Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN: GERD DI RSUD DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN KECAMATAN DOLOKSANGGUL

OLEH:

NAMA : Sri Rejeki Rajaguguk

NIM : 1902031

DOSEN PENGAMPU : Riko Sihombing, S.Kep. Ns

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL

T.A 2021/2022
BAB I

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

1.1 Defenisi
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome)
di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto,2012).
Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan suatu keadaan melemahnya
Lower Esophageal Sphincter (LES) yang mengakibatkan terjadinya refluks cairan asam
lambung ke dalam esofagus.(Saputra. 2017)
Definisi GERD menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks
Gastroesofageal di Indonesia tahun 2013 adalah suatu gangguan berupa isi lambung
mengalami refluks berulang ke dalam esofagus, menyebabkan gejala dan/atau komplikasi
yang mengganggu.1 GERD adalah suatu keadaan patologis akibat refluks kandungan
lambung ke dalam esophagus dengan berbagai gejala akibat keterlibatan esofagus, faring,
laring dan saluran napas. (Saputra. 2017)
Sedangkan menurut American College of Gastroenterology, GERD is a physical
condition in which acid from the stomach flows backward up into the esofagus.3 Jadi,
GERD adalah suatukeadaan patologis di mana cairan asam lambung mengalami refluks
sehingga masuk ke dalam esofagus dan menyebabkan gejala.(Saputra.2017)
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang jarang
terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang berat
seperti refluks esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa. Refluks gastroesofagus adalah
masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang,
terutama setelah makan (Asroel,2002).
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome)
di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. Karena
sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang
mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak
merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu,
dinamakan refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi
berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk
waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks
cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2012).

1.2 Anatomi
1. Esofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar
esofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal esofagus, lapisan otot
hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagiantengah, campuran sel-sel otot lurik dan
polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
2. Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik
yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar
kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits
ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi
mukus. Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, danpylorus.
2.1 Etiologi
Menurut Saputra (2017), beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:

 Menurunnya tonus LES (Lower EsophagealSphincter)

 Bersihan asam dari lumen esofagus menurun

 Ketahanan epitel esofagusmenurun

 Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam

empedu, HCL
 Kelainan padalambung

 Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis

 Non acid refluks (refluks gas) menyebabkanhipersensitivitas

 Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks

 Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat,

alkohol, merokok, dan obat-obatan yangbertentangan dengan fungsi esophageal


sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti
beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat

 Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2015)

1.3 Klasifikasi
Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala
atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD 70 % merupakan tipikal, yaitu :

1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala heartburn


adalah gejalatersering.

2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring. Kemudian


mulut terasa asam danpahit.

3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur (Yusuf, 2009)

Gejala Atipikal :

1. Batuk kronik dan kadangwheezing

2. Suaraserak

3. Pneumonia

4. Fibrosisparu

5. Bronkiektasis

6. Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009). Gejala lain:


1. Penurunan beratbadan

2. Anemia

3. Hematemesis ataumelenaOdinofagia (Bestari,2011)

1.4 Patofisiologi
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux
disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus.GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan
asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih
tinggi dari esophagus.Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam
bergerak masuk ke dalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanya
kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu
area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal
ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung.
Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,
karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan
abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan
isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau
inkompeten, sfingter tidak dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah
bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks
yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut di area bawahesofagus.
Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal, refluks
dapat terjadi jika terdapat gradien tekananyang sangat tinggi di sfingter. Tekanan
abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal
ini memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi
berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi
lambung mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung.
Walaupun esofagus memiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak
sebanyak atau seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009: 600).

1.5 Pathway

1.6 Manifestasi Klinis

1. Rasa panas/ tebakar pada esofagus(pirosis)

2. Muntah

3. Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan menjalar ke


leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah makan atau
ketikaberbaring

4. Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan (stricture)


pada kerongkongan darireflux.

5. Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa
dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang biasanya
berlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan
lokasi panas dalamperut.

6. Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada saluran
udara

7. Suara parau

8. Ludah berlebihan (waterbrash)

9. Rasa bengkak pada tenggorokan (rasaglobus)

10. Terjadi peradangan pada sinus(sinusitis)

11. Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)

12. Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan


yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah kemungkinan dimuntahkan
atau keluar melalui saluran pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna gelap,
kotoran berwarna ter (melena) atau darah merah terang, jika pendarahan
cukupberat.

13. Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang,
lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi yang
disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala
yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan berkembang
menjadi kanker pada beberapaorang.

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh
evaluasi pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak
selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan
dalam keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal
perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasiendoskopi).

2. Radiologi

Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan,


terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 %
pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan
fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.

3. TesProvokatif
A. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa
esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1
% yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki
arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus.
Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut
kepustakaan berkisar antara80-90%.
B. TesEdrofonium

Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang disuntikan


intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk menentukan adanya
komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik
esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asalesofagus.

4. Pengukuran pH dan tekananesofagus

Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya


RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk
RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah
menggunakan alat yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra
esofagus dan tekanan manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat
memeberi tanda serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat
hubungan antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus.
Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan
adanyaPRGE.

5. Tes Gastro-EsophagealScintigraphy

Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus
dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).

PemeriksaaanEsofagogram Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa


penebalan lipatan mukosa esofagus, erosi, dan striktur.

6. TesPPI

Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien
yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu
minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.

7. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada
pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan
peristaltik/motilitas esofagus.
8. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi
bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).

1.8 Penatalaksanaan
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala menandakan
adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan esofagitisnya).Hal ini
tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala pada
tatalaksana GERD.Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi
medikamentosa GERD:

- Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan
gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer
terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian
bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan,
dapat menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta
konstipasi terutama antasid yang mengandung aluminium, penggunaannya
sangat terbatas pada pasien dengan gangguan fungsiginjal.

- Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah
simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam,
golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan
obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang
serta tanpa komplikasi.

- Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan
GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun,
pada prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan
sekresiasam.

-Metoklopramid. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine.


Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejalaserta tidak berperan dalam
penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis
reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak,
maka dapat timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk,
pusing, agitasi, tremor, dandiskinesia.

- Domperidon. Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan


efek samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui
sawar darah otak.Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan
penyembuhan lesi esophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini
diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan
lambung.

- Cisapride. Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya
dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik
dibandingkan dengan domperidon.

- Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat). Berbeda dengan


antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung
terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan
pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta
dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman
diberikan karena bekerja secara topikal(sitoproteksi).
Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI). Golongan obat ini
merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim
H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam
lambung.
1.9 Komplikasi
Komplikasi GERD antara lain :

1. Esofagus barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner


metaplastik.

2. Esofagitisulseratif

3. Perdarahan

4. Striktur esophagus

5. Aspirasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi usaha untuk
mengetahui permasalahan Pasien yaitu pengumpulan data tentang status kesehatan
Pasien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan yang
dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian keperawatan meliputi anamnesa,
pemeriksaan kesehatan, pengkajian, pemeriksaan diagnostik serta pengkajian
penatalaksanaan medis. Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam
melakukan komunikasi, wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010
dalam Wibowo 2016).
1. Identitas / Biodata Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status perkawinan
tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester, diagnosa masuk, alamat.
2. Keluhan Utama
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau dialami klien yang
menyebabkanmklien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/masuk rumah
sakit.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Beberapa kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang?
Bagaimana xara klien mencari pertolongan? Apakah klien pernah menderita sakit
DM (Diabetes Melitus), HT (Hipertensi), TBC (Tuberkulosisi Paru), kanker dan
lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita Gerd atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung (Bararah, 2013:40)
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal Pasien .
Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan kadang menurun,
respiraton rate (RR) meningkat lebih dari 20x/menit (Doengoes, 2014:727).
Pemeriksaan Fisik Persistem
Rambut
Mengamati kondisi rambut , meliputi :

a) Keadaan kesuburan rambut

b) Keadaan rambut yang mudahrontok

c) Keadaan rambut yangkusam

d) Keadaan tekstur

Kepala

Mengamati dengan seksama kebersihan kulit kepala, meliputi :

a) Botak/alopesia

b) Ketombe

c) Berkutu

d) Adakaheritem

e) Kebersihan

Mata

Mengamati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada


kelopak mata, kemerahan atau gatal-gatal pada mata.

Hidung

Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda- tanda
pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana
membran mukosa.

Mulut
Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi,
tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.

Gigi

Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap
atau gigi palsu.

Telinga

Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau
perubahan daya pendengaran.

Kulit

Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya.


Perhatikan adanya warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.

Kuku danKulit

Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.

Genetalia

Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan


pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum
dan testisnya.

Tubuh SecaraUmum

Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya


kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.

2.2 Diagnosa keperawatan

1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks


laring dan glotis terhadap cairan refluks.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan


anoreksi, mual, muntah

5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan
tenggorokan

6. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/struktur pada esophagus


akibat gastroesofageal reflux disease

7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit

2.3 Intervensi keperawatan


DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

Setelah dilakukan tindakan  Monitor tingka1t.


Risiko aspirasi
keperawatan selama ...x 24 jam kesadaran, reflek batuk
berhubungan dengan
masalah aspirasi pada Pasien dan kemampuan menelan.
hambatan menelan,
dapat diatasi dengan kriteria  Naikkan kepala 30-45
penurunan refluks laring
hasil: derajat
dan glotis terhadap cairan
 Pasien dapat bernafas dengan setelah makan.2.
refluks.
mudah, frekuensi pernafasan  Potong makanan kecil
normal. kecil.
 Pasien mampu menelan,  Hindari makan kalau
mengunyah tanpa terjadi residu masih
aspirasi, dan mampu banyak
melakukan oral hygiene skala
4
 Jalan nafas paten, mudah
bernafas, tidak merasa
tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal skala 4
Setelah dilakukan tindakan  Monitor status dehidrasi
Defisit volume cairan keperawatan selama .....x24 jam,
 Kaji tanda vital, catat
berhubungan dengan defisit volume cairan pada Pasien
perubahan TD, Takikardi,
pemasukan yang kurang, dapat diatasi dengan kriteria
turgor kulit dan kelembaban
mual dan muntah / hasil:
membrane mukosa.
pengeluaran yang  Mempertahankan urine
 Dorong masukan oral bila
berlebihan. output sesuai dengan usia
mampu.
BB, BJ urine normal skala
4
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik dan tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
 Hematokrit menurun
skala 4
 Tidak ada ascites skala 4

Setelah dilakukan tindakan


Nyeri akut berhubungan  Kurangi factor presipitasi
keperawatan selama ......x 24 jam,
dengan inflamasi lapisan nyeri
pasien tidak mengalami nyeri,
esofagus.  Tingkakan istirahat
dengan kriteria hasil:
 Berikan informasi tentang
 Mampu mengontrol nyeri nyeri seperti penyebab nyeri,
 Mampu mengetahui atau berapa lama nyeri akan
mengenali nyeri (skala, berkurang dan antisipasi
intensitas, frekuensi dan ketidaknyamanan prosedur
tanda)  Ajarkan tentang teknik non
 Melaporkan bahwa nyeri farmakologi seperti teknik
berkurang dengan relaksai nafas dalam,
menggunakan manajemen distraksi dan kompres hangat
nyeri / dingin
 Tanda vital dalam rentang  Berikan analgesic untuk
normal mengurangi nyeri

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Diskusikan pada pasien


nutrisi kurang dari keperawatan .. x24 jam, nutrisi makanan yang disukainya
kebutuhan tubuh pada Pasien dapat ditasi dengan dan makanan yang tidak
berhubungan dengan criteria hasil : disukainya.
intake kurang dari  Peningkatan BB  Buat jadwal masukan
kebutuhan tubuh  Tidak ada tanda-tanda tiap jam. Anjurkan
berhubungan dengan malnutrisi mengukur cairan/makanan
intake kurang akibat  Tidak ada penurunan BB dan minum sedikit demi
mual dan muntah  Mengidentifikasi skala sedikit atau makan
nutrisi secara perlahan.

 Stamina dan energy ada  Beritahu pasien untuk duduk


saat makan/minum.
 Tekankan pentingnya
menyadari kenyang dan
menghentikan masukan.
 Timbang berat badan tiap
hari. Buat jadwal teratur
setelah pulang.
 Kolaborasi dengan ahli gizi
Bersihan Setelah dilakukan tindakan  Posisikan pasien untuk
jalan nafas tidak keperawatan selama 1x24 memaksimalkan ventilasi
efektif berhu bungan jamPasien dapat  Lakukan
dengan refluks cairan menunjukkan kriteria hasil:  fisioterapi dada jika perlu
ke laring dan  jalan nafas yang paten
tenggorokan (tidak tercekik, irama nafas
 Atur intake untuk cairan
dan pola nafas dalam
mengoptimalkan
rentang normal)
keseimbangan
Gangguan Menelan Setelah dilakukan tindakan  Bantu pasien dengan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam mengontrol kepala
penyempitan maka gangguan menelan pada  Letakkan pasien pada
/strikture pada Pasien dapat diatasi dengan posisi duduk/tegak selama

esophagus akibat kriteria hasil: dan setelah makan.

gastroesophe  Pasien dapat menelan  Berikan makan perlahan


gal reflux makanan dengan pada lingkungan yang
disease sempurna tenang
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Dorong pasien untuk
dengan proses penyakit keperawatan selama 1x24 jam, mengungkapkan pikiran
ansietas pada Pasien dapat dan perasaan.
diatasi dengan kriteria hasil:  Berikan informasi yang
 Menyingkirkan tanda dapat
kecemasan  dipercaya dan
 Merencanakan strategi  konsisten dan dukungan
koping untuk orang terdekat.
 Intensitas kecemasan  Tingkatkan rasa tenang dan
 Mencari informasi untuk lingkungan tenang.
menurunkan cemas  Pertahankan kontak
sering
 dengan pasien,
 bicara dengan menyentuh
bila tepat.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Alamat : Lintong
Tgl MRS : Selasa, 18 Januari 2022
Tgl pengkajian : Selasa, 21 November 2022
NO. RM :
Dx Medis : GERD (Gastroesophageal Refluks Disease)
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat : Lintong
3. Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD tanggal 18 Januari 2022pukul 13.45 WIB dengan keluhan
nyeri pada ulu hati dengan skala 5/10, dada terasa terbakar, mual dan muntah
4. Riwayat Kesehatan sekarang
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati skala 5/10 seperti terasa terbakar dibagian
dada, Pasien merasa mual, muntah, sulit menelan, terlihat tanda dehidrasi,
konjungtiva anemis, CTR > 3, mukosa bibir kering dan susah tidur.
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
GENOGRAM

Keterangan :

k : Pasien Perempuan

: Perempuan

: Laki-laki
: Perempuan Meninggal

: Laki-laki Meninggal

7. Riwayat Psikososial
Pasien tampak cemas.
DS: Pasien mengatakan cemas karena kurang mengetahui tentang penyakit
yang di deritanya.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, Pasien tampak pucat.
a. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/90 mmHg
HR : 82x/i
RR : 20x/i
T C
b. Pemeriksaan Head to toe
c. BB: sebelum sakit 50
a) Kepala
Bentuk : bulat simetris, tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi.
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Warna rambut : hitam keputih-keputihan (beruban)
c) Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : simetris, normal dan tidak ada kelainan.
d) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
Konjungtiva dan sclera : anemis dan ikterik
e) Hidung
Lubang hidung : bersih, tidak ada polip
Cuping hidung : pernafasan cuping hidung (-)
f) Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan/kiri
Ukuran telinga : simetris kanan/kiri
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal
g) Integument
Kulit : bersih
Turgor : tidak baik
Capillary refli : >3 detik
h) Pemeriksaan thoraks/ dada
Thoraks : bentuk normal
Pernafasan : 24x/menit
Irama Pernafasan : regular
Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan dalam bernafas
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan Minum
Frekuensi makan/hari : makan 3 kali sehari
Nafsu/ Selera makan : nafsu atau selera makan menurun
Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan
Mual dan Muntah : ada mual dan muntah
Waktu pemberian makanan : pagi 07. 00 WIB
Siang 12.00 WIB
Malam 19.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : makan ¼ dari porsi yang diberikan di RS
Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse
Masalah makan dan minum : Pasien Mengatakan Sakit Saat Menelan
b. Perawatan diri/ Personal Hygine
Kebersihan tubuh : tubuh bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup bersih
Kebersihan kuku kai dan tangan : bersih
c. Pola kegiatan/ aktivitas
Kegiatan Mandiri Sebagian

Mandi √

Makan √

BAB √

BAK √

Ganti Pakaian √

d. Pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : tidak normal
- Karakter feses : keras
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
- BAB terakhir : 18 Januari 2022
- Diare : tidak ada
- Penggunaan laktasif : tidak ada
BAK
- Pola BAK : normal
- Karakter Urine :warna kuning dan tidak
keruh
- Nyeri/kesulitan BAK :tidak ada kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
- Riwayat penyakit kandung kemih : tidak ada
- Penggunan diuretic : tidak menggunakan
- Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah
e. Pola istirahat
- Lama tidur malam : 6 jam
- Lama tidur siang : 2 jam
- Keluhan : sering terbangun di subuh hari ( jam
03:00 wib
f. Nilai pola keyakinan
- Pasien Percaya dan meyakini bahwa hidup dan matinya
ada dalam perlindungan Tuhan
4.1.1 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Laboratorium
4.1.2 Therapy
1. IUFD RL 20 tetes/menit
2. Injeksi Omeprazole 40g/12 jam
3. Injeksi Ondansetron 4g/12jam
4. Paracetamo 3x500g
5. Hemorid 3x1
6. Antasida syrup

4.1.3 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi Nyeri Akut


 Pasien mengeluh nyeri ulu hati lapisan esofagus
 Pasien mengatakan dada terasa
panas seperti terbakar
DO:
 Pasien tampak meringis
 Skala nyeri 5/10
 TD : 110/90 mmHg
T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit

2 DS: Intake dan Defisit volume


 Pasien mengatakan mual dan muntah Output yang cairan
 Pasien mengatakan lemas dan pusing kurang
DO:
 Terdapat tanda-tanda dehidrasi
 Mukosa bibir kering
 Konjungtiva anemis

3 DS : Intake menurun Ketidakseimba


 Pasien mengatakan mual dan akibat mual dan ngan nutrisi
muntah muntah dan kurang dari
 Pasien mengatakan sulit menelan kesulitan kebutuhan
DO : menelan tubuh
 Pasien tampak mual dan muntah
 Pasien tampak tidak menghabiskan
makananya dengan alasan sulit
menelan
 BB sebelum sakit 50 Kg
BB saat sakit 48
 TD : 110/90 mmHg
T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit

4 DS : Kurangnya Ansietas
 Pasien mengatakan tidak mengetahui pengetahuan
tentang penyakitnya
 Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang tindakan yang ditelah
dilakukan
DO :
 Pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya
 Pasien cemas dan khawatir tentang
penyakitnya
 TD : 110/90 mmHg
T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit

4.1 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi lapisan esofagus
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang
kurang
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang
kurang.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
4.2 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kurangi faktor presipitasi


berhubungan keperawatan pasien tidak nyeri
dengan Inflamasi mengalami nyeri. 2. Tingkatkan istirahat
lapisan esofagus Kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik relaksasi
1. Mampu mengenali nyeri nafas dalam
2. Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi
nyeri 5. Ajarkan teknik kompres
3. Tanda vital dalam rentang hangat dan dingin
normal 6. Kolaborasi dalam
4. Melaporkan bahwa pemberian analgetik untuk
nyerinya berkurang mengurangi nyeri

2 Devisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital


caieran keperawatan diharapkan pasien 2. Kaji monitor status
berhubungan dapat memertahankan intake dehidrasi
dengan intake dan dan output yang seimbang. 3. Berikan cairan tambahan IV
output yang Kriteria hasil : sesuai indikasi dari anjuran
kurang 1. Tidak ada tanda-tanda 4. Dorong masukan oral bila
dehidrasi mampu
2. Tidak ada penurunan BB
3. Hematokrit menurun
4. Tidak ada asites

3 Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebiasaan dan pola


dari kebutuhan keperawatan status gizi dan makan pasien
tubuh asupan makanan dan cairan 2. Diskusikan dengan Pasien
berhubungan adekuat. tentang makanan yang
dengan Intake Kriteria hasil : disukainya
yang kurang. 1. Tidak ada tanda-tanda 3. Hitung output dan intake
malnutrisi cairan setiap hari
2. Selera makan baik. 4. anjurkan pasien posisi
3. Tingkat kesesuaian berat fowler saat makan maupun
badan baik. minum
4. Mampu mencerna 5. anjurkan pasien makan
makanan dan cairan tampa sedikit tapi sering.
alat bantu 6. Timbang BB tiap hari
7. Kolaborasi dengan
nutrisionis untuk
pemenuhan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi
4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan
berhubungan keperawatan ansites pada pasien
dengan kurangnya Pasien dapat teratasi. 2. Dorong pasien untuk
pengetahuan. Kriteria hasil : mengungkapkan pikiran
1. Merencanakan strategi dan perasaanya
koping 3. Berikan informasi yang
2. Pasien memahami tentang akurat dan hasil
penyakitnya. pemerikasaan yang telah
3. Pasien mampu dan akan dilakukan
mempraktekkan teknik 4. Ciptakan lingkungan rasa
nafas dalam. tenang dan lingkungan yang
tenang
5. Informasikan tentang apa
penyakitnya
6. Beri informasi yang akurat
temtang terapy dan tindakan
yang akan dilakukan
7. Jelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
selama prosedur.

4.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama : Ny. S
Umur : 57

Hari / Tanggal /Jam Implementasi Evaluasi


1. Melakukan pengkajian skala S:
DX 1
 Pasien mengatakan
Nyeri
2. Meningkatkan pola istrahat nyeri ulu hati yang dia
Kamis ,21 Januari 3. Mengajarkan teknik relaksasi rasakan belum
Jam 09.00-10.00 nafas dalam berkurang
4. Mengajarkan teknik distraksi  Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres Nyeri yang dirasakan
hangat dingin di dada terasa terbakar
6. Memberikan posisi yang O :
 Skala Nyeri 5/10
nyaman
 Pasien meringis
7. Melakukan Kolaborasi
 TTV
pemberian analgetik dengan
TD : 130/90mmhg
dokter
HR : 90X/menit
RR : 22X/menit
T : 36,8

A : Masalah Belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

S:
DX 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital  Pasien mengatakan
2. Memonitor status dehidrasi mual dan muntah
Jam 10.00-11.00
3. Memberikan cairan sesuai berkurang
indikasi dan anjuran O:
4. Mendorong masukan oral bila  Intake cairan normal
mampu  Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit .
 Pasien masih lemas
 TTV
TD : 132/80mmHg
HR : 85X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,6

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

1. Mengkaji kebiasaan pola S :


makan pasien  Pasien masih mual
DX 3 2. Mendiskusikan tentang dan muntah
Jam 11.00-12.00
makanan yang disukai pasien  Pasien makan ¼ dari
3. Menghitung output dan intake porsinya
cairan setiap hari O:
4. Menganjurkan pasien posos  K/U : Lemas
fowler saat makan maupun  Makanan tidak habis
minum  HB : 8
5. Menganjurkan pasien makan  TTV
sedikit tapi sering TD : 128/80mmHg
6. Melakuakn penimbangan BB HR : 78X/menit
7. Kolaborasi dengan nutrisionist RR : 20X/menit
T : 36,6

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tingkat kecemasan S :
pasien  Pasien mengatakan
DX 4 2. Mendorong pasien untuk belum paham tentang
Jam 12.00-13.00
mengungkapkan pikiran dan penyakitnya
perasaan  Pasien mengatakan
3. Memberikan informasi yang masih merasa cemas
akurat dan hasil pemeriksaan O :
tentang penyakitnya dan jelaskan  Pasien terlihat cemas
tindakan yang dilakukan  pasien menyanyakan
4. Menciptakan lingkungan yang pertanyaan yang
tenang berulang .
5. Memberikan informasi yang (menanyakan
akurat tentang terapy dan pertanyaan yang
tindakan yang akan dilakukan sudah ditanyakan)
6. Menjelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
A : Masalah belum teratasi
selama prosedur
P : Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan pengkajian skala S:
DX 1
 Pasien mengatakan
Nyeri
nyeri ulu hati yang dia
2. Meningkatkan pola istrahat
Jumat, 22 januari 2021 rasakan belum
3. Mengajarkan teknik relaksasi
Jam 09.00-10.00 berkurang skala nyeri
nafas dalam
5/10
4. Mengajarkan teknik distraksi
 Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres
rasa terbakar pada
hangat dingin
dada sudah berkurang.
6. Memberikan posisi yang
O:
nyaman
 Skala Nyeri 5/10
Melakukan Kolaborasi
 Pasien tampak
pemberian analgetik dengan
meringis dan lemas
dokter
 TTV
TD : 115/70mmhg
HR : 69X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,6

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tanda-tanda vital S:
2. Memonitor status dehidrasi  Pasien mengatakan
3. Memberikan cairan sesuai masih mual
DX 2
indikasi dan anjuran O:
Jam 10.00-11.00
4. Mendorong masukan oral bila  k/u sedang
mampu  Intake cairan normal
 Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit
 TTV
TD : 115/70mmHg
HR : 70 X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,7

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

8. Mengkaji kebiasaan pola S :


makan pasien  Pasien mengatakan
9. Menganjurkan pasien posisi mual dan muntah
DX 3
fowler saat makan maupun berkurang karena
Jam 12.00-13.00 minum dalam asupan makan
10. Menganjurkan pasien makan pasien ditambah
sedikit tapi sering buah-buahan
11. Menganjurkan pasien makan  Pasien makan sudah
selagi hangat menghabiskan
12. Melakuakn penimbangan BB setengah dari
Kolaborasi dengan nutrisionist porsinya
O:
 K/U : Sedang
 Paien makan sdikit
tapi sering
 Pasien tampak segar
dari hari sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkam
Dx 4 7. Mengkaji tingkat kecemasan S :
pasien  Pasien mengerti
8. Mengajarkan therapy distraksi (  Pasien mengatakan
pengalihan pikiran) tidak merasa cemas
9. Mendorong pasien untuk lagi setelah
mengungkapkan pikiran dan mengungkapkan
perasaan persaannya dan
10. Memberikan informasi yang mengetahui tentang
akurat dan hasil pemeriksaan penyakitnya
tentang penyakitnya dan jelaskan O :
tindakan yang dilakukan  Pasien terlihat tenang
11. Menciptakan lingkungan yang  Pasien sudah paham
tenang tentang penyakit yang
12. Memberikan informasi yang dideritanya.
akurat tentang terapy dan
tindakan yang akan dilakukan
A : Masalah teratasi
13. Menjelaskan semua prosedur
P : Intervensi dihentikan
serta sensasi yang dialami
selama prosedur
DX.1 1. Melakukan pengkajian skala S:

Sabtu, 23 Januari 2022 Nyeri  Pasien mengatakan

Jam 09.00 WIB 2. Mengajarkan teknik relaksasi nyeri pada ulu hati
nafas dalam sedikit berkurang
3. Mengajarkan teknik distraksi skala 4/10.
(menberikan lingkungan yang  Pasien mengatakan
nyaman) nyeri terbakar pada
4. Memberikan posisi yang dada sudah berkurang
nyaman O:
5. Melakukan Kolaborasi  K/U sedang
pemberian analgetik dengan  Nyeri ulu hati sedikit
dokter berkurang Skala
Nyeri 4/10
 Keadaan Pasien
sudah mengalami
perubahan dari hari
sebelumnya
 TTV
TD : 120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

DX. 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital S:

Jam 10.00 WIB 2. Memonitor status dehidrasi  Pasien mengatakan


3. Manajemen cairan tidak mual lagi.
4. Memberikan cairan sesuai  Pasien mengatakan
indikasi dan anjuran keadaannya sudah
5. Mendorong masukan oral bila membaik
mampu O:
 Intake cairan normal
 Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit.
 Mukosa bibir baik
 Konjungtiva normal
 CRT <3 detik
 TTV
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX. 3 1. Mengkaji kebiasaan pola S :

Jam 11.00 WIB


makan pasien  Pasien mengatakan
2. Menganjurkan pasien posisi mual dan muntah
fowler saat makan maupun berkurang
minum  Pasien mengatakan
3. Menganjurkan pasien makan sudah menghabiskan
sedikit tapi sering porsi makananya
4. Menganjurkan pasien makan O:
selagi hangat  K/U : Sedang
5. Melakuakn penimbangan BB  Paien makan sdikit
6. Kolaborasi dengan nutrisionist tapi sering
 Pasien sudah
menghabiskan porsi
makanannya dengan
tambahan buaha
buahan (pisang dan
pepaya)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Dx. 1 6. Melakukan pengkajian skala S:

Sabtu, 6 november 2021


Nyeri  Pasien mengatakan

Jam 09. 00 WIB 7. Mengajarkan teknik relaksasi nyeri ulu hati sudah
nafas dalam berkurang skala 3/10
8. Mengajarkan teknik distraksi O:
(menberikan lingkungan yang  K/U sedang
nyaman)  Nyeri ulu hati sudah
9. Memberikan posisi yang berkurang Skala
nyaman Nyeri 3/10
10. Melakukan Kolaborasi  Pasien sudah
pemberian analgetik dengan membaik dan sudah
dokter bisa tersemyum
 TTV
TD : 120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
Dx. 2 6. Mengkaji tanda-tanda vital S:

Jam 10.00 WIB


7. Memonitor status dehidrasi  Pasien mengatakan
8. Manajemen cairan tidak mual lagi.
9. Memberikan cairan sesuai  Pasien mengatakan
indikasi dan anjuran keadaannya sudah
10. Mendorong masukan oral bila membaik
mampu O:
 Intake cairan normal
 Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit.
 Mukosa bibir baik
 Konjungtiva normal
 CRT <3 detik
 TTV
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Dx. 3 7. Mengkaji kebiasaan pola S :

Jam 11.00 WIB makan pasien  Pasien mengatakan


8. Menganjurkan pasien posisi mual dan muntah
fowler saat makan maupun berkurang
minum  Pasien mengatakan
9. Menganjurkan pasien makan sudah menghabiskan
sedikit tapi sering porsi makananya
10. Menganjurkan pasien makan O:
selagi hangat  K/U : Sedang
11. Melakuakn penimbangan BB  Paien makan sdikit
12. Kolaborasi dengan nutrisionist tapi sering
 Pasien sudah
menghabiskan porsi
makanannya dengan
tambahan buaha
buahan (pisang dan
pepaya)
 Berat badan
meningkat dari
sebelumnya ( naik 1
kg)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai