OLEH:
NIM : 1902031
T.A 2021/2022
BAB I
1.1 Defenisi
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome)
di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto,2012).
Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan suatu keadaan melemahnya
Lower Esophageal Sphincter (LES) yang mengakibatkan terjadinya refluks cairan asam
lambung ke dalam esofagus.(Saputra. 2017)
Definisi GERD menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks
Gastroesofageal di Indonesia tahun 2013 adalah suatu gangguan berupa isi lambung
mengalami refluks berulang ke dalam esofagus, menyebabkan gejala dan/atau komplikasi
yang mengganggu.1 GERD adalah suatu keadaan patologis akibat refluks kandungan
lambung ke dalam esophagus dengan berbagai gejala akibat keterlibatan esofagus, faring,
laring dan saluran napas. (Saputra. 2017)
Sedangkan menurut American College of Gastroenterology, GERD is a physical
condition in which acid from the stomach flows backward up into the esofagus.3 Jadi,
GERD adalah suatukeadaan patologis di mana cairan asam lambung mengalami refluks
sehingga masuk ke dalam esofagus dan menyebabkan gejala.(Saputra.2017)
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang jarang
terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang berat
seperti refluks esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa. Refluks gastroesofagus adalah
masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang,
terutama setelah makan (Asroel,2002).
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome)
di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. Karena
sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang
mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak
merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu,
dinamakan refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi
berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk
waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks
cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2012).
1.2 Anatomi
1. Esofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar
esofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal esofagus, lapisan otot
hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagiantengah, campuran sel-sel otot lurik dan
polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
2. Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik
yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar
kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits
ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi
mukus. Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, danpylorus.
2.1 Etiologi
Menurut Saputra (2017), beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:
Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam
empedu, HCL
Kelainan padalambung
Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
1.3 Klasifikasi
Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala
atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD 70 % merupakan tipikal, yaitu :
3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur (Yusuf, 2009)
Gejala Atipikal :
2. Suaraserak
3. Pneumonia
4. Fibrosisparu
5. Bronkiektasis
2. Anemia
1.4 Patofisiologi
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux
disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus.GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan
asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih
tinggi dari esophagus.Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam
bergerak masuk ke dalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanya
kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu
area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal
ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung.
Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,
karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan
abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan
isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau
inkompeten, sfingter tidak dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah
bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks
yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut di area bawahesofagus.
Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal, refluks
dapat terjadi jika terdapat gradien tekananyang sangat tinggi di sfingter. Tekanan
abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal
ini memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi
berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi
lambung mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung.
Walaupun esofagus memiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak
sebanyak atau seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009: 600).
1.5 Pathway
2. Muntah
5. Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa
dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang biasanya
berlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan
lokasi panas dalamperut.
6. Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada saluran
udara
7. Suara parau
11. Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)
13. Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang,
lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi yang
disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala
yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan berkembang
menjadi kanker pada beberapaorang.
2. Radiologi
3. TesProvokatif
A. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa
esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1
% yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki
arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus.
Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut
kepustakaan berkisar antara80-90%.
B. TesEdrofonium
5. Tes Gastro-EsophagealScintigraphy
Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus
dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).
6. TesPPI
Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien
yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu
minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.
7. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada
pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan
peristaltik/motilitas esofagus.
8. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi
bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).
1.8 Penatalaksanaan
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala menandakan
adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan esofagitisnya).Hal ini
tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala pada
tatalaksana GERD.Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi
medikamentosa GERD:
- Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan
gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer
terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian
bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan,
dapat menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta
konstipasi terutama antasid yang mengandung aluminium, penggunaannya
sangat terbatas pada pasien dengan gangguan fungsiginjal.
- Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah
simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam,
golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan
obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang
serta tanpa komplikasi.
- Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan
GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun,
pada prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan
sekresiasam.
- Cisapride. Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya
dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik
dibandingkan dengan domperidon.
2. Esofagitisulseratif
3. Perdarahan
4. Striktur esophagus
5. Aspirasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi usaha untuk
mengetahui permasalahan Pasien yaitu pengumpulan data tentang status kesehatan
Pasien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan yang
dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian keperawatan meliputi anamnesa,
pemeriksaan kesehatan, pengkajian, pemeriksaan diagnostik serta pengkajian
penatalaksanaan medis. Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam
melakukan komunikasi, wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010
dalam Wibowo 2016).
1. Identitas / Biodata Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status perkawinan
tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester, diagnosa masuk, alamat.
2. Keluhan Utama
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau dialami klien yang
menyebabkanmklien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/masuk rumah
sakit.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Beberapa kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang?
Bagaimana xara klien mencari pertolongan? Apakah klien pernah menderita sakit
DM (Diabetes Melitus), HT (Hipertensi), TBC (Tuberkulosisi Paru), kanker dan
lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita Gerd atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung (Bararah, 2013:40)
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal Pasien .
Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan kadang menurun,
respiraton rate (RR) meningkat lebih dari 20x/menit (Doengoes, 2014:727).
Pemeriksaan Fisik Persistem
Rambut
Mengamati kondisi rambut , meliputi :
d) Keadaan tekstur
Kepala
a) Botak/alopesia
b) Ketombe
c) Berkutu
d) Adakaheritem
e) Kebersihan
Mata
Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda- tanda
pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana
membran mukosa.
Mulut
Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi,
tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
Gigi
Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap
atau gigi palsu.
Telinga
Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau
perubahan daya pendengaran.
Kulit
Kuku danKulit
Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.
Genetalia
Tubuh SecaraUmum
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan
tenggorokan
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Alamat : Lintong
Tgl MRS : Selasa, 18 Januari 2022
Tgl pengkajian : Selasa, 21 November 2022
NO. RM :
Dx Medis : GERD (Gastroesophageal Refluks Disease)
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat : Lintong
3. Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD tanggal 18 Januari 2022pukul 13.45 WIB dengan keluhan
nyeri pada ulu hati dengan skala 5/10, dada terasa terbakar, mual dan muntah
4. Riwayat Kesehatan sekarang
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati skala 5/10 seperti terasa terbakar dibagian
dada, Pasien merasa mual, muntah, sulit menelan, terlihat tanda dehidrasi,
konjungtiva anemis, CTR > 3, mukosa bibir kering dan susah tidur.
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
GENOGRAM
Keterangan :
k : Pasien Perempuan
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki Meninggal
7. Riwayat Psikososial
Pasien tampak cemas.
DS: Pasien mengatakan cemas karena kurang mengetahui tentang penyakit
yang di deritanya.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, Pasien tampak pucat.
a. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/90 mmHg
HR : 82x/i
RR : 20x/i
T C
b. Pemeriksaan Head to toe
c. BB: sebelum sakit 50
a) Kepala
Bentuk : bulat simetris, tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi.
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Warna rambut : hitam keputih-keputihan (beruban)
c) Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : simetris, normal dan tidak ada kelainan.
d) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
Konjungtiva dan sclera : anemis dan ikterik
e) Hidung
Lubang hidung : bersih, tidak ada polip
Cuping hidung : pernafasan cuping hidung (-)
f) Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan/kiri
Ukuran telinga : simetris kanan/kiri
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal
g) Integument
Kulit : bersih
Turgor : tidak baik
Capillary refli : >3 detik
h) Pemeriksaan thoraks/ dada
Thoraks : bentuk normal
Pernafasan : 24x/menit
Irama Pernafasan : regular
Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan dalam bernafas
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan Minum
Frekuensi makan/hari : makan 3 kali sehari
Nafsu/ Selera makan : nafsu atau selera makan menurun
Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan
Mual dan Muntah : ada mual dan muntah
Waktu pemberian makanan : pagi 07. 00 WIB
Siang 12.00 WIB
Malam 19.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : makan ¼ dari porsi yang diberikan di RS
Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse
Masalah makan dan minum : Pasien Mengatakan Sakit Saat Menelan
b. Perawatan diri/ Personal Hygine
Kebersihan tubuh : tubuh bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup bersih
Kebersihan kuku kai dan tangan : bersih
c. Pola kegiatan/ aktivitas
Kegiatan Mandiri Sebagian
Mandi √
Makan √
BAB √
BAK √
Ganti Pakaian √
d. Pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : tidak normal
- Karakter feses : keras
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
- BAB terakhir : 18 Januari 2022
- Diare : tidak ada
- Penggunaan laktasif : tidak ada
BAK
- Pola BAK : normal
- Karakter Urine :warna kuning dan tidak
keruh
- Nyeri/kesulitan BAK :tidak ada kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
- Riwayat penyakit kandung kemih : tidak ada
- Penggunan diuretic : tidak menggunakan
- Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah
e. Pola istirahat
- Lama tidur malam : 6 jam
- Lama tidur siang : 2 jam
- Keluhan : sering terbangun di subuh hari ( jam
03:00 wib
f. Nilai pola keyakinan
- Pasien Percaya dan meyakini bahwa hidup dan matinya
ada dalam perlindungan Tuhan
4.1.1 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Laboratorium
4.1.2 Therapy
1. IUFD RL 20 tetes/menit
2. Injeksi Omeprazole 40g/12 jam
3. Injeksi Ondansetron 4g/12jam
4. Paracetamo 3x500g
5. Hemorid 3x1
6. Antasida syrup
4 DS : Kurangnya Ansietas
Pasien mengatakan tidak mengetahui pengetahuan
tentang penyakitnya
Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang tindakan yang ditelah
dilakukan
DO :
Pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya
Pasien cemas dan khawatir tentang
penyakitnya
TD : 110/90 mmHg
T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit
S:
DX 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital Pasien mengatakan
2. Memonitor status dehidrasi mual dan muntah
Jam 10.00-11.00
3. Memberikan cairan sesuai berkurang
indikasi dan anjuran O:
4. Mendorong masukan oral bila Intake cairan normal
mampu Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit .
Pasien masih lemas
TTV
TD : 132/80mmHg
HR : 85X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,6
Jam 09.00 WIB 2. Mengajarkan teknik relaksasi nyeri pada ulu hati
nafas dalam sedikit berkurang
3. Mengajarkan teknik distraksi skala 4/10.
(menberikan lingkungan yang Pasien mengatakan
nyaman) nyeri terbakar pada
4. Memberikan posisi yang dada sudah berkurang
nyaman O:
5. Melakukan Kolaborasi K/U sedang
pemberian analgetik dengan Nyeri ulu hati sedikit
dokter berkurang Skala
Nyeri 4/10
Keadaan Pasien
sudah mengalami
perubahan dari hari
sebelumnya
TTV
TD : 120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6
Jam 09. 00 WIB 7. Mengajarkan teknik relaksasi nyeri ulu hati sudah
nafas dalam berkurang skala 3/10
8. Mengajarkan teknik distraksi O:
(menberikan lingkungan yang K/U sedang
nyaman) Nyeri ulu hati sudah
9. Memberikan posisi yang berkurang Skala
nyaman Nyeri 3/10
10. Melakukan Kolaborasi Pasien sudah
pemberian analgetik dengan membaik dan sudah
dokter bisa tersemyum
TTV
TD : 120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6