Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : GERD DI RSUD DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2023

OLEH :

NAMA : HIZKIA SIBURIAN


NIM : 2114007
DOSEN PEMBIMBING : MAYES FELDA SIMAMORA SKM.M.KES

PRODI D III KEPERAWATAN STIKES KESEHATAN BARU Jl. BUKIT


INSPIRASI KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2022/2023
BAB I

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

1.1 Defenisi
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux
Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai
gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus
dan atau komplikasi (Susanto,2012).
Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan suatu keadaan
melemahnya Lower Esophageal Sphincter (LES) yang mengakibatkan
terjadinya refluks cairan asam lambung ke dalam esofagus.(Saputra. 2017)

Definisi GERD menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan


Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia tahun 2013 adalah suatu
gangguan berupa isi lambung mengalami refluks berulang ke dalam esofagus,
menyebabkan gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.1 GERD adalah
suatu keadaan patologis akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esophagus dengan berbagai gejala akibat keterlibatan esofagus, faring, laring
dan saluran napas. (Saputra. 2017)

Sedangkan menurut American College of Gastroenterology, GERD is a


physical condition in which acid from the stomach flows backward up into the
esofagus.3 Jadi, GERD adalah suatukeadaan patologis di mana cairan asam
lambung mengalami refluks sehingga masuk ke dalam esofagus dan
menyebabkan gejala.(Saputra.2017)
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang
jarang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan
keluhan yang berat seperti refluks esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa.
Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang
terjadi secara intermiten pada orang, terutama setelah makan (Asroel,2002).
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux
Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai
gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus
dan atau komplikasi (Susanto, 2002).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis
makan. Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik
primer, isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke
lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak
menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks
fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-
ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk
waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat
refluks cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus
(Susanto, 2012).

1.2 Anatomi
1. Esofagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi


menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan
kelenjar-kelenjar esofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung
distal esofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagiantengah,
campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel
otot lurik.

2. Lambung

Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi


utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya
menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung
ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi
epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk
alur mikroskopik yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae.
Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang terletak di dalam lamina propria,
bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini
terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Lambung secara struktur
histologis dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus, danpylorus.

1.3 Etiologi

Menurut Saputra (2017), beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:

 Menurunnya tonus LES (Lower EsophagealSphincter)

 Bersihan asam dari lumen esofagus menurun

 Ketahanan epitel esofagusmenurun

 Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin,


garam empedu, HCL

 Kelainan padalambung

 Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis


 Non acid refluks (refluks gas) menyebabkanhipersensitivitas
 Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
 Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yangbertentangan dengan
fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek
antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium,
progesteron, dan nitrat
 Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2015)

1.4 Klasifikasi

Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala
atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD 70 % merupakan tipikal, yaitu :

1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala heartburn


adalah gejalatersering.

2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring.


Kemudian mulut terasa asam danpahit.
3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur (Yusuf,
2009)

Gejala Atipikal :

1. Batuk kronik dan kadangwheezing

2. Suaraserak

3. Pneumonia

4. Fibrosisparu

5. Bronkiektasis

6. Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009). Gejala lain:

1. Penurunan beratbadan

2. Anemia

3. Hematemesis ataumelenaOdinofagia (Bestari,2011)

1.5 Patofisiologi

Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal


reflux disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam
esophagus.GERD sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri
yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk
dan mengiritasi atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.

Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan


melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang
lebih tinggi dari esophagus.Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang
bersifat asam bergerak masuk ke dalam esophagus.

Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena
adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati,
tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya
terbuka jika gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah
esofagus. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan
masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan
tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang berada dalam rongga
abdomen, menyebabkan tekanan abdomen lebih besar daripada tekanan toraks.
Dengan demikian, ada kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam
esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten, sfingter tidak
dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi
(lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks yang
berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut di area bawahesofagus.

Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal,


refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekananyang sangat tinggi di sfingter.
Tekanan abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke
rongga toraks. Hal ini memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan
rongga abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah makan juga dapat
mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus karena
tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun esofagus memiliki sel
penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel yang
ada di lambung (Corwin, 2009: 600).
1.6 Pathway

1.7 Manifestasi Klinis

1. Rasa panas/ tebakar pada esofagus(pirosis)

2. Muntah

3. Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan


menjalar ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah makan
atau ketikaberbaring

4. Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan


(stricture) pada kerongkongan darireflux.

5. Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa
dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang biasanya
berlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip
dengan lokasi panas dalamperut.

6. Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada
saluran udara

7. Suara parau

8. Ludah berlebihan (waterbrash)

9. Rasa bengkak pada tenggorokan (rasaglobus)

10. Terjadi peradangan pada sinus(sinusitis)

11. Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)

12. Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan


pendarahan yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah kemungkinan
dimuntahkan atau keluar melalui saluran pencernaan, menghasilkan kotoran
berwarna gelap, kotoran berwarna ter (melena) atau darah merah terang,
jika pendarahan cukupberat.

13. Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks
berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan
sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa terjadi
bahkan pada gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum
kanker dan berkembang menjadi kanker pada beberapaorang.
1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Endoskopi

Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh


evaluasi pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak
selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan
dalam keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal
perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasiendoskopi).

2. Radiologi

Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan,


terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 %
pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan
fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.

3. TesProvokatif
A. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa
esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1
% yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki
arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus.
Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut
kepustakaan berkisar antara80-90%.
B. TesEdrofonium

Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang disuntikan


intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk menentukan adanya
komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik
esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asalesofagus.

4. Pengukuran pH dan tekananesofagus

Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya


RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk
RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah
menggunakan alat yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra
esofagus dan tekanan manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat
memeberi tanda serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat
hubungan antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus.
Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan
adanyaPRGE.

5. Tes Gastro-EsophagealScintigraphy

Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus
dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).

PemeriksaaanEsofagogram Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa


penebalan lipatan mukosa esofagus, erosi, dan striktur.
6. TesPPI

Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien
yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu
minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.

7. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada
pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan
peristaltik/motilitas esofagus.
8. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi
bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).

1.9 Penatalaksanaan

Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala


menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan
esofagitisnya).Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif
dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.Berikut adalah obat-obatan
yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa GERD:

- Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan
gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer
terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian
bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan,
dapat menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta
konstipasi terutama antasid yang mengandung aluminium, penggunaannya
sangat terbatas pada pasien dengan gangguan fungsiginjal.

- Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah
simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam,
golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan
obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang
serta tanpa komplikasi.
- Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan
GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun,
pada prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan
sekresiasam.

-Metoklopramid. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine.


Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejalaserta tidak berperan dalam
penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis
reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak,
maka dapat timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk,
pusing, agitasi, tremor, dandiskinesia.

- Domperidon. Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan


efek samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui
sawar darah otak.Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan
penyembuhan lesi esophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini
diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan
lambung.

- Cisapride. Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya
dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik
dibandingkan dengan domperidon.

- Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat). Berbeda dengan


antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung
terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan
pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta
dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman
diberikan karena bekerja secara topikal(sitoproteksi).
Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI). Golongan obat ini
merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim
H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam
lambung.
1.10 Komplikasi

Komplikasi GERD antara lain :

1. Esofagus barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner


metaplastik.

