PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
rokok, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), obesitas, faktor
pelindunglambung dan faktor perusak gaster, faktor pelindung gaster diantaranya
yaitu sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa, dan regenerasi
epitel,sedangkan faktor perusak gaster yaitu asam hidroklorida (HCL) lambung
serta zatzat yang dapat merangsang sekresi asam HCL gaster berlebihan dan
dilatasi gaster (CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui Definisi GERD
2. Mengetahui Etiologi GERD
3. Mengetahui Patofisiologi
4. Mengetahui Manifestasi Klinis GERD
5. Menetapkan intervensi, implementasi, evaluasi GERD
C. MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. DEFINISI
II. ETIOLOGI
Menurut Yusuf, 2009 etiologi GERD meliputi :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya
pepsin, garam empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
3
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin),
penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
III. PATOFISIOLOGI
Kondisi peakit refluks gastroesofagus atau GERD (Gastroesofhageal
reflux disease) aliran balik (reflux) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika
cairan asam yang normalnya hanya ada dilambung, masuk dan mengiritasi
atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Reflux esophagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfringter esphagus atau tekanan didalam lambung yang
lebih tinggi dari esphagus. Dengan kedua mekanisme ini, isis lambung
yang bersifat asam bergerak masuk kedalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esophagus
karena adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter bukanlah sfingter sejati,
tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya
hanya terbuka jika gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke
bawah esofags. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemah dan
makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya tetap
dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang
berada dalam rongga abdomen menyebabkan tekanan abdomen lebih
besar dari pada tekana toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi
lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah
atau inkompeten sfingter tidak dapat menutup lambug. Refluks akan terjadi
dari merah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah betekanan rendah
(esofagus).episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi
karena menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus.
Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dalam keadaan normal,
refluks dapat terjadi jika terdapat gardien tekanan yang sangat tinggi di
4
sfingter. Sebagai contoh jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen
dapat meningkat secara bermakna. Kondisi ini dapat disebabkan porsi
makan yang besar. Tekanan abdomen yang tinggi cederung mendorong
sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal ini membersar gradien tekanan
antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi bebaring terutama setelah
makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi
esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung, walaupun
esofagus meiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak
sebanyak atau seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009).
Gejala lain :
a. Penurunan berat badan
b. Anemia
c. Hematemesis atau melena
d. Odinofagia (Bestari, 2011).
5
V. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Dikaji durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan, lokasi, faktor
pencetus, manifestasi yang berhubungan :
a. Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
b. Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak,
pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
c. Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau
melena, odinofagia.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit gastrointestinal lain
b. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
c. Alergi/reaksi respon imun
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan
sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang
dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis,
apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas),
tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola
pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna
(meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain),
turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat
dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar
getah bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang
yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan
retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan
ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel),
wajahnya asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat
dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa,
6
pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga,
membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan
mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi,
ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada
tidaknya massa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi,
konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan
e. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah
organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya,
keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya, pergerakan nafas,
ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada
saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor
atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup
atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain
serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal
atau tambahan seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi
gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah,
kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut
apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi
jantung, atau bising jantung dan lain-lain
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising
usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan
serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung
kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ
tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta
genetalianya.
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya
rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan,
otot kaki, dan lain-lain.
7
secara mikroskopik dan dalam keadaan ini merupakan biopsi.
Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan berguna
pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan
kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya
sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan
pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak,
atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
a. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa
esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan
HCL 0,1 % yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif
tidak memiliki arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal
esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal
esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%.
b. Tes EdrofoniumTes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium
yang disuntikan intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk
menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari
rekaman gerak peristaltik esofagus secara manometrik untuk
memastikan nyeri dada asal esofagus.
4. Pengukuran pH dan tekanan esofagus
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada
tidaknya RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap
diagnostik untuk RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri
dada dengan RGE adalah menggunakan alat yang mencatat secara
terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan
manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda
serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan
antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa
ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan
adanya PRGE.
8
5. Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy
Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan
esofagus dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).
6. Pemeriksaaan Esofagogram
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan
mukosa esofagus, erosi, dan striktur.
7. Tes PPI
Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada
pasien yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan
hilang selama satu minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.
8. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian
terapi pada pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan
peristaltik/motilitas esofagus.
9. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau
keganasan. Tetapi bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).
Muntah - muntah
2 Kaji masalah yang Kelemahan otot Defisit volume cairan
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnosa (Lower esophageal pemasukan yang
9
sphincter) kurang, mual dan
muntah /
Peningkatan intra pengeluaran yang
abdomen berlebihan.
Muntah – muntah
Pengeluaran cairan
berlebih
3 Kaji masalah yang Kelemahan otot Ketidakseimbangan
berhubungan dengan esophagus, LES nutrisi kurang dari
diagnose (Lower esophageal kebutuhan tubuh
sphincter) berhubungan dengan
anoreksia, mual,
Peningkatan intra muntah.
abdomen
Mual muntah
Peningkatan intra
abdomen
Penumpukan asam
lambung di
10
esophagus
Terjadi infeksi di
esophagus
Merangsang nyeri
5 Kaji masalah yang Kelemahan otot Bersihan jalan
berhubungan dengan esophagus, LES nafas tidak efektif
diagnose (Lower esophageal berhubungan
sphincter) dengan refluks
cairan ke laring dan
Peningkatan intra tenggorokan.
abdomen
Jalan nafas
terhambat
11
IX. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Risiko aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Meningkatkan
berhubungan tindakan kesadaran, reflek ekspansi paru
dengan keperawatan batuk dan maksimal dan alat
hambatan selama ...x 24 kemampuan pembersihan jalan
menelan, jam masalah menelan. napas.
penurunan aspirasi pada 2. Naikkan kepala 2. Meningkatkan
refleks laring dan klien dapat diatasi 30-45 derajat pengisian udara
glotis terhadap dengan kriteria setelah makan. seluruh segmen
cairan refluks hasil: paru,
1. Klien dapat memobilisasi dan
bernafas mengeluarkan
dengan sekret.
mudah, tidak 3. Potong makanan 3. Menghindari
irama, kecil kecil. terjadinya risiko
frekuensi aspirasi yang
pernafasan terlalu tinggi.
normal skala 4 4. Hindari makan 4. Dapat membatasi
2. Pasien kalau residu ekspansi
mampu masih banyak gastroesofagus
menelan,
mengunyah
tanpa terjadi
aspirasi, dan
mampu
melakukan
oral hygiene
skala 4
3. Jalan nafas
paten, mudah
bernafas, tidak
merasa
tercekik dan
tidak ada
12
suara nafas
abnormal
skala 4
13
3 Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Diskusikan pada 1. Dengan memilih
an nutrisi kurang tindakan pasien makanan makanan yang
dari kebutuhan keperawatan yang disukainya disukai pasien
tubuh selama .....x 24 dan makanan maka selera
berhubungan jam, nutrisi pada yang tidak makan si pasien
dengan intake klien dapat diatasi disukainya. akan bertambah
kurang akibat dengan kriteria dan dapat
mual dan muntah. hasil: mengurangi rasa
1. Nafsu makan mual dan muntah.
baik 2. Buat jadwal 2. Setelah tindakan
2. Peningkatan masukan tiap pembagian,
berat badan jam. Anjurkan kapasitas gaster
sesuai mengukur menurun kurang
dengan tujuan cairan/makanan dari 50 ml,
3. Tidak ada dan minum sehingga perlu
tanda-tanda sedikit demi makan
malnutrisi sedikit atau sedikit/sering.
4. Tidak mual makan secara
dan muntah perlahan.
3. Beritahu pasien 3. kemungkinan
untuk duduk saat aspirasi.
makan/minum.
4. Tekankan 4. Makan berlebihan
pentingnya dapat
menyadari mengakibatkan
kenyang dan mual dan muntah
menghentikan
masukan.
5. Timbang berat 5. Pengawasan
badan tiap hari. kehilangan dan
Buat jadwal alat pengkajian
teratur setelah kebutuhan nutrisi
pulang.
6. Kolaborasi 6. Perlu bantuan
dengan ahli gizi dalam
14
perencanaan diet
yang memenuhi
kebutuhan nutrisi
15
frekuensi dan istirahat adekuat
tanda dan penyembuhan
4. Tanda vital
dalam rentang
normal
16
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.O
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
AKIBAT GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)
DI RUANG TALAGA BODAS RS DUSTIRA
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. O
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Nama : Ny. S
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
17
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut di kuadran atas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
berat
18
C. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI
19
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak Lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD = 130/70 mmHg
S = 36.80C
R = 24x/mnt
N = 94 x/mnt
B = 62 kg
TB =165 cm
20
3) Lidah
Berwarna kekuningan, kotor, rasa ngecap menurun, reflek
menelan (+), koordinasi cara bicara baik
4) Gusi
Berwarna merah tidak ada pendarahan
f. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid, reflex
menelan teraba, tidak ada nyeri tekan.
g. Dada
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak cekung, tidak
cembung, tidak ada retraksi dinding dada
2) Perkusi
Terdapat suara resonan pada kedua permukaan paru
3) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ditemukan masa
4) Auskultasi
Terdengar suara broncho vasikular, tidak ada wheezing dan
ronchi, terdengar suara lup dup.
h. Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada lesi
2) Auskultasi
Terdengar suara bising usus 12x/mnt
3) Perkusi
Belum terkaji karna klien mengeluh nyeri
4) Palpasi
Terdapat nyeri ketika ditekan
i. Genetalia
Tidak terkaji terkaji
j. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Terpasang infuse RL 20gtt/mnt di tangan kanan,
pergerakan sesuai arahan. Kekuatan otot 5-5 akral
hangat, turgor kurang dari 3 detik CRT kurang dari 2
21
detik, jumlah jari lengkap, reflek bergerak sesuai
rangsangan.
2) Ekstremitas bawah
Pergerakan sesuai arahan, tidak ada bekas luka, akral
hangat turgor kurang dari 3 detik kekuatan otot 5-5.
E. DATA PSIKOSOSIAL
1. Status Emosi Emosi klien stabil, cemas saat merasakan sakit, klien sering
mengeluh tentang keaadan penyakitnya, komunikasi lancar dan mau
diajak bicara.
2. Gaya Komunikasi Klien mampu berkomunikasi dengan baik
menggunakan bahasa daerah ( Sunda) terbuka dan mau menerima saran
dari orang lain.
3. Konsep Diri
a. Body Image atau gambaran diri
Klien tidak mampu untuk melakukan aktivitas, klien harus dibantu
oleh keluarga atau perawat.
b. Ideal Diri
Klien berharap agar dirinya cepat sembuh dan segera pulang.
c. Harga Diri
Klien merasa tidak malas sehubungan dengan kondisi fisiknya yang
giat berhubungan dengan orang lain
d. Peran
Klien merasa perannya sebagai orang tua tidak berarti
4. Pola Koping
Klien menerima dan menganggap kalau sakitnya sekarang merupakan
ujian dari tuhan, tapi klien tetap berusahah untuk sembuh dengan
mengikuti prosedur tindakan yang dilakukan.
F. DATA SPIRITUAL
Klien yakin dan percaya akan agama yang, dianutnya meskipun sakit klien
tetap berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.
22
G. DATA PENUNJANG
Laboraturium, tanggal 27 oktober 2017
F. TERAPI
23
G. ANALISA DATA
Nama : Tn. O
Umur : 56
24
dan muntah Peningkatan intra
DO : abdomen
Porsi makan klien tidak
abis Refluks isi lambung
Klien tampak muntah-
muntah Mual muntah
Klien tampak lemah
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
25
PROSES KEPERAWATAN
Nama : Tn. O
Umur : 56
No. RM : 280577
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri secara 1. Untuk mengetahui tingkat
dengan adanya keperawatan 3 x 24 jam konfrehensif nyeri dan mengevaluasi
penekanan pada diharapkan nyeri berkurang nyeri
esophagus bahkan hilang dengan 2. Observasi tanda- tanda 2. Peningkatan tanda-tanda
kreteria hasil : vital vital memberikan
1. Mampu mengontrol nyeri gambaran nyeri pada klien
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Ajarkan klien relaksasi 3. Relaksasi dapat
berkurang dengan nafas dalam mengurangi nyeri
menggunakan manjemen 4. Berikan posisi nyaman 4. Dengan posisi nyaman dan
nyeri 5. Kolaborasi dengan menenangkan dapat
3. Dapat mengenali nyeri pemberian analgasik mengurangi nyeri
26
4. Klien dapat mengatakan 5. Melakukan tindakan sesuai
nyaman setelah nyeri indikasi
berkurang
2 Ketidakseimbangan Setelah tindakan 1. Kaji frekuensi muntal, 1. Penting untuk mengetahui
nutrisi kurang dari keperawatan 3 x 24 jam durasi, tingkat karakteristik mual dan
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi klien keparahan, faktor faktor penyebab mual
berhubungan dengan terpenuhi dengan kreteria frekuensi yang untuk menentukan
anoreksia, mual, hasil : menyebabkan mual- intervensi selanjutnya
muntah. 1. Tidak terjadi penurunan muntah 2. Makan sedikit demi sedikit
berat badan dari berat 2. Anjurkan klien makan dapat meningkatkan
badan ideal sedikit demi sedikit intake nutrisi
2. Tidak terjadi mual dan tapi sering 3. Untuk membantu
muntah memenuhi kebutuhan
3. Tidak adanya penurunan 3. Berikan informasi nutrisi yang dibutuhkan
nafsu makan yang tepat terhadap klien
klien tentang 4. Terafi farmokologis dalam
kebutuhan nutrisi manajemen mual-muntah
yang tepat dan sesuai dan memenuhi kebutuha
4. Kolaborasi dengan diit klien
tim medis lain
27
IMPLEMENTASI
Nama : Tn
Umur : 56 Tahun
28
tanda vital
R/
TD:130/80 mmHg
S: 36.80C
R: 24x/m
N: 86 x/m
11.00 3. Mengajarkan klien
relaksasi nafas dalam
R/ Klien mengikuti dan
mengerti teknik
relaksasi nafas dalam
11.10 4. Memberikan posisi
nyaman
R/ Klien nyaman
dengan berbaring
13.00 5. Kolaborasi dengan
pemberian analgasik
ketorolac 30mg
R/ klien merasakan
obat masuk
29
13.00 3. Memberikan informasi klien belum teratasi
yang tepat terhadap
klien tentang P : Intervensi dilanjutkan
kebutuhan nutrisi yang 1. Kaji frekuensi mual
tepat dan sesuai 2. Anjurkan klien
R/ Klien mengerti makan sedikit tapi
tentang penjelasan sering
yang di berikan 3. Berkolaborasi
4. Berkolaborasi dengan dengan tim medis
tim medis
- Ondansentron
4mg
- Diit TKTP
R/ Pemerian obat anti
mual dan diit yang
dibutuhkan klien
3 Dx 1 10.00 1. Mengkaji skala nyeri Jam 13.45
29/11/17 R/ Skala nyeri 3 S : Klien mengatakan
10.10 2. Mengobservasi ttv nyeri berkurang
R/ TD:130/70 mmHg Skala 2
S: 36.80C
R: 22x/m A : Nyeri teratasi
x
N: 90 /m sebagian
11.00 3. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam P : Intervensi dilanjtkan
R/ Klien dapat 1. Observasi ttv
melakukan teknik 2. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam relaksasi nafas
10.00 4. Memberikan posisi dalam
nyaman 3. Berikan posisi
R/ Klien nyaman nyaman
dengan berbaring 4. Kolaborasi dengan
30
13.00 5. Kolaborasi dengan dokter
dokter ketorolac 30mg
R/ Nyeri hilang setelah
minum obat
31
R/ Klien dapat
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
10.10
3. Memberikan posisi
nyaman
R/ Klien nyaman
dengan berbaring
4. Kolaborasi dengan
13.00
dokter ketorolac 30mg
R/ Nyeri hilang setelah
minum obat
6 Dx 2 10.00 1. Mengkaji frekuensi Jam 13.30
mual dan muntah S : Klien mengatakan
R/ Klien mual dan tidak tidak mual dan muntah
disertai muntah
10.30 2. Menganjurkan klien O : Klien manghabiskan
makan sedikit tapi 1 porsi makan
sering
R/ Klien tidak A : Kekurangan nutrisi
menghabiskan porsi klien teratasi
makan dan snack
13.00 3. Berkolaborasi dengan P : Intervensi dihentikam
tim medis
- Ondansentron 4mg
- Diit TKTP
R/ Pemberian terapi
anti muntah dan diit
yang dibutuhkan klien
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis
makan. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak
menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks
fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-
ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung
untuk waktu yang lama.
Penyebab yang dapat menimbulkan GERD adalah di antaranya :
1) Kelainan pada lambung
2) Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan
3) Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks
4) Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat
saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
5) Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
Kondisi peakit refluks gastroesofagus atau GERD (Gastroesofhageal
reflux disease) aliran balik (reflux) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika
cairan asam yang normalnya hanya ada dilambung, masuk dan mengiritasi
atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Reflux esophagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfringter esphagus atau tekanan didalam lambung yang
lebih tinggi dari esphagus. Dengan kedua mekanisme ini, isis lambung yang
bersifat asam bergerak masuk kedalam esophagus.
33
Tanda dan gejala yang biasa muncul adalah : Heart Burn,
Regurgitasi, Disfagia, Penurunan berat badan, Anemia, Hematemesis
atau melena
Berikut merupakan diagnosa prioritas yang dapat ditegakkan
pada kasus GERD :
a) Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan
refluks laring dan glotis terhadap cairan refluks
b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang
kurang, mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
d) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
e) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan
ke laring dan tenggorokan.
B. SARAN
Penulis mengharapkan agar mahasiswa terutama penulis sendiri
dapat lebih mengetahui tentang GERD dan dapat menentukan tindakan
asuhan keperawatan yang tepat serta bagi pihak Rumah Sakit dapat
menjadi bahan bacaan sebagai bahan informasi tambahan.
34