Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 4

1. ARIEF NUR HIDAYAT


2. DOLLINCE DOUW
3. FREDRIKA SARA CHARLOTA TANAMOR
4. HENNY MAULINA
5. JENNIE MONICA AUABERTHA KAYAME
PEMBAHASAN :
Definisi & Epidemologi GERD

Etiologi & Patogenesis GERD

Patofisiologi GERD

Gejala dan Tanda GERD

Diagnosis GERD

Faktor Resiko GERD

Penatalaksaksanaan GERD

Peran Farmasis
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Definisi Gatroesophageal Reflux Disease (GERD)
Gatroesophageal Reflux Disease (GERD) atau yang biasa
dikenal sebagai penyakit lambung akibat refluks asam
lambung, adalah masalah kesehatan yang cukup umum.
GERD merupakan suatu gangguan dimana lambung
mengalami refluks secara berulang menuju ke esophagus,
yang bersifat kronis dan menyebabkan terjadinya gejala
dan/atau komplikasi yang menimbulkan gejala khas
seperti heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang
disertai rasa nyeri dan pedih yang menganggu). GERD
juga mengacu pada berbagai kondisi gejala klinis atau
perubahan histologi yang terjadi akibat refluk
gastroesofagus. Ketika esophagus berulang kali kontak
dengan material refluks untuk waktu yang lama dapat
terjadi inflamasi esofagus (esophagitis refluks) dan dalam
beberapa kasus berkembang menjadi erosi esophagus
(esophagitis refluks).
 Epidemiologi
GERD di Indonesia tidak tercatat
dengan jelas. Salah satu data dari
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta menunjukkan bahwa 30 dari  Prognosis
127 pasien (22,8%) yang menjalani
Prognosis penyakit refluks
endoskopi gastrointestinal atas
dengan indikasi dispepsia
gastroesofageal (gastroesophageal
mengalami esofagitis. Angka reflux disease/GERD) cukup baik
kejadian esofagitis juga meningkat asalkan pasien mau memodifikasi
dari 5,7% menjadi 25,18% dari gaya hidup dan menjalani
tahun 1997-2002 dengan rata-rata pengobatan dengan patuh. GERD
kasus per tahun 13,13%. yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan komplikasi, di
antaranya berupa barret esofagus
dan kanker esofagus.
 Patogenesis
Faktor kunci pada perkembangan GERD adalah
aliran balik asam atau substansi berbahaya lainnya
dari perut ke esofagus. Pada beberapa kasus,
refluks gastroesofageal dikaitkan dengan cacat
tekanan atau fungsi dari sfinkter esofageal bawah
(lower esophageal sphincter/LES). Sfinkter secara
normal berada pada kondisi tonik (berkontraksi)
untuk mencegah refluks materi lambung dari
perut, dan berelaksasi saat menelan untuk
membuka jalan makanan ke dalam perut.
Penurunan tekanan LES dapat disebabkan oleh :
a. Relaksasi sementara LES secara spontan.
b. Peningkatan sementara tekanan
intraabdominal, atau
c. LES atonik.
GERD dapat dibagi menjadi dua, yaitu erosive
esophagitis (EE) dan non-erosive reflux disease
(NERD). Pasien-pasien NERD tidak didapatkan lesi
pada esofagus saat pemeriksaan endoskopi.
 Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor resiko GERD adalah kondisi fisiologis/penyakit tertentu, seperti tukak
lambung, hiatal hernia, obesitas, kanker, asma, alergi terhadap makanan
tertentu, dan luka pada dada (chest trauma). Sebagai contoh, pada pasien
tukak lambung terjadi peningkatan jumlah asam lambung semakin besar
kemungkinan asam lambung untuk mengiritasi mukosa esofagus dan LES.
Gejala yang umum diderita oleh pasien GERD,
Gejala Tipikal (typical symptom) yaitu : heart burn, belching (sendawa), dan
regurgitasi.

Gejala yang menunjukkan GERD yang


berkepanjangan dan kemungkinan sudah
Gejala Alarm (alarm symptom) mengalami komplikasi. Pasien yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengalami
komplikasi.

Kronis, faringitis, sakit dada, dan erosi gigi


adalah gejala yang terjadi di luar esophagus dan
Gejala Atipikal (atypical symptom) cenderung mirip dengan gejala penyakit lain.
Contohnya separuh dari kelompok pasien yang
sakit dada dengan elektro kardiogram normal
ternyata mengidap GERD, dan separuh dari
penderita asma ternyata mengidap GERD.
Kadang hanya gejala ini yang muncul sehingga
sulit untuk mendeteksi GERD dari gejala ini.
Contoh gejala atipikal : asma non alergi, batuk
 Diagnosis
Cara yang paling baik dalam diagnosa adalah dengan melihat sejarah
klinis, termasuk gejala yang sedang terjadi dan faktor resiko yang
berhubungan. Endoskopi tidak perlu dilakukan pada pasien yang
mengalami gejala tipikal, terutama jika pasien merespon baik terhadap
pengobatan GERD. Endoskopi dilakukan pada pasien yang tidak
merespon terapi, pasien yang mengalami gejala alarm, atau pasien
yang mengalami gejala GERD terus menerus. Selain endoskopi, tes yang
sering digunakan untuk diagnosa adalah pengamatan refluksat
ambulatori, dan manometri.
 Terapi Farmakologi
1) Antasida dan Produk Antasida-Asam
Alginat
 Digunakan untuk perawatan ringan GERD.
Antasida efektif mengurangi gejala-gejala
dalam waktu singkat.
 Produk antasid yang dikombinasikan dengan
asam alginat adalah agen penetral yang
tidak ampuh dan tidak meningkatkan
tekanan LES, namun membentuk larutan
yang sangat kental yang mengapung di atas
permukaan isi lambung. Larutan kental ini
diperkirakan sebagai pelindung penghalang
bagi kerongkongan terhadap refluks isi
lambung dan mengurangi frekuensi refluks.
2) Penekanan Asam dengan Antagonis Reseptor H2 4) Agen Promotilitas
Terapi penekanan asam adalah pengobatan utama Khasiat dari agen prokinetik cisaprid, metoklorpramid dan
GERD. Antagonis reseptor H2 dalam dosis terbagi efektif bethanechol telah dievaluasi dalam pengobatan GERD.
dalam menngobati pasien GERD ringan hingga sedang.  Cisapride memiliki khasiat yang sebanding dengan
Obat-obat antagonis reseptor H2 adalah simetidin, antagonis reseptor H2 dalam mengobati pasien
esofagitis ringan, tetapi cisaprid tidak lagi tersedia untuk
famotidin, nizatidin, dan ranitidin.
penggunaan rutin karena efek aritmia yang mengancam
jiwa bila dikombinasikan dengan obat-obtan tertentu
3) Proton Pump Inhibitor (PPI) dan penyakit lainnya.
 Metoklropramid, antagonis dopamin, meningkatkan
 PPI lebih unggul daripada antagonis reseptor H2 dalam
tekanan LES, dan mempercepat pengosongan lambung
mengobati pasien GERD sedang sampai parah. pada pasien GERD. Tidak seperti cisapride,
 PPI memblok sekresi asam lambung dengan metoklorpramid tidak memperbaiki bersihan esofagus.
menghambat H+ / K+ -triphosphatase adenosin Metoklorpramid dapat meredakan gejala GERD tetapi
lambung dalam sel parietal lambung. Ini menghasilkan belum ada data substansial yang menyatakan bahwa
efek antisekretori yang mendalam dan tahan lama obat ini dapat memperbaiki kerusakan esofagus.
yang mampu mempertahankan pH lambung di atas 4
bahkan selama lonjakan asam lambung setelah makan. 5) Protektan Mukosa
Obat-obat PPI adalah esomeprazole, lansoprazole, Sucralfat, garam aluminium dari sukrosa oktasulfat yang
omeprasole, pantoprazole dan rabeprazole. tidak terserap, mempunyai manfaat terbatas pada terapi
GERD. Obat ini mempunyai laju pengobatan yang sama
seperti antagonis reseptor H2 dosis tinggi pada pasien
dengan esofagitis refrakter.
 Antasida Doen
Kandungan Tablet Kunyah: Magnesium Hydroxide 200 mg, Dried Aluminium Hydroxide Gel
247 mg;
Suspensi/sirup (per 5 ml): Aluminium Hydroxide Gel 200 mg, Magnesium Hydroxide gel 30%
200 mg
Dosis dewasa: dalam sediaan tablet kunyah, 1 – 2 tablet, 3 – 4 kali sehari. Maksimal 16 tablet
per hari. Untuk sediaan sirup, 1 – 2 sendok takar (5 ml), 3 – 4 kali sehari. Maksimal 80 ml per
hari.
Dosis anak-anak: umur 6 – 12 tahun: ½ – 1 tablet kunyah, 3 – 4 kali sehari. Untuk sediaan
sirup, 2,5 – 5 ml, 3 – 4 kali sehari.

 Asam Alginat
Asam alginat atau alginic acid adalah obat untuk meredakan gejala gastroesophageal reflux
disease (GERD) atau penyakit asam lambung. Obat ini umumnya akan dikombinasikan dengan
antasida lain, seperti aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
• Dosis dan Aturan Pakai Asam Alginat
• Dosis asam alginat ditentukan berdasarkan usia, kondisi pasien, dan respons tubuh
terhadap obat. Secara umum, berikut ini adalah dosis alginat untuk meredakan GERD pada
orang dewasa dan anak-anak usia di atas 12 tahun:
• Asam alginat tablet atau tablet kunyah
Dosisnya 1–3 tablet, 3–4 kali sehari selama maksimal 14 hari.
• Asam alginat cair
Dosisnya 10–20 ml, 3–4 kali sehari.
 Ranitidin
Bentuk sediaan : Tablet, kaplet, injeksi.
Merek dagang ranitidin: Ranitidin,
Ranitidine, Ranitidine Hydrochloride,
Ranitidine HCL.
Dosis : Dewasa: 150 mg 2 kali sehari
atau 300 mg sekali sehari, dikonsumsi
selama 8 minggu. Pada kasus GERD
berat, dapat diberikan dosis 150 mg 4
kali sehari selama 12 minggu.
Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 5-10
mg/kgBB per hari, dibagi 2 kali
pemberian. Dosis maksimal 300 mg
per hari.
 Omeprazole
Bentuk sediaan : kapsul, vial
Merek
dagang Omeprazole :  Omeprazole,
Omeprazole sodium, Prilos, Ozid, dan
Inhipump, Rocer, Pumpitor.
Dosis omeprazole untuk pada orang
dewasa :
Penyakit tukak lambung atau peptikum
(GERD) Dosis : 20-40 mg per hari.
Dosis omeprazol untuk anak-anak dan
penderita gangguan hati akan
disesuaikan oleh dokter.
 Peran Farmasis (Apoteker, Tenaga Teknik Kefarmasian)

1) Mengetahui faktor gaya hidup pasien hingga dapat mengatasi GERD.


2) Mengetahui obat pasien yang tepat untuk terapi dan dihindarinya.
3) Berikan edukasi yang tepat terkait obat.
4) Tetapkan harapan yang realistis bagi pasien, menjelaskan
bagaimana terapi bekerja, dan menyarankan perubahan gaya hidup.
Sumber :
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/antasida-doen-sirup-60-ml
https://www.alodokter.com/asam-alginat
https://www.alodokter.com/ranitidin
https://www.alodokter.com/omeprazole
FARMAKOTERAPI 1 GERD (Gastroesophageal reflux disease )
CAHYA PURWANINGSIH;TASKIA YULIA PUTRI; SHAFIRA
MELSONIA; MELATI RISMAN.
https://slideplayer.info/slide/16110550/ , diakses tanggal 2
Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai