Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM V

Pengaruh Kelebihan Cairan Hipotonis, Isotonis, dan Hipertonis terhadap


Pembentukan Urine

I. Tujuan Praktikum

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan jumlah urine
dalam waktu tertentu sebagai dampak dari penambahan cairan hipotonis, isotonis,dan hipertonis.

II. Alat yang Diperlukan

1. Gelas ukur 100 ml


2. Cairan untuk diminum:
Aqua 1 liter
NaCl 0.9% 1 liter
Dextrose 10% 1 liter
3. Alat ukur BJ urin
4. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

III. Tata Kerja Praktikum

1. Mintalah 3 orang mahasiswa untuk menjadi naracoba.


2. Berikan kesempatan kepada ketiga orang percobaan untuk mengosongkan kandung
kemihnya.
3. Orang percobaan I diminta untuk minum Aqua 1000 ml, orang percobaan II minum NaCl
0.9%, dan orang percobaan III minum Dextrose 10%.
4. Tunggulah ½ jam., 1 jam, dan 2 jam kemudian untuk mengosongkan kembali kandung
kemihnya.
5. Catatlah jumlah masing-masing urine yang di keluarkan oleh ketiga orang percobaan.
6. Adakah perbedaan jumlah dan berat jenis urine pada ketiga orang percobaan tersebut?
mengapa demikian, jelaskan mekanismenya!

IV. Hasil Praktikum


Percobaan I
 Hasil Praktikum pada naracoba I (Minum Air Aqua 1 liter)
Waktu Volume Urin (ml) Berat Jenis Urin
½ jam 220 1,006
1 jam 210 1,001
2 jam 310 1,000
Total 740 -

 Hasil Praktikum pada naracoba II (Minum NaCl 0.9% 1 liter)


Waktu Volume Urin (ml) Berat Jenis Urin
½ jam 200 1,005
1 jam 260 1,000
2 jam 190 1,000
Total 650 -

 Hasil Praktikum pada naracoba III (Minum Dextrose 10% 1 liter)

Waktu Volume Urin (ml) Berat Jenis Urin


½ jam 200 1,007
1 jam 250 1,001
2 jam 240 1,000
Total 690 -
Grafik Perubahan Volume Urin (I)
600

500

400
Air Aqua
300
NaCl
Dextrose
200

100

0
30' 60' 120'

Percobaan II
 Hasil Praktikum pada naracoba I (Minum Air Aqua 1 liter)
Waktu Volume Urin (ml) Berat Jenis Urin
½ jam 142 1,000
1 jam 215 1,000
2 jam 220 1,005
Total 577 -

 Hasil Praktikum pada naracoba II (Minum NaCl 0.9% 1 liter)


Waktu Volume Urin (ml) Berat Jenis Urin
½ jam 43 -
1 jam 197 1,000
2 jam 220 1,000
Total 460 -

 Hasil Praktikum pada naracoba III (Minum Dextrose 10% 1 liter)


Waktu Volume Urin (ml) Berat Jenis Urin
½ jam 20 -
1 jam 129 1,003
2 jam 175 1,003
Total 324 -

Grafik Perubahan Volume Urin (II)


600

500

400

Air Aqua
300
NaCl
Dextrose
200

100

0
30' 60' 120'

V. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapat dari percobaan pertama yaitu pada naracoba pertama
yang meminum air putih yang merupakan cairan hipotonis sebanyak satu liter terdapat
penurunan sebesar 10 ml dan kenaikan yang sangat signifikan sebesar 100 ml pada setiap rentang
waktu pengeluaran urin dan mendapatkan hasil akhir pengeluaran 740 ml urin. Pengaruh cairan
hipotonis terhadap pengeluaran urin adalah osmolaritas menurun yang akan mengakibatkan
terjadinya perpindahan air dari kapiler ke jaringan interstisiel sehingga terjadi odem dan sel
membengkak yang mengakibatkan ADH akan tertahan dan pengeluaran urin seharusnya
lebih banyak daripada keadaan normal. Pada percobaan pertama dengan naracoba kedua yaitu
pada naracoba yang meminum pocari sweat (NaCl 0,9%) yang merupakan cairan isotonis
sebanyak satu liter terjadi peningkatan sebesar 60 ml dan penurunan sebesar 70 ml di akhir
pengeluran urin dan mendapatkan hasil akhir pengeluaran sebanyak 650 ml urin. Larutan
isotonik sendiri merupakan suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak terdapat adanya
pergerakan air. Sementara itu, pada percobaan pertama dengan naracoba terakhir yang meminum
air larutan gula (Dextrose 10%) yang merupakan cairan hipertonis sebanyak satu liter terjadi
kenaikan pada satu jam pertama pengeluaran sebanyak 50 ml, namun
setelah itu volume urin yang keluar menurun sebanyak 10 ml yaitu dengan hasil akhir sebanyak
690 ml.

Kemudian dilakukan percobaan yang kedua dengan naracoba yang berbeda. Berdasarkan
dari percobaan kedua yaitu pada naracoba pertama yang meminum air putih yang merupakan
cairan hipotonis sebanyak satu liter terdapat kenaikan pada setiap rentang waktu pengeluaran
urin dan mendapatkan hasil akhir pengeluaran 577 ml urin. Pengaruh cairan hipotonis terhadap
pengeluaran urin adalah osmolaritas menurun yang akan mengakibatkan terjadinya perpindahan
air dari kapiler ke jaringan interstisiel sehingga terjadi odem dan sel membengkak yang
mengakibatkan ADH akan tertahan dan pengeluaran urin seharusnya lebih banyak daripada
keadaan normal. Pada percobaan kedua dengan naracoba kedua yaitu pada naracoba yang
meminum pocari sweat (NaCl 0,9%) yang merupakan cairan isotonis sebanyak satu liter terjadi
perubahan yang sama pada pada percobaan cairan hipotonis dan mendapatkan hasil akhir
pengeluaran sebanyak 460 ml urin. Larutan isotonik sendiri merupakan suatu larutan yang
mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang
lain, sehingga tidak terdapat adanya pergerakan air. Sementara itu, pada percobaan pertama
dengan naracoba terakhir yang meminum air larutan gula (Dextrose 10%) yang merupakan
cairan hipertonis sebanyak satu liter terdapat kenaikan pada setiap rentang waktu pengeluaran
urin yaitu dengan hasil akhir sebanyak 324 ml.

Pengaruh cairan hipotonis terhadap pengeluaran urin adalah osmolaritas meningkat,


sehingga terjadi penarikan air ke dalam pembuluh darah dan sel akan mengkerut yang
mengakibatkan meningkatnya ADH dan pengeluaran urin akan lebih sedikit daripada keadaaan
normal. Berdasarkan uraian dan data dari dua percobaan diatas didapatkan hasil pengeluaran urin
terbanyak adalah pada cairan hipotonis. Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada karena
menurut teori pengeluaran urin paling banyak seharusnya pada naracoba yang
meminum cairan hipertonik karena sifat cairan hipertonik yang dapat meningkatkan kadar
osmolaritas sehingga mengakibatkan ADH tertahan dan volume urin meningkat. Dari hasil
percobaan pertama dan kedua, pengeluaran urin terbanyak pada rentang waktu setengah jam
yakni naracoba yang meminum cairan hipotonis namun terjadi peningkatan cukup besar yakni
sebesar 50 ml pada urin naracoba yang meminum cairan hipertonis pada percobaan pertama.
Faktor yang memengaruhi banyaknya volume urin yang keluar bukan hanya karena jenis zat
yang diminum oleh manusia, tetapi juga karena aktivitas yang dilakukan sebelum pengeluran
urin, makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelum melakukan percobaan, suhu lingkungan,
usia, juga gejolak emosi dan stress yang dirasakan oleh naracoba. Sementara itu pengaruh berat
jenis urin terhadap banyaknya volume pengeluaran urin adalah berbanding terbalik, contohnya
pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik dan banyak mengalami kehilangan cairan tubuh
maka akan mengakibatkan urin yang keluar akan lebih sedikit, sehingga konsentrasinya lebih
tinggi dan berat jenis yang lebih besar pula. Normalnya berat jenis urin seseorang mempunyai
rentang 1,002 – 1,035, namun pada praktikum ini ada beberapa urin yang dikeluarkan baik dari
naracoba yang meminum cairan hipotonis, isotonis, dan hipertonis dibawah dari berat jenis
normal urin sesorang tapi selisihnya tidak jauh berbeda dan tidak ada berat jenis urin dibawah
1,000. Menurut kami, kami kurang bisa mengukur berat jenis urin secara akurat karena
keterampilan kami dalam menggunakan urinometer (alat ukur berat jenis urin). Perbedaan
perubahan warna juga terjadi pada masing-masing urin yang diuji, pada ketiga jenis urin rata-rata
pada pengeluaran urin pertama berwarna lebih pekat, warna urin yang lebih pekat ini
diidentifikasikarena zat-zat yang disekresi oleh tubuh belum semua larut dalam cairan yang
masuk yaitu cairan hipotonis, isotonis, dan hipertonis. Hal ini juga bisa menjadi tolak ukur
kekurangan cairan pada sesorang.

VI. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang didapat dan teori yang ada didapatkan kesimpulan bahwa kelebihan
cairan hipotonis, isotonis, dan hipertonis berpengaruh pada pembentukan urin terutama
pada volume urin yang dikeluarkan. Namun, pada praktikum ini kami belum dapat membuktikan
teori yang sudah ada karena pengaruh beberapa faktor yaitu aktivitas yang dilakukan sebelum
pengeluran urin, makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelum melakukan percobaan, suhu
lingkungan, usia, juga gejolak emosi dan stress yang dirasakan oleh naracoba, hal
ini menyebabkan uji coba pada masing-masing naracoba dengan jenis cairan yang berbeda-beda
kurang berjalan dengan efektif.

Sumber:

1.http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-403-1572444705-
tesis%20s2%20biomedik%20norman%20hidajah.pdf , diakses pada 30 Mei 2017 pukul 22:00 WIB

2. https://www.slideshare.net/friskasilalahi/pemeriksaan-hb-dan-protein-urine, diakses pada 01 Juni


2017 pukul 20:30 WIB

3. http://www.biomagz.com/2015/11/faktor-yang-mempengaruhi-jumlah-urine.html , diakses pada 01


Juni pukul 20:15 WIB

4. https://www.slideshare.net/deansabrian/makalah-kebutuhan-manusia-akan-cairan-dan-elektrolit,
diakses pada 01 Juni 2017 pukul 19:30 WIB

5. https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/konsep-kebutuhan-cairan-dan-elektrolit , diakses
pada 01 Juni 2017 pukul 19:57 WIB

Anda mungkin juga menyukai