Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Praktikum Farmakokinetika

Nama : Abdul Fattah Arrosid

Nim : 10117001

Materi Praktikum : Penentuan Parameter Farmakokinetika Obat Setelah Pemberian


Dosis Tunggal Menggunakan Data Urin

Kelompok : C/tk.3

Tanggal Praktikum : 08 Mei 2020

I. Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetika
obat setelah pemberian dosis tunggal berdasarkan data kadar obat dalam urin lawan waktu

II. Pendahuluan

Seperti yang kita ketahui bahwa farmakokinetik itu adalah bagaimana respon dari

tubuh kita terhadap obat yang masuk ke dalam tubuh kita. Untuk itu dalam percobaan ini kita

ingin melihat bagaimana farmakokinetik dari obat yang kita gunakan dan parameter –

parameter apa saja yang dapat mempengaruhi efek farmakokinetik dari suatu obat di dalam

tubuh serta bagaimana mekanisme obat tersebut hingga nantinya dapat memberikan efek.

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal

yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urinasi. Eksresi urin diperlukan

untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk

menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring dIdalam ginjal, dibawa melalui ureter

menuju kantung kemih, akhirnya dibuang dikeluarkan melalui uretra.


III. Tinjauan Pustaka
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air ( 96%) air
dan sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara
dalam kandung kemih dan dibuang melalui  proses mikturisi. (Rustiani, 2011)
Klirens obat merupakan istilah farmkokinetika untuk menggambarkan eliminasi
obat dari tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme prosesnya. Kliren obat (klirens tubuh,
klirens tubuh total atau ClT) menganggap seluruh tubuh sebagai system pengeliminasi
obat tunggal dimana beberapa proses eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi. Sebagai
pengganti gambar laju eliminasi obat dalam jumlah obat yang dibersihkan persatuan aktu
(misal, mg/ menit) klirens obat digambarkan dalam istilah volume cairan yang
dibersihkan dari obat persatuan waktu (misal, mL/ menit). (Shargel, 2012)
Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolinya _ Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara elimlnasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3
proses yaitufiltrasi glomerulus, sekresi aktif ditubulus proksimal, dan reabsorpsi pasif
disepanjang tubulus (Gunawan, 2007).
Sekresi (pengeluaran) :dalam tubulus kontortusdistal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl-
dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ketubulus kolektifus ke pelvis
renalis.
Semua Obat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi berjalan melewati
membran.Disposisi dari ditentukan oleh mekanisme Obat terhadap membrane dan sifat
fisikokimia dari molekul dapat mempengaruhi pernindahan Obat kejaringan. Pergerakan
Obat dan availability Obat tergantung pada ukuran dan bentuk molekul, derajat
ionisasi.kelarutan relative lipid dari bentuk ionic dan nonionik dan yang menglkat
protein serum dan jaringan. (Brunton, 2006)
Organ lain yang memiliki kemampuan untuk mengeliminasi Obat atau metabolit
dari badan- Ginjal bisa mengekskresi Obat dengan mitrasi glomerulus atau proses aktif
seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui empedu yang
diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru. (Dipiro, 2008)
Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan
saluran keluamya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak
diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan Olen kedua ginjal kiri dan kanan setiap
menitnya dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi kandung
kemih. Saat kandung kernlh sudah terlsi urin sebanyak itu mulai terjadi rangsangan pada
kandung kemih sehingga yang bersangkutan dapat merasakannya. Keinginan
mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa ditahan jika volumenya masih
berkisar dibawah 150 cc. ( Sheerwood.2011)
Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai
sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat
aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan.Ketersediaan
hayati obat yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan bagian dari salah satu
tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat
tersebut.Pegkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat ke
dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut. Dalam
menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya diukur yang an profil
konsentrasi dalam darah dan waktu dari obat yang diberikan. (Issel, 2007)

IV. Alat dan Bahan


1. Bahan
Tablet asetosal dengan dosis 500mg, Natrium salisilat pa, Feri nitrat pa,
Merkuri klorida pa, Asam klorida pa, Aquadest
2. Alat
Spektrofotometer, Sentrifuge dan tabung sentrifuge, Vortex mixture, Alat
gelas, Sonde, Timbangan analitik
3. Subjek percobaan
Manusia sehat, prria dewasa, tidak memiliki gangguan saluran cerna, tidak
memiliki riwayat alergi obat khususnya golongan NSAID (asetosal)
V. Prosedur Percobaan

1. Protokol Percobaan

Seminggu sebelum percobaan subyek tidak boleh minum


obat lain apapun

Seamalam sebelum percobaan, subyek puasa mulai pukul


22.00

1 jam sebelum percobaan, subyek diberi minum 400 ml air

Segera sebelum minum obat kandung kemih dikosongkan.


Tampung urine sebagai urine blanko

Subyek minum tablet asetosal 500 mg dengan 200 ml air

Selama 4 jam berturut-turut setelah minum obat, subyek


diberi minum 200 ml setiap 1 jam

Cuplikan urine ditampung pada interval waktu tertentu


sampai semua obat di ekskresikan (± 7 x t ½)

Setiap penampungan urin dicatat waktu pengambilan dan


volume urin yang ditampung

2. Metode Penetapan Kadar Salisilat dalam Urin dengan Metode TRINDER


1 ml cuplikan urin ditambahkan dengan 5 ml pereaksi
trinder

Kocok homogen dengan vortex disentrifuge 5 menit


Filtrat dipisahkan dan diamati serapannya pada panjang
gelombang maksimum

3. Tahapan Percobaan

a. Pembuatan pereaksi trinder

40 gram merkuri klorida dilarutkan dalam 850 ml air panas


dan dididihkan sampai larut

Tambahkan 120 ml asam klorida 1N 40 g feri nitrat

Jika semua feri nitrat sudah dilarutkan, tambahkan aquadest


sampai 1L

b. Pembuatan larutan baku kerja salisilat

Buatlah larutan baku induk 1000 ppm dari 116 g natrium


salisilat dilarutkan dalam 100ml aquadest

Buatlah baku kerja salisilat dengan cara mengencerkan larutan


baku induk sehingga diperoleh larutan kadar 20, 50, 100, dan 200
ppm

c. Pembuatan panjang gelombang maksimum


Tentukan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan
larutan baku kerja 100 dan 200 ppm ( yang telah direaksikan
dengan metode penetapan kadar salisilat dengan metode trinder)

Amati nilai serapan pada panjang gelombang 400-800nm


Buatlah kurva serapan terhadap panjang gelombang dari
larutan baku kerja 200 dan 300 ppm

Tentukan panjang gelombang maksimum

d. Pembuatan kurva baku

Lakukan pengamatan serapan dari larutan baku kerja (1)


yang telah direaksikan sesuai metode penetapan kadar
salisilat dengan metode trinder pada panjang gelombang
maksimum terpilih

Buatlah tabel hasil pengamatan dan buat kurva kadar larutan


baku kerja terhadap serapan pada kertas grafik berskala
sama

Hitung koefesien korelasinya dan buat pengamatan garisnya

e. Penetapan kembali kadar salisilat yang ditambahkan dalam urin (Recovery)

Gunakan larutan baku dengan kadar 50, 100, dan 150 ppm

1 ml larutan baku ditambahkan 1 ml urin blanko yang


direaksikan sesuai metode penetapan kadar salisilat dalam
urin (metode trinder)

Amatai serapan pada panjang gelombang maksimum

Masukkan nilan serapan baku recovery pada persamaan


kervabaku sehingga diperoleh kadar salisilat recovery
Hitung presentase recovery dengan cara

% Recovery = C perolehan kembali/ C sebenarnya x 100%

VI. Perhitungan Parameter Farmakokinetika Data Urin

a. Menghitung larutan baku induk yang diambil

No. Kadar Volume


1 20 ppm 1 ml
2 50 ppm 2,5 ml
3 100 ppm 5 ml
4 150 ppm 7,5 ml
5 200 ppm 10 ml

- V1 . C1 = V2 . C2
50 ml . 20 ppm = V2 . 1000 ppm
50 ml . 20 ppm = V2
1000 ppm
1 ml = V2

- V1 . C1 = V2 . C2
50 ml . 50 ppm = V2 . 1000 ppm
50 ml . 50 ppm = V2
1000 ppm
2,5 ml = V2
- V1 . C1 = V2 . C2
50 ml . 100 ppm = V2 . 1000 ppm
50 ml . 100 ppm = V2
1000 ppm
5 ml = V2

- V1 . C1 = V2 . C2
50 ml . 150 ppm = V2 . 1000 ppm
50 ml . 150 ppm = V2
1000 ppm
7,5 ml = V2

- V1 . C1 = V2 . C2
50 ml . 200 ppm = V2 . 1000 ppm
50 ml . 200 ppm = V2
1000 ppm
10 ml = V2

b. Menghitung Regresi Linear dari Absorbansi panjang Gelombang Maksimal

No. Kadar Absorbansi


1 20 ppm 0,335
2 50 ppm 0,343
3 100 ppm 0,362
4 150 ppm 0,418
5 200 ppm 0,467

y=a+bx Persamaan linearnya


a = 0,307 y = a + bx
b = 0,0007 y = 0,307 +0,0007x
r = 0,972

c. Data dari penetapan kadar Asam Salilisat dalam Urin

Ln (Du
Du Kum∞-
No. Menit Absorbansi Du Du Kum Kum∞-Du
Du kum
kum)
1 30 0,692 514,637 514,637 2.423,469 7,792
2 60 0,433 168,426 683,063 2.255,043 7,720
3 90 0,403 128,325 811,388 2.126,718 7,662
4 120 0,565 344,873 1.156,261 1.781,845 7,485
5 150 0,583 368,934 1.525,195 1.412,911 7,253
6 180 0,646 453,147 1.978,342 959,764 6,866
7 210 0,658 469,188 2.447,530 490,576 6,195
8 240 0,674 490,576 2.938,106 0 ∞

 Perhiungan Du
Dari persamaan y = 0,307 + 7,481×10-4x

 t30 → y = 0,307 + 7,481×10-4x


0,692 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,692 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,692 – 0,307 = x
7,481×10-4
514,637 = x
 t60 → y = 0,307 + 7,481×10-4x
0,433 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,433 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,433 – 0,307 = x
7,481×10-4
168,426 = x

 t90 → y = 0,307 + 7,481×10-4x


0,403 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,403 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,403 – 0,307 = x
7,481×10-4
128,325 = x
 t120 → y = 0,307 + 7,481×10-4x
0,565 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,565 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,565 – 0,307 = x
7,481×10-4
344,873 = x
 t150 → y = 0,307 + 7,481×10-4x
0,583 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,583 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,583 – 0,307 = x
7,481×10-4
368,934 = x
 t180 → y = 0,307 + 7,481×10-4x
0,646 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,646 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,646 – 0,307 = x
7,481×10-4
453,147 = x
 t210 → y = 0,307 + 7,481×10-4x
0,658 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,658 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,658 – 0,307 = x
7,481×10-4
469,188 = x
 t240 → y = 0,307 + 7,481×10-4x
0,674 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,674 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,674 – 0,307 = x
7,481×10-4
490,576 = x
 Perhiungan Du Kum
 t30 → 514,637
 t60 → 514,637 + 168,426 = 683,063
 t90 → 683,063 + 128,325 = 811,388
 t120 → 811,388 + 344,873 = 1.156,261
 t150 → 1.156,261 + 368,934 = 1.525,195
 t180 → 1.525,195 + 453,147 = 1.978,342
 t210 → 1.978,342 + 469,188 = 2.447,530
 t240 → 2.447,530 + 490,576 = 2.938,106
 Perhiungan Du Kum ∞ - Du Kum
(Du Kum 240 – Du Kum 30,60,90 dst.)
 t30 → 2.938,106 - 514,637 = 2.423,469
 t60 → 2.938,106 - 683,063 = 2.255,043
 t90 → 2.938,106 - 811,388 = 2.126,718
 t120 → 2.938,106 - 1.156,261 = 1.781,845
 t150 → 2.938,106 - 1.525,195 = 1.412,911
 t180 → 2.938,106 - 1.978,342 = 959,764
 t210 → 2.938,106 - 2.447,530 = 490,576
 t240 → 2.938,106 - 2.938,106 = 0
 Perhiungan Ln (Du Kum∞-Du kum)
- t30 → 2.423,469
= In 2.423,469
= 7,792
- t60 → 2.255,043
= In 2.255,043
= 7,720
- t90 → 2.126,718
= In 2.126,718
= 7,662
- t120 → 1.781,845
= In 1.781,845
= 7,485
- t150 → 1.412,911
= In 1.412,911
= 7,253
- t180 → 959,74
= In 959,74
= 6,866
- t210 → 490,576
= In 490,576
= 6,195
- t240 → 0
= In 0
=∞

Cari nilai (Du ∞- Du)’ dengan memasukkan nilai waktu sebagai x pada persamaan
eliminasi (3 titik teratas)

y = a + bx

a = 8,268

b = - 8,223 x 10-3

r = - 0,924

Persamaan linearnya

y = a + bx

y = 8,268 - 8,223 x 10-3x

 Cari nilai (Du ∞- Du) - (Du ∞- Du)’ pada 3 titik teratas


- t30 → y = 8,268 - 8,223 x 10-3x
y = 8,268 - 8,223 x 10-3 (30)
y = 8,021
anti ln 8,021 = 3.044,220
- t60 → y = 8,268 - 8,223 x 10-3x
y = 8,268 - 8,223 x 10-3 (60)
y = 7,774
anti ln 7,774 = 2.377,964
- t90 → y = 8,268 - 8,223 x 10-3x
y = 8,268 - 8,223 x 10-3 (90)
y = 7,527
anti ln 7,527 = 1.857,524
 Cari nilai ln((Du ∞- Du) - (Du ∞- Du)’) pada 3 titik teratas
 t30 → 2.423,469 - 3.044,220
= - 620,751
= ln - 620,751 = 6,430
 t60 → 2.255,043 - 2.377,964
= - 122,921
= ln - 122,921 = 4,811

 t90 → 2.126,718 - 1.857,524


= 269,194
= ln 269,194 = 5,595

 Cari nilai persamaan absorbsi dengan regresi waktu sebagai nilai x dan ln((Du
∞- Du) - (Du ∞- Du)’) sebagai nilai y

y = a + bx

a = 6,447

b = - 0,013

r = - 0,515

Persamaan linearnya
y = a + bx

y = 6,447 - 0,013x

 Cari nilai Ka dengan nilai –b pada persamaan absorbansi


Ka = -b
= - (- 0,013)
= 0,013 menit
 Cari nilai t½ eliminasi

0,693
t½ = (k eliminasi = 8,223 x 10-3)
k eliminasi

0,693
= = 84,27 menit
8,223 x 10−3

 Cari nilai Ke (Ketetapan Laju Ekskresi)

ln Du∞ = a(persamaan terakhir)

ln Du∞ = 6,447

= anti ln 6,447 = 630,807

Du∞ = Ke x D0/K

630,807 = Ke x 100 mg/0,013

630,807 = Ke x 7.692,307

Ke = 0,082 menit

 Cari nilai Knr

Knr = K-Ke

= 0,013 – 0,082

= - 0,069 menit

 Cari nilai t½ absorbsi

0,693
t½ =
k absorbsi

0,693
t½ = = 53,30 menit
0,013
 Perhitungan Recovery

t (waktu) Absorbansi
50 0,513
100 0,566
150 0,567

Perhitungan nilai kadar


Dari persamaan y = 0,307 + 7,481×10-4x

- t50 → y = 0,307 + 7,481×10-4x


0,513 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,513 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,513 – 0,307 = x
7,481×10-4

275,364 = x

- t100 → y = 0,307 + 7,481×10-4x


0,566 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,566 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,566 – 0,307 = x
7,481×10-4

346,210 = x

- t150 → y = 0,307 + 7,481×10-4x


0,567 = 0,307 + 7,481×10-4x
0,567 – 0,307 = 7,481×10-4x
0,567 – 0,307 = x
7,481×10-4

347,547 = x

 Cari nilai % recovery

kadar yang diperoleh


% recovery 50 = x 100%
kadar sebenarnya

275,364
= x 100%
50

= 550,728 %
kadar yang diperoleh
% recovery 100 = x 100%
kadar sebenarnya

346,210
= x 100%
100

= 346,21 %

kadar yang diperoleh


% recovery 150 = x 100%
kadar sebenarnya

347,547
= x 100%
150

= 231,698 %

VII. PEMBAHASAN

Parameter farmakokinetik dapat ditentukan berdasarkan data urin. Pengambilan cuplikan


dari data urin memberikan proses analisis yang lebih mudah karena tidak terdapat protein
yang terlarut di urin seperti pada plasma, sehingga pemisahannya lebih mudah. Namun
perbedaan pH dan volume urin dapat menyebabkan perbedaan Yang bermakna terhadap laju
ekskresi urin. Oleh karena itu, dalam pengambilan data urin perlu diberitahukan kepada
pasien untuk mengambil cuplikan urin Yang lengkapataupengosongankandungkemih Yang
sempurnadimanajikapengambilan data urin kurang sempurna maka akan menyebabkan
kesalahan penentuan kadar serta parameter farmakokinetiknya.

Klirens obat merupakan istilah farmkokinetika untuk menggambarkan eliminasi obat dari
tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme prosesnya. Kliren obat (klirens tubuh, klirens tubuh
total atau ClT) menganggap seluruh tubuh sebagai system pengeliminasi obat tunggal dimana
beberapa proses eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi. Ketika obat masuk di dalam
tubuh, ketika obat terabsorpsi maka ketika itu juga obat mengalami eliminasi. Adapun untuk
ekskresi banyak dapat keluar diantaranya melalui kulit berupa keringat, paru-paru berupa
CO2, serta ginjal berupa urin.

Pada percobaan ini, kita melihat obat diekskresi melalui urin. Dimanaurin dikumpulkan
pada jarak waktu tertentu dan konsentrasi obat dianalisis.Kemudian laju ekskresi urin rata-
rata dihitung untuk tiap waktupengumpulan. Pada percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan probandus yang diambil urin awal/banko (t=0), setelah itu diberikan obat
asetosal.

Dalam parameter farmakokinetik urin untuk obat yang diberikan secara oral akan
ditentukan nilai K, t½ dan klirens. Dimana K adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan
kecepatan eliminasi obat setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t ½ adalah waktu paruh
yaitu waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut setengah dari dosis dan
klirens (Cl).

Parameter farmakokinetik yang diperoleh pada obat yang diberikan secara oral adalah
untuk tetapan laju eliminasi (K) diperoleh 0,013 menit yang merupakan nilai yang
menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan,
dimana eliminasi obat akan meningkat kecepatannya dengan meningkatnya konsentrasi obat,
dengan kata lain makin tinggi kadar obat dalam darah makin banyak obat yang
dieliminasikan. Selanjutnya waktu paruh (t½) =  53,30 menit yaitu waktu yang diperlukan
agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi setengahnya, dimana efek obat
akan lebih panjang bila mempunyai waktu paruh yang pendek. 

VIII. Kesimpulan

Eliminasi yang terjadi pada obat itu ada di metabolism dan di ekskresi. Dimana jika
obat dimetabolisme dan masih bisa digunakan maka dia akan di metabolism kembali,
sedangkan kalau obat yang tidak dapat lagi dimetabolisme (dipakai lagi) maka akan di
eliminasi dari dalam tubuh atau ekskresi. Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal Obat
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolinya_ Ekskresi dalam
bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara elimlnasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui
ginjal melibatkan 3 proses yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif ditubulus proksimal, dan
rebasorpsi pasif disepanjang tubulus.

Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat asetosal yang diberikan secara oral, diperoleh
parameter farmakokinetik urin sebagai berikut :

1. Tetapan laju eliminasi (K) = 0,013 menit


2. Waktu paruh (t ½) = 53,30 menit
DAFTAR PUSTAKA

Shargel, L. 2012. BiofarmasetikadanFarmakokinetikaTerapan. EdisiKedua.Surabaya


:Airlangga University Press

Gunawan, Sulitia Gan.2007.Farmakologi dan Terapi ed.5.Jakarta :Badan PenerbitFKUI

Brunton, Laurence L.2006. “Goodman And Gilman's The Pharmacological Basis Of


Therapeutics, 11/e”. Mcg Graw-Hill : New York.

Dipiro, Joseph T. 2008. Pharmacoterapy Ed 7 Th. New York : The Mc Graw Compaies

Sherwood Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta :Buku Kedokteran

Rustiani, L. dkk. 2011. Penuntun Praktikum Farmakokinetik. Jakarta : Universitas Pakuan

Issel Bacher, dkk.,2007. “Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam”. Penerbit Buku


Kedokteran : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai