Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux


Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai
gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus
dan atau komplikasi (Susanto, 2007).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis
makan. Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik
primer, isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke
lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak
menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks fisiologis.
Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-ulang yang
menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang
lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan
lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2007).
Prevalensi GERD di Amerika Utara yaitu 18,1%-27,8% di Eropa yaitu
8,8%-25,9% di Asia Timur 2,5%-7,8%, Australia 11,6%, dan Amerika Selatan
yaitu 23,0% (El-Serag, Sweet, Winchester, & Dent, 2014). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, didapatkan
peningkatan prevalensi GERD dari 5,7% pada tahun 1997 sampai 25,18% pada
tahun 2002, peningkatan ini terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup yang
dapat meningkatkan faktor risiko GERD seperti merokok dan obesitas
(Simadibrata, 2009).

Prevalensi GERD menurut Map of Digestive Disorders & Diseases tahun


2008 di Amerika Serikat, United Kingdom, Australia, Cina, Jepang, Malaysia, dan
Singapura adalah 15%, 21%, 10,4%, 7,28%, 6,60%, 38,8%, dan 1,6%. Belum
ada data mengenai GERD di Indonesia, namun keluhan serupa GERD cukup
banyak ditemukan dalam praktik sehari-hari. Salah satu masalah bagi setiap
tenaga kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer adalah menegakkan
diagnosis dan menentukan terapi GERD dengan keterbatasan alat penunjang
diagnostik. GERD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, diet,

1
rokok, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), obesitas, faktor
pelindunglambung dan faktor perusak gaster, faktor pelindung gaster diantaranya
yaitu sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa, dan regenerasi
epitel,sedangkan faktor perusak gaster yaitu asam hidroklorida (HCL) lambung
serta zatzat yang dapat merangsang sekresi asam HCL gaster berlebihan dan
dilatasi gaster (CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017).

Tidak adanya keseimbangan faktor pelindung dan faktor perusak pada


organ gaster merupakan inti dari permasalahan GERD. Dengan menghindari
faktor perusak seperti makanan pedas, kopi, dan NSAID, diharapkan dapat
menghindari kekambuhan GERD (Ndraha, 2014).

Pasien GERD biasanya mengeluhkan bermacam-macam keluhan, seperti


heartburn, regurgitation, dan gangguan makan, tetapi terkadang pasien datang
dengan keluhan sesak, nyeri dada, dan batuk. (Patti, 2016).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui Definisi GERD
2. Mengetahui Etiologi GERD
3. Mengetahui Patofisiologi
4. Mengetahui Manifestasi Klinis GERD
5. Menetapkan intervensi, implementasi, evaluasi GERD

C. MANFAAT

Mahasiswa mampu mengetahui salah satu kasus yaitu GERD atau


Gastroesophageal Reflux Disease serta dapat menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan terhadap
pasien.

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

I. DEFINISI

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu gangguan dimana


isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang bersifat
kronis dan menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang
mengganggu (Simadibrata, 2009).

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux


Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai
gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus
dan atau komplikasi (Susanto, 2007).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis
makan. Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik
primer, isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke
lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak
menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks fisiologis.
Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-ulang yang
menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang
lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan
lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2007).

II. ETIOLOGI
Menurut Yusuf, 2009 etiologi GERD meliputi :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya
pepsin, garam empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas

3
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin),
penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

III. PATOFISIOLOGI
Kondisi peakit refluks gastroesofagus atau GERD (Gastroesofhageal
reflux disease) aliran balik (reflux) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika
cairan asam yang normalnya hanya ada dilambung, masuk dan mengiritasi
atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Reflux esophagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfringter esphagus atau tekanan didalam lambung yang
lebih tinggi dari esphagus. Dengan kedua mekanisme ini, isis lambung
yang bersifat asam bergerak masuk kedalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esophagus
karena adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter bukanlah sfingter sejati,
tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya
hanya terbuka jika gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke
bawah esofags. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemah dan
makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya tetap
dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang
berada dalam rongga abdomen menyebabkan tekanan abdomen lebih
besar dari pada tekana toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi
lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah
atau inkompeten sfingter tidak dapat menutup lambug. Refluks akan terjadi
dari merah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah betekanan rendah
(esofagus).episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi
karena menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus.
Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dalam keadaan normal,
refluks dapat terjadi jika terdapat gardien tekanan yang sangat tinggi di

4
sfingter. Sebagai contoh jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen
dapat meningkat secara bermakna. Kondisi ini dapat disebabkan porsi
makan yang besar. Tekanan abdomen yang tinggi cederung mendorong
sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal ini membersar gradien tekanan
antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi bebaring terutama setelah
makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi
esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung, walaupun
esofagus meiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak
sebanyak atau seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009).

IV. MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan
gejala atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD 70 % merupakan tipikal,
yaitu :
1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala
heartburn adalah gejala tersering.
2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring.
Kemudian mulut terasa asam dan pahit.
3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur (Yusuf,
2009)
Gejala Atipikal :
a. Batuk kronik dan kadang wheezing
b. Suara serak
c. Pneumonia
d. Fibrosis paru
e. Bronkiektasis
f. Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009).

Gejala lain :
a. Penurunan berat badan
b. Anemia
c. Hematemesis atau melena
d. Odinofagia (Bestari, 2011).

5
V. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama
Dikaji durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan, lokasi, faktor
pencetus, manifestasi yang berhubungan :
a. Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
b. Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak,
pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
c. Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau
melena, odinofagia.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit gastrointestinal lain
b. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
c. Alergi/reaksi respon imun
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan
sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang
dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis,
apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas),
tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola
pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna
(meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain),
turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat
dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar
getah bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang
yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan
retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan
ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel),
wajahnya asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat
dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa,

6
pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga,
membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan
mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi,
ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada
tidaknya massa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi,
konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan
e. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah
organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya,
keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya, pergerakan nafas,
ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada
saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor
atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup
atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain
serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal
atau tambahan seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi
gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah,
kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut
apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi
jantung, atau bising jantung dan lain-lain
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising
usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan
serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung
kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ
tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta
genetalianya.
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya
rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan,
otot kaki, dan lain-lain.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih
oleh evaluasi pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat
bahwa PRGE tidak selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat

7
secara mikroskopik dan dalam keadaan ini merupakan biopsi.
Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan berguna
pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan
kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya
sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan
pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak,
atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
a. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa
esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan
HCL 0,1 % yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif
tidak memiliki arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal
esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal
esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%.
b. Tes EdrofoniumTes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium
yang disuntikan intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk
menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari
rekaman gerak peristaltik esofagus secara manometrik untuk
memastikan nyeri dada asal esofagus.
4. Pengukuran pH dan tekanan esofagus
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada
tidaknya RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap
diagnostik untuk RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri
dada dengan RGE adalah menggunakan alat yang mencatat secara
terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan
manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda
serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan
antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa
ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan
adanya PRGE.

8
5. Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy
Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan
esofagus dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).
6. Pemeriksaaan Esofagogram
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan
mukosa esofagus, erosi, dan striktur.
7. Tes PPI
Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada
pasien yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan
hilang selama satu minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.
8. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian
terapi pada pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan
peristaltik/motilitas esofagus.
9. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau
keganasan. Tetapi bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).

VII. ANALISA DATA


No Data Menyimpang Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1 Kaji masalah yang Kelemahan otot Risiko aspirasi
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnose (Lower esophageal hambatan menelan,
sphincter) penurunan refluks
laring dan glotis
Peningkatan intra terhadap cairan
abdomen refluks.

Refluks isi lambung

Muntah - muntah
2 Kaji masalah yang Kelemahan otot Defisit volume cairan
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnosa (Lower esophageal pemasukan yang

9
sphincter) kurang, mual dan
muntah /
Peningkatan intra pengeluaran yang
abdomen berlebihan.

Refluks isi lambung

Muntah – muntah

Pengeluaran cairan
berlebih
3 Kaji masalah yang Kelemahan otot Ketidakseimbangan
berhubungan dengan esophagus, LES nutrisi kurang dari
diagnose (Lower esophageal kebutuhan tubuh
sphincter) berhubungan dengan
anoreksia, mual,
Peningkatan intra muntah.
abdomen

Refluks isi lambung

Mual muntah

4 Kaji masalah yang Kelemahan otot Nyeri akut


berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnose (Lower esophageal inflamasi lapisan
sphincter) esofagus

Peningkatan intra
abdomen

Refluks isi lambung

Penumpukan asam
lambung di

10
esophagus

Terjadi infeksi di
esophagus

Merangsang nyeri
5 Kaji masalah yang Kelemahan otot Bersihan jalan
berhubungan dengan esophagus, LES nafas tidak efektif
diagnose (Lower esophageal berhubungan
sphincter) dengan refluks
cairan ke laring dan
Peningkatan intra tenggorokan.
abdomen

Refluks isi lambung


sampai ke
tenggorokan

Jalan nafas
terhambat

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan
refluks laring dan glotis terhadap cairan refluks.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang,
mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke
laring dan tenggorokan.

11
IX. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Risiko aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Meningkatkan
berhubungan tindakan kesadaran, reflek ekspansi paru
dengan keperawatan batuk dan maksimal dan alat
hambatan selama ...x 24 kemampuan pembersihan jalan
menelan, jam masalah menelan. napas.
penurunan aspirasi pada 2. Naikkan kepala 2. Meningkatkan
refleks laring dan klien dapat diatasi 30-45 derajat pengisian udara
glotis terhadap dengan kriteria setelah makan. seluruh segmen
cairan refluks hasil: paru,
1. Klien dapat memobilisasi dan
bernafas mengeluarkan
dengan sekret.
mudah, tidak 3. Potong makanan 3. Menghindari
irama, kecil kecil. terjadinya risiko
frekuensi aspirasi yang
pernafasan terlalu tinggi.
normal skala 4 4. Hindari makan 4. Dapat membatasi
2. Pasien kalau residu ekspansi
mampu masih banyak gastroesofagus
menelan,
mengunyah
tanpa terjadi
aspirasi, dan
mampu
melakukan
oral hygiene
skala 4
3. Jalan nafas
paten, mudah
bernafas, tidak
merasa
tercekik dan
tidak ada

12
suara nafas
abnormal
skala 4

2 Defisit volume Setelah dilakukan 1. Monitor status 1. Perubahan pada


cairan tindakan hidrasi. kapasitas gaster
berhubungan keperawatan dan mual sangat
dengan selama .....x 24 mempengaruhi
pemasukan yang jam, defisit masukan dan
kurang, mual dan volume cairan kebutuahan cairan,
muntah / pada klien dapat peningkatan risiko
pengeluaran yang diatasi dengan dehidrasi.
berlebihan. kriteria hasil: 2. Kaji tanda vital, 2. Indikator
1. Mempertahank catat perubahan dehidrasi/hipovole
an urine output TD, takikardi, mia, keadekuatan
sesuai dengan turgor kulit dan penggantian
usia BB, BJ kelembaban cairan.
urine normal membran
skala 4 mukosa.
2. Tidak ada 3. Berikan cairan 3. Menggantikan
tanda-tanda tambahan IV kehilangan cairan
dehidrasi, sesuai indikasi. dan memperbaiki
elastisitas keseimbangan
turgor kulit cairan dalam fase
baik dan tidak segera dan pasien
ada rasa haus mampu memenuhi
yang cairan per oral.
berlebihan 4. Dorong masukan 4. Memungkinkan
skala oral bila mampu penghentian
3. Hematokrit tindakan dukungan
menurun skala cairan infasif dan
4. Tidak ada kembali ke norma
ascites skala

13
3 Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Diskusikan pada 1. Dengan memilih
an nutrisi kurang tindakan pasien makanan makanan yang
dari kebutuhan keperawatan yang disukainya disukai pasien
tubuh selama .....x 24 dan makanan maka selera
berhubungan jam, nutrisi pada yang tidak makan si pasien
dengan intake klien dapat diatasi disukainya. akan bertambah
kurang akibat dengan kriteria dan dapat
mual dan muntah. hasil: mengurangi rasa
1. Nafsu makan mual dan muntah.
baik 2. Buat jadwal 2. Setelah tindakan
2. Peningkatan masukan tiap pembagian,
berat badan jam. Anjurkan kapasitas gaster
sesuai mengukur menurun kurang
dengan tujuan cairan/makanan dari 50 ml,
3. Tidak ada dan minum sehingga perlu
tanda-tanda sedikit demi makan
malnutrisi sedikit atau sedikit/sering.
4. Tidak mual makan secara
dan muntah perlahan.
3. Beritahu pasien 3. kemungkinan
untuk duduk saat aspirasi.
makan/minum.
4. Tekankan 4. Makan berlebihan
pentingnya dapat
menyadari mengakibatkan
kenyang dan mual dan muntah
menghentikan
masukan.
5. Timbang berat 5. Pengawasan
badan tiap hari. kehilangan dan
Buat jadwal alat pengkajian
teratur setelah kebutuhan nutrisi
pulang.
6. Kolaborasi 6. Perlu bantuan
dengan ahli gizi dalam

14
perencanaan diet
yang memenuhi
kebutuhan nutrisi

4 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kurangi faktor 1. Dengan


berhubungan tindakan presipitasi nyeri berkurangnya
dengan keperawatan faktor pencetus
inflamasi selama ......x 24 nyeri maka pasien
lapisan jam, pasien tidak tidak terlalu
esofagus. mengalami nyeri, merasakan
dengan kriteria intensitas nyeri.
hasil: 2. Tingkatkan 2. Menurunkan
1. Mampu istirahat tegangan abdomen
mengontrol dan meningkatkan
nyeri (tahu rasa kontrol.
penyebab 3. Berikan informasi 3. Pemberian
nyeri, mampu tentang nyeri informasi yang
menggunakan seperti penyebab berulang dapat
tehnik nyeri, berapa mengurangi rasa
nonfarmakolog lama nyeri akan kecemasan pasien
i untuk berkurang, dan terhadap rasa
mengurangi antisipasi nyerinya.
nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan) prosedur.
2. Melaporkan 4. Ajarkan tentang 4. Meningkatkan
bahwa nyeri teknik relaksasi,
berkurang nonfarmakologi memfokuskan
dengan seperti teknik kembali perhatian
menggunakan relaksasi nafas dan meningkatkan
manajemen dalam, distraksi kemampuan
nyeri dan kompres koping.
3. Mampu hangat/dingin.
mengenali 5. Berikan analgesik 5. Perlu penanganan
nyeri (skala, untuk mengurangi obat untuk
intensitas, nyeri memudahkan

15
frekuensi dan istirahat adekuat
tanda dan penyembuhan
4. Tanda vital
dalam rentang
normal

5 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Peninggian kepala


nafas tidak efektif tindakan untuk tempat tidur
berhubungan keperawatan memaksimalkan mempermudah
dengan refluks selama ......x 24 ventilasi fungsi pernapasan
cairan ke laring jam klien dapat 2. Lakukan 2. Fisioterapi dada
dan tenggorokan menunjukkan fisioterapi dada dapat
kriteria hasil: jika perlu mengeluarkan sisa
sekret yang masih
Status hasil: tertinggal.
jalan nafas yang 3. Atur intake untuk 3. Keseimbangan
paten (tidak cairan akan stabil apabila
tercekik, irama mengoptimalkan antara pemasukan
nafas dan pola keseimbangan. dan pengeluaran
nafas dalam diatur
rentang normal) s

16
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.O
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
AKIBAT GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)
DI RUANG TALAGA BODAS RS DUSTIRA

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Biodata Pasien

Nama : Tn. O

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Alamat : Blok Babakan Sari 03/06

Suku Bangsa : Sunda

DX Medis : GERD (Gastro Eosophageal Reflux)

No. Reg : 280577

Tanggal masuk : 27 oktober 2017, Jam 10.00 WIB

Tanggal dikaji : 28 oktober 2017, Jam 10.00 WIB

b. Biodata penanggung jawab

Nama : Ny. S

Umur : 48 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Hubungan dg Klien : Istri klien

17
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut di kuadran atas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak

dan berkurang ketika tidur

Q : Klien mengatakan nyeri seperti tertimpah beban

berat

R : Klien mengatakan nyeri di rasakan di area perut

dan menjalar ke area punggung

S : Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan


pada skala 5 (0-10)
T : Nyeri terasa terus menerus
3. Riwayat penyakit masa yang lalu
Klien mengatakan pernah dirawat dengan maag selama 4 hari di RS
Dustira satu bulan yang lalu
4. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun
obat-obatan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama seperti klien. Tidak ada riwayat penyakit menular atau turunan
seperti asma, TBC, hipertensi, stroke, diabetes melitus atau kanker.

18
C. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI

NO POLA DI RUMAH DI RUMAH SAKIT


1 Pola Makan/Minum
a. Pola Makan
1. Jenis Nasi,sayur dan lauk Nasi, bubur
2. Porsi 1 Porsi ¼ Porsi
3. Frekwensi 2-3x/hari 3x/ Hari
4. Pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Keluhan Tidak Ada Mual dan muntah
a. Pola Minum
1. Jenis Air Mineral, teh, susu Air mineral
2. Frekwensi 8-9 gelas/hari 6-7 gelas/hari
3. Pantangan Tidak ada Belum terkaji
4. Keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Pola Eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi 1-2x/hari Belum BAB
2. Konsistensi Lembek Belum terkaji
3. Warna Kuning Belum terkaji
4. Keluhan Tidak ada Nyeri Abdomen
b. BAK
1. Frekuensi 4-5x/ hari 1-3x/hari
2. Warna Kuning jernih Kuning pucat
3. Keluhan Tidak ada Belum terkaji
3 Pola Istirahat dan tidur
a. Siang 13.00-15.00 Tidak tidur
b. Malam 21.00-04.00 21.00-05.00
4 Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari pakai sabun Belum mandi
b. Gosok gigi 2x/hari pakai odol 1 x/hari
c. Keramas 3x/minggu Belum keramas

19
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak Lemah
 Tingkat kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda vital :
TD = 130/70 mmHg

S = 36.80C

R = 24x/mnt

N = 94 x/mnt

B = 62 kg

TB =165 cm

2. Hasil Pemeriksaan Fisik


a. Rambut
Berwarna hitam, tidak ada kerontokan, tidak ada ketombe tidak
ada nyeri tekan
b. Mata
Konjungtiva anemis, skelera tidak ikterik, tidak ada oedema,
pupil isokor, dapat megedip, membaca, dan mampu
mengerakan bola mata tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Bentuk telinga simetris kanan-kiri, serumen kering, klien mampu
mendengar apa yang klien katakana, tidak ada nyeri tekan.
d. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret, mampu mencium minyak
wangi, tidak ada bekas luka, tidak terpasang NGT tidak ada
nyeri tekan
e. Mulut
1) Mukasa bibir kering, tidak sianosis/ bentuk simetris tidak
ada lesi.
2) Gigi
Berwarna kekuningan terdapat gigi ompong.

20
3) Lidah
Berwarna kekuningan, kotor, rasa ngecap menurun, reflek
menelan (+), koordinasi cara bicara baik
4) Gusi
Berwarna merah tidak ada pendarahan
f. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid, reflex
menelan teraba, tidak ada nyeri tekan.
g. Dada
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak cekung, tidak
cembung, tidak ada retraksi dinding dada
2) Perkusi
Terdapat suara resonan pada kedua permukaan paru
3) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ditemukan masa
4) Auskultasi
Terdengar suara broncho vasikular, tidak ada wheezing dan
ronchi, terdengar suara lup dup.
h. Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada lesi
2) Auskultasi
Terdengar suara bising usus 12x/mnt
3) Perkusi
Belum terkaji karna klien mengeluh nyeri
4) Palpasi
Terdapat nyeri ketika ditekan
i. Genetalia
Tidak terkaji terkaji
j. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Terpasang infuse RL 20gtt/mnt di tangan kanan,
pergerakan sesuai arahan. Kekuatan otot 5-5 akral
hangat, turgor kurang dari 3 detik CRT kurang dari 2

21
detik, jumlah jari lengkap, reflek bergerak sesuai
rangsangan.
2) Ekstremitas bawah
Pergerakan sesuai arahan, tidak ada bekas luka, akral
hangat turgor kurang dari 3 detik kekuatan otot 5-5.
E. DATA PSIKOSOSIAL
1. Status Emosi Emosi klien stabil, cemas saat merasakan sakit, klien sering
mengeluh tentang keaadan penyakitnya, komunikasi lancar dan mau
diajak bicara.
2. Gaya Komunikasi Klien mampu berkomunikasi dengan baik
menggunakan bahasa daerah ( Sunda) terbuka dan mau menerima saran
dari orang lain.
3. Konsep Diri
a. Body Image atau gambaran diri
Klien tidak mampu untuk melakukan aktivitas, klien harus dibantu
oleh keluarga atau perawat.
b. Ideal Diri
Klien berharap agar dirinya cepat sembuh dan segera pulang.
c. Harga Diri
Klien merasa tidak malas sehubungan dengan kondisi fisiknya yang
giat berhubungan dengan orang lain
d. Peran
Klien merasa perannya sebagai orang tua tidak berarti
4. Pola Koping
Klien menerima dan menganggap kalau sakitnya sekarang merupakan
ujian dari tuhan, tapi klien tetap berusahah untuk sembuh dengan
mengikuti prosedur tindakan yang dilakukan.

F. DATA SPIRITUAL
Klien yakin dan percaya akan agama yang, dianutnya meskipun sakit klien
tetap berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.

22
G. DATA PENUNJANG
Laboraturium, tanggal 27 oktober 2017

NO PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

1 GDS 93 md/dl <160


2 HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,1 g/dL 13-18
Eritrosit 4,7 10^g/dL 4.0-5.5
Leukosit 11,2 3^g/dL 4.0-10.0
Trombosit 39,3 % 38-51
Hematokrit 330 10^g/dL 150-450

F. TERAPI

No Nama obat Dosis Rute Waktu


1 RL 20 tpm IV
2 Ondansentron 2 x 4mg IV 13.00 dan 01.00
3 Pantoprazol 1 x 40mg IV 13.00
4 Braxidin 2 x 1 tablet PO 13.00 dan 01.00
(Klordiazepoksida
5 mg dan
Klidinium
Bromida 2,5 mg)
5 Ketorolac 2 x 30mg IV 13.00 dan 01.00

23
G. ANALISA DATA

Nama : Tn. O

Umur : 56

No. Reg : 280577

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Kelemahan otot Nyeri akut
- Klien mengatakan esophagus (LES) berhubungan
nyeri bertambah  dengan adanya
saat bergerakdan Reflux cairan asam penekanan pada
berkurang ketika lambung esophagus
tidur 
- Klien mengatakan Adanya penekanan di
nyeri seperti esophagus, implamasi
tertimpah beban 
berat Rangsangan nyeri
- Klien mengatakan 
nyeri di rasakan di Nyeri
area perut dan
menjalar ke area
punggung
- Klien mengatakan
skala nyeri yang
dirasakan pada
skala 6 (0-10)
- Nyeri terasa terus
menerus
DO :
Klien tampak meringis

2 DS : Kelemahan otot Ketidakseimbangan


Klien mengatakan tidak esophagus, LES (Lower nutrisi kurang dari
nafsu makan esophageal sphincter) kebutuhan
Klien mengatakan mual

24
dan muntah Peningkatan intra
DO : abdomen
Porsi makan klien tidak
abis Refluks isi lambung
Klien tampak muntah-
muntah Mual muntah
Klien tampak lemah

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah

25
PROSES KEPERAWATAN

Nama : Tn. O

Umur : 56

No. RM : 280577

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri secara 1. Untuk mengetahui tingkat
dengan adanya keperawatan 3 x 24 jam konfrehensif nyeri dan mengevaluasi
penekanan pada diharapkan nyeri berkurang nyeri
esophagus bahkan hilang dengan 2. Observasi tanda- tanda 2. Peningkatan tanda-tanda
kreteria hasil : vital vital memberikan
1. Mampu mengontrol nyeri gambaran nyeri pada klien
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Ajarkan klien relaksasi 3. Relaksasi dapat
berkurang dengan nafas dalam mengurangi nyeri
menggunakan manjemen 4. Berikan posisi nyaman 4. Dengan posisi nyaman dan
nyeri 5. Kolaborasi dengan menenangkan dapat
3. Dapat mengenali nyeri pemberian analgasik mengurangi nyeri

26
4. Klien dapat mengatakan 5. Melakukan tindakan sesuai
nyaman setelah nyeri indikasi
berkurang
2 Ketidakseimbangan Setelah tindakan 1. Kaji frekuensi muntal, 1. Penting untuk mengetahui
nutrisi kurang dari keperawatan 3 x 24 jam durasi, tingkat karakteristik mual dan
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi klien keparahan, faktor faktor penyebab mual
berhubungan dengan terpenuhi dengan kreteria frekuensi yang untuk menentukan
anoreksia, mual, hasil : menyebabkan mual- intervensi selanjutnya
muntah. 1. Tidak terjadi penurunan muntah 2. Makan sedikit demi sedikit
berat badan dari berat 2. Anjurkan klien makan dapat meningkatkan
badan ideal sedikit demi sedikit intake nutrisi
2. Tidak terjadi mual dan tapi sering 3. Untuk membantu
muntah memenuhi kebutuhan
3. Tidak adanya penurunan 3. Berikan informasi nutrisi yang dibutuhkan
nafsu makan yang tepat terhadap klien
klien tentang 4. Terafi farmokologis dalam
kebutuhan nutrisi manajemen mual-muntah
yang tepat dan sesuai dan memenuhi kebutuha
4. Kolaborasi dengan diit klien
tim medis lain

27
IMPLEMENTASI

Nama : Tn

Umur : 56 Tahun

No. Reg : 280577

NO TANGGAL JAM TINDAKAN EVALUASI PARAF


1 DX 1 10.00 1. Mengkaji nyeri secara Jam : 13.45
28/10/17 konfrehensif S : Klien mengatakan
- Klien mengatakan nyeri berkurang dengan
nyeri bertambah skala nyeri 3
saat bergerak dan
berkurang ketika O : Klien tampak
tidur mengeluh nyeri
- Klien mengatakan
nyeri seperti A : Nyeri belum teratasi
tertimpah beban
berat P : Intervensi dilanjutkan
- Klien mengatakan 1. Kaji skala nyeri
nyeri di rasakan di 2. Observasi ttv
area perut dan 3. Ajarkan teknik
menjalar ke area relaksasi nafas
punggung dalam
- Klien mengatakan 4. Berikan posisi
skala nyeri yang nyaman
dirasakan pada 5. Kolaborasi dengan
skala 6 (0-10) dokter
- Nyeri terasa terus
menerus
10.10 2. Monitoring tanda-

28
tanda vital
R/
TD:130/80 mmHg
S: 36.80C
R: 24x/m
N: 86 x/m
11.00 3. Mengajarkan klien
relaksasi nafas dalam
R/ Klien mengikuti dan
mengerti teknik
relaksasi nafas dalam
11.10 4. Memberikan posisi
nyaman
R/ Klien nyaman
dengan berbaring
13.00 5. Kolaborasi dengan
pemberian analgasik
ketorolac 30mg
R/ klien merasakan
obat masuk

2 DX 2 10.00 1. Mengkaji frekuensi Jam 13.30


28/11/17 muntah, durasi, tingkat S : Klien mengatakan
keparahan, masih mual dan muntah
R/ klien mual terus 1x
menerus
Muntah 1x O : Klien tampak lemas
10.30 2. Menganjurkan klien dan ada bercak bekas
makan sedikit demi muntah di tempat tidur
sedikit tapi sering klien
R/ Klien tidak nafsu
makan A : Kekurangan nutrisi

29
13.00 3. Memberikan informasi klien belum teratasi
yang tepat terhadap
klien tentang P : Intervensi dilanjutkan
kebutuhan nutrisi yang 1. Kaji frekuensi mual
tepat dan sesuai 2. Anjurkan klien
R/ Klien mengerti makan sedikit tapi
tentang penjelasan sering
yang di berikan 3. Berkolaborasi
4. Berkolaborasi dengan dengan tim medis
tim medis
- Ondansentron
4mg
- Diit TKTP
R/ Pemerian obat anti
mual dan diit yang
dibutuhkan klien
3 Dx 1 10.00 1. Mengkaji skala nyeri Jam 13.45
29/11/17 R/ Skala nyeri 3 S : Klien mengatakan
10.10 2. Mengobservasi ttv nyeri berkurang
R/ TD:130/70 mmHg Skala 2
S: 36.80C
R: 22x/m A : Nyeri teratasi
x
N: 90 /m sebagian
11.00 3. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam P : Intervensi dilanjtkan
R/ Klien dapat 1. Observasi ttv
melakukan teknik 2. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam relaksasi nafas
10.00 4. Memberikan posisi dalam
nyaman 3. Berikan posisi
R/ Klien nyaman nyaman
dengan berbaring 4. Kolaborasi dengan

30
13.00 5. Kolaborasi dengan dokter
dokter ketorolac 30mg
R/ Nyeri hilang setelah
minum obat

4 Dx 2 10.00 1. Mengkaji frekuensi Jam 13.30


29/11/17 mual dan muntah S : Klien mengatakan
R/ Klien mual dan tidak mual
disertai muntah
10.30 2. Menganjurkan klien O : Klien tampak lemas
makan sedikit tapi
sering A : Kekurangan nutrisi
R/ Klien tidak klien belum teratasi
menghabiskan porsi
makan dan snack P : Intervensi dilanjutkan
13.00 3. Berkolaborasi dengan 1. Kaji frekuensi
tim medis mual
- Ondansentron 2. Anjurkan klien
4mg makan sedikit tapi
- Diit TKTP sering
R/ Pemberian terapi 3. Berkolaborasi
anti muntah dan diit dengan tim medis
yang dibutuhkan klien
5 Dx 1 10.00 1. Mengkaji skala nyeri Jam 13.45
R/ Skala nyeri 2 S : Klien mengatakan
10.10 2. Mengobservasi ttv nyeri hilang
R/ TD:120/70 mmHg
S: 36.80C O : Keadaan klien baik
R: 20x/m
N: 80 x/m A : Nyeri teratasi
Mengajarkan teknik
10.00
relaksasi nafas dalam P : Intervensi dihentikan

31
R/ Klien dapat
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
10.10
3. Memberikan posisi
nyaman
R/ Klien nyaman
dengan berbaring
4. Kolaborasi dengan
13.00
dokter ketorolac 30mg
R/ Nyeri hilang setelah
minum obat
6 Dx 2 10.00 1. Mengkaji frekuensi Jam 13.30
mual dan muntah S : Klien mengatakan
R/ Klien mual dan tidak tidak mual dan muntah
disertai muntah
10.30 2. Menganjurkan klien O : Klien manghabiskan
makan sedikit tapi 1 porsi makan
sering
R/ Klien tidak A : Kekurangan nutrisi
menghabiskan porsi klien teratasi
makan dan snack
13.00 3. Berkolaborasi dengan P : Intervensi dihentikam
tim medis
- Ondansentron 4mg
- Diit TKTP
R/ Pemberian terapi
anti muntah dan diit
yang dibutuhkan klien

32
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis
makan. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak
menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks
fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-
ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung
untuk waktu yang lama.
Penyebab yang dapat menimbulkan GERD adalah di antaranya :
1) Kelainan pada lambung
2) Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan
3) Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks
4) Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat
saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
5) Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
Kondisi peakit refluks gastroesofagus atau GERD (Gastroesofhageal
reflux disease) aliran balik (reflux) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika
cairan asam yang normalnya hanya ada dilambung, masuk dan mengiritasi
atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Reflux esophagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfringter esphagus atau tekanan didalam lambung yang
lebih tinggi dari esphagus. Dengan kedua mekanisme ini, isis lambung yang
bersifat asam bergerak masuk kedalam esophagus.

33
Tanda dan gejala yang biasa muncul adalah : Heart Burn,
Regurgitasi, Disfagia, Penurunan berat badan, Anemia, Hematemesis
atau melena
Berikut merupakan diagnosa prioritas yang dapat ditegakkan
pada kasus GERD :
a) Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan
refluks laring dan glotis terhadap cairan refluks
b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang
kurang, mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
d) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
e) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan
ke laring dan tenggorokan.

B. SARAN
Penulis mengharapkan agar mahasiswa terutama penulis sendiri
dapat lebih mengetahui tentang GERD dan dapat menentukan tindakan
asuhan keperawatan yang tepat serta bagi pihak Rumah Sakit dapat
menjadi bahan bacaan sebagai bahan informasi tambahan.

34

Anda mungkin juga menyukai