HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2022
OLEH:
NIM : 2114021
T.A 2020/2022
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Adapun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit leptospirosis ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya . oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Akhir kata penyusun mengharapkan semoga dari makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan leptospirosis ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN LEPTOSPIROSIS.........................................................................................2
A. Pengertian..................................................................................................................................2
B. Etiologi......................................................................................................................................2
C. Distribusi Penyakit.....................................................................................................................3
D. Cara Penularan...........................................................................................................................3
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................................4
F. Patofisiologi...............................................................................................................................5
G. Komplikasi................................................................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................8
I. Diagnosis Banding.....................................................................................................................9
J. Penatalaksanaan.........................................................................................................................9
K. Prognosis...................................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................10
A. Pengkajian...............................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................11
C. Rencana Keperawatan..............................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leptospirosis merupakan penyakit demam akut dengan manisfestasi klinis bervariasi,
disebabkan oleh leptosspira. Leptospirosis masih merupakan masalah kesehatan global
terutama di negara tropis, termasuk indonesia. Leptospirosis termasuk emerging infectious
disease, dan akhir-akhir ini sering terjadi outbreaks di Nicaraguan, Brazil, India, negara-
negara Asia Tenggara, juga Amerika. Dinegara maju seperti amerika pun masih juga
dilaporkan adanya penyakit ini,yaitu 100-200 kasus setiap tahunnya dan 50% kasus berasal
dari Hawai. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit ini adalah diagnosisnya
sering terlambat serta progresivitas penyakit yang sebelumnya diketahui.
Beberapa faktor yang ikut menentukan progresivitas leptospirosis. Faktor eksternal antara
lain virulensi leptospira,dan faktor internal adalah sistem imun individu serta
lipopolisakarida, glikoprotein, lipoprotein, peptidoglikan, heart shock proteins, dan flagellin.
Gen hemosilin SphH dari L. Interorgans strain HY-1, juga ikut berperan dalam pengendalian
progresivitas leptospirosis. Leptospira yang mengalami lisis akibat aktivitas imunoglobin
maupun komplemen dapat menginduksi sekresi enzim,toksin dan sitokin (IL-1,II-6,IL-
8,TNFα) yang kemudian ikut menentukan derajat beratnya manisfestasi klinis (sachro,2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari leptospirosis?
2. Sebutkan etiologi dari leptospirosis?
3. Sebutkan pathogenesis dan patologi leptospirosis?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang leptospirosis?
5. Bagaimana prognosis, pencegahan serta pengobatan dari leptospirosis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan leptospirosis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami penyakit pada pasien dengan Leptospirosis.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit leptospirosis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi leptospirosis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan lesptospirosis.
1
BAB II
PEMBAHASAN LEPTOSPIROSIS
A. Pengertian
- Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang di sebabkan oleh
mikroorganisme, yaitu lestospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipnya,
penyakit ini dapat terjangkit pada laki-laki atau perempuan semua umur. Banyak
ditemukan didaerah tropis, dan biasanya penyakit ini juga dikenal dengan
berbagai nama seperti mudfever, slimefever, Swampfever, autumnal fever,
filedfever, Infectiousjaundle, cane cutre fever dan lain-lain (Mansjoer dkk,2007).
- Leptospirosis adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia, termasuk
penyakit zoonosis yang paling sering di dunia. Leptospirosis juga dikenal dengan
nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul karena banjir. Di
beberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam icterohemorrhagic,
demam lumpur, penyakit Stuttgart, penyakit Weil, demam canicola, penyakit
swineherd, demam rawa atau demam lumpur (Judarwanto, 2009)
- Menurut NSW Multicultural Health Communication Service (2003), Leptospirosis
adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan kuman
Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena.
B. Etiologi
Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral genus Leptospira
family leptospiraceae dan ordo spirochaetales. Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis,
motil, obligat, dan berkembang pelan anaerob. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L
interrogans yang pathogen dan L biflexa bersifat saprofitik (Judarwanto, 2009).
1. Patogen L Interrogans
2
yang paling berisiko adalah kambing dan sapi. Resevoar utamanya di seluruh
dunia adalah binatang pengerat dan tikus.
C. Distribusi Penyakit
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik didaerah maupun perkotaan,
didaerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang
bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter
hewan, dan personel militer. Selainitu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu
yang terpapar air yang terkontaminasi .Di daerah endemis,puncak kejadian
Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.
D. Cara Penularan
E. Manifestasi Klinis
Pada Manusia
4
penyakit leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemia dan fase imun. Pada
periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik (Judarwanto,
2009).
1. Fase awal dikenal sebagai fase septisemik atau fase leptospiremik karena bakteri
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan
tubuh. Fase awal sekitar 4-7 hari, ditandai gejala nonspesifik seperti flu dengan
beberapa variasinya. Manifestasi klinisnya demam, menggigil, lemah dan nyeri
terutama tulang rusuk, punggung dan perut. Gejala lain adalah sakit
tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, ruam, nyeri kepala frontal,
fotofobia, gangguan mental, dan meningitis. Pemeriksaan fisik sering
mendapatkan demam sekitar 400C disertai takikardi. Subconjunctival suffusion,
injeksi faring, splenomegali, hepatomegali, ikterus ringan,mild
jaundice, kelemahan otot, limfadenopati dan manifestasi kulit berbentuk
makular, makulopapular, eritematus, urticari, atau rash juga didapatkan pada
fase awal penyakit.
2. Fase kedua sering disebut fase imun atau leptospirurik karena sirkulasi antibody
dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urine, mungkin tidak dapat
didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30
hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ
tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal. Gejala
nonspesifik seperti demam dan nyeri otot mungkin lebih ringan dibandingkan
fase awal selama 3 hari sampai beberapa minggu. Sekitar 77% penderita
mengalami nyeri kepala terus menerus yang tidak responsif dengan analgesik.
Gejala ini sering dikaitkan dengan gejala awal meningitis selain delirium. Pada
fase yang lebih berat didapatkan gangguan mental berkepanjangan termasuk
depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.
F. Patofisiologi
Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka iris/luka abrasi
pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus,
bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air
yang terkontaminasi. Meski jarang ditemukan, leptospirosis pernah dilaporkan
penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang
mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak virulen gagal
bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1
atau 2 hari infeksi. Organisme virulen mengalami mengalami multiplikasi di darah
dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal
pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.
5
paling penting adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selluler.
Lipopolysaccharide (LPS) pada kuman leptospira mempunyai aktivitas endotoksin yang
berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi
perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit
disertai trombositopenia. Kuman leptospira mempunyai fosfolipase yaitu hemolisin yang
mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yang mengandung fosfolipid.
Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan meningkatkan
permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Ikterik
disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang ringan, pelepasan bilirubin darah dari
jaringan yang mengalami hemolisis intravaskular, kolestasis intrahepatik sampai
berkurangnya sekresi bilirubin.
6
Pathways
G. Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis, meningitis aseptik
dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila terjadi selalu menyebabkan kematian.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan mengetahui gangguan organ tubuh dan
komplikasi yang terjadi.
- Urine yang paling baik diperiksa karena kuman leptospira terdapat dalam urine sejak awal penyakit dan akan
menetap hingga minggu ke tiga. Cairan tubuh lainnya yang mengandung leptospira adalah darah, cerebrospinal
fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk isolasi kuman sangat pendek Isolasi kuman leptospira dari jaringan
lunak atau cairan tubuh penderita adalah standar kriteria baku. Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah
sumber identifikasi kuman tetapi isolasi leptospira lebih sulit dan membutuhkan beberapa bulan.
- Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis tetapi lambat karena
serum akut diambil 1-2 minggu setelah timbul gejala awal dan serum konvalesen diambil 2 minggu setelah itu.
Antibodi antileptospira diperiksa menggunakan microscopic agglutination test (MAT).
- Titer MAT tunggal 1:800 pada sera atau identifikasi spiroseta pada mikroskopi lapang gelap dikaitkan dengan
manifestasi klinis yang khas akan cukup bermakna.
- Pemeriksaan complete blood count (CBC) sangat penting. tubulointerstitial nefritis pada penyakit Weil.
7
- Peningkatan bilirubin serum dapat terjadi pada obstruksi kapiler di hati. Peningkatan transaminase jarang dan
kurang bermakna, biasanya <200 U/L. Waktu koagulasi akan meningkat pada disfungsi hati atau DIC. Serum
creatine kinase (MM fraction) sering meningkat pada gangguan muskular.
- Analisis CSF bermanfaat hanya untuk eksklusi meningitis bakteri. Leptospires dapat diisolasi secara rutin dari
CSF, tetapi penemuan ini tidak mengubah tatalaksana penyakit.
I. Diagnosis Banding
1. Dengue Fever
2. Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome
3. Hepatitis
4. Malaria
5. Meningitis
6. Mononucleosis, influenza
7. Enteric fever
8. Rickettsial disease
9. Encephalitis
10. Primary HIV infection
J. Penatalaksanaan
Obat antibiotika yang biasa diberikan adalah penisillin, strptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan
siproflokasasin. Obat pilihan utama adalah penicillin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari. Dalam 4-6 jam
setelah pemeberian penicilin G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan adanya aktivitas
antileptospira> obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari namun kurang bermanfaat bila diberikan setelah fase imun
dan tidak efektif jika terdapat ikterus, gagal ginjal dan meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai denan
keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.
K. Prognosis
Tergantung keadaan umum klien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya kekebalan yang didapat.
Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor pemberat seperti gagal ginjal atau perdarahan dan
terlambatnya klien mendapat pengobatan
8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat kejadiannya sama.
2. Keluhan utama
Pasien menyatakan Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah,
fotofobia,. Demam, menggigil, lemah dan nyeri terutama tulang rusuk, punggung dan perut.
Riwayat keperawatan
a.
Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b.
Riwayat penyakit, influenza,DBD, fever of unknown origin.
c.
Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara,
rawa, sungai atau petani.
d. Pemeriksaan dan observasi
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
1) Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2) Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
3) Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata merah. fotofobia, injeksi
konjunctiva, iridosiklitis
4) Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan adernal
5) Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
6) Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/ makulopapular/ urtikaria yang teresebar pada badan.
Pretibial.
Laboratorium
1) Leukositosis normal, sedikit menurun,
2) Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggiu
3) Proteinuria, leukositoria
4) Sedimen sel torak
5) BUN, ureum dan kreatinin meningkat
9
6) SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7) Bilirubin meninggi samapai 40 %
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10) Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11) Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (proses penyakit)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi zat-zat bergizi
karena faktor bilogis, proses penyakit.
C. Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Criteria Hasil
Diagnosa Keperawatan Intervensi (SIKI)
(SDKI)
10
§ Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
§ Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
§ Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
§ Berikan anti piretik jika perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Alamat : Tarutung
Tgl MRS : Kamis, 22 September 2022
Tgl pengkajian : 24 September 2022
NO. RM :
Dx Medis : Leptospirosis
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat :
Tarutung
3. Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD tanggal Selasa, 22 September 2022
pukul 14.20 WIB dengan keluhan nyeri pada bagian kepala ,demam, dengan
13
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
14
GENOGRAM
Keterangan :
k : Pasien Perempuan
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki Meninggal
15
5. Riwayat Psikososial
Pasien tampak cemas.
DS: Pasien mengatakan cemas karena kurang mengetahui tentang penyakit
yang di deritanya.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, Pasien tampak pucat.
a. Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
HR : 80x/i
RR : 22x/i
T : 37 ˚
C
b. Pemeriksaan Head to toe
c. BB: sebelum sakit 50
a) Kepala
Bentuk : bulat simetris, tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi.
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Warna rambut : hitam keputih-keputihan (beruban)
c) Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : simetris, normal dan tidak ada kelainan.
d) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
Konjungtiva dan sclera : anemis dan ikterik
e) Hidung
Lubang hidung : bersih, tidak ada polip
Cuping hidung : pernafasan cuping hidung (-)
f) Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan/kiri
Ukuran telinga : simetris kanan/kiri
16
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal
g) Integument
Kulit : bersih
Turgor : tidak
baik Capillary refli :
>3 detik
h) Pemeriksaan thoraks/ dada
Thoraks : bentuk normal
Pernafasan : 24x/menit
Irama Pernafasan : regular
Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan dalam bernafas
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan Minum
Frekuensi makan/hari : makan 3 kali sehari
Nafsu/ Selera makan : nafsu atau selera makan menurun
Alergi : tidak ada alergi terhadap
makanan
Mual dan Muntah : ada mual dan muntah
Waktu pemberian makanan : pagi 07. 00 WIB
Siang 12.00 WIB
Malam 19.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : makan ¼ dari porsi yang diberikan di
RS Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse
Masalah makan dan minum : Pasien Mengatakan Sakit Saat Menelan
b. Perawatan diri/ Personal Hygine
Kebersihan tubuh : tubuh bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup bersih
Kebersihan kuku kai dan tangan : bersih
c. Pola kegiatan/ aktivitas
Kegiatan Mandiri Sebagian
Mandi √
Makan √
17
BAB √
BAK √
Ganti Pakaian √
d. Pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : tidak normal
- Karakter feses : keras
19
3 DS : Intake menurun Ketidakseimba
Pasien mengatakan mual dan akibat mual dan ngan nutrisi
muntah muntah dan kurang dari
Pasien mengatakan sulit menelan kesulitan kebutuhan
DO : menelan tubuh
Pasien tampak mual dan muntah
Pasien tampak tidak menghabiskan
makananya dengan alasan sulit
menelan
BB sebelum sakit 50
Kg BB saat sakit 48
TD : 110/90 mmHg
20
T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit
4 DS : Kurangnya Ansietas
Pasien mengatakan tidak pengetahuan
mengetahui tentang penyakitnya
Pasien mengatakan tidak
mengetahui tentang tindakan yang
ditelah dilakukan
DO :
Pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya
Pasien cemas dan khawatir tentang
penyakitnya
TD : 110/90
mmHg T : 36,8
RR : 22X/menit
HR : 96X/menit
21
22
NO DIAGNOSA NOC NIC
23
2 Devisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital
caieran keperawatan diharapkan pasien 2. Kaji monitor status
berhubungan dapat memertahankan intake dehidrasi
dengan intake dan dan output yang seimbang. 3. Berikan cairan tambahan IV
output yang Kriteria hasil : sesuai indikasi dari anjuran
kurang 1. Tidak ada tanda-tanda 4. Dorong masukan oral bila
dehidrasi mampu
2. Tidak ada penurunan BB
3. Hematokrit menurun
4. Tidak ada asites
24
alat bantu 6. Timbang BB tiap hari
7. Kolaborasi dengan
nutrisionis untuk
pemenuhan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi
4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan
berhubungan keperawatan ansites pada pasien
dengan kurangnya Pasien dapat teratasi. 2. Dorong pasien untuk
pengetahuan. Kriteria hasil : mengungkapkan pikiran
1. Merencanakan strategi dan perasaanya
koping 3. Berikan informasi yang
2. Pasien memahami tentang akurat dan hasil
penyakitnya. pemerikasaan yang telah
3. Pasien mampu dan akan dilakukan
mempraktekkan teknik 4. Ciptakan lingkungan rasa
nafas dalam. tenang dan lingkungan yang
tenang
5. Informasikan tentang apa
penyakitnya
6. Beri informasi yang akurat
temtang terapy dan tindakan
yang akan dilakukan
7. Jelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
selama prosedur.
25
1. Melakukan pengkajian skala S:
DX 1
Pasien mengatakan
Nyeri
26
2. Meningkatkan pola istrahat nyeri ulu hati yang dia
Selasa ,20 September 3. Mengajarkan teknik relaksasi rasakan belum
Jam 09.00-10.00 nafas dalam berkurang
4. Mengajarkan teknik distraksi Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres Nyeri yang dirasakan
hangat dingin di dada terasa terbakar
6. Memberikan posisi yang O :
Skala Nyeri 5/10
nyaman
Pasien meringis
7. Melakukan Kolaborasi
TTV
pemberian analgetik dengan
TD :
dokter
130/90mmhg
HR : 90X/menit
RR : 22X/menit
T : 36,8
S:
DX 2 1. Mengkaji tanda-tanda vital Pasien mengatakan
2. Memonitor status dehidrasi mual dan muntah
Jam 10.00-11.00
3. Memberikan cairan sesuai berkurang
indikasi dan anjuran O:
4. Mendorong masukan oral bila Intake cairan normal
mampu Terpasang infus
gandeng : Asering
20tts/menit (8 jam)
Amino fluid
10tts/menit .
Pasien masih lemas
TTV
TD :
132/80mmHg HR
: 85X/menit
RR : 20X/menit
27
28
T : 36,6
minum HB : 8
29
akurat tentang terapy dan pertanyaan yang
tindakan yang akan dilakukan sudah ditanyakan)
6. Menjelaskan semua prosedur
serta sensasi yang dialami
A : Masalah belum teratasi
selama prosedur
P : Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan pengkajian S:
DX 1
Pasien mengatakan
skala Nyeri
nyeri ulu hati yang dia
2. Meningkatkan pola istrahat
Rabu, 21 September rasakan belum
3. Mengajarkan teknik relaksasi
2022
berkurang skala nyeri
Jam 09.00-10.00 nafas dalam
5/10
4. Mengajarkan teknik distraksi
Pasien mengatakan
5. Mengajarkan teknik kompres
rasa terbakar pada
hangat dingin
dada sudah berkurang.
6. Memberikan posisi yang
O:
nyaman
Skala Nyeri 5/10
Melakukan Kolaborasi
Pasien tampak
pemberian analgetik dengan
meringis dan lemas
dokter
TTV
TD :
115/70mmhg HR
: 69X/menit RR :
20X/menit T
: 36,6
32
pengalihan pikiran) tidak merasa cemas
9. Mendorong pasien untuk lagi setelah
mengungkapkan pikiran dan mengungkapkan
perasaan persaannya dan
10. Memberikan informasi yang mengetahui tentang
akurat dan hasil pemeriksaan penyakitnya
tentang penyakitnya dan jelaskan O :
tindakan yang dilakukan Pasien terlihat tenang
11. Menciptakan lingkungan yang Pasien sudah paham
tenang tentang penyakit yang
12. Memberikan informasi yang dideritanya.
akurat tentang terapy dan
tindakan yang akan dilakukan
A : Masalah teratasi
13. Menjelaskan semua prosedur
P : Intervensi dihentikan
serta sensasi yang dialami
selama prosedur
DX.1 1. Melakukan pengkajian S:
33
TTV
TD :
120/80mmHg
HR : 79 X/menit
RR : 18X/menit
T : 36,6
34
sedikit tapi sering porsi makananya
4. Menganjurkan pasien makan O:
selagi hangat K/U : Sedang
5. Melakuakn penimbangan BB Paien makan sdikit
6. Kolaborasi dengan nutrisionist tapi sering
Pasien sudah
menghabiskan porsi
makanannya dengan
tambahan buaha
buahan (pisang dan
pepaya)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Dx. 1 6. Melakukan pengkajian S:
35
DAFTAR PUSTAKA
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-
leptospirosis.html#.VfVq6tKsVAE
https://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis