Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak Profesi Ners yang Diampu
Oleh
Disusun Oleh:
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Di : Banyuwangi
Mahasiswa,
Mengetahui,
Pembimbing Institusi,
1.1 Definisi
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatukondisi
refluksnya HCL dari gaster ke esophagus mengakibatkan gejala klinis dan
komplikasi yang menurunkan kualitas hidup seseorang, GERD merupakan
salah satu jenis gangguan pencernaan yang cukup sering dijumpai
dimasyarakat sehingga dapat menurunkan kualitas hidup (Ndraha, 2014).
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux
Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai
gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus
dan atau komplikasi (Susanto, 2016).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis
makan. Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi
peristaltik primer, isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera
dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus
dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan
refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi
berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi
lambung untuk waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan
esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel
skuamosa esofagus (Susanto, 2016).
1.2 Anatomi Fisiologi
a. Esofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang
berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung.Esofagus
diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan
submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar esofagea yang
mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distalesofagus, lapisan
otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran
sel-sel otot lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel
otot lurik.
b. Lambung
1.5 Patofisiologi
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD
(gastroesophangeal reflux disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi
lambung ke dalam esophagus. GERD sering kali disebut nyeri ulu hati (heart
burn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada
dilambung masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasa seperti terbakar dari
esophagus
Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan didalam lambung yang
lebih tinggi dari esophagus. Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang
bersifat asam bergerak masuk ke dalam rongga esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esophagus
karena adanya kontraksi sfingter esophagus (sfingter esophagus bukanlah
sfingter sejati, tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini
normalnya hanya terbuka jika gelombang peristaltic menyalurkan bolus
makanan kebawah esophagus. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter
melemas dan makanan masuk ke lambung. Sfingter esophagus seharusnya
tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang
berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan abdomen lebih besar
daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi lambung
terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau
inkompeten, sfingter tidak dapat menutup lambung. Refluks akan terjadi dari
daerah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus).
Episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi karena
menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus. Pada
beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal, refluks dapat
terjadi jika terdapat gradien tekanan yang sangat tinggi di sfingter. Sebagai
contoh, jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen dapat meningkat secara
bermakana. Kondisi ini dapat disebabkan porsi makan yang besar, kehamilan
atau obesitas. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter
esofagus ke rongga toraks. Hal ini memperbesar gradien tekanan antara
esofagus dan rongga abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah makan juga
dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus karena
tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun esofagus memiliki
sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel
yang ada di lambung (Corwin, 2019: 600).
1.6 Pathway
Gastroesophangeal
Refluks Disease (GERD)
BB menurun
Defisit Nutrisi
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku
untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esophagus
(esofagitis refluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan
endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD,
keadaan ini disebut nonerosive reflux disease (NERD).
b. Esofagografi dengan barium
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan
seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis
ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.
c. Monitoring ph 24 jam
Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal
esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan
mikroelektroda ph pada bagian distal esophagus. Pengukuran ph pada
esophagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya refluks
gastroesofageal. ph dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap
diagnostik untuk refluks gastroesofageal.
d. Tes Perfusi Berstein
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transnasal
dan melakukan perfusi bagian distal esophagus dengan HCl 0,1 M dalam
waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat pelengkap terhadap monitoring ph
24 jam pada pasienpasien dengan gejala yang tidak khas. Bila larutan ini
menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien,
sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri, maka test ini
dianggap positif. Test Bernstein yang negative tidak menyingkirkan adanya
nyeri yang berasal dari esophagus.
e. Manometri esofagus: mengukuran tekanan pada katup kerongkongan
bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang
normal dari katup yang berfungsi buruk kekuatan sphincter.
1.8 Komplikasi
Komplikasi GERD yaitu:
a. Batuk dan Asma
b. Erosive esophagus
c. Esophagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner
metaplastik
d. Esophagitis ulseratif
e. Perdarahan saluran cerna akibat iritasi
f. Peradangan esophagus
g. Aspirasi
h. Tukak kerongkongan
1.9 Prognosis
Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat jarang terjadi
episode akut atau keadaan yang bersifat mengancam nyawa (jarang
menyebabkan kematian). Prognosis dari penyakit ini baik jika derajat
kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yang diberikan benar
pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade D dapat
masuk tahap displasia sel sehingga menjadi Barret s Esofagus dan pada
akhirnya Ca Esofagus
1.10 Penatalaksanaan
c) Lingkar Kepala
Berikut ini adalah tabel ukuran lingkar kepala bayi normal mulai dari
ukuran lingkar kepala bayi baru lahir hingga usia 5 tahun menurut
WHO.
Usia Perempuan Laki-laki
d) Pertumbuhan Gigi
Gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah seluruhnya pada
umur 2,5 tahun (Anonim, 2014)
B. Perkembangan
Perkembangan adalah proses perubahan progresif yang bersifat
kualitatif fungsional dan yang terjadi pada aspek fisik dan psikis. Contoh
perkembangan seperti kemampuan berdiri dan berjalan, kemampuan
berbicara, berimajinasi dan berpikir.
a) Motorik Kasar
- Naik tangga dan lari-lari
- Mencoret-coret pendil pada kertas
- Dapat menunjuk 1 atau bagian tubuhnya
- Memegang cangkir sendiri
- Mengenal 2-4 warna
- Melompat-lompat-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus
b) Motorik Halus
- Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali
- Melepas celana dan baju sederhana
- Memegang pensil/krayon besar
- Mengayuh sepeda roda tiga
- Menyikat gigi dan menyisir rambut
- Menggunakan sendok dan garpu
c) Perkembangan bahasa
- Bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti orang lain, meskipun
masih sering membuat kesalahan
- Menyebutkan tiga buah angka yang berurutan
- Umumnya kalimat terdiri dari 4-5 kata
- Dapat menyebutkan namanya sendiri
- Ucapan dan kosa kata kalimat berkembang pesat
d) Kemampuan bersosialisasi
- Dapat mematuhi perintah
- Sudah mulai memperlihatkan rasa cemburu/iri terhadap saudaranya
- Merasa sulit untuk berbagi dengan orang lain dan menunjukkan
perasaan bersaing
- Ingin mandiri (mengerjakan segala sesuatunya sendiri) tetapi masih
mencari peneguhan orang dewasa
- Minat bermain ditunjukkan dengan cara memperhatikan temannya
ketika bermain dan segera bergabung bila tertarik (Paralel play).
Secara bertahap anak mulai terlibat dalam kegiatan yang menyerupai
kegiatan anak-anak lain (Assosiative play). Pada tahun ke 4, anak
mulai meningkat kontak sosialnya menjadi anggota kelompok dan
saling berinteraksi (Cooperative play), misalnya melakukan
permainan-permainan yang memiliki aturan dan menguji
keterampilan seperti permainan melempar dan menangkap bola
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Terdiri dari nama, umur tanggal lahir, jenis kelamin, agama, suku, alamat,
status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan saat Pengkajian
Keluhan pada saat masuk rumah sakit, biasanya keluhan utama yang
dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian yaitu mual muntah,
kesulitan menelan, nyeri pada perut, tidak nafsu makan, dan ada rasa
pahit dilidah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk ke RS dengan keluhan utama yaitu terbakar didada, mual
muntah, kesulitan menelan, nyeri pada perut.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Penyakit yang sebelumnya diderita oleh pasien, bisa jadi penyakit
sebelumnya menjadi faktor predisposisi seperti penyakit paru-paru atau
obat-obat yang mempengaruhi asam lambung dan alergi/ reaksi respon
imun.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit GERD tidak menurun dari keluarga
6. Pemeriksaan Fisik
a) Breathing
Napas yang pendek, terdapat wheezing karena ada penyempitan pada
saluran nafas
b) Bleeding
Irama jantung regular, Tekanan darah normal, tidak ada edema, Bunyi
jantung tunggal (S1/S2)
c) Brain/Neurologi
Kelemahan pada otot, gangguan pada lidah perasa, tidak terjadi
penurunan kesadaran.
d) Bladder
Tidak terdapat gangguan pada pola eliminasi
e) Bowel
Abdomen tegang/nyeri (sedang/berat), Bising usus lemah dan
menurun, Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu.
f) Bone
Penurunan kekuatan otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat/tidur
dengan gejala nyeri
g) Integumen
Pasien tampak pucat, membrane mukosa sedikit kering
h) Pola nutrisi sehari-hari
Pasien kesulitan menelan, adanya mual muntah, dan ada rasa pahit
dilidah. Terjadi penurunan Berat Badan
i) Psikososial
Pasien tampak cemas dengan kekambuhan penyakitnya atau kondisi
psiko pasien.
j) Spiritual
Kebiasaan beribadah ketika pasien sakit ada keterbatasan atau
terganggu
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar
baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di
esophagus (esofagitis refluks). Jika tidak ditemukan mucosal break
pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien
dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut nonerosive reflux
disease (NERD).
2. Esofagografi dengan barium
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan
seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis
ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan
lumen.
3. Monitoring ph 24 jam
Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal
esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan
menempatkan mikroelektroda ph pada bagian distal esophagus.
Pengukuran ph pada esophagus bagian distal dapat memastikan ada
tidaknya refluks gastroesofageal. ph dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas
LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.
4. Tes Perfusi Berstein
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang
transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esophagus dengan HCl
0,1 M dalam waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat pelengkap
terhadap monitoring ph 24 jam pada pasienpasien dengan gejala yang
tidak khas. Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang
biasanya dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan
rasa nyeri, maka test ini dianggap positif. Test Bernstein yang negative
tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari esophagus.
5. Manometri esofagus: mengukuran tekanan pada katup kerongkongan
bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang
normal dari katup yang berfungsi buruk kekuatan sphincter
B. DIAGNOSA
1. Nausea berhubungan dengan gangguan pada esofagus
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
3. Gangguan menelan beruhubungan dengan refluks gastroesofagus
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
5. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
C. INTERVENSI
3. Setelah dilakukan tindakan Status Menelan (L.06052) Dukungan Perawatan Diri: Makan/Minum(I.11351)
asuhan keperawatan selama
3x24 jam, diharapkan 1. Reflek menelan (Skala 5) (Meningkat) 1. Observasi
gangguan menelan dapat
2. Kemampuan mengosongkan mulut (Skala 5) a. Identifikasi diet yang dianjurkan
teratasi
(Meningkat)
b. Monitor kemampuan menelan
3. Kemampuan mengunyah (Skala 5)
(Meningkat) c. Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
Krisna, Putu. (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan keperawatan Pada Pasien GERD
(Gastroesophangeal Reflux Disease). https://www.scribd.com/doc/134888213/LP-
GERD