PNEUMONIA
Disusun oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Kasus 2
Pneumonia
Bayi Zaskia, usia 9 bulan dengan BB 8,6 Kg (BB dua minggu yang lalu 8,9 kg). Menurut ibunya,
sudah satu minggu klien batuk pilek, demam dan anak tampak lemas. Ibu juga mengatakan satu
minggu ini anak menetek kurang kuat. Ibu mengatakan sebelumnya anaknya memang sering batuk
pilek, dan di rumah suami dan bapak mertua nya perokok dan sering merokok di dalam ruang TV.
Ibu mengatakan kadang kesal untuk menasehati kedua nya agar berhenti merokok.
Hasil pemeriksaan fisik: HR=110 x/menit, RR=48 x/menit, S=390C, suara nafas ronchi +/+,
pernafasan cuping hidung (+), terdapat retraksi intercostal dan subclavia. Pemeriksaan
laboratorium: Hb = 11,5 gr%, leukosit= 15.000/mm3. Pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat
bercak infiltrat pada lobus kanan. Hasil pemeriksaan AGD: pH= 7,33, PaO2= 60 mmHg, PCO2 =
60 mmHg. Saat ini klien mendapatkan terapi obat: Amoxicillin 3 x 300 mg i.v, Ambroxol 3 x ½
cth, Paracetamol 3 x ½ cth.
Learning Objective:
1. Menjelaskan definisi, etiologi pneumonia
2. Menjelaskan patofisiologi pneumonia
3. Menjelaskan patomekanisme dari tanda dan gejala pneumonia
4. Menjelaskan dari pemeriksaan diagnostic pada pneumonia
5. Menjelaskan terapi pada klien dengan pneumonia
6. Menjelaskan cara-cara pencegahan pneumonia
7. Menjelaskan pengkajian focus pada klien dengan pneumonia
8. Membuat asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia
9. Menjelaskan pendidikan kesehatan yang diperlukan pada kasus tersebut.
10. Menjelaskan peran perawat anak pada asuhan keperawatan pada kasus tersebut terkait dengan
pengobatan dan pendidikan kesehatan pada keluarga.
1. Menjelaskan definisi, etiologi pneumonia
Menurut American Academy of Pediatrics kata pneumonia berarti "infeksi paru-paru" yang
menimbulkan radang disebabkan oleh bakteri, virus, atau atau organisme lainnya. Pneumonia
merupakan saah satu penyakit infeksi saliran nafas bawah akut (ISNBA) Gejalanya bisa
meliputi demam, menggigil, sesak napas, batuk yang menghasilkan dahak, dan nyeri dada
(Khasanah, 2017). Pneumonia biasanya dapat pulih dengan mudah di rumah dengan antibiotik
dan perawatan medis yang tepat serta disiplin, namun beberapa kasus mungkin memerlukan
rawat inap dan bisa mengakibatkan kematian. Sebagian besar kasus pneumonia diawali dari
infeksi saluran pernapasan bagian atas dan lebih banyak dialami oleh anak-anak. Penyakit ini
menyebar melalui udara dari orang ke orang dengan batuk atau kontak langsung dengan air
ludah juga dahak orang yang terinfeksi.
Anak yang sehat biasanya bisa melawan infeksi pneumonia. Namun, anak-anak tertentu yang
kekebalan tubuh atau paru-parunya lemah karena penyakit lain, seperti kelainan pada sistem
kekebalan tubuh atau kanker (dalam terapi kemoterapi untuk mengobati kanker), termasuk
mereka yang baru sembuh dari flu (influenza) atau penyakit pernafasan bagian atas, lebih besar
resiko untuk terkena pneumonia. Anak-anak yang saluran pernafasan atau paru-parunya tidak
normal juga memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan jalan nafasnya yang akan sering
bermasalah, hal ini memudahkan bakteri tumbuh di paru-paru mereka.
Paru-paru terbentuk dari lobus terpisah, tiga di paru kanan dan dua di paru kiri. Pneumonia
hanya bisa mempengaruhi satu lobus paru-paru atau mungkin tersebar luas di paru-paru.
Kondisi tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terkena dan oleh penyebab
infeksi. Ketika udara dihirup melalui hidung atau mulut, ia menyusuri trakea ke bronkus, di
mana ia pertama kali memasuki paru-paru. Dari bronkus, udara melewati bronkus, masuk ke
bronkiolus yang lebih kecil lagi dan terakhir ke alveoli. Pneumonia dapat didefinisikan menurut
lokasinya di paru-paru:
a. Pneumonia lobar terjadi di satu bagian, atau lobus, paru-paru.
b. Pneumonia interstitial terjadi pada jaringan interstisial di dalam septa alveolar dan
interstitium peribronchovaskular.
c. Bronchopneumonia cenderung tersebar di seluruh paru-paru.
c. Mycoplasma Pneumonia
Mycoplasma adalah agen penyakit hidup bebas terkecil yang ada di manusia (Rudan et al,
2008). Mereka tidak tergolong apakah itu bakteri atau virus, cenderung timbul dengan agak
tersembunyi. Diagnosa dapat diperkuat denga respon antibodi spesifik. Mycoplasma
biasanya menyebabkan bentuk pneumonia ringan, namun mungkin parah dengan gejala
tertentu yang berlangsung lama.
d. Jenis Pneumonia Lain
Tuberkulosis (TB) jarang bisa menyebabkan pneumonia (pneumonia tuberkulosis) . Ini
adalah infeksi paru-paru yang sangat serius dan sangat berbahaya kecuali diobati dini.
Kemudian pneumocystis jiroveci pneumonia, yang disebabkan oleh jamur, kadang-kadang
terlihat pada orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu (karena infeksi HIV
atau obat tertentu yang menekan sistem kekebalan tubuh). Berbagai pneumonia khusus
disebabkan oleh menghirup makanan, cairan, gas atau debu (Rudan et al, 2008).
Pneumonia disebabkan oleh kombinasi paparan faktor risiko yang terkait dengan hospes,
lingkungan, dan infeksi (Rudan et al, 2008). Contohnya lingkungan yang kotor kurang
ventilasi, padat penduduk, dan terdapat orang terdekat yang merokok akan sangat rentan
menyebabkan penyakit tersebut pada anak. Hindari juga keluarga atau teman anak-anak
yang sedang menderita ISPA agar tidak menular. Selain itu, aspirasi pada anak dengan
masuknya zat makanan atau susu ke saluran pernafasan akan memicu pertumbuhan bakteri.
2. Menjelaskan patofisiologi pneumonia
Masuk ke Paru-paru
Sekresi Toksin
Inflamasi/Peradangan
Membran
Mukosa/Alveoli Rusak
Terakumulasi dengan
Jaringan Mati Metabolisme Vasokontriksi Resiko Penularan
Meningkat Infeksi
Demam
Eksudat/Transudat Menggigil
Evaporasi
Meningkat
Area Pertukaran Gas Suplai O2
Berkurang ke Jaringan
Menurun Cairan Tubuh
Menurun
Gangguan Pada
Difusi O2 Penurunan
Metabolisme Kelelahan
Sel
Gangguan Pertukaran
Gas/Gangguan Pola Tidak Nafsu
Nafas Intoleransi Makan
Aktifitas
Anoreksia
Gangguan
Pemenuhan Nutrisi
3. Menjelaskan patomekanisme dari tanda dan gejala pneumonia
3 Kelelahan Lemas
4 Tidak nafsu makan Menetek kurang kuat pada seminggu ke
belakang
a. Pemeriksaan Fisik
Pada kasus bayi zaskia, pemeriksaan yang telah dilakukan adalah
Data Nilai Normal Interpretasi
BB : 8,6 kg dari 8,9 (2 8.8 kg Rendah dan
miggu yang lalu) menurun
HR : 110x/menit 115x/menit Bradikardi
RR : 48x/menit 50x/menit Takipnea
Suhu : 39ºC 35.5ºC – 37.5ºC Hipotensi
Pernafasan cuping hidung Tidak ada pernafasan Abnormal
(+) cuping hidung
Retraksi Intercostal dan Tidak ada retraksi Abnormal
Subclavia intercostal dan subclavia
pada saat bernafas.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada kasus bayi zaskia, pemeriksaan radiologis yang telah dilakukan adalah pemeriksaan
foto thoraks dimana terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan dan seharusnya pada orang
normal tidak terdapat bercak tersebut.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pada kasus bayi zaskia, pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, yaitu
d. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis, bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi
nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau
biopsi. Tujuannya untuk
e. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dapat berupa Analisis Gas Darah (AGD) untuk menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan oksigen
c. Hidrasi
Tingkat pernapasan pada pasien pneumonia meningkat karena terjadinya peningkatan
beban kerja yang dipicu oleh pernapasan dan demam. Oleh karena itu, pasien dapat
dehidrasi sehingga dibutuhkan hidrasi cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
d. Terapi Antibiotik
Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau
virus yang masuk ke saluran napas klien dan mencegah terjadinya komplikasi. Terapi
antibiotik ini harus sesuai dengan resep dokter.
6. Menjelaskan cara-cara pencegahan pneumonia
Data World Health Organization (WHO) tahun 2013, menunjukkan bahwa pneumonia di
negara berkembang menyebabkan angka kematian bayi diatas 40 per 1.000 kelahiran hidup
yaitu sekitar 15%-20% per tahun pada golongan usia balita. Kejadian pneumonia di Indonesia
pada balita diperkirakan antara 10%-20% per tahun. Pneumonia ini menjadi penyebab kedua
terbesar kematian pada balita di Indonesia yaitu sebanyak 15,5%. Setiap 1,2 juta anak
meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya di Indonesia (WHO, 2013).
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri
dari pencegahan melalui imunisasi dan non-imunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang
bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik. Pencegahan
non-imunisasi merupakan pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor-risiko
seperti polusi udara dalam-ruang, merokok, kebiasaan perilaku tidak sehat/bersih, perbaikan
gizi dan dan lain-lain.
a. Imunisasi
Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus konjungat
dapat mencegah penyakit dan kematian 20-35% kasus pneumonia pneumokokus dan
vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian 15-30% kasus pneumonia Hib. Pneumonia
termasuk kedalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi
merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Hardinegoro,
2011). Serta imunisasi berperan untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu.
Imunisasi DPT-HB-HIB bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada balita terhadap
penyakit dan menurunkan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit
pneumonia yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi DPT-HB-HIB dapat
mencegah penyakit pneumonia. Imunisasi ini diberikan pada balita saat berusia 2 bulan, 3
bulan, dan 4 bulan. Imunisasi DPT-HB-HIB lengkap dapat menurunkan angka kejadian
pneumonia pada balita. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap, apabila
menderita pneumonia dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi
lebih berat (Maryunani, 2010; Rudan, et al., 2008).
b. Non-Imunisasi
Di samping imunisasi sebagai pencegahan spesifik pencegahan non-imunisasi sebagai
upaya pencegahan non-spesifik merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak
kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen
masyarakat, terutama pada ibu anak-balita tentang besarnya masalah pneumonia dan
pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana misalnya kebiasaan
mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan pola maka nan sehat; penurunan
faktor risiko-lain seperti men cegah berat-badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif,
men cegah polusi udara dalam-ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga dan
perokok pasif di lingkungan rumah dan pencegahan serta tatalaksana infeksi HIV.
(Iswari, 2017)
7. Menjelaskan pengkajian focus pada klien dengan pneumonia
ANALISIS DATA
DO:
- Hasil pemeriksaan suara
nafas ronchi (+/+)
- Tanda-tanda vital HR:
48x/menit
- Pernafasan bayi Z. Cuping
hidung (+)
- Terdapat retraksi intercostal
dan subclavia pada bayi Z.
DS: Infeksi saluran napas Gangguan
- Ibu mengatakan anak bawah pertukaran gas
tampak lemas
DO: Aktivasisel mast dan
- Hasil pemeriksaan AGD: basophil di alveolus
pH = 7,33, PaO2 = 60
mmHg, PCO2 = 60 mmHg Melepaskan reseptor
- Pemeriksaan laboratorium kimiawi (histamin,
Hb = 11,5 gr% bradikinin)
- Pada pemeriksaan foto
thoraks: terdapat bercak Vasodilatasi
infiltrat pada lobus kanan
Peningkatan membran
kapiler
Eksudat plasma
keinterstisial
Edema alveoli
Penurunan Difusi O2
DS: Infeksi saluran atas Hipertermi
- Ibu mengatakan bayi Z.
Demam dan anak tampak Peningkatan jumlah bakteri
lemas atau virus padabronkus
- Ibu juga mengatakan satu
minggu ini anak menetek Proses peradangan
kurang kuat (inflamasi)
DO:
- Tanda-tanda vital Suhu: Peningkatan sekret
390C
- Pemeriksaan laboratorium Aktivasi prostaglandin
Leukosit = 15.000/mm3
Rangsang set point di
hypothalamus akibat proses
inflamasi (peradangan)
DIAGNOSA
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan secret ditandai dengan Ibu bayi
Zaskia mengatakan sudah satu minggu klien batuk pilek, sebelumnya anaknya memang
sering batuk pilek, dan rumah suami dan bapak mertuanya perokok dan sering merokok di
dalam ruang Tv serta hasil pemeriksaan suara nafas ronchi(+/+), tanda-tanda vital HR:
48x/menit, pernafasan bayi Z. Cuping hidung (+), dan terdapat retraksi intercostal dan
subclavia pada bayi Z.
b. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan difusi O2 ditandai dengan Ibu mengatakan anak
tampak lemas, Hasil pemeriksaan AGD: pH = 7,33, PaO2 = 60 mmHg, PCO2 = 60 mmHg,
Pemeriksaan laboratorium Hb = 11,5 gr%, dan pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat
bercak infiltrat pada lobus kanan.
c. Hipertermi b.d proses inflamasi ditandai dengan Ibu mengatakan bayi Z. Demam dan anak
tampak lemas dan juga mengatakan satu minggu ini anak menetek kurang kuat, serta tanda-
tanda vital Suhu: 390C, dan pemeriksaan laboratorium Leukosit = 15.000/mm3
b. Care giver : memperhatikan serta memberikan apa yang menjadi kebutuhan pasien,
memberikan pelayanan sederhana memperhatikan keadaan bayi dan hingga kompleks
penanganan lebih lanjut.
Agil, Maulidia, Rizka., Kusumawardana, Iin., Soraya, D. (12AD). Penatalaksanaan Pneumonia pada Bayi
dan Anak. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/39862-ID-pneumonia-pada-
anak-balita-di-indonesia.pdf
American lung association. (2016). Pneumonia : Diagnosing and Treating Pneumonia. Scientific
and Medical Editorial Review Panel. Retrieved from http://www.lung.org/lung-health-and-
disease/lung-disease-lookup/pneumonia/diagnosing-and-treating.html
Blood Gas Anlysis For Bedside Diagnosis. (2013). In National Journal of Maxillofacial Surgery.
Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3961885/table/T1/
Freedman, N. Pneumonia Prevention and How to Care for Your Child. Retrieved from
https://www.chla.org/blog/rn-remedies/pneumonia-prevention-and-how-care-your-child
Hospital care for children. (2016). Pneumonia Berat : Diagnosis dan Tatalaksana. Retrieved from
http://www.ichrc.org/422-pneumonia-berat-diagnosis-dan-tatalaksana
IDAI. 2015. Kurva Pertumbuhan WHO. Retrieved from http://www.idai.or.id/professional-
resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who
Iswari, B. M. (2017). Hubungan Status Imunisa: DPT-HB-HIB dengan Pneumonia pada Balita Usia 12-24
Bulan di Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung, 8(2) ejournal, 3-5
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view. diakses pada tanggal 6 Maret 2018.
Reynolds, J. H., Mcdonald, G., Alton, H. Gordon, S. B. Pneumonia in the immunocompetent patient,
83(996): 998–1009. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3473604/ diakses pada tanggal
7 Maret 2018.
Rudan, I., Boschi-Pinto, C., Biloglav, Z., Mulholland, K., Campbell, H. (2008). Bulletin of the World
Health Organization. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia, 86(5), 321-416.
http://www.who.int/bulletin/volumes/86/5/07-048769/en/ diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Shelov, S. P. (2009). Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age Five. Adapted by American
Academy of Pediatrics https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/chest-
lungs/Pages/Pneumonia.aspx diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Shepherd centre. (n.d.). Postural Drainage, Clapping and Vibration. Retrieved from
http://www.myshepherdconnection.org/respiratory/postural-drainage-clapping
Simon, H., Zieve, D. (2012). Pneumonia: Defining Pneumonia by Origin of Infection.
https://www.umm.edu/health/medical/reports/articles/pneumonia. diakses pada tanggal 7 Maret
2018.
Vital Sign. (2014). In SickKids Policies and Procedures: Vital Sign Monitoring. Retrieved from
http://www.sickkids.ca/Nursing/Education-and-learning/Nursing-Student-
Orientation/module-two-clinical-care/vitals/index.html