Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LEPTOSPIROSIS RSUD

DOLOKSANGGUL KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN

HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2022

OLEH:

Nama : Yonathan Hutagalung

NIM : 2114021

Dosen Pengampu : Benny Maria Lumbantoruan, SST. MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU


PRODI
D-III KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN

T.A 2020/2022
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Adapun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit leptospirosis ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya . oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah

Akhir kata penyusun mengharapkan semoga dari makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan leptospirosis ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.

Doloksanggul September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN LEPTOSPIROSIS.........................................................................................2
A. Pengertian..................................................................................................................................2
B. Etiologi......................................................................................................................................2
C. Distribusi Penyakit.....................................................................................................................3
D. Cara Penularan...........................................................................................................................3
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................................4
F. Patofisiologi...............................................................................................................................5
G. Komplikasi................................................................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................8
I. Diagnosis Banding.....................................................................................................................9
J. Penatalaksanaan.........................................................................................................................9
K. Prognosis...................................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................10
A. Pengkajian...............................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................11
C. Rencana Keperawatan..............................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leptospirosis merupakan penyakit demam akut dengan manisfestasi klinis bervariasi,
disebabkan oleh leptosspira. Leptospirosis masih merupakan masalah kesehatan global
terutama di negara tropis, termasuk indonesia. Leptospirosis termasuk emerging infectious
disease, dan akhir-akhir ini sering terjadi outbreaks di Nicaraguan, Brazil, India, negara-
negara Asia Tenggara, juga Amerika. Dinegara maju seperti amerika pun masih juga
dilaporkan adanya penyakit ini,yaitu 100-200 kasus setiap tahunnya dan 50% kasus berasal
dari Hawai. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit ini adalah diagnosisnya
sering terlambat serta progresivitas penyakit yang sebelumnya diketahui.

Beberapa faktor yang ikut menentukan progresivitas leptospirosis. Faktor eksternal antara
lain virulensi leptospira,dan faktor internal adalah sistem imun individu serta
lipopolisakarida, glikoprotein, lipoprotein, peptidoglikan, heart shock proteins, dan flagellin.
Gen hemosilin SphH dari L. Interorgans strain HY-1, juga ikut berperan dalam pengendalian
progresivitas leptospirosis. Leptospira yang mengalami lisis akibat aktivitas imunoglobin
maupun komplemen dapat menginduksi sekresi enzim,toksin dan sitokin (IL-1,II-6,IL-
8,TNFα) yang kemudian ikut menentukan derajat beratnya manisfestasi klinis (sachro,2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari leptospirosis?
2. Sebutkan etiologi dari leptospirosis?
3. Sebutkan pathogenesis dan patologi leptospirosis?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang leptospirosis?
5. Bagaimana prognosis, pencegahan serta pengobatan dari leptospirosis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan leptospirosis?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami penyakit pada pasien dengan Leptospirosis.

2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit leptospirosis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi leptospirosis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan lesptospirosis.

1
BAB II

PEMBAHASAN LEPTOSPIROSIS

A. Pengertian
- Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang di sebabkan oleh
mikroorganisme, yaitu lestospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipnya,
penyakit ini dapat terjangkit pada laki-laki atau perempuan semua umur. Banyak
ditemukan didaerah tropis, dan biasanya penyakit ini juga dikenal dengan
berbagai nama seperti mudfever, slimefever, Swampfever, autumnal fever,
filedfever, Infectiousjaundle, cane cutre fever dan lain-lain (Mansjoer dkk,2007).
- Leptospirosis adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia, termasuk
penyakit zoonosis yang paling sering di dunia. Leptospirosis juga dikenal dengan
nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul karena banjir. Di
beberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam icterohemorrhagic,
demam lumpur, penyakit Stuttgart, penyakit Weil, demam canicola, penyakit
swineherd, demam rawa atau demam lumpur (Judarwanto, 2009)
- Menurut NSW Multicultural Health Communication Service (2003), Leptospirosis
adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan kuman
Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena. 

B. Etiologi
Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral genus Leptospira
family leptospiraceae dan ordo spirochaetales. Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis,
motil, obligat, dan berkembang pelan anaerob. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L
interrogans yang pathogen dan L biflexa bersifat saprofitik (Judarwanto, 2009).

1. Patogen L Interrogans

Terdapat pada hewan dan manusia. Mempunyai sub group yang masing-masing


terbagi lagi atas berbagai serotip yang banyak, diantaranya; L. javanica, L.
cellodonie, L. australlis, L. Panama dan lain-lain.

2. Non Patogen L. Biflexa

Menurut beberapa penelitian, yang paling tersering menginfeksi manusia


adalah: L. icterohaemorrhagiae dengan resorvoir tikus, L. canicola dengan
resorvoir anjing, L.pomona dengan reservoir sapi dan babi.

Leptospira dapat menginfeksi sekurangnya 160 spesies mamalia di antaranya


tikus, babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan mamalia lainnya. Hewan peliharaan

2
yang paling berisiko adalah kambing dan sapi. Resevoar utamanya di seluruh
dunia adalah binatang pengerat dan tikus.

C. Distribusi Penyakit
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik didaerah maupun perkotaan,
didaerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang
bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter
hewan, dan personel militer. Selainitu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu
yang terpapar air yang terkontaminasi .Di daerah endemis,puncak kejadian
Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.

Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang


hangat, tanah yang basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara
beriklim tropis. Oleh sebab itu, kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan
di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko
penyakit yang lebih berat. Angka kejadian Leptospirosis di negara tropis basah 5-
20/100.000 penduduk per tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Oraganization/WHO) mencatat, kasus Leptospirosis di daerah beriklim subtropis
diperkirakan berjumlah 0.1-1 per 100.000 orang setiap tahun, sedangkan di daerah
beriklim tropis kasus ini meningkat menjadi lebih dari 10 per 100.000 orang setiap
tahun. Pada saat wabah, sebanyak lebih dari 100 orang dari kelompokberisikotinggi di
antara 100.000 orang dapat terinfeksi.

Di Indonesia, Leptospirosis tersebar antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa


Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau,
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Angka kematian Leptospirosis di Indonesia
termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45 persen . Pada usia lebih dari 50 tahun kematian
mencapai 56 persen. Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3 persen
- 54 persen tergantung sistem organ yang terinfeksi.

D. Cara Penularan

Urin tikus merupakan sumber penularan Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water


borne disease). Urin dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber
utama penularan, baikpada manusia maupun pada hewan  . Kemampuan Leptospira 
3
untuk bergerak dengan cepat dalam  air  menjadi salah satu factor penentu utama ia
dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru. Hujan deras akan membantu
penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir . Gerakan bakteri memang tidak
memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung
proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir.
Keadaan banjir dapat menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genengan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur serta banyak timbunan sampah
yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembangbiak.
Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ketubuh manusia melalui
permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus
merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak
sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain
seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi
potensi menularkan kemanusia tidak sebesar tikus .
Bentuk penularan  Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita kependerita
dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi melalui kontak
dengan selaput lender (mukosa)  mata (konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut,
cairan urin, kontak seksual dan cairana bortus( gugur kandungan) Penularan dari
manusia kemanusia jarang terjadi.

E. Manifestasi Klinis

Pada Manusia

kulit dan  mukosa menjadi kuning

Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari .Infeksi


Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala,
sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa .Infeksi L. interrogans dapat berupa
infeksi subklinis yang ditandai dengan flu ringan sampai berat.

4
penyakit leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemia dan fase imun. Pada
periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik (Judarwanto,
2009).

1.      Fase awal dikenal sebagai fase septisemik atau fase leptospiremik karena bakteri
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan
tubuh. Fase awal sekitar 4-7 hari, ditandai gejala nonspesifik seperti flu dengan
beberapa variasinya. Manifestasi klinisnya demam, menggigil, lemah dan nyeri
terutama tulang rusuk, punggung dan perut. Gejala lain adalah sakit
tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, ruam, nyeri kepala frontal,
fotofobia, gangguan mental, dan meningitis. Pemeriksaan fisik sering
mendapatkan demam sekitar 400C disertai takikardi. Subconjunctival suffusion,
injeksi faring, splenomegali, hepatomegali, ikterus ringan,mild
jaundice, kelemahan otot, limfadenopati dan manifestasi kulit berbentuk
makular, makulopapular, eritematus, urticari, atau rash juga didapatkan pada
fase awal penyakit.

2.      Fase kedua sering disebut fase imun atau leptospirurik karena sirkulasi antibody
dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urine, mungkin tidak dapat
didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30
hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ
tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal. Gejala
nonspesifik seperti demam dan nyeri otot mungkin lebih ringan dibandingkan
fase awal selama 3 hari sampai beberapa minggu. Sekitar 77% penderita
mengalami nyeri kepala terus menerus yang tidak responsif dengan analgesik.
Gejala ini sering dikaitkan dengan gejala awal meningitis selain delirium. Pada
fase yang lebih berat didapatkan gangguan mental berkepanjangan termasuk
depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.

F. Patofisiologi
Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka iris/luka abrasi
pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus,
bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air
yang terkontaminasi. Meski jarang ditemukan, leptospirosis pernah dilaporkan
penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang
mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak virulen gagal
bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1
atau 2 hari infeksi. Organisme virulen mengalami mengalami multiplikasi di darah
dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal
pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.

Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil; sehingga menimbulkan


vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel. Patogenitas kuman leptospira yang

5
paling penting adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selluler.
Lipopolysaccharide (LPS) pada kuman leptospira mempunyai aktivitas endotoksin yang
berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi
perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit
disertai trombositopenia. Kuman leptospira mempunyai fosfolipase yaitu hemolisin yang
mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yang mengandung fosfolipid.

Beberapa strain serovar Pomona dan Copenhageni mengeluarkan protein sitotoksin. In


vivo, toksin in mengakibatkan perubahan histopatologik berupa infiltrasi makrofag dan
sel polimorfonuklear. Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan
hati. Di dalam ginjal kuman leptospira bermigrasi ke interstisium, tubulus ginjal, dan
lumen tubulus.

Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan meningkatkan
permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Ikterik
disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang ringan, pelepasan bilirubin darah dari
jaringan yang mengalami hemolisis intravaskular, kolestasis intrahepatik sampai
berkurangnya sekresi bilirubin.

Conjungtival suffusion khususnya perikorneal; terjadi karena dilatasi pembuluh darah,


kelainan ini sering dijumpai pada patognomonik pada stadium dini. Komplikasi lain
berupa uveitis, iritis dan iridosiklitis yang sering disertai kekeruhan vitreus dan lentikular.
Keberadaan kuman leptospira di aqueous humor kadang menimbulkan uveitis kronik
berulang.

Kuman leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikuloendotelial serta mekanisme


pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang dengan meningkatnya kadar
antibodi spesifik dalam darah. Kuman leptospira akan dieleminasi dari semua organ
kecuali mata, tubulus proksimal ginjal, dan mungkin otak dimana kuman leptospira dapat
menetap selama beberapa minggu atau bulan.

6
Pathways

G. Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis, meningitis aseptik
dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila terjadi selalu menyebabkan kematian.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan mengetahui gangguan organ tubuh dan
komplikasi yang terjadi.

- Urine yang paling baik diperiksa karena kuman leptospira terdapat dalam urine sejak awal penyakit dan akan
menetap hingga minggu ke tiga. Cairan tubuh lainnya yang mengandung leptospira adalah darah, cerebrospinal
fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk isolasi kuman sangat pendek Isolasi kuman leptospira dari jaringan
lunak atau cairan tubuh penderita adalah standar kriteria baku. Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah
sumber identifikasi kuman tetapi isolasi leptospira lebih sulit dan membutuhkan beberapa bulan.
- Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis tetapi lambat karena
serum akut diambil 1-2 minggu setelah timbul gejala awal dan serum konvalesen diambil 2 minggu setelah itu.
Antibodi antileptospira diperiksa menggunakan microscopic agglutination test (MAT).
- Titer MAT tunggal 1:800 pada sera atau identifikasi spiroseta pada mikroskopi lapang gelap dikaitkan dengan
manifestasi klinis yang khas akan cukup bermakna.
- Pemeriksaan complete blood count (CBC) sangat penting. tubulointerstitial nefritis pada penyakit Weil.
7
- Peningkatan bilirubin serum dapat terjadi pada obstruksi kapiler di hati. Peningkatan transaminase jarang dan
kurang bermakna, biasanya <200 U/L. Waktu koagulasi akan meningkat pada disfungsi hati atau DIC. Serum
creatine kinase (MM fraction) sering meningkat pada gangguan muskular.
- Analisis CSF bermanfaat hanya untuk eksklusi meningitis bakteri. Leptospires dapat diisolasi secara rutin dari
CSF, tetapi penemuan ini tidak mengubah tatalaksana penyakit.

I. Diagnosis Banding
1. Dengue Fever
2. Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome
3. Hepatitis
4. Malaria
5. Meningitis
6. Mononucleosis, influenza
7. Enteric fever
8. Rickettsial disease
9. Encephalitis
10. Primary HIV infection

J. Penatalaksanaan
Obat antibiotika yang biasa diberikan adalah penisillin, strptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan
siproflokasasin. Obat pilihan utama adalah penicillin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari. Dalam 4-6 jam
setelah pemeberian penicilin G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan adanya aktivitas
antileptospira> obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari namun kurang bermanfaat bila diberikan setelah fase imun
dan tidak efektif jika terdapat ikterus, gagal ginjal dan meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai denan
keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.

K. Prognosis
Tergantung keadaan umum klien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya kekebalan yang didapat.
Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor pemberat seperti gagal ginjal atau perdarahan dan
terlambatnya klien mendapat pengobatan

8
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas

Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat kejadiannya sama.

2. Keluhan utama

Pasien menyatakan Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah,
fotofobia,. Demam, menggigil, lemah dan nyeri terutama tulang rusuk, punggung dan perut.

Riwayat keperawatan

a.
Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b.
Riwayat penyakit, influenza,DBD, fever of unknown origin.
c.
Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara,
rawa, sungai atau petani.
d. Pemeriksaan dan observasi
 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
1)      Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2)      Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
3)      Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata merah. fotofobia, injeksi
konjunctiva, iridosiklitis
4)      Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan adernal
5)      Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
6)      Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/ makulopapular/ urtikaria yang teresebar pada badan.
Pretibial.

 Laboratorium
1) Leukositosis normal, sedikit menurun,
2) Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggiu
3) Proteinuria, leukositoria
4) Sedimen sel torak
5) BUN, ureum dan kreatinin meningkat
9
6) SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7) Bilirubin meninggi samapai 40 %
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10) Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11) Glukosa dalam CSS Normal atau menurun

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (proses penyakit)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi zat-zat bergizi
karena faktor bilogis, proses penyakit.

C. Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Criteria Hasil
Diagnosa Keperawatan Intervensi (SIKI)
(SDKI)

1 Hipertermia berhubungan SDKI : Thermoregulation SIKI :


denganpeningkatan Kriteria Hasil : Fever treatment
metabolisme tubuh, prosesv   Suhu tubuh dalam rentang §  Monitor suhu sesering mungkin
penyakit normal §  Monitor IWL
v   Nadi dan RR dalam rentang §  Monitor warna dan suhu kulit
normal §  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
v   Tidak ada perubahan warna kulit §  Monitor penurunan tingkat kesadaran
dan tidak ada pusing, merasa §  Monitor WBC, Hb, dan Hct
nyaman §  Monitor intake dan output
§  Berikan anti piretik
§  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
§  Selimuti pasien
§  Lakukan tapid sponge
§  Berikan cairan intravena
§  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
§  Tingkatkan sirkulasi udara
§  Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
§  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
§  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
§  Monitor TD, nadi, dan RR
§  Monitor warna dan suhu kulit
§  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
§  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
§  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
§  Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas

10
§  Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
§  Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
§  Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
§  Berikan anti piretik jika perlu

2 Nyeri akut berhubungan DIAGNOSA :


dengan agen biologis v  Pain Level, INTERVESI : Pain Management
(proses penyakit) v  Pain control, §  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
v  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
v  Mampu mengontrol nyeri (tahu §  Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik §  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari §  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
bantuan) §  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
v  Melaporkan bahwa nyeri §  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
berkurang dengan menggunakan tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
manajemen nyeri lampau
v  Mampu mengenali nyeri (skala, §  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
intensitas, frekuensi dan tanda menemukan dukungan
nyeri) §  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
v  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
nyeri berkurang kebisingan
v  Tanda vital dalam rentang normal§  Kurangi faktor presipitasi nyeri
§  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
§  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
§  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§  Tingkatkan istirahat
§  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
§  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
§  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
11
beratnya nyeri
§  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
§  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
§  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
§  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
§  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan v  Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
tubuh b.d ketidakmampuan Intake §  Kaji adanya alergi makanan
untuk mengabsorbsi zat-zatv  Nutritional Status : nutrient Intake§  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
bergizi karena faktor v  Weight control jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
bilogis, proses penyakit. Kriteria Hasil : pasien.
v  Adanya peningkatan berat badan §  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tujuan §  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
v  Berat badan ideal sesuai dengan dan vitamin C
tinggi badan §  Berikan substansi gula
v  Mampumengidentifikasi §  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
kebutuhan nutrisi serat untuk mencegah konstipasi
v  Tidak ada tanda tanda malnutrisi §  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
v  Menunjukkan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
pengecapan dari menelan §  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
v  Tidak terjadi penurunan berat makanan harian.
badan yang berarti §  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
§  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
§  BB pasien dalam batas normal
§  Monitor adanya penurunan berat badan
§  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
§  Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
§  Monitor lingkungan selama makan
§  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak
selama jam makan
§  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
§  Monitor turgor kulit
§  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
§  Monitor mual dan muntah
§  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
§  Monitor makanan kesukaan
§  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
12
§  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
§  Monitor kalori dan intake nuntrisi
§  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
§

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Alamat : Tarutung
Tgl MRS : Kamis, 22 September 2022
Tgl pengkajian : 24 September 2022

NO. RM :
Dx Medis : Leptospirosis
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat :
Tarutung
3. Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD tanggal Selasa, 22 September 2022
pukul 14.20 WIB dengan keluhan nyeri pada bagian kepala ,demam, dengan
13
Riwayat Kesehatan Masa Lalu

pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu.


4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

14
GENOGRAM

Keterangan :

k : Pasien Perempuan

: Perempuan

: Laki-laki
: Perempuan Meninggal

: Laki-laki Meninggal

15
5. Riwayat Psikososial
Pasien tampak cemas.
DS: Pasien mengatakan cemas karena kurang mengetahui tentang penyakit
yang di deritanya.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, Pasien tampak pucat.
a. Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
HR : 80x/i
RR : 22x/i
T : 37 ˚
C
b. Pemeriksaan Head to toe
c. BB: sebelum sakit 50
a) Kepala
Bentuk : bulat simetris, tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi.
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Warna rambut : hitam keputih-keputihan (beruban)
c) Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : simetris, normal dan tidak ada kelainan.
d) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
Konjungtiva dan sclera : anemis dan ikterik
e) Hidung
Lubang hidung : bersih, tidak ada polip
Cuping hidung : pernafasan cuping hidung (-)
f) Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan/kiri
Ukuran telinga : simetris kanan/kiri

16
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal
g) Integument
Kulit : bersih
Turgor : tidak
baik Capillary refli :
>3 detik
h) Pemeriksaan thoraks/ dada
Thoraks : bentuk normal
Pernafasan : 24x/menit
Irama Pernafasan : regular
Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan dalam bernafas
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan Minum
Frekuensi makan/hari : makan 3 kali sehari
Nafsu/ Selera makan : nafsu atau selera makan menurun
Alergi : tidak ada alergi terhadap
makanan
Mual dan Muntah : ada mual dan muntah
Waktu pemberian makanan : pagi 07. 00 WIB
Siang 12.00 WIB
Malam 19.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : makan ¼ dari porsi yang diberikan di
RS Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse
Masalah makan dan minum : Pasien Mengatakan Sakit Saat Menelan
b. Perawatan diri/ Personal Hygine
Kebersihan tubuh : tubuh bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup bersih
Kebersihan kuku kai dan tangan : bersih
c. Pola kegiatan/ aktivitas
Kegiatan Mandiri Sebagian

Mandi √

Makan √

17
BAB √

BAK √

Ganti Pakaian √

d. Pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : tidak normal
- Karakter feses : keras

- Riwayat perdarahan : Tidak ada


- BAB terakhir : 18 Januari 2022
- Diare : tidak ada
- Penggunaan laktasif : tidak ada
BAK
- Pola BAK : normal
- Karakter Urine :warna kuning
- Nyeri/kesulitan BAK :tidak ada kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
- Riwayat penyakit kandung kemih : tidak ada
- Penggunan diuretic : tidak menggunakan
- Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah
e. Pola istirahat
- Lama tidur malam : 6 jam
- Lama tidur siang : 2 jam
- Keluhan : sering terbangun di subuh hari ( jam
03:00 – 03:30 wib
f. Nilai pola keyakinan
- Pasien Percaya dan meyakini bahwa hidup dan matinya
ada dalam perlindungan Tuhan
4.1.1 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Laboratorium
4.1.2 Therapy
18
1. IUFD RL 20 tetes/menit
2. Injeksi Omeprazole 40g/12 jam
3. Injeksi Ondansetron 4g/12jam
4. Paracetamo 3x500g
5. Hemorid 3x1
6. Antasida syrup

4.1.3 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi Nyeri Akut


 Pasien mengeluh nyeri lapisan esofagus
 Pasien mengatakan Sulit Tidur
DO:
 Pasien tampak meringis
 Skala nyeri 5/10
 TD : 110/90
mmHg T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit

2 DS: Intake dan Defisit volume


 Pasien mengatakan mual dan muntah Output yang cairan
 Pasien mengatakan lemas dan kurang
pusing DO:
 Terdapat tanda-tanda dehidrasi
 Mukosa bibir kering
 Konjungtiva anemis

19
3 DS : Intake menurun Ketidakseimba
 Pasien mengatakan mual dan akibat mual dan ngan nutrisi
muntah muntah dan kurang dari
 Pasien mengatakan sulit menelan kesulitan kebutuhan
DO : menelan tubuh
 Pasien tampak mual dan muntah
 Pasien tampak tidak menghabiskan
makananya dengan alasan sulit
menelan
 BB sebelum sakit 50
Kg BB saat sakit 48
 TD : 110/90 mmHg

20
T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit

4 DS : Kurangnya Ansietas
 Pasien mengatakan tidak pengetahuan
mengetahui tentang penyakitnya
 Pasien mengatakan tidak
mengetahui tentang tindakan yang
ditelah dilakukan
DO :
 Pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya
 Pasien cemas dan khawatir tentang
penyakitnya
 TD : 110/90
mmHg T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit

4.1 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi lapisan esofagus
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang
kurang
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang
kurang.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

21
22
NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Nyeri Akut Setelah 1. Kurangi faktor presipitasi


nyeri
Berhubungan dilakukan
tindakan
keperawatan
pasien
tidak

dengan Inflamasi mengalami nyeri. 2. Tingkatkan istirahat


lapisan esofagus Kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik relaksasi
1. Mampu mengenali nyeri nafas dalam
2. Pasien mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik distraksi
nyeri 5. Ajarkan teknik kompres
3. Tanda vital dalam rentang hangat dan dingin
normal 6. Kolaborasi dalam
4. Melaporkan bahwa pemberian analgetik untuk
nyerinya berkurang mengurangi nyeri

23
2 Devisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital
caieran keperawatan diharapkan pasien 2. Kaji monitor status
berhubungan dapat memertahankan intake dehidrasi
dengan intake dan dan output yang seimbang. 3. Berikan cairan tambahan IV
output yang Kriteria hasil : sesuai indikasi dari anjuran
kurang 1. Tidak ada tanda-tanda 4. Dorong masukan oral bila
dehidrasi mampu
2. Tidak ada penurunan BB
3. Hematokrit menurun
4. Tidak ada asites

3 Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebiasaan dan pola


dari kebutuhan keperawatan status gizi dan makan pasien
tubuh asupan makanan dan cairan 2. Diskusikan dengan Pasien
berhubungan adekuat. tentang makanan yang
dengan Intake Kriteria hasil : disukainya
yang kurang. 1. Tidak ada tanda-tanda 3. Hitung output dan intake
malnutrisi cairan setiap hari
2. Selera makan baik. 4. anjurkan pasien posisi
3. Tingkat kesesuaian fowler saat makan maupun
berat badan baik. minum
4. Mampu mencerna 5. anjurkan pasien makan
makanan dan cairan tampa sedikit tapi sering.

24
alat bantu 6. Timbang BB tiap hari
7. Kolaborasi dengan
nutrisionis untuk
pemenuhan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi
4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan
berhubungan keperawatan ansites pada pasien
dengan kurangnya Pasien dapat teratasi. 2. Dorong pasien untuk
pengetahuan. Kriteria hasil : mengungkapkan pikiran
1. Merencanakan strategi dan perasaanya
koping 3. Berikan informasi yang
2. Pasien memahami tentang akurat dan hasil
penyakitnya. pemerikasaan yang telah
3. Pasien mampu dan akan dilakukan
mempraktekkan teknik 4. Ciptakan lingkungan rasa
nafas dalam. tenang dan lingkungan yang
tenang
5. Informasikan tentang apa
penyakitnya
6. Beri informasi yang akurat
temtang terapy dan tindakan
yang akan dilakukan
7. Jelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
selama prosedur.

4.2 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama :
Ny.M Umur
: 62

Hari / Tanggal /Jam Implementasi Evaluasi

25
1. Melakukan pengkajian skala S:
DX 1
 Pasien mengatakan
Nyeri

26
2. Meningkatkan pola istrahat nyeri ulu hati yang dia
Selasa ,20 September 3. Mengajarkan teknik relaksasi rasakan belum
Jam 09.00-10.00 nafas dalam berkurang
4. Mengajarkan teknik distraksi  Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres Nyeri yang dirasakan
hangat dingin di dada terasa terbakar
6. Memberikan posisi yang O :
 Skala Nyeri 5/10
nyaman
 Pasien meringis
7. Melakukan Kolaborasi
 TTV
pemberian analgetik dengan
TD :
dokter
130/90mmhg
HR : 90X/menit
RR : 22X/menit
T : 36,8

A : Masalah Belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

S:
DX 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital  Pasien mengatakan
2. Memonitor status dehidrasi mual dan muntah
Jam 10.00-11.00
3. Memberikan cairan sesuai berkurang
indikasi dan anjuran O:
4. Mendorong masukan oral bila  Intake cairan normal
mampu  Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit .
 Pasien masih lemas
 TTV
TD :
132/80mmHg HR
: 85X/menit
RR : 20X/menit
27
28
T : 36,6

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

1. Mengkaji kebiasaan pola S :


makan pasien  Pasien masih mual
DX 3 2. Mendiskusikan tentang dan muntah
Jam 11.00-12.00
makanan yang disukai pasien  Pasien makan ¼ dari
3. Menghitung output dan intake porsinya
cairan setiap hari O:
4. Menganjurkan pasien posos  K/U : Lemas
fowler saat makan maupun  Makanan tidak habis

minum  HB : 8

5. Menganjurkan pasien makan  TTV

sedikit tapi sering TD : 128/80mmHg

6. Melakuakn penimbangan BB HR : 78X/menit

7. Kolaborasi dengan nutrisionist RR : 20X/menit


T : 36,6

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tingkat kecemasan S :
pasien  Pasien mengatakan
DX 4 2. Mendorong pasien untuk belum paham tentang
Jam 12.00-13.00
mengungkapkan pikiran dan penyakitnya
perasaan  Pasien mengatakan
3. Memberikan informasi yang masih merasa cemas
akurat dan hasil pemeriksaan O :
tentang penyakitnya dan jelaskan  Pasien terlihat cemas
tindakan yang dilakukan  pasien menyanyakan
4. Menciptakan lingkungan yang pertanyaan yang
tenang berulang .
5. Memberikan informasi yang (menanyakan

29
akurat tentang terapy dan pertanyaan yang
tindakan yang akan dilakukan sudah ditanyakan)
6. Menjelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
A : Masalah belum teratasi
selama prosedur
P : Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan pengkajian S:
DX 1
 Pasien mengatakan
skala Nyeri
nyeri ulu hati yang dia
2. Meningkatkan pola istrahat
Rabu, 21 September rasakan belum
3. Mengajarkan teknik relaksasi
2022
berkurang skala nyeri
Jam 09.00-10.00 nafas dalam
5/10
4. Mengajarkan teknik distraksi
 Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres
rasa terbakar pada
hangat dingin
dada sudah berkurang.
6. Memberikan posisi yang
O:
nyaman
 Skala Nyeri 5/10
Melakukan Kolaborasi
 Pasien tampak
pemberian analgetik dengan
meringis dan lemas
dokter
 TTV
TD :
115/70mmhg HR
: 69X/menit RR :
20X/menit T
: 36,6

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tanda-tanda vital S:
2. Memonitor status dehidrasi  Pasien mengatakan
3. Memberikan cairan sesuai masih mual
DX 2
indikasi dan anjuran O:
Jam 10.00-11.00
4. Mendorong masukan oral bila  k/u sedang
mampu  Intake cairan normal
 Terpasang infus
gandeng : Asering
30
31
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit
 TTV
TD :
115/70mmHg
HR : 70 X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,7

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
8. Mengkaji kebiasaan pola S :
makan pasien  Pasien mengatakan
9. Menganjurkan pasien posisi mual dan muntah
DX 3
fowler saat makan maupun berkurang karena
Jam 12.00-13.00 minum dalam asupan makan
10. Menganjurkan pasien makan pasien ditambah
sedikit tapi sering buah-buahan
11. Menganjurkan pasien makan  Pasien makan sudah
selagi hangat menghabiskan
12. Melakuakn penimbangan setengah dari
BB Kolaborasi dengan porsinya
nutrisionist O:
 K/U : Sedang
 Paien makan sdikit
tapi sering
 Pasien tampak segar
dari hari sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkam
Dx 4 7. Mengkaji tingkat kecemasan S :
pasien  Pasien mengerti
8. Mengajarkan therapy distraksi (  Pasien mengatakan

32
pengalihan pikiran) tidak merasa cemas
9. Mendorong pasien untuk lagi setelah
mengungkapkan pikiran dan mengungkapkan
perasaan persaannya dan
10. Memberikan informasi yang mengetahui tentang
akurat dan hasil pemeriksaan penyakitnya
tentang penyakitnya dan jelaskan O :
tindakan yang dilakukan  Pasien terlihat tenang
11. Menciptakan lingkungan yang  Pasien sudah paham
tenang tentang penyakit yang
12. Memberikan informasi yang dideritanya.
akurat tentang terapy dan
tindakan yang akan dilakukan
A : Masalah teratasi
13. Menjelaskan semua prosedur
P : Intervensi dihentikan
serta sensasi yang dialami
selama prosedur
DX.1 1. Melakukan pengkajian S:

kamis, 23 Sebtember skala Nyeri  Pasien mengatakan


2022 2. Mengajarkan teknik relaksasi nyeri pada ulu hati
Jam 09.00 WIB nafas dalam sedikit berkurang
3. Mengajarkan teknik distraksi skala 4/10.
(menberikan lingkungan yang  Pasien mengatakan
nyaman) nyeri terbakar pada
4. Memberikan posisi yang dada sudah berkurang
nyaman O:
5. Melakukan Kolaborasi  K/U sedang
pemberian analgetik dengan  Nyeri ulu hati sedikit
dokter berkurang Skala
Nyeri 4/10
 Keadaan Pasien
sudah mengalami
perubahan dari hari
sebelumnya

33
 TTV
TD :
120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
DX. 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital S:
2. Memonitor status dehidrasi  Pasien mengatakan
Jam 10.00 WIB
3. Manajemen cairan tidak mual lagi.
4. Memberikan cairan sesuai  Pasien mengatakan
indikasi dan anjuran keadaannya sudah
5. Mendorong masukan oral bila membaik
mampu O:
 Intake cairan normal
 Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit.
 Mukosa bibir baik
 Konjungtiva normal
 CRT <3 detik
 TTV
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX. 3 1. Mengkaji kebiasaan pola S :

Jam 11.00 WIB makan pasien  Pasien mengatakan


2. Menganjurkan pasien posisi mual dan muntah
fowler saat makan maupun berkurang
minum  Pasien mengatakan
3. Menganjurkan pasien makan sudah menghabiskan

34
sedikit tapi sering porsi makananya
4. Menganjurkan pasien makan O:
selagi hangat  K/U : Sedang
5. Melakuakn penimbangan BB  Paien makan sdikit
6. Kolaborasi dengan nutrisionist tapi sering
 Pasien sudah
menghabiskan porsi
makanannya dengan
tambahan buaha
buahan (pisang dan
pepaya)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Dx. 1 6. Melakukan pengkajian S:

Jumat, 25 sebtember skala Nyeri  Pasien mengatakan


2021 7. Mengajarkan teknik relaksasi nyeri ulu hati sudah
Jam 09. 00 WIB nafas dalam berkurang skala 3/10
8. Mengajarkan teknik distraksi O:
(menberikan lingkungan yang  K/U sedang
nyaman)  Nyeri ulu hati sudah
9. Memberikan posisi yang berkurang Skala
nyaman Nyeri 3/10
10. Melakukan Kolaborasi  Pasien sudah
pemberian analgetik dengan membaik dan sudah
dokter bisa tersemyum
 TTV
TD :
120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

35
DAFTAR PUSTAKA

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-
leptospirosis.html#.VfVq6tKsVAE

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi


Keperawatan. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Judarwanto, W. 2009. Cermin Dunia Kedokteran; Leptospirosis pada Manusia.


Jakarta: Allergy Behaviour Clinic, Picky Eaters Clinic Rumah Sakit Bunda

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media


Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)


Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

NSW Multicultural Health Communication Service. 2003. Leptospirosis.


Dimuat dalam http://mhcs.health.nsw.gov.au (Diakses 20 Februari 2012)

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

https://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis

Anda mungkin juga menyukai