Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PADA NY. A DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS DI RUMAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu :

Hj. Karwati S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok II

1. Annisa Musliyanti 1910105489


2. Ika Sulastri 1910105500
3. Julia Gustina Sari 1910105503
4. Nisrina Jauza H 1910105514
5. Venizia Nursahidah 1910105531
6. Yulita Pajriani 1910105539

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS APRIL

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan Rahmat, karunia serta Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Makalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA
NY. A DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS DI RUMAH” ini kami susun untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II.

Tentunya tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesainya makalah ini, maka dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima
kasih kepada : Hj. Karwati S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Komunitas II Fakultas Ilmu Kesehatan Sebelas April Sumedang yang telah memberikan
arahan serta dukungan dalam menulis dan menyelesaikan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang di miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Wabillahitaufiqwalhidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Sumedang, 23 Maret 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

2.1 Definisi Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia ........................................ 4

2.2 Sasaran Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia ........................................ 5

2.3 Komponen Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia ................................... 6

2.4 Kebijakan Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia .................................... 7

2.5 Kontrak Terkait Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia ........................... 9

2.6 Standar Praktik Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia .......................... 10

2.7 Program atau Kegiatan Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia .............. 11

2.8 Peran Petugas Kesehatan Dalam Perawatan Keluarga (Home Care) Lansia ... 18

2.9 Analisis Pelaksanaan Medis Perawatan Keluarga (Home Care) Lansia .......... 21

BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................................ 23

3.1 Pengkajian Keperawatan ...................................................................................... 23

ii
3.2 Analisa Data Keperawatan............................................................................... 33

3.3 Diagnosa Keperawatan Dan Prioritas Masalah................................................ 33

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................ 35

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 39

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 39

4.2 Saran ................................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan seseorang yang memasuki usia 60 tahun. Lansia sendiri terbagi
menjadi dua yakni seseorang yang usianya mencapai 60 tahun dan seseorang yang
usianya mencapai 70 tahun yakni usia yang dimana dalam hal kesehatannya sudah
sangat rentan. Pada sensus yang diadakan pada tahun 1991 dan hasil yang didapatkan
yakni sekitar 44% penduduk yang menginjak usia 75 tahun keatas dan diprediksi
sampai tahun 2041 jumlah penduduk yang berusia tua mencapai 50%. Dan
diantaranya sekitar 60% - 70 % menjadi pasien panti jompo karena menderita
berbagai bentuk penyakit.
Indonesia saat ini sedang menghadapi transisi menuju era penuaan penduduk,
karena persentase lansia sudah lebih dari 7% dari keseluruhan populasi dan akan
menjadi negara dengan struktur penduduk tua jika persentase lansia melebihi 10%.
Persentase lansia pada tahun 2019 mencapai 9.60% atau sekitar 25.64 juta orang.
Persentase jumlah lansia pada tahun 2019 menunjukkan terjadi peningkatan sekitar
dua kali lipat dalam kurun waktu hampir lima dekade (1971-2019). Sedangkan pada
tahun 2020, jumlah lansia meningkat menjadi 9.92% atau sekitar 26.82 juta jiwa
dengan rasio ketergantungan 11.44%. (Sari, Djafri, & Banowo, 2022)
Besarnya jumlah lansia di Indonesia bisa berdampak positif maupun negatif, hal
ini akan berdampak positif bila lansia di Indonesia sehat, aktif dan produktif. Namun,
jumlah lansia akan menjadi beban jika lansia mengalami kemunduran kesehatan, hal
ini disebabkan peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan penghasilan,
peningkatan disabilitas, serta tidak ada dukungan sosial dan lingkungan yang tidak
ramah terhadap lansia. Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah,
baik secara ekonomi, sosial, kesehatan, dan psikologis. Makin bertambah usia, makin
besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual,
ekonomi dan sosial. Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan
terutama masalah fisik. Seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan

1
status kesehatan yang akan diiringi dengan timbulnya berbagai penyakit, penurunan
fungsi tubuh, hingga gangguan keseimbangan dan risiko jatuh. (Sari, Djafri, &
Banowo, 2022)
Kurangnya pemahaman tentang penyakit yang diderita oleh lansia dan keluarga
tentang penyakit yang dialami, serta ketidakmampuan lansia untuk dapat berobat
ke pelayanan kesehatan karena tidak ada yang mengantar karena keluarga sibuk
dengan rutinitas dan pekerjaan, selain itu dilihat dari karakteristik lansia banyak
yang tinggal dan hidup terpisah dengan anak meskipun tinggal dalam satu desa
sehingga ketika mengalami sakit lansia harus menunggu untuk dapat diantar
keluarga pergi berobat sehingga diperlukan pelayanan kesehatan dengan kunjungan
kerumah (Home Care). Pelayanan kesehatan dirumah merupakan salah satu
pelayanan kesehatan yang dilakukan ditempat tinggal keluarga untk tetap dapat
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan meskipun tetap berada dirumah.
(Astuti V. W., 2021)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Dari Makalah ini yaitu :
1. Apa itu Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?
2. Siapa saja sasaran dari Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?
3. Apa saja Komponen Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?
4. Bagaimana kebijakan terkait Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?
5. Bagaimana Kontrak terkait Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?
6. Bagaimana standar Praktik Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?
7. Apa saja program atau kegiatan dari Perawatan Keluarga (Home Care) pada
lansia?
8. Bagaimana Peran Petugas Kesehatan dalam Perawatan Keluarga (Home Care)
pada lansia?
9. Bagaimana Analisis pelaksanaan Medis Perawatan Keluarga (Home Care) pada
lansia?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Tujuan Umum
Proposal ini di buat untuk mengetahui dan mempelajri mengenai asuhan
keperawatan di rumah (home care) pada lansia. Selain itu juga dibuat sebagai
bahan referensi bagi mahasiswa/i Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sebelas
April.
2. Tujuan Khusus
1. Memahami dan Mempelajari tentang Perawatan Keluarga (Home Care)
pada lansia
2. Memahami dan Mempelajari sasaran dari Perawatan Keluarga (Home Care)
pada lansia
3. Memahami dan Mempelajari Komponen Perawatan Keluarga (Home Care)
pada lansia
4. Memahami dan Mempelajari kebijakan terkait Perawatan Keluarga (Home
Care) pada lansia
5. Memahami dan Mempelajari Kontrak terkait Perawatan Keluarga (Home
Care) pada lansia
6. Memahami dan Mempelajari standar Praktik Perawatan Keluarga (Home
Care) pada lansia
7. Memahami dan Mempelajari program atau kegiatan dari Perawatan
Keluarga (Home Care) pada lansia
8. Memahami dan Mempelajari Peran Petugas Kesehatan dalam Perawatan
Keluarga (Home Care) pada lansia
9. Memahami dan Mempelajari Analisis pelaksanaan Medis Perawatan
Keluarga (Home Care) pada lansia
10. Memahami dan Mempelajari Asuhan Keperawatan Perawatan Keluarga
(Home Care) pada lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia


Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah (Home
Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih
berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia
dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di
rumah (home Care) sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan Fisik,
mental dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup
mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat
maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 20000) perawatan kesehatan
rumah adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada
klien, individu atau keluarga di temapat tinggal mereka (di rumah) bertujuan untuk
memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan,
upaya pencegahan penyakit, dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai kesatuan
yang memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun
kombinasi dari berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim untuk mencapai
dan mempertahankan status kesehatan klien secara optimal (Smith & Maurer, 20000).
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan secara
luas yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat
tinggal merekauntuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan
mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama
mungkin. Sedikitnya terdapat empat kelompok penderita yang dapat secara efektif
dan efisien dilakukannya home care yaitu penyakit kronik multisistem, kondisi
terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia dan demensia. Tentunya potensi-
potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat, dokter keluarga,
perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya masyarakat

4
yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam berbagai
beban seefektif mungkin. (walsh & wieek, 1987)
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
usialanjut, sedang rehabilitataf yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu
pengobatan kronik penderita keganasan penyakit lainnya serta menghambat laju
penyakit dan menghambat timbulnya keterbatasan keterbatasan (disability) sehingga
penderita dapat mempertahankanotonominya selama mungkin. Secara khusus, tujuan
yang diharapkan dari Pendampingan danPerawatan lanjut usia di rumah (stanhope &
lancaster, 1990) adalah:
1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses
perubahandirinya secara fisik, mental dan sosial.
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi
dimasyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan
perawatanlanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah
maupun dilingkungan sekitarnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan dirumah


(home care) diberikan kepada individu dan keluarga baik keluarga dengan lansia di
rumah tinggal mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi dalam suatu
tim kesehatan untukmelakukan perawatan kesehatan di rumah dengan tujuan untuk
memberikan kondisi yangsehat secara optimal dan terbebasnya klien dari penyakit
yang diderita.

2.2 Sasaran Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia


Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008) antara lain:
1. Lanjut usia 60 tahun ke atas
2. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga
baikkeluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.
3. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut usia
penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
4. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.
5
2.3 Komponen Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia
Adapun komponen perawatan kesehatan lansia di rumah (zang & bailey, 2004)
antaralain :
1. Komponen pokok
a. Klien
Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan salah satu
anggota keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili klien.
Apabila diperlukan dapat menunjuk seorang sebagai pengasuh (caregiver)
yang akan melayani kebutuhan sehari-hari klien.
b. Pengasuh
Pengasuh adalah sanak famili, relawan, tetangga atau kerabat anggota keluarga
yang bertugas menjaga dan merawat klien sehari-hari di rumah. umunya
mereka adalah yang dapa tmendukung dan membantu klien, sehingga mereka
dapat diberdayakan sesuai kemampuandan kondisinya.
c. Pengelola di rumah
Pengelola perawatan di rumah adalah institusi/yayasan yang bertanggung
jawab terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik
penyediaan tenaga kesehatan,fasilitas yang dibutuhkan, sarana dan prasarana,
mekanisme pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengelola dapat sebagai bagian dari rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun
secara mandiri.
d. Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan profesional yang di bantu oleh
tenaga kesehatanlain terkait dengan fungsinya sebagai pengelola pelayanan
kesehatan dalam melakukanasuhan keperawatan.
e. Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk
melaksanakankegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah.
Pramusila adalah salah satu komponen penting bagi pen%apaian keberhasilan
perawatan kesehatan di rumah. Ada tiga jenis pramusila yaitu

6
2. Komponen penunjang
Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan masyarakat yang
berada di puskesmas, dokter keluarga yang berada di masyarakat, dan tim
kesehatan dari rawat rumahyang berada di rumah sakit, terutama yang memiliki
klinik geriatrik.
a. Tim perawatan kesehatan masyarakat (perkesma)
Tim perawatan kesehatan masyarkat adalah tim dari unit pelayanan
keperawatan kesehatanrumah yang berada di puskesmas yang terdiri dari
berbagai tim/tenaga kesehatan yang beradadi puskesmas.
b. Dokter keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang melaksanakan praktek kedokteran
keluarga secara mandiri ataupun berkelompok.
c. Tim rawat rumah (RR)
Tim ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli
gizi, therapis,dll yang bertugas untuk melaksanakan tindak lanjut pelayanan
kepada klien di rumah setelahdinyatakan dapat menjalani proses rawat jalan
oleh dokter yang merawat. Pelayanankesehatan yang diberikan bersifat holistik
dengan memperhatikan aspek psikososial, ekonomidan budaya yang
penyelenggaraannya bekerja sama dengan puskesmas sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan tingkat dasar yang dekat dengan masyarakat.

2.4 Kebijakan Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia


Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu pelayanan
yangdiberikan, maka berbagai pendekatan perlu dilaksanakan, salah satunya adanya
hukum dan perundang-undangan, antara lain :
1. UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo.
2. UU No.14 tahun 1909 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
3. UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan social.
4. UU No. 7 tahun 1982 tentang jaminan sosial tenaga kerja.
5. Permenkes No. 920 tahun 1980 tentang pelayan medik swasta.
6. Peputusan menteri koordinasi kesejahteraan Rakyat nomor 05 tahun 1990 tentang
pembentukan kelompok kerja tetap kesejahteraan usia lanjut.

7
7. Surat keputusan menteri kesehatan nomor 134 tahun 1990 tentang pembentukan
tim kerja geriatric
8. UU No. 23 tahun1992 tentang kesehatan.
9. UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian.
10. UU No. 4tahun1992 tentang perumahan dan pemukiman.
11. UU No 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluargasejahtera.
12. Pp No 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahteran.
13. PP No. 27 tahun 1994 tentang pengelolaan perkembangan kependudukan.
14. PP No 32 tahun 1990 6 tentang tenaga kesehatan
15. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia 'tambahan lembaran negara
nomor 3790 sebagai pengganti UU no. 4 tahun 1905 tentang pemberian bantuan
bagi orang jompo. UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan
kelembagaan
b. paya pemberdayaan
c. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
d. Pelayanan terhadap lansia
e. Perlindungan sosial.
f. Bantuan sosial.
g. Koordinasi.
h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
i. Ketentuan peralihan.
16. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
17. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
18. SK menpanNo. 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang jabatan pungsional perawat.
19. UU No. 29 tentang praktik kedokteran.
20. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
21. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
22. Kepmenkes No.279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas

8
2.5 Kontrak Terkait Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia
Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/ageney dengan klien
dankeluarga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan perawatan kesehatan di
rumah.Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kontak yaitu :
1. Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan keluarga
tentang pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan catatan medis.
kontrak tersebut memperbolehkan klien dan keluarga untuk menyusun tujuan
sendiri ataupun membantu memecahkan masalah perawatan klien sesuai rencana
perawatan /pengobatan dokter dalam kesepakatan yang tercantum (yang dibuat)
2. Kontrak berhubungan langsung dengan proses keperawatan dan dapat
diselesaikan sesuaidengan tahapan proses keperawatan, yaitu, pengkajian,
perumusan masalah/diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan. Dimana dalam setiap tindakan berkaitan dengan asuhan
keperawatan tersebut akan dilakukan atas persetujuan/klien/keluarga.
3. Jika selama kunjungan atau perawatan di rumah ada kesesuaian kesepakatan
antara yayasan/pemberi layanan/ageney dan klien/keluarga, maka kontrak
tersebut dapat dilanjutkan pada kunjungan berikutnya, akan tetapi bila tidak
memungkinkan/tidak ada kesesuaian makakontrak dapat ditinjau kembali.
4. Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara non normal (lisan) ataupun tulisan
(normal) tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama kedua belah pihak
antara yayasan/pemberi jasa layanan/ageney dengan klien/keluarga.
5. Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan kesehatan
rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang dapat
memberikan kesadaran, kemandirian klien dan keluarga, sehingga program
perawatan kesehatan dapatdilaksanakan secara komprehensif. secara umum
proses kolaborasi untuk perawatankesehatan rumah diawali dengan adanya
rencana pulang disharge plan dengan dokter untukdiminta persetujuannya.
kemudian dilanjutkan dengan koordinasi kepada yayasan/ageney terkait yang
akan melakukan perawatan di rumah, khususnya pelayanan perawatan
yangdiminta dokter. Dalam hal ini dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu profesi
kesehatan lain seperti dokter, terapi fisik, perawat, bidan, ahli gizi dokter akan

9
menjelaskan rencana program pengobatan, perawatan, prognoterapi, dan biaya
yang dibutuhkan klien dankeluarganya
6. Mekanisme dan legislasi tanggung gugat dan pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
klien/keluarga disesuaikan dengan kewenangan profesi masing-masing dan
ketentuan pemerintah yang berlaku. Untuk legalitas pelaksanaan perawatan
kesehatan rumah, maka persyaratan medicare harus dipenuhi antara lain adanya
kontrak/perjanjian bersama, pendokumentasian pelayanan dan kolaborasi
interdisiplin tim, catatan perkembangankesehatan klien, dan catatan koordinasi
dan kolaborasi dalam penyelenggaraan perawatan. Dalam hal ini, keberhasilan
tim kesehatan yang interdisiplin sangat tergantung dari banyak faktor diantaranya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta kemampuan seorang praktisi yang
benar - benar berkompeten dan ahli bidangnya.

2.6 Standar Praktik Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia


Adapun standar dari praktek keperawatan kesehatan rumah, antara lain :
1. Standar I (Organisasi Pelayanan Kesehatan Rumah)
Semua pelayanan kesehatan di rumah direncanakan, disusun, dan dipimpin oleh
seorang kepala/manajer perawat profesional yang telah dipersiapkan dengan
kompetensi dalam pemberian pelayanan/asuhan keperawatan dalam kesehatan
masyarakat dan termasuk proses administrasi dan pendokumentasian.
2. Standar II (Teori)
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam melaksanakan
praktek/asuhan keperawatan.
3. Standar III (Pengumpulan Data)
Perawat secara terus menerus mengumpulkan, dan mendokumentasikan data yang
luas, akurat, dan sistematis.
4. Standar IV (Diagnosa)
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian kesehatan klien
untuk menentukan diagnosa keperawatan.
5. Standar V (Perencanaan)
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna menentukan tujuan
pemberian asuhan keperawatan. Rencana didasarkan pada perumusan diagnosa

10
keperawatan dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya pencegahan penyakit,
tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitatif perawatan.
6. Standar VI (Intervensi)
Perawat dipedomani oleh intervensi keperawatan untuk memberikan rasa
kepuasan, memulihkan status kesehatan, memperbaiki dan memajukan kesehatan,
serta mencegah komplikasi dan penyakit lanjutan yang memerlukan tindakan
rehabilitatif.
7. Standar VII (Evaluasi)
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan keluarga dalam
penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil yang telah dicapai dan
meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan perencanaan yang telah
disusun.
2.7 Program atau Kegiatan Perawatan Di Rumah ( Home Care ) Lansia
Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan
diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan
menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna.
Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan
pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus.
Lingkup pelayanan meliputi :
1. Pelayanan asuhan keperawatan
2. Konsultasi medic
3. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
4. Pelayanan informasi & rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka memandirikan
klien dan keluarga
6. Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbantuan untuk kegiatan social

11
Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia
yang dapat dilaksanakan, antara lain :
1. Manajemen kasus home care
1) Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut
pasca rawat inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal
jantung, asma berat, stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus, dll.
Disamping itu, pelayanan perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia mandiri
meliputi upaya promotif dan preventif.
2) Melakukan pengkajian kebutuhan pasien
Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik,
kondisi psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-sumber
yang tersedia di keluarga pasien.
3) Membuat perencanaan pelayanan
a. Membuat rencana kunjungan
b. Membuat rencana tindakan
c. Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
4) Melakukan koordinasi pelayanan
a. Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
b. Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien
tentang pelayanan
c. Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
d. Melakukan rujukan pasien
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan
a. Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
b. Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
c. Mengevaluasi proses manajemen kasus
d. Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur

12
Untuk dapat menilai hasil pemantauan dan penilaian tersebut diatas, diperlukan
indikator sebagai berikut :

No Indikator Target nasional

(dalam kurun waktu 1 tahun)


1 Prosentase pra usia lanjut yang dilayani (proporsi …………………%
pra usia lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
2 Prosentase usia lanjut yang dilayani (proporsi usia …………………%
lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
3 Prosentase Pramusila yang telah mendapat ……………..%
pelatihan
4 Prosentase Pramusila yang aktif melakukan …………….%
pelayanan
5 Prosentase pengasuh yang terlibat dalam …………….%
perawatan kesehatan di rumah
6 Jadwal kegiatan tim Ada/tidak
7 Notulen rapat tim minimal sekali dalam seminggu Ada/tidak
8 Prosentase peningkatan kemandirian klien yang …………..%
dirawat dinilai berdasarkan indeks ADL
9 Frekuensi kunjungan Pramusila sesuai kontrak Ada/tidak
kerja

2. Asuhan keperawatan Teori


1) Pengkajian Keperawatan
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut :

a. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit,


obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
13
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
b. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
d. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
e. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Defisit self care berhubungan dengan kelemahan
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi.
d. Resiko ketidakseimbangan gula darah berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang management nutrisi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

14
3) Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan


keperawatan hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan A. Lakukan pengkajian
berhubungan tindakan keperawatan nyeri secara
dengan agen selama 3x24 jam komprehensif.
injury biologis diharapkan klien dapat B. Observasi reaksi non
mengontrol nyeri verbal dari
dengan criteria hasil: ketidaknyamanan
C. Control lingkungan
a. Mampu
yang dapat
mengontrol
mempengaruhi nyeri
nyeri
D. Ajarkan teknik
b. Melaporkan
relaksasi dan
bahwa nyeri
distraksi
berkurang
E. Monitor tanda-tanda
c. Klien mampu
vital
mengenali nyeri
F. Anjurkan klien
d. Klien mampu
untuk istirahat
untuk
G. Kolaborasi dalam
beristirahat
pemberian analgetik
e. Tanda-tanda
vital dalam
batas normal

2 Defisit self care Setelah dilakukan a. Monitor kebutuhan


berhubungan tindakan keperawatan ADL klien

15
dengan selama 3x24jam b. Bantu klien untuk
kelemahan fisik diharapkan deficit self memenuhi
care teratasi dengan kebutuhan ADL
criteria hasil: c. Monitor kemampuan
klien untuk
a. Klien terbebas
melakukan ADL
dari bau badan
d. Motivasi klien untuk
b. Klien mampu
melakukan ADL
melakukan
secara mandiri
ADL secara
sesuai dengan
mandiri (
kemampuannya
mandi, makan,
e. Libatkan keluarga
toileting,
dalam pemenuhan
berpakaian,mob
ADL klien
ilisasi )
3 Kurang Setelah dilakukan d. Kaji tingkat
pengetahuan tindakan keperawatan pengetahuan klien
tentang diabetes selama 3x24jam dan keluarga
mellitus diharapkan terhadap DM
berhubungan pengetahuan klien dan e. Gambarkan tanda
dengan kurangnya keluarga t entang dan gejala yang
informasi diabetes mellitus biasa muncul pada
bertambah dengan penyakit dengan
criteria hasil: cara yang tepat
f. Jelaskan cara
a. Klien dan
pencegahan
keluarga
terhadap penyakit
menyatakan
g. Jelaskan
paham tentang
penatalaksanaan
penyakit DM
penyakit DM
b. Klien dan
h. Motivasi klien
keluarga
untuk

16
mampu melaksanakan
melaksanakan terapi DM dengan
prosedur yang tepat
dijelaskan i. Kolaborasi
secara benar dengan ahli gizi
c. Klien dan tentang diit untuk
keluarga klien DM
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat
4 Resiko ketidak Setelah dilakukan a. Anjurkan klien untuk
seimbangan gula tindakan keperawatan makan teratur
darah berhubunga selama 3x24jam b. Anjurkan klien untuk
ndengan kurang diharapkan gula darah mengurangi konsumsi
pengetahuan klien dalam rentang gula
tentang normal dengan criteria c. Pantau kadar gula
management hasil: darah klien secara
nutrisi teratur
a. Klien
d. Kolaborasi
mengetahui
dengan tim gizi
tentang diet
untuk pengaturan
DM
diit DM
b. Gula darah
dalam rentang
normal ( 80-
120mg/dL
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan e. Cuci tangan
berhubungan tindakan keperawatan sebelum dan
prosedur invasif selama 3x24jam sesudah
diharapkan klien tidak perawatan

17
mengalami infeksi f. Gunakan baju dan
dengan criteria hasil: sarung tangan
sebagai alat
a. Klien terbebas
pelindung
dari tanda dan
g. Ganti IV line
gejala infeksi
sesuai dengan
b. Klien
ketentuan
menunjukkan
h. Kaji intake nutrisi
kemampuan
klien
untuk
i. Monitor tanda
mencegah
dan gejala infeksi
timbulnya
j. Dorong masukan
infeksi
cairan dan nutrisi
c. Jumlah leokosit
k. Monitor tanda-
dalam batas
tanda vital
normal
L. Berikan penkes
d. Tanda tanda
pada klien dan
vital dalam
keluarga klien
batas normal
tentang tanda-
tanda infeksi
M. Kolaborasi dalam
pemberian
antibiotik

2.8 Peran Petugas Kesehatan Dalam Perawatan Keluarga (Home Care) Lansia
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga (Hitchcock &
Thomas, 2003), yaitu
1. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan
kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat
oleh jenis tenaga ini.
2. Tenaga formal

18
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek
kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk
mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN.
Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan
standard yang telah ditetapkan.
Pemberi perawatan kesehatan rumah dan peran tenaga kesehatan (Depkes, 2003),
antara lain :
1) Perawat
Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai kebutuhannya
oleh perawat profesional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin
praktek dengan kemampuan ketrampilan asuhan keperawatan di rumah.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat bahwa praktik keperawatan merupakan tindakan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat secara mandiri dan profesional
melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan
lainnya sesuai ruang lingkup wewenang dan tanggung jawab. Lingkup
kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional terhadap klien
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam rentang sehat-
sakit sepanjang daur kehidupan.
Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dapat
diterapkan pada asuhan keperawatan gerontik pada klien usia 60 tahun keatas
yang mengalami proses penuaan dan masalah baik di tatanan pelayanan
kesehatan maupun di wilayah binaan di masyarakat. Dalam perawatan
kesehatan di rumah, perawat akan melakukan home care dan melakukan
catatan perubahan dan evaluasi terhadap perkembangan kesehatan klien.
Peran perawat dalam perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi dan
pemberi asuhan keperawatan, antara lain :
a. Koordinator

19
b. Pemberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan perawatan
langsung kepada klien dan keluarganya
c. Pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan
cara perawatan secara mandiri
d. Pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien
e. Konselor, memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan keluarga
berkaitan dengan masalah kesehatan klien
f. Advocate (pembela klien), yang melindungi dalam pelayanan
keperawatan
g. Sebagai peneliti, untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.klien
ataupun melakukan rujukan kepada profesi lain.
2) Dokter
Program perawatan rumah umumnya berada dibawah pengawasan dokter
untuk memastikan masalah kesehatan klien. Dokter berperan dalam
memberikan informasi tentang diagnosa medis klien, test diagnostik, rencana
pengobatan dan perawatan rumah, penentuan keterbatasan kemampuan,
upaya perawatan, pencegahan, lama perawatan, terapi fisik, dll. Bila
diperlukan dilakukan kolaborasi dengan perawat, dimana perawat yang
melakukan kunjungan rumah harus mendapat izin dan keterangan dari dokter
yang bersangkutan sebagai penanggung jawab therapi program. Program
perawatan dirumah harus dilakukan follow up oleh dokter tersebut minimal
setelah 60 hari kerja, sehingga dapat disepakati apakah program
dilanjutkan/tidak.
3) Speech Therapist
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien dengan
gangguan atau kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, dengan tujuan
untuk membantu klien agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi otot bicara
agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi melalui latihan berbicara.
4) Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada pemeliharaan,
pencegahan, dan pemulihan kondisi klien di rumah. Aktivitas perawatan
kesehatan rumah yang dilakukan adalah melakukan latihan penguatan otot
20
ekstremitas, pemulihan mobilitas fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau
tindakan terapi postural drainage klien COPD. Latihan lain berhubungan
dengan penggunaan alat kesehatan tertentu, seperti, pemijatan, stimulasi
listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet. Dalam hal ini
fisioterapist juga mempunyai kewajiban untuk mengajarkan klien atau
keluarganya tentang langkah-langkah dalam latihan program yang diberikan.
5) Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan training/pelatihan dapat
diperbantukan dalam perawatan klien dan keluarganya untuk jangkan waktu
yang panjang, khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term care).
Pekerja sosial sangat berguna pada masa transisi dari peran perawatan medis
atau perawat kepada klien/keluarga.
2.9 Analisis Pelaksanaan Medis Perawatan Keluarga (Home Care) Lansia
Program pembinaan kesehatan lansia ini bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam masyarakat
(Depkes RI, 2003). Dalam hal ini pemerintah mengupayakan beberapa cara untuk
meningkatkan kesejahteraan lansia dimana salah satunya adalah dengan pembentukan
home care (perawatan kesehatan rumah).
Program/kegiatan perawatan kesehatan lansia di rumah sudah dilandasi oleh dasar
hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun telah cukup banyak produk
hukum yang telah diterbitkan, namun belum ada peraturan pelaksanaannya. Begitu
pula belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk
teknisnya sehingga penerapan di lapangan sering menimbulkan permasalahan.
Kelangkaan sumber daya manusia, sarana, prasarana, serta koordinasi dan
keterpaduan sering menimbulkan masalah atau hambatan dalam mencapai kegiatan
yang optimal. Menurut pendapat Maryam, dkk, 2008, dimana menyatakan ada
beberapa undang-undang yang perlu disusun demi mengoptimalkan dalam
memberikan pelayanan bagi lanjut usia, diantaranya adalah UU tentang pelayanan
lansia berkelanjutan (Continuum of Care), UU tentang tunjangan perawatan lansia
(Medicare), UU tentang penghuni panti (Charter of Resident’s Right), UU tentang
pelayanan lansia di masyarakat (Community Option Program).
21
Dilihat dari pelaksanaan program/kegiatan perawatan kesehatan rumah yang telah
ada, sudah terancang sistematik dalam suatu manajemen kasus, dimana pada
rancangan program pelaksanaan home care dimulai dari perencanaan manajemen
kasus home care, rancangan asuhan keperawatan yang akan diberikan, serta
pencatatan dan pelaporan home care dalam bentuk tabel indikator penilaian. Hanya
saja sekarang untuk pelaksanaan kedepannya diperlukan suatu keterpaduan baik dari
aspek petugas, tempat, waktu, biaya, pesan, serta dalam manajemen kegiatan agar
kegiatan pelayanan homecare dapat berdaya guna. Selain itu untuk menunjang
pelayanan perawatan kesehatan rumah yang optimal perlu diadakan pelatihan dan
pendidikan bagi setiap petugas kesehatan, instansi, serta anggota masyarakat yang
akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia, baik melalui pelatihan dan
pendidikan dalam maupun luar negeri.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari / Tanggl Pengkajian : 28 Februari 2011

Jam Pengkajian : 13.00 Wib

Sumber : Kelayan, Catatan Keperawatan, Perawat di panti,


Keluarga kelayan

Metode : Wawancara, Observasi, dan Pemeriksaan fisik

3.1 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Kelayan
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 80 thn
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Alamat : Kali pucang, RT No 05, Bangun Jiwo
f. Pedidikan : Tidak sekolah
g. Suku bangsa : Indonesia
h. Status : Janda
2. Orang yang dapat dihubungi
a. Nama : Ny. S
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat : Kali pucang, RT No 05, Bangun Jiwo
d. Hubungan dengan lansia : Anak Kandung

23
3. Riwayat Keluarga
Genogram

8
DM 0
0

DM DM
Keterangan :

Klien ------- : tinggal serumah

O :perempuan

X : meninggal

: laki-laki

: Ikatan Pernikahan

: garis keturunan

Klien merupakan anak ke 3 dari 7 bersaudara, kelayan menikah dengan tuan S


dan memiliki 5 orang anak, tiga anak perempuan dan dua anak laki laki, kelayan
diketahui mengidap penyakit DM sejak 5 tahun yang lalu, anak ke dua dan ketiga
kelayan juga menderita penyakit yang sama, karena suaminya sudah meninggal
maka kelayan tinggal satu rumah dengan anak perempuan pertamanya.

24
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kelayan mengatakan luka yang ada di daerah telapak kaki kiri, pergelangan
tangan kiri dan telapak tangan sebelah kiri terasa nyeri dengan skala nyeri 5
dan kelayan mengatakan luka mengeluarkan bau yang tidak enak.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kelayan mengatakan jatuh karena kurang berhati hati dalam beraktivitas
sehingga mengalami luka pada telapak kaki kiri, pergelangan tangan kiri dan
telapak tangan sebelah kiri, kelayan mengatakan pergelangan dan telapak
tangan terasa nyeri ( skala nyeri 5) nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk,
nyeri bertambah saat pergelangan tangan,telapak tangan kiri dan kaki kiri
digerakkan,nyeri yang dirasakan hilang dan timbul.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Selain penyakit DM klien juga menderita penyakit asma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak ke dua dan ketiga dari kelayan menderita penyakit DM
5. Penyakit Yang Diderita Sekarang

DM sejak lima tahun yang lalu

6. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya : Kelayan mengatakan bahwa ia pernah bekerja sebagai
pedagang sayur keliling
Pekerjaan saat ini : Kelayan tidak bekerja, hanya melakukan aktivitas di rumah
saja setiap harinya
Sumber pendapatan : semua kebutuhan kelayan ditanggung oleh anaknya
7. Riwayat Lingkungan Hidup
Kelayan tinggal dengan anak perempuan pertamanya, namun kelayan ditempatkan
di ruangan berukuran 3x3m yang terbuat dari triplek. Ruangan tersebut digunakan
kelayan untuk tidur, makan dