocrit drai 44% - 72% dan hitung SDM antara 5 sampai 7,5 juta/mm3.

Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% hemoglobin janin. Presentasi
hemoglobin janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan sampai 5%
pada minggu ke-20, hal ini dikarenakan umur sel yang mengandung
hemoglobin janin lebih pendek. Simpanan zat besi biasanya cukup untuk
mempertahankan produksi SDM normal selama lima bulan. Persedian zat besi
pada bayi yang tali pusatnya tidak segera diklem dapat meningkatkan 80 ml
darah plasenta mengandung 50 mg zat besi (Cunningham, MacDonald, Gant,
1993)

Nilai leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar
18.000/mm3merupakan nilai normal bayi baru lahir.

Hitung thrombosis dan agregasi trombosus sama penting, baik bagi bayi baru
lahir maupun bagi orang dewasa. Kecenderungan perdarahan pada bayi baru
lahir jarang terjadi, pembekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan
hanya jika terjadi defisiensi vitamin K berat. Serta golongan darah bayi baru
lahir ditentukan pada awal kehidupan janin. Akan tetapi, selama periode
neonatal terjadi peningkatan kemampuan aglutinogen membrane SDM secara
bertahap.

f. Sistem Hepatika

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada
bayi baru lahir, dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan iga karena hati
besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen. Hati janin yang berfungsi
sebagai hemoglobin setelah lahir mulai menyimpan besi sejak masih dalam
kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan
memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima
kehidupannya di luar Rahim.

Hiperbilirubinemia fisiologis atau ikterik neonatal merupakan kondisi yang


normal pada bayi 50% cukup bulan dan 80% pada bayi premature. Korones
(1986) mencatat bahwa ikterik neonatal terjadi akibat hal-hal di bawah ini:

1) Bayi baru lahir memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan produksi


yang lebih tinggi. Jumlah sel darah merah janin per kilogram berat badannya
lebih besar daripada orang dewasa
2) Terdapat cukup banyak reabsorpsi bilirubin pada usus halus

7
Untuk mengetahui ikterik neonatal yang fisiologis, harus memenuhi beberapa
kriteria berikut.

a) Bayi dalam keadaan baik


b) Pada bayi aterm, ikterik pertama kali terlihat setelah 24 jam dan hilang
pada akhir hari ketujuh
c) Pada bayi prematur, ikterik terlihat pertama kali setelah 48 jam dan
menghilang pada hari ke Sembilan atau ke sepuluh
d) Konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi dalam serum melebihi 12
mg/100ml, baik pada bayi cukup bulan maupun bayi premature
e) Hiperbilirubinemia hamper secara eksklusif terjadi pada bilirubin tidak
terkonjugasi dan nilai bilirubin (direk) terkonjugasi tidak boleh melebihi 1-
1,5 mg/100 ml
f) Peningkatan konsentrasi bilirubin setiap hari tidak boleh melebihi 5
mg/100 ml, kadar bilirubin lebih dari 12 mg/100 ml dapat menunjukkan
kegagalan fisiologis yang berat atau sebuah penyakit.

g. Sistem imunitas
Selama tiga bulan pertama kehidupanya, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif
yang diterima dari ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi
pepsin dan tripsin yang mempertahankan keseterilan usus halus.IgA sebagai
pelindung membran lenyap dari traktus naps dan traktus urinarius dan traktus
gastrointestinal kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyintesa IgG dan
mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun, sedangkan
kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD dan IgE diproduksi
secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa
kanak-kanak dini (bobak, 2005)

Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah

8
h. Sistem integumen
 Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
 Verniks kaseosa juga berfusi dengan epidermis dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung.
 Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah.
 Bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan tampak gemuk.
 Lanugo halus terlihat diwajah, bahu dan punggung.
 Edema dan ekimosis (memar) dapat timbul akibat presentasi muka atau
kelahiran dengan forsep.
 Ptekie juga dapat timbul jika daerah tersebut ditekan.

Beberapa permasalahan yang dialami oleh bayi baru lahir terkait sistem
integument antara lain :

1) Kaput Suksedaneum
Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala yang ditemukan dini
akibat tekanan verteks yang lama pada serviks sehingga pembuluh darah
tertekan dan memperlambat aliran balik vena yang memperlambat membuat
cairan dikulit daerah kepa meningkat sehingga akibatnya menyebabkan
edema/bengkak.
2) Sefalhematoma
Sefalhematoma yaitu perdarahan diantara periosteum dan tulang tengkorak
dan periosteumnya. Dengan demikian, sefalotoma tidak pernah melewati
garis sutura kepal. Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat
penekanan pada panggul ibu.
3) Deskuamasi
Deskuaasi adalah pengelupasan kulit, pada kulit bayi tidak terjadi sampai
beberapa hari setelah lahir. Ini merupakan indikasi pascamaturitas.
4) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar keringat sudah ada saat bayi baru lahir tidak, tetapi kelenjar ini tidak
berespon terhadap peningkatan suhu tubuh. Terjadi sedikit hiperplasia
kelenjar sebasea dan sekresi sebum akibat pengaruh hormon saat hamil.
5) Bintik Mongolia
Bintik Mongolia yaitu merupakan daerah pigmentasi biru kehitaman pada
semua permukaan tubuh termasuk ekstremitas.
6) Nevi
Nevi atau dikenal dengan gigitan burung bangau yaitu nevi telangiektasis
berwarna merah muda dan mudah memutih, terlihat pada kelopak mata
bagian atas, daerah hidung, bagian atas bibir, tulang oksipital bawah dan
tengkuk.

9
7) Eritema Toksikum
Suatu ruam sementara, eritema toksikum, juga disebut eritema neonatorum
atau dermalis gigitan kutu. Eritema toksikum memiliki lesi dalam berbagai
tahap, yakni makula eritematosa, papula, dan vesikel kecil.

i. Sistem Reproduksi
Wanita : Saat Lahir,terdapat seribu sel gamet primitif yang mengandung ova
yang matur karena tidak laggi berbentuk oogonia setelah lahir.
Korteks ovarium berbentuk ovarium yang lebih tebal daripada orang dewasa.
Peningkatan estrogen saat hamil yang selanjutnya menurun setelah bayi lahir
menjadi salah satu etiologi dari pengerluaran cairan mukoid yang kadang
disertai bercak darah dari bayi. Pada bayi baru lahir cukup bulan,labia mayora
dan minora menutupi vestibulum. Sedangkan pada bayi baru lahir
prematur,klitoris menonjol dan labia mayora kecil serta terbuka.
Pria : Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki,muara
uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik ke belakang selama
tiga-empat tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu,ukuran genitalia
eksterna bayi baru lahir cukup bulan meningkat,begitu juga dengan
pigmentasinya.

j. Sistem Neuromuskuler

Pada bayi baru lahir,perkembangan otak setelah lahir itu berlangsung sangat
cepat. Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor. Akan
tetapi jiga tremor belangsung secara persisten atau pada seluruh bagian
tubuh,itu merupakan salah satu bentuk patologis.

Dapat ditemukan kontrol neurologis pada bayi baru lahir,meskipun sangat


terbatas.Beberapa refleks yang biasa pada bayi,ialah refleks Moro,refleks
Genggam,refleks Rooting dan refleks Sucking.

k. Sistem Skeletal

Struktur tulang bayi baru lahir pada bagian tengkorak:


Terdapat dua pertemuan atau junction atau fontanelle pada tulang tengkorak
bayi baru lahir karena belum menutup secara sempurna. Terdapat dua
junction pertama, diatara dua tulang frontal dan dua tulang parietal, kedua,
diantara dua tulang parietal dan satu tulang oksipital.

a. Anterior fontanelle/soft spot: Pertemuan antara dua tulang frontal dan dua
tulang parietal. Anterior fontanelle akan lunak hingga usia 18-24bulan.

10
b. Posterior fontanelle: pertemuan antara dua tulang parietal dan oksipital.
Posterior fontanelle akan tertutup lebih dulu sebeleum anterior pada saat
beberapa bulan awal kehidupan. (Stanford Children’s Health)

Tulang pada bayi masih lebih banyak kartilao disbanding tulang keras.
(Comeford, 2011)

l. Sistem Termoregulation

Suhu dalam intrauterine adalah suhu normal tubuhibu. Suhu tubuh janin lebih
tinggi 0,5°C diatas suhu tubuh ibu. Saat lahir bayi kehilangan panas karena
penurunan drastic dalam suhu lingkungan. Panas bayi baru lahir sebagian
besar hilang melalui radiasi pada suhu ruangan. Sistem simpatik bayi baru
lahir diaktifkan sebagai respons terhadap stimulus dingin. Mediator utama
yang membantu transisi bayi aru ahir yaitu kortisol dan katekolamin.
Perlepasan simpatis mengaktifkan termogenesismelaui jaringan adipose
coklat yang terdapat pada ginjal dan otot punggung.

Termogenesis pada janin juga dapat dihasilkan dari “gerak meggigil” atau
peningkatan aktivitas otot rangka dan gerak anggota tubuh.

Denyut jantung yang tinggi yaitu 120-160/menit pada bayi normal


menunjukan tingginya laju metabolism yang tinggi terhadap pernapasan,
makan, dan termogenesis utama.
Untuk tetap mempertahankan termogenesis perlu dilakukan:
a. Keringkan badan bayi secara berulang dengan kain kering saat kelahiran.
b. Gunakan bedwarmer
c. Dan tingkatkan kelembapan dan menurunkan external air flow. (Elshazzy
& Caban, 2018)

2. Karakteristik perilaku yang dialami bayi


a. Siklus tidur-terjaga

Variasi tingkat kesadaran bayi baru lahir disebut siklus tidur-terjaga


(Brazelton, 1984).
Terdapat 2 keadaan tidur, yaitu :

1. Tidur dalam
2. Tidur ringan

11
Dan terdapat 4 tahap terjaga, yaitu :

1. Keadaan mengantuk
2. Waspada-tenang (quiet alert)
3. Waspada-aktif (active alert)
4. Menangis

Bayi menggunakan perilaku bertujuan untuk mempertahankan bangkitannya


yang optimal, misalnya (Brazelton, 1984) :
1) Menarik diri secara aktif dengan meningkatkan jarak fisik
2) Menunjukkan gerakan menolak dengan mendorong tangan dan kaki
3) Mengurangi sensitivitas dengan tidur atau memutuskan kontak mata
dengan memalingkan kepala
4) Menggunakan sinyal perilaku, mnjadi rewel atau menangis

Berikut tabel keadaan perilaku dan perilaku menetap

Keadaan Karakteristik Keadaan

Aktivitas tubuh Gerak mata Mimik wajah Pola napas Tingkat


respons

Keadaan tidur

Tidur Sangat nyenyak, Tidak ada Tanpa mimic Lancar dan Ambang
dalam tetapi terkadang wajah, tetapi teratur terhadap
terkejut atau terkadang stimulus
kedutan melakukan sangat
gerakan tinggi,
mengisap sehingga
dengan interval hanya
teratur stimulus
yang
mengang
gu dan
intensitas
nya tinggi
yang
akan
membang
unkan
bayi

Tidur Beberapa Gerakan Dapat Tidak Lebih

12
ringan gerakan tubuh mata cepat tersenyum dan teratur responsiv
(rapid eye mengeluarkan e
movement suara rewel atau terhadap
[REM]), menangis stimulus
mata internal
berkedut dan
dibalik eksternal.
kelopak Saat
mata stimulus
muncul,
bayi
dapat
tetap
berada
dalam
keadaan
tidur
ringan,
kembali
ke tidur
dalam
atau
terjaga
sampai
mengantu
k

Keadaan terjaga

Mengantu Tingkat aktivitas Mata Dapat Tidak Bayi


k bervariasi, terbuka dan memperlihatkan teratur bereaksi
diselingi terkadang beberapa mimic terhadap
keadaan terkejut tertutup, wajah, tetapi stimulus
ringan dari kelopak seringkali tidak walaupun
waktu ke waktu mata berat, ada mimic respons
tampak wajah dan tertunda
berkaca- tampak tidur
kaca nyenyak

Waspada- Minimal Mata Wajah tampak Teratur Perhatian


tenang bersinar dan cerah dan bayi
melebar bersinar paling
banyak

13
tercurah
pada
lingkunga
n,
memfoku
skan
perhatian
pada
setiap
stimulus
yang ada.
Keadaan
terjaga
optimal

Waspada- Banyak aktivitas Mata Banyak mimik Tidak Semakin


aktif tubuh terbuka wajah (wajah teratur peka
(memperlihatkan tidak secerah terhdap
periode rewel) pada keadaan stimulus
waspada- yang
tenang) menggan
ggu (rasa
lapar,
letih,
rebut,
penangan
an yang
berlabiha
n)

Menangis Aktivitas Mata Menyeringai Lebih tidak Respons


motoric tertutup erat teratur ekstrim
meningkat atau terbuka terhadap
disertai stimulus
perubahan tidak
warna menyena
ngkan
yang
berasal
dari
dalam
atau luar

14
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bayi
1) Usia kehamilan : bayi yang lahir prematur akan mengalami
keterlambatan perkembangan, contohnya bayi yang lahir dua bulan lebih
awal akan mengalami keterlambatan perkembangan kurang lebih dua
bulan.
2) Status kewaspadaan : lebih berhubungan dengan refleks bayi, seperti
kepekaan terhadap sinar, sakit, dan rangsagan lainnya. Hal ini untuk
melindungi dirinya sendiri agar bisa bertahan hidup, seperti refleks
tersedak untuk meludahkan mucus/lendir atau mengedipkan mata yang
kuat untuk melindungi cahaya berlebih.
3) Derajat penyakit :Perubahan perilaku pada bayi mungkin dapat
merupakan tanda awal bayi sakit. Seperti bati letargik, malas minum,
tanginan yang iritabel, dan lainnya.
4) Obat-obatan : dapat menimbulkan efek samping contohnya tidur dan
nyeri yang diekspresikan dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, tangis,
gerakan motorik kasar, dan perubahan pola tidur.
5) Lingkungan fisik : merupakan rangsangan seperti cahaya, debu dan
lainnya.

c. Perilaku sensori

Sejak lahir, bayi memili respon sensorik yang mengindikasikan suatu


tahap kesiapan untuk melakukan interaksi sosial. Antara lain mencakupi :

a. Penglihatan
Saat lahir pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cahaya dan penglihatan
reflek mengedip dengan mudah. Sejak lahir bayi telah mampu
memusatkan pandangan dan memperhatikan suara intensif suatu objek,
kontak mata ibu dan anak. Mereka memandang wajah orang tuanya dan
berespon terhadap perubahan yang dilakukan. Kemampuan ini membuat
orang tua dan anak dapat saling kontak mata dan akibatnya terbentuk
komunikasi yang tidak kentara. Kontak mata sangat penting dalam
interaksi orang tua bayi.
b. Pendengaran
Bayi akan berespon terhadap suara ibunya. Respon ini akibat mendengar
dan merasakan gelombang bunyi suara ibunya ketika masih dalam rahim.
Hal ini menunjukan suatu pendengaran selektif terhadap bunyi dan irama
suara ibu selama bayi hidup didalam Rahim, dimana bayi baru lahir
mempersiapkan diri untuk mengenali dan berinteraksi dengan pemberi
perawatan primer ibu mereka. Janin di Rahim telah terbiasa mendengar
denyut jantung ibu, akibatnya bayi baru lahir akan berespon dengan

15
melakukan relaksasi dan berhenti menangis bila simulator denyut jantung
diletakan ditempat tidurnya.
c. Sentuhan
Semua bagian tubuh bayi berespon terhadap sentuhan. Wajah terutama
mulut, tangan, dan telapak kaki yaitu daerah yang paling sensitif. Hal
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan normal setiap bayi
menunjukan keanekaragaman respon terhadap sentuhan. Ibu yang baru
memiliki bayi menggunakan sentuhan sebagai perilaku pertama dalam
berinteraksi seperti sentuhan ujung jari, mengusap-usap wajah dengan
lembut dan memijat bagian punggung.

d. Pengecap
Bayi memiliki system kecap yang berkembang baik dan larutan yang
berbeda menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi wajah yang berbeda.
Secara umum bayi berorientasi pada penggunaan mulutnya, baik untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi maupun untuk tumbuh dengan cepat dan
untuk melepaskan ketegangannya melalui kegiatan menghisap.
Perkembangan dini yang mencakup sensasi disekitar mulutnya, aktivitas
otot dan pengecapan tampaknya merupakan persiapan bayi agar tetap
hidup di luar Rahim.
e. Penciuman
Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkembang baik saat bayi lahir.
Bayi baru lahir tampaknya memberi reaksi yang sama dengan reaksi orang
dewasa, bila diberi bau yang menyenangkan. Bayi yang disusui mampu
membaui ASI dan dapat membedakan ibunya dari ibu lain yang menyusui.
Bayi wanita yang diberi susu botol lebih menyukai bau wanita yang
menyusui daripada wanita lain yang tidak menyusui. Bau-bau ini
dipercaya mempengaruhi pemberian makan (Bobak, 2005)

d. Respon terhadap stimulus lingkungan

1. Tempramental
Penelitian terdahulu ( seperti Thomas, Birch, Chess, & Robbins, 1992 ;
Thomas, Chess & Birch, 1970) mengidentifikasi variasi individual pada
pola reaksi primer bayi baru lahir dan mendeskripsikannya sebagai
tempramental. Gaya respon prilaku mereka terhadap stimulus dipandu oleh
tempramen yang memengaruhi ambang rangsang sensori bayi baru lahir,
kemampuan untuk barbituasi, dan respon terhadapperilaku ibu. Bayi baru
lahir memiliki karakteristik individual yang memengaruhi respon
selektifnya terhadap berbagai stimulus yang timbul pada lingkungan
internal dan eksternal

16
2. Habituasi :
Habituasi merupakan mekanisme protektif yang memungkinkan bayi
untuk menjadi biasa terhadap stimulus lingkungan. Habituasi merupakan
fenomena psikologis dan fisiologis dimana respons terhadap stimulus yang
menetap atau berulang menurun. Kemampuan berhabituasi juga
memungkinkan bayi memilih stimulus yang mempromosikan
pembelajaran berkelanjutan mengenai dunia sosial, sehingga mencegah
stimulus berlebihan. Kemampuan berhabituasi bergantung pada satus
kesadaran, kelaparan, kelelahan, dan tempramental. Faktor faktor ini juga
memengarunhi kenyamanan bayi untuk digendong, iritabilitas, dan
menangis
3. Kenyamanan bayi :
Bayi baru lahir memiliki kemampuan bervariasi untuk membuat diri
mereka nyaman atau dinyamankan. Dengan menangis, sebagian besar bayi
baru lahir memulai salah satu metode untuk mengurangi ancaman terhadap
mereka. Pergerakan tangan ke mulut umum terjadi, dengan atau tanpa
menghisap, juga kesadaran terhadap stimulus suara, bising, atau visual.
4. Kemauan bayi untuk digendong :
Kemauan bayi untuk digendong terutama penting bagi orang tua karena
mereka sering kali mengkaji kemampuan mereka untuk merawat bayi
berdasarkan respons anak terhadap tindakan mereka. Variabilitas
ditemukan dalam berbagai derajat dimana bayi baru lahir baru akan
menyesuaikan dengan gambaran orang yang menggendong mereka. Bayi
menjadi rileks dan sadar terhadap stimulasi vestibular saat diangkat dan
berpindah.
5. Iritabilitas :
Beberapa bayi baru lahir menangis lebih apnjang dan lebih keras
dibanding dengan yang lainnya. Pada beberapa bayi, ambang rangsang
sensorinya tampak rendah. Mereka cepat marah oleh suara suara yang
tidak biasa, kelaparan, basah atau pengalaman baru dan berespon kuat
terhadap stimulus stimulus ini. Bayi lainnya dengan ambang rangsang
sensori yang tinggi membutuhkan stimulasi dan variasi yang lebih baik
untuk mecapai keadaan sadar, aktif.
6. Menangis :
Menangis pada bayi dapat menandakan kelaparan, nyeri, keinginan untuk
diperhatikan, atau kegelisahan. Sebagian besar ibu belajar untuk
membedakan arti siantara tanginsan. Durasi menangis sangat bervariasi
pada setiap bayi. Bayi baru lahir dapat menangis sedikitnya selama 5 menit
atau sebanyak banyaknya 2 jam atau lebih perhari. Jumlah menangis
mencapai puncaknya pada bulan kedua dan kemudian menurun. Ritme
harian dari menangis dapat ditemukan dengan lebih banyak menangis pada

17
waktu malam. Menangis tidak terlihat berbeda dengan pengasuh yang
berbeda.

3. Asuhan Keperawatan Pada Bayi

1. Pengkajian keperawatan
- Penilaian APGAR
1 menit pertama skornya 7
5 menit pertama skornya 8
Materi :

APGAR Nilai 2 Nilai 1 Nilai 0

Merah daging
(pink) bagian
Merah daging Kebiruan
Appearance badan bayi,
(pink) seluruh seluruh badan
(warna kulit) ekstremitas
tubuh bayi bayi
kebiruan
(akrosianosis)

Pulse (Denyut Tidak ada


>100x/m <100x/m
jantung Janin) denyut

Menangis
Tidak ada
Grimace (Reflex kencang, Meringis lemah,
respon dari
Ability) stimulus refleks lemah
stimulasi
babinski bagus

Activity Tidak ada


Aktif bergerak Sedikit bergerak
(aktivitas bayi) gerakan

Menangis kuat, Nangis lemah dan


Respiration
nafas lancar dan nafas tidak Tidak ada
(pernafasan)
teratur terartur

Jumlah nilai score APGAR :


8 – 10 normal
6 – 7 ringan
4 – 5 sedang
0 – 3 berat

Pengkajian APGAR dilakukan 2 kali pada saat 1 menit setelah lahir dan 5
menit setelah lahir.

18
Pada menit pertama dilakukan untuk menegakan diagnosa dan rencana
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pada menit ke 5 menit dilakukan untuk mengetahui prognosa pada bayi
(dugaan yang akan terjadi pada bayi di masa depan).

- Pengkajian kongenital

a) Encephalocele
Keadaan abnormal pada daerah oksipital dimana terjadi penonjolan
meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
b) Hidrocephalus
Terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan sangat banyak
sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
c) Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis adalah ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir
bagian atas, biasanya tepat di bawah hidung.
Labiopalatoskizis adalah suatu saluran abnormal yang melewati
langit-langit mulut dan menuju hidung.
d) Atresia esofagus
Atresia esofagus adalah ujung esofagus buntu yang biasanya
disertai kelainan bawaan lainnya seperti kelainan jantung bawaan
dan kelainan gastrointestinal.
e) Atresia Anti dan Recti
Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplit
perkembangan embrionik pada distal usus atau tertutupnya secara
abnormal.
f) Hirschsprung
Kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari
pleksuss messentrikus atau aurebach pada kolon bagian distal.
g) Spina Bifida
Kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. Ada
sebagian komponen tulang belakang yang tidak terbentuk.
Sehingga ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau susunan
sistem saraf pusat di tulang belakang.
h) Omfalokel
Kelainan dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi usus
dari visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada
umbilikalis dan terlihat menonjol.
i) Hernia Diafragma
Terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perut masuk
kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah

19
penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terletak
pada bagian posrero lateral dari diafragma.
j) Atresisa Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung karena kelainan
pertumbuhan tulang-tulang dan jaringan ikat. Bayi akan sukar
bernafas dan minum.
k) Hipospadia
Kelainan bawaan dimana metus eksterna terletak dipermukaan
ventral penis dan lebih proksimal dari tempatnya yang normal.
l) Phimosis
Penyempitan pada premposium, menyebabkan bayi atau anak sukar
berkemih
m) Epispadia
Kelainan bawaan pada bayi laki-laki dengan lubang uretra terdapat
bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi
terbuka.
n) Kelainan Jantung Kongenital
Gangguan atau kelainan organ jantung saat lahir dan merupakan
salah satu penyebab kematian terbesar akibat dari kelainan saat
lahir pada tahun pertama kehidupan.

- Pengkajian fisik
Hasil pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya caput suksedum,
kelopak mata edema, terdapat air mata, sklera tidak ikterik, bibir
berwarna merah muda dan lembab. Bayi Ny.S juga menunjukkan
adanya refleks rooting, sucking, gag, extrusion, dan glabelar. Pada
tubuh bayi Ny.S tampak adanya lanugo dan vernix caseosa, tali pusat
berwarna putih kebiruan dengan kondisi diklem dan tidak tertutup
kassa, bergerak aktif, serta sudah mengeluarkan mekonium segera
setelah dilahirkan
Pemeriksaan fisik awal meliputi pemeriksaan secara singkat :

a. Eksternal:
 Perhatikan warna kulit, aktivitas umum, posisi
 Kaji kepatenan hidung dengan menutup satu lubang hidung
saat mengobservasi pernapasan
 Kulit mengelupas atau kurangnya kulit subkutan (prematur
atau postmatur)
 Temperatur
 Perhatikan pewarnaan mekonium pada tali pusat, kulit,
kuku jari, atau cairan amnion (pewarnaan dapat
mengindikasikan pelepasan mekonium janin)

20
 Perhatikan panjang kuku dan pembentukan garis lipatan
pada telapak kaki

b. Dada
 Auskultasi apeks jantung untuk memeriksa denyut dan
irama jantung, bunyi jantung, dan adanya suara2 yang tidak
normal
 Kaji laju dan sifat pernapasan serta adanya ronkhi atau
berbagai suara tambahan
 Perhatikan kesamaan suara napas dengan auskultasi dan
observasi
c. Abdomen
 Kaji karakteristik abdomen (buncit, datar, atau cekung) dan
tidak terdapatnya anomali
 Auskultasi bisisng usus
 Perhatikan jumlah pembuluh darah dalam tali pusat dan
keadaan umum dari tali pusat (seperti tipis, lemas, tebal,
berlekuk-lekuk, adanya hematoma)
d. Neurologis
 Periksa tonus otot, dan kaji refleks moro dan refleks isap
 Palpasi ubun-ubun anterior
 Perhatikan dengan palpasi ukuran ubun2 dari sutura
 Perhatikan ubun2 anterior yang menonjol atau cekung
e. Urogenital
 Perhatikan karakteristik seks eksternal dan adanya
abnormalitas pada genitalia
 Periksa patensi anal (keluarnya mekonium)
 Perhatikan keluarnya urin
f. Observasi lainnya
 Perhatikan malformasi struktural yang tampak saat lahir,
yang mungkin membutuhkan tindakan medis segera
(seperti omfalokel dan meningokel)

21
d) Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
Dx: Kesiapan meningkatkan pemberian asi berhubungan dengan post natal

Intervensi
Konseling Laktasi
 Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupun
psikologis
 Kaji motivasi serta persepsi ibu tentang menyusui
 Jelaskan tanda bayi membutuhkan makanan (misalnya refleks rooting,
menghisap serta diam dan terjaga/quiet alertness)
 Ajari ibu tentang teknik menyusui yang benar
 Informasikan mengenai perbedaan antara hisapan yang memberikan nutrisi
dan yang tidak memberikan nutrisi
 Ajari ibu tentang perawatan payudara dan manfaatnya
 Monitor adanya nyeri pada puting susu dan gangguan integritas kulit pada
puting susu ibu
 Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi, dan diet yang
seimbang
 Diskusikan strategi yang bertujuan untuk mengotimalkan suplai ASI ibu
(misalnya pijatan payudara, sering mengeluarkan ASI, mengosongkan ASI,
perawatan kanguru dan pengobatan)
 Dukung ibu untuk memakai pakaian yang nyaman dan BH yang
mendukung

22
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2004). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas (4th ed.). Jakarta: EGC.

Djitowiyono, dkk. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta:


NuhaMedika; 2010

Maryunani Anik.dkk.Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta:


TransIndo Medika.2008

Comeford, K. (2011). Buku Saku Maternal-Neonatal Ed. 2. Jakarta: EGC.

Elshazzly, M & Caban, M. (2018). Newborn Physiology.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499951/.

Stanford Children's Health. (n.d.). Anatomy of The Newborn Skull.


https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=anatomy-of-the-
newborn-skull-90-P01840.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. 4th ed. Jakarta:
EGC; 2005.

Bobak,et al.1996.Keperawatan Maternitas ed: IV.Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Lowdermilk, D. (2013). Maternity Nursing 8th Edition. Singapore ; Elsevier.

23

Anda mungkin juga menyukai