Dosen Pengampu :
Dwi Ningsih, M. Farm., Apt
Di susun oleh :
Kelompok B/5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
GERD adalah gangguan umum yang dapat memberikan dampak negatif terhadap
gejala, komplikasi GERD, kualitas hidup dan produktivitas kerja. GERD dipicu oleh
refluks dari gaster dan duodenum ke esofagus. Pasien- pasien GERD seringkali tidak
menyadari adanya GERD dan gagal menemukan terapi yang tepat sehingga
menyebabkan para dokter mendiagnosis dan terapi kurang tepat. Prevalensi GERD
negara-negara barat sebesar 10-20%, lebih banyak ditemukan pada laki-laki kulit putih
dan usia tua. Di Amerika Prevalensi GERD dan komplikasinya di Asia, termasuk
Indonesia, secara umum lebih rendah dibandingkan dengan negara barat, namun
demikian data terakhir menunjukkan bahwa prevalensinya semakin meningkat (Scholten,
2007; He, 2010; Tielemans, 2013).
Beberapa faktor risiko terjadinya GERD di Asia-Pasifik yaitu usia lanjut, jenis
kelamin laki-laki, ras, riwayat keluarga, status ekonomi tinggi, peningkatan indeks massa
tubuh, dan merokok. Masalah heatburn dan regurgitasi didapatkan pada 6% dan 16%
populasi. Rata-rata sekitar 30% pria dan 23% wanita mengalami keluhan GERD sekali
dalam seminggu (Katz, 2013; PGI, 2013; Alipour, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Terdapat dua kelompok GERD. Yang pertama adalah GERD erosif (esofagitis
erosif ), didefinisikan sebagai GERD dengan gejala refluks dan kerusakan mukosa
esofagus distal akibat refluks gastroesofageal. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis
GERD erosif adalah endoskopi saluran cerna atas. Yang kedua adalah penyakit refluks
nonerosif (non-erosive reflux disease, NERD), yang juga disebut endoscopic-negative
GERD, didefinisikan sebagai GERD dengan gejalagejala refluks tipikal tanpa kerusakan
mukosa esofagus saat pemeriksaan endoskopi saluran cerna.
B. PATOFISIOLOGI
Faktor kunci pada perkembangan GERD adalah aliran balik asam atau substansi
berbahaya lainnya dari perut ke esofagus. Pada beberapa kasus, refluks gastroesofageal
dikaitkan dengan cacat tekanan atau fungsi dari sfinkter esofageal bawah (lower
esophageal sphincter/LES). Sfinkter secara normal berada pada kondisi tonik
(berkontraksi) untuk mencegah refluks materi lambung dari perut, dan berelaksasi saat
menelan untuk membuka jalan makanan ke dalam perut. Penurunan tekanan LES dapat
disebabkan oleh (a) relaksasi sementara LES secara spontan, (b) peningkatan sementara
tekanan intraabdominal, atau (c) LES atonik.
Masalah dengan mekanisme pertahanan mukosa normal lainnya, seperti faktor
anatomik, klirens esofageal (waktu kontak asam dengan mukosa esofageal yang terlalu
lama), resistensi mukosa, pengosongan lambung, epidermal growth factor, dan
pendaparan saliva, juga dapat berkontribusi pada perkembangan GERD.
Faktor agresif yang dapat mendukung kerusakan esofageal saat refluks ke esofagus
termasuk asam lambung, pepsin, asam empedu, dan enzim pankreas. Dengan demikian
komposisi, pH dan volume refluksat serta durasi pemaparan adalah faktor yang paling
penting pada penentuan konsekuensi refluks gastroesofageal.
Patogenesis PRGE meliputi ketidakseimbangan antara faktor ofensif dan faktor
defensif dari bahan refluksat.
Pada terapi fase 1 berupa terapi non farmakologi yang bertujuan untuk :
1. Mengurangi refluks
2. Menetralisasi bahan refluks,
3. Memperbaiki barrier anti refluks dan
4. Mempercepat proses pembersihan esofagus
Terapi PRGE sejumlah terapi non farmakologi berupa modifikasi pola hidup
sehat, yaitu :
KASUS
Kasus 4. GERD
Ny. A , 30 tahun datang ke KDK FKUI kiara pada tanggal 11 juni 2013 dengan keluhan
sesak nafas disertai nyeri dada, perut perih, batuk, tenggorokan terasa asam dan pahit.
Hal ini dirasakan setiap saat sejak 2 minggu yang lalu. Pada tanggal 14 juni 2013 pada
saat kunjungan, pasien dalam keadaan dapat berjalan aktif, duduk aktif, tampak pucat.
Keluhan yang masih dirasakan adalah badan masih terasa lemas.
Aspek personal dari pasien berupa keluhan sesak nafas sejak ± 2 minggu. Harapan pasien
keluhan sesak dapat sembuh. Pasien khawatir sesak dapat berakibat lebih buruk. Persepsi
tentang sesak berasal dari nyeri perut. Faktor internal yaitu wanita, dewasa muda (30 th),
kebiasaan pola makan yang tidak teratur, kebiasaan terlalu memikirkan masalah sampai
stress.
Pada pemeriksaan fisik tampak sakit ringan, tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80
x/menit, Frekuensi napas 16 x/menit, suhu 36,6 oC. Berat badan 73 kg, tinggi badan 157
cm, IMT 29,6. Konjungtiva sedikit anemis. Telinga, hidung, tenggorok, paru, dan jantung
dalam batas normal. Abdomen cembung simetris, nyeri tekan sekitar ulu hati, perkusi
timpani dan auskultasi bising usus normal.
Tugas:
IDENTITAS PASIEN
Riwayat sosial :
Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Ya / tidak
Merokok Ya / tidak.................. batang/hari
Meminum alkohol Ya / tidak
Meminum obat herbal Ya / tidak
Riwayat Alergi :-
Keluhan / Tanda Umum
Tanggal Subjektif Objektif
11/06/2013 Sesak nafas, nyeri dada, perut -
perih, batuk, tenggorokan
terasa asam dan pahit
14/06/2013 Keluhan yang masih Tanda vital:
dirasakan adalah badan - TD: 110/70 mmHg
masih terasa lemas. Aspek - Denyut nadi: 80x /menit
personal dari pasien berupa - RR: 16x/ menit
keluhan sesak nafas sejak ± - Suhu 36,60C
2 minggu. Pemeriksaan Fisik
- Berat badan 73 kg
- tinggi badan 157 cm
- IMT 29,6
- Konjungtiva sedikit anemis.
- Telinga, hidung, tenggorok, paru, dan
jantung dalam batas normal.
- Abdomen cembung simetris, nyeri
tekan sekitar ulu hati, perkusi timpani
dan auskultasi bising usus normal.
Tanda Vital
Parameter Nilai Normal Tanggal 11/06 Tanggal 14/06 Keterangan
Tekanan Darah 120/80 mmHg - 110/70 mmHg Menurun
Denyut Nadi 60-100 x / menit - 80 x / menit Normal
RR 16-20 x / menit - 16 x / menit Normal
Suhu 36,6oC - 37,5 oC - 36,60C Normal
ASSESMENT
Berdasarkan keluhan pasien mengalami refluk gastroesofagus (RGE), hal ini dapat
dibuktikan dengan ditandai dengan sesak nafas disertai nyeri dada, perut perih, batuk,
tenggorokan terasa asam dan pahit. Hal ini dirasakan setiap saat sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien juga makan tidak teratur, memiliki berat badan berlebih serta kebiasaan memikirkan
masalah sampai stress. RGE pasien juga diperparah dengan pemberian teofilin sehingga
mendukung terjadinya RGE yang dapat menurunkan tekanan LES (Lower Esophageal
Sphincter) dan mengiritasi mukosa esofagus.
Riwayat Pengobatan
No Nama Obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome terapi
Pemberian
1 Salbutamol melebarkan saluran udara pada Oral Moxapine, Detak jantung yang cepat atau Pernafasan menjadi lebih
paru-paru melemaskan otot- - Atomoxetine, tak teratur, Gemetaran, Sakit baik
otot di sekitar saluran Clomipramine. perut, Nyeri dada, Diare, Sakit
pernapasan yang menyempit Desipramine. kepala, Mual.
sehingga udara dapat mengalir Dibenzepin,
lebih lancar ke dalam paru- Levalbuterol,
paru. Lofepraminen
2 Theofillin Melegakan saluran pernafasan - Oral Cimetidine, Sakit perut, diare, sakit kepala Pernafasan menjadi lebih
Ciprofloxacin Berkeringat, insomnia, Merasa baik
Cobicistat, gelisah, gugup, gemeteran.
Deferasirox,
Desogestrel
3 Antasida Penetral asam lambung - Oral Digoxin, Diare, Teerdapat darah dalam Meringankan gejala gerd
doen sehingga dapat digunakan fenitoin, kotoran mereka, Perut
untuk meringankan gejala chlorpromazine kembung, Sembelit
seperti di ulu hati, rasa panas pseudoefedrin
pada perut kiri atas, mulas, dan levodopa
mual-mual dan kembung
BAB V
PENYELESAIAN KASUS
GERD Tgl 11/04/2013 Tgl 11/04/2013 : - Salbutamol, Teofillin sebaiknya tidak Pilihan obat kurang Teofillin
Sesak nafas disertai teofilin, diberikan pada pasien tepat dihentikan
nyeri dada, perut perih, antasida doen. GERD karena teofillin
batuk, tenggorokan
dapat menyebabkan
terasa asam dan pahit.
relaksasi Lower
Esophageal
Sphincter(LES) sehingga
terjadi refluks dari isi
lambung ke esophagus.
DAFTAR PUSTAKA