2. Esofagitisulseratif

3. Perdarahan

4. Striktur esophagus

5. Aspirasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi
usaha untuk mengetahui permasalahan Pasien yaitu pengumpulan data tentang
status kesehatan Pasien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan
berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian
keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan, pengkajian,
pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis. Dalam
pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam melakukan komunikasi,
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010 dalam Wibowo
2016).
2.3.1 Identitas / Biodata Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan,
status perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab,
No. regester, diagnosa masuk, alamat.
2.3.2 Keluhan Utama
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau
dialami klien yang menyebabkanmklien atau keluarga mencari
bantuan kesehatan/masuk rumah sakit.
2.3.3 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa
waktu sebelumnya. Beberapa kali klien pernah sakit sebelum
sakit yang sekarang? Bagaimana xara klien mencari
pertolongan? Apakah klien pernah menderita sakit DM
(Diabetes Melitus), HT (Hipertensi), TBC (Tuberkulosisi Paru),
kanker dan lain-lain.

2.3.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita Gerd atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung (Bararah, 2013:40)
2.3.5 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Kesadaran

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat


kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal Pasien .

3. Tanda-Tanda Vital

Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan


kadang menurun, respiraton rate (RR) meningkat lebih dari
20x/menit (Doengoes, 2014:727).

4. Pemeriksaan Fisik Persistem

1. Rambut

Mengamati kondisi rambut , meliputi :

a. Keadaan kesuburan rambut

b. Keadaan rambut yang mudahrontok

c. Keadaan rambut yangkusam

d. Keadaan tekstur

2. Kepala

Mengamati dengan seksama kebersihan kulit kepala, meliputi :

a. Botak/alopesia

b. Ketombe

c. Berkutu
d. Adakaheritem

e. Kebersihan

3. Mata

Mengamati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva


pucat, sekret pada kelopak mata, kemerahan atau
gatal-gatal pada mata.

4. Hidung

Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,


perdarahan hidung, tanda- tanda pilek, tanda-tanda
alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana
membran mukosa.

5. Mulut

Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya.


Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang
gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.

6. Gigi

Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi


pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu.

7. Telinga

Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga,


lesi, infeksi atau perubahan daya pendengaran.

8. Kulit

Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan)


dan kebersihannya. Perhatikan adanya warna kulit,
stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
9. Kuku danKulit

Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya


kelainan atau luka.

10. Genetalia

Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area


perinium. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis.
Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.

11. Tubuh SecaraUmum


Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum.
Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk
tubuh.

2.2 Diagnosa keperawatan

1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan


refluks laring dan glotis terhadap cairan refluks.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual


dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan


dengan anoreksi, mual, muntah

5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke


laring dan tenggorokan

6. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/struktur pada


esophagus akibat gastroesofageal reflux disease

7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit


2.3 Intervensi keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan  Monitor tingka1t.
Risiko aspirasi
keperawatan selama ...x 24 jam kesadaran, reflek batuk
berhubungan dengan
masalah aspirasi pada Pasien dan kemampuan menelan.
hambatan menelan,
dapat diatasi dengan kriteria  Naikkan kepala 30-45
penurunan refluks laring
hasil: derajat
dan glotis terhadap cairan
 Pasien dapat bernafas dengan setelah makan.2.
refluks.
mudah, frekuensi pernafasan  Potong makanan
normal. kecil kecil.
 Pasien mampu menelan,  Hindari makan kalau
mengunyah tanpa terjadi residu masih
aspirasi, dan mampu banyak
melakukan oral hygiene skala
4
 Jalan nafas paten, mudah
bernafas, tidak merasa
tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal skala 4
Setelah dilakukan tindakan  Monitor status dehidrasi
Defisit volume cairan keperawatan selama x24 jam,
 Kaji tanda vital, catat
berhubungan dengan defisit volume cairan pada Pasien
perubahan TD, Takikardi,
pemasukan yang kurang, dapat diatasi dengan kriteria
turgor kulit dan kelembaban
mual dan muntah / hasil:
membrane mukosa.
pengeluaran yang  Mempertahankan urine
 Dorong masukan oral bila
berlebihan. output sesuai dengan usia
mampu.
BB, BJ urine normal skala
4
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik dan tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
 Hematokrit menurun
skala 4
 Tidak ada ascites skala 4

Setelah dilakukan tindakan


Nyeri akut berhubungan  Kurangi factor presipitasi
keperawatan selama.......x 24 jam,
dengan inflamasi lapisan nyeri
pasien tidak mengalami nyeri,
esofagus.  Tingkakan istirahat
dengan kriteria hasil:
 Berikan informasi tentang
 Mampu mengontrol nyeri nyeri seperti penyebab nyeri,
 Mampu mengetahui atau berapa lama nyeri akan
mengenali nyeri (skala, berkurang dan antisipasi
intensitas, frekuensi dan ketidaknyamanan prosedur
tanda)  Ajarkan tentang teknik non
 Melaporkan bahwa nyeri farmakologi seperti teknik
berkurang dengan relaksai nafas dalam,
menggunakan manajemen distraksi dan kompres hangat
nyeri / dingin
 Tanda vital dalam rentang  Berikan analgesic untuk
Normal mengurangi nyeri

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Diskusikan pada pasien


nutrisi kurang dari keperawatan .. x24 jam, nutrisi makanan yang disukainya
kebutuhan tubuh pada Pasien dapat ditasi dengan dan makanan yang tidak
berhubungan dengan criteria hasil : disukainya.
intake kurang dari  Peningkatan BB  Buat jadwal masukan
kebutuhan tubuh  Tidak ada tanda-tanda tiap jam. Anjurkan
berhubungan dengan malnutrisi mengukur cairan/makanan
intake kurang akibat  Tidak ada penurunan BB dan minum sedikit demi
mual dan muntah  Mengidentifikasi skala sedikit atau makan
nutrisi secara perlahan.
 Stamina dan energy ada  Beritahu pasien untuk duduk
saat makan/minum.
 Tekankan pentingnya
menyadari kenyang dan
menghentikan masukan.
 Timbang berat badan tiap
hari. Buat jadwal teratur
setelah pulang.
 Kolaborasi dengan ahli gizi
Bersihan Setelah dilakukan tindakan  Posisikan pasien untuk
jalan nafas tidak keperawatan selama 1x24 memaksimalkan ventilasi
efektif berhu bungan jamPasien dapat  Lakukan
dengan refluks cairan menunjukkan kriteria hasil:  fisioterapi dada jika perlu
ke laring dan  jalan nafas yang paten
tenggorokan (tidak tercekik, irama nafas
 Atur intake untuk cairan
dan pola nafas dalam
mengoptimalkan
rentang normal)
keseimbangan
Gangguan Menelan Setelah dilakukan tindakan  Bantu pasien dengan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam mengontrol kepala
penyempitan maka gangguan menelan pada  Letakkan pasien pada
/strikture pada Pasien dapat diatasi dengan posisi duduk/tegak selama

esophagus akibat kriteria hasil: dan setelah makan.

gastroesophe  Pasien dapat menelan  Berikan makan perlahan


gal reflux makanan dengan pada lingkungan yang
disease sempurna tenang
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Dorong pasien untuk
dengan proses penyakit keperawatan selama 1x24 jam, mengungkapkan pikiran
ansietas pada Pasien dapat dan perasaan.
diatasi dengan kriteria hasil:  Berikan informasi
 Menyingkirkan tanda yang dapat
kecemasan  dipercaya dan
 Merencanakan strategi  konsisten dan dukungan
koping untuk orang terdekat.
 Intensitas kecemasan  Tingkatkan rasa tenang dan
 Mencari informasi untuk lingkungan tenang.
menurunkan cemas  Pertahankan kontak
sering
 dengan pasien,
 bicara dengan menyentuh
bila tepat.

2.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu


Pasien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).

2.5 Evaluasi

Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap


penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dengan tenaga kesehatanlainnya.
BAB III

TINJAUAN

KASUS

3.1 Pengkajian
3.3.1. Identitas Pasien
Nama : An. Syahmalik
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Batak /
Indonesia Agama : Kristen
Protestan
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Status :-
Alamat : Lintong
Tgl MRS : Senin, 27 Maret 2023
Tgl pengkajian : Selasa 28 Maret 2023
NO. RM :
Dx Medis : GERD (Gastroesophageal Refluks Disease)
3.3.2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Hubungan : Ibu
Pekerjaan : Petani
Alamat : Lintong
3.3.3. Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD tanggal 27 Maret 2023 pukul 13.45 WIB
dengan keluhan nyeri pada ulu hati dengan skala 5/10, dada terasa
terbakar, mual dan muntah
3.3.4. Riwayat Kesehatan sekarang
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati skala 5/10 seperti terasa
terbakar dibagian dada, Pasien merasa mual, muntah, sulit menelan,
terlihat tanda dehidrasi, konjungtiva anemis, CTR > 3, mukosa bibir
kering dan susah tidur.
3.3.5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu.
3.3.6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama.

3.3.7. Riwayat Psikososial


Pasien tampak cemas.
DS: Pasien mengatakan cemas karena kurang mengetahui tentang
penyakit yang di deritanya.
3.3.8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, Pasien tampak pucat.
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
HR : 82x/i
RR : 22x/i
T : 36 ˚ C
c. Pemeriksaan Head to
toe BB: sebelum sakit
50
a) Kepala
Bentuk : bulat simetris, tidak ada
benjolan Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi.
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata
dan bersih
Warna rambut : hitam
keputih- keputihan
(beruban)
c) Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : simetris, normal dan tidak ada kelainan.
d) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
Konjungtiva dan sclera : anemis dan ikterik
e) Hidung
Lubang hidung : bersih, tidak ada polip
Cuping hidung : pernafasan cuping hidung (-)
f) Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan/kiri
Ukuran telinga : simetris kanan/kiri
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran :
normal
g) Integument
Kulit : bersih
Turgor : tidak
baik Capillary refli : >3
detik
h) Pemeriksaan thoraks/ dada
Thoraks : bentuk normal
Pernafasan : 22x/menit
Irama Pernafasan : regular
Tanda kesulitan bernafas : tidak ada
kesulitan dalam bernafas
3.3.9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan Minum
Frekuensi makan/hari : makan 3 kali sehari
Nafsu/ Selera makan : nafsu atau selera makan
menurun
Alergi : tidak ada alergi terhadap
makanan
Mual dan Muntah : ada mual dan
muntah Waktu pemberian makanan : pagi 07. 00 WIB
Siang 12.00 WIB
Malam 19.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : makan ¼ dari porsi yang
diberikan di RS
Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse
Masalah makan dan minum : Pasien
Mengatakan Sakit Saat
Menelan
b. Perawatan diri/ Personal Hygine
Kebersihan tubuh : tubuh bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup
bersih
Kebersihan kuku kai dan tangan : bersih
c. Pola kegiatan/ aktivitas

Kegiatan Mandiri Sebagian


Mandi √
Makan √
BAB √
BAK √
Ganti Pakaian √

d. Pola
eliminasi
BAB
- Pola BAB : tidak normal
- Karakter feses : keras
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
- BAB terakhir : 25 Maret 2023
- Diare : tidak ada
- Penggunaan laktasif : tidak ada
BAK
- Pola BAK : normal
- Karakter Urine :warna kuning dan tidak
keruh
- Nyeri/kesulitan BAK :tidak ada kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
- Riwayat penyakit kandung kemih : tidak ada
- Penggunan diuretic : tidak menggunakan
- Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah
e. Pola istirahat
- Lama tidur malam : 6 jam
- Lama tidur siang : 2 jam
- Keluhan : sering terbangun di subuh hari ( jam
03:00 wib
f. Nilai pola keyakinan
- Pasien Percaya dan meyakini bahwa hidup dan matinya
ada dalam perlindungan Tuhan

1. Kemampuan ADL

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (IndeksBarthel)

N KRITERIA Dengan Mandir Skor


o Bantua i Yang
n Didapa
t
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur,atau 5-10 15
sebaliknya
3 Personal toilet(cucimuka,menyisir rambut,gosokgigi) 0 5
4 Keluar masuk toilet 5 10
(mencucipakaian,menyekatubuh,menyiram)
5 Mandi 0 5
6 Berjalandipermukaan datar (jika tidak bisa,dengan kursi 0 5
roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Mengenakan pakaian 5 10
9 Kontrol bowe (BAB) 5 10
10 Kontrol Bladder(BAK) 5 10
Jumlah 35-45 90

Kategori:
Mandiri :72-9
Ketergantungan parsial :54-71
Ketergantungan total :35-53

2. MORSE FALL SCALE


(Pengkajian risiko jatuh pasien dewasa)

NO RISIKO YA TIDAK SKORING

1 Riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan terakhir 25 0 25


2 Diagnosis sekunder (≥2 diagnosis medis) 15 0 0

3 Alat bantu jalan

Berpegangan pada benda-benda sekitar 30

Kruk, tongkat, walker 15

Tidak ada/ kursi roda/ perawat/tirah baring 0 0

4 Pasien terpasang infus 20 0 20

5 Gaya berjalan

Terganggu/tidak normal (pinjang/diseret) 20

Lemah (tidak bertenaga) 10

Normal/bedrest/imobilisasi (tidak dapat bergerak 0 0


sendiri)

6 Status mental

Orientasi tidak baik/tidak menyadari kondisi dirinya 15

Orientasi baik/ menyadari kondisi dirinya 0 0

TOTAL SCORE 45

Keterangan :
§ Tidak berisiko : 0-24
§ Resiko rendah : 25-50
§ Resiko tinggi : ≥51
Keamanan : dipasang pengaman tempat tidur/ bed rest
3.3.10. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Laboratorium
3.3.11. Therapy
1. IUFD RL 60 tetes/menit
2. Injeksi Omeprazole 40g/12 jam
3. Injeksi Ondansetron 4g/12jam
4. Paracetamo 3x500g
5. Hemorid 3x1
6. Antasida syrup

3.3.12. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: Inflamasi Nyeri Akut
 Pasien mengeluh nyeri ulu hati lapisan esofagus
 Pasien mengatakan dada terasa
panas seperti terbakar
DO:
 Pasien tampak meringis
 Skala nyeri 5/10
 TD : 100/70 mmHg
T : 36 C
RR : 22X/menit
HR : 82X/menit

2 DS: Intake dan Defisit volume


 Pasien mengatakan mual dan muntah Output yang cairan
 Pasien mengatakan lemas dan pusing kurang
DO:
 Terdapat tanda-tanda dehidrasi
 Mukosa bibir kering
 Konjungtiva anemis

3 DS : Intake menurun Ketidakseimba


 Pasien mengatakan mual dan akibat mual dan ngan nutrisi
muntah muntah dan kurang dari
 Pasien mengatakan sulit menelan kesulitan kebutuhan
DO : menelan tubuh
 Pasien tampak mual dan muntah
 Pasien tampak tidak menghabiskan
makananya dengan alasan sulit
menelan
 BB sebelum sakit 50 Kg
BB saat sakit 48
 TD : 100/70 mmHg
T : 36 C
RR : 22X/menit
HR : 82X/menit

4 DS : Kurangnya Ansietas
 Pasien mengatakan tidak mengetahui pengetahuan
tentang penyakitnya
 Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang tindakan yang ditelah
dilakukan
DO :
 Pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya
 Pasien cemas dan khawatir tentang
penyakitnya
 TD : 100/70 mmHg
T : 36
RR : 22X/menit
HR : 82X/menit

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi lapisan esofagus
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang
kurang
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang
kurang.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
3.3 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kurangi faktor presipitasi
berhubungan keperawatan pasien tidak nyeri
dengan Inflamasi mengalami nyeri. 2. Tingkatkan istirahat
lapisan esofagus Kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik relaksasi
1. Mampu mengenali nyeri nafas dalam
2. Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi
nyeri 5. Ajarkan teknik kompres
3. Tanda vital dalam rentang hangat dan dingin
normal 6. Kolaborasi dalam
4. Melaporkan bahwa pemberian analgetik untuk
nyerinya berkurang mengurangi nyeri

2 Devisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital


caieran keperawatan diharapkan pasien 2. Kaji monitor status
berhubungan dapat memertahankan intake dehidrasi
dengan intake dan dan output yang seimbang. 3. Berikan cairan tambahan IV
output yang Kriteria hasil : sesuai indikasi dari anjuran
kurang 1. Tidak ada tanda-tanda 4. Dorong masukan oral bila
dehidrasi mampu
2. Tidak ada penurunan BB
3. Hematokrit menurun
4. Tidak ada asites

3 Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebiasaan dan pola


dari kebutuhan keperawatan status gizi dan makan pasien
tubuh asupan makanan dan cairan 2. Diskusikan dengan Pasien
berhubungan adekuat. tentang makanan yang
dengan Intake Kriteria hasil : disukainya
yang kurang. 1. Tidak ada tanda-tanda 3. Hitung output dan intake
malnutrisi cairan setiap hari
2. Selera makan baik. 4. anjurkan pasien posisi
3. Tingkat kesesuaian berat fowler saat makan maupun
badan baik. minum
4. Mampu mencerna 5. anjurkan pasien makan
makanan dan cairan tampa sedikit tapi sering.
alat bantu 6. Timbang BB tiap hari
7. Kolaborasi dengan
nutrisionis untuk
pemenuhan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi
4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan
berhubungan keperawatan ansites pada pasien
dengan kurangnya Pasien dapat teratasi. 2. Dorong pasien untuk
pengetahuan. Kriteria hasil : mengungkapkan pikiran
1. Merencanakan strategi dan perasaanya
koping 3. Berikan informasi yang
2. Pasien memahami tentang akurat dan hasil
penyakitnya. pemerikasaan yang telah
3. Pasien mampu dan akan dilakukan
mempraktekkan teknik 4. Ciptakan lingkungan rasa
nafas dalam. tenang dan lingkungan yang
tenang
5. Informasikan tentang apa
penyakitnya
6. Beri informasi yang akurat
temtang terapy dan tindakan
yang akan dilakukan
7. Jelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
selama prosedur.

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama : An.
Syahmalik

Umur : 3
tahun

Hari / Tanggal /Jam Implementasi Evaluasi


1. Melakukan pengkajian skala S:
 Pasien mengatakan
DX 1 Nyeri
nyeri ulu hati yang dia
2. Meningkatkan pola istrahat
rasakan belum
Senin, 27 Maret 3. Mengajarkan teknik relaksasi
berkurang
Jam 09.00-10.00 nafas dalam
 Pasien mengatakan
4. Mengajarkan teknik distraksi
Nyeri yang dirasakan
5. Mengajarkan teknik kompres
di dada terasa terbakar
hangat dingin
O:
6. Memberikan posisi yang
 Skala Nyeri 5/10
nyaman
 Pasien meringis
7. Melakukan Kolaborasi
 TTV
pemberian analgetik dengan
TD : 100/70mmhg
dokter
HR : 82X/menit
RR : 22X/menit
T : 36
A : Masalah Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S:
DX 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital  Pasien mengatakan
2. Memonitor status dehidrasi mual dan muntah
Jam 10.00-11.00 3. Memberikan cairan sesuai berkurang
indikasi dan anjuran O:
4. Mendorong masukan oral bila  Intake cairan normal
mampu  Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit .
 Pasien masih lemas
 TTV
TD : 110/80mmHg
HR : 84X/menit
RR : 22X/menit
T : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

1. Mengkaji kebiasaan pola S :


makan pasien  Pasien masih mual
DX 3 2. Mendiskusikan tentang dan muntah
Jam 11.00-12.00 makanan yang disukai pasien  Pasien makan ¼ dari
3. Menghitung output dan intake porsinya
cairan setiap hari O:
4. Menganjurkan pasien posos  K/U : Lemas
fowler saat makan maupun  Makanan tidak habis
minum  HB : 8
5. Menganjurkan pasien makan  TTV
sedikit tapi sering TD : 128/80mmHg
6. Melakuakn penimbangan BB HR : 78X/menit
7. Kolaborasi dengan nutrisionist RR : 20X/menit
T : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tingkat kecemasan S :
pasien  Pasien mengatakan
DX 4 2. Mendorong pasien untuk belum paham tentang
Jam 12.00-13.00 mengungkapkan pikiran dan penyakitnya
perasaan  Pasien mengatakan
3. Memberikan informasi yang masih merasa cemas
akurat dan hasil pemeriksaan O :
tentang penyakitnya dan jelaskan  Pasien terlihat cemas
tindakan yang dilakukan  pasien menyanyakan
4. Menciptakan lingkungan yang pertanyaan yang
tenang berulang .
5. Memberikan informasi yang (menanyakan
akurat tentang terapy dan pertanyaan yang
tindakan yang akan dilakukan sudah ditanyakan)
6. Menjelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami A : Masalah belum teratasi
selama prosedur P : Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan pengkajian skala S:
 Pasien mengatakan
DX 1 Nyeri
nyeri ulu hati yang dia
2. Meningkatkan pola istrahat
rasakan belum
Selasa, 28 Maret 2023 3. Mengajarkan teknik relaksasi
berkurang skala nyeri
Jam 09.00-10.00 nafas dalam
5/10
4. Mengajarkan teknik distraksi
 Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres
rasa terbakar pada
hangat dingin
dada sudah berkurang.
6. Memberikan posisi yang
O:
nyaman
 Skala Nyeri 5/10
Melakukan Kolaborasi
 Pasien tampak
pemberian analgetik dengan
meringis dan lemas
dokter
 TTV
TD : 115/70mmhg
HR : 69X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tanda-tanda vital S:
2. Memonitor status dehidrasi  Pasien mengatakan
3. Memberikan cairan sesuai masih mual
DX 2 indikasi dan anjuran O:
Jam 10.00-11.00 4. Mendorong masukan oral bila  k/u sedang
mampu  Intake cairan normal
 Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit
 TTV
TD : 115/70mmHg
HR : 70 X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,7
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

8. Mengkaji kebiasaan pola S :


makan pasien  Pasien mengatakan
9. Menganjurkan pasien posisi mual dan muntah
DX 3 fowler saat makan maupun berkurang karena
Jam 12.00-13.00 minum dalam asupan makan
10. Menganjurkan pasien makan pasien ditambah
sedikit tapi sering buah-buahan
11. Menganjurkan pasien makan  Pasien makan sudah
selagi hangat menghabiskan
12. Melakuakn penimbangan BB setengah dari
Kolaborasi dengan nutrisionist porsinya
O:
 K/U : Sedang
 Paien makan sdikit
tapi sering
 Pasien tampak segar
dari hari sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkam
Dx 4 7. Mengkaji tingkat kecemasan S :
pasien  Pasien mengerti
8. Mengajarkan therapy distraksi (  Pasien mengatakan
pengalihan pikiran) tidak merasa cemas
9. Mendorong pasien untuk lagi setelah
mengungkapkan pikiran dan mengungkapkan
perasaan persaannya dan
10. Memberikan informasi yang mengetahui tentang
akurat dan hasil pemeriksaan penyakitnya
tentang penyakitnya dan jelaskan O :
tindakan yang dilakukan  Pasien terlihat tenang
11. Menciptakan lingkungan yang  Pasien sudah paham
tenang tentang penyakit yang
12. Memberikan informasi yang dideritanya.
akurat tentang terapy dan
tindakan yang akan dilakukan A : Masalah teratasi
13. Menjelaskan semua prosedur P : Intervensi dihentikan
serta sensasi yang dialami
selama prosedur

Anda mungkin juga menyukai