A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan
secara in vitro
B. DASAR TEORI
Obat pada umumnya diabsorpsi dari saluran pencernaan secara pasif.
Absorpsi obat adalah suatu proses pergerakan obat dari tempat pemberian ke dalam
sirkulasi umum dalam tubuh. Absorpsi obat dari saluran pencernaan ke dalam
darah umumnya terjadi setelah obat tersebut larut dalam cairan di sekeliling
membrane tempat terjadinya absorpsi. Obat-obat yang ditranspor secara difusi pasif
hanyalah yang larut dalam lipida. Makin baik kelarutannya dalam lipida makin baik
absorpsinya, sampai suatu absorpsi optimal tercapai.
Sebagain besar obat merupakan asam atau basa organic lemah. Absorpsi
obat dipengaruhi oleh derajat ionisasinya pada waktu zat tersebut berhadapan
dengan membrane. Membrane sel lebih permeable terhadap bentuk obat yang tidak
terionkan daripada bentuk terionkan. Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan
dan pKa obat seperti terlihat pada persamaan Henderson-Hasselbalch sebagai
berikut :
Untuk suatu asam
fraksi obat yang terionkan
pH = pKa + log
fraksi obat tak terionkan
Untuk suatu basa
fraksi obat yang terionkan
pH = pKa − log
fraksi obat tak terionkan
Dengan mneyusun kembali persamaan untuk asam :
fraksi obat yang terionkan
log = pKa − pH
fraksi obat tak terionkan
Maka seseorang dapat secara teoritis menentukan jumlah relative dari
suatu obat dalam bentuk tidak terionkan pada berbagai kondisi pH.
Untuk obat yang ditranspor secara difusi pasif, peranan dinding usus hanya
sebagai membrane difusi. Studi absorpsi in vitro dimaksudkan untuk memperoleh
= .
Bahan
Tikus putih jantan
Reagen Trinder
Cairan lambung buatan tanpa pepsin (pH 1,2)
Cairan usus buatan tanpa pankreatin (pH 7,5)
Larutan infus NaCl 0,9 % b/v
Larutan seng sulfat 5 %
Larutan Barium hidroksida 0,3 N.
Larutan Asam salisilat 0,01M
Eter
Gas oksigen
Alkohol
Benang kasur
Cara Pengujian
1. Seluruh cairan serosal diambil melalui kanula dan segera dicuci 2 kali
dengan 1,4 ml larutan NaCl 0,9% b/v cairan serosal dikumpulkan dan
sentrifugasi selama 5 menit
2. sampel diambil pada bagian supernatan pada volume sama (2,5 ml) lalu
ditambah 1 ml reagen Thinder
3. Vortex 1 menit, tunggu selama OT dan baca absorbansi pada λ maks
4. Kontrol juga diperlakukan sama namun tanpa asam salisilat dalam cairan
mukosal
E. DAFTAR PUSTAKA
Sinko. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin. Diterjemahkan oleh
Djajadisastra. EGC. Jakarta.
Syukri. 2002. Biofarmasetika. UII Press. Yogyakarta.
Joenoes, Z. N. 2002. Ars Prescribendi Jilid 3. Airlangga University Press.
Surabaya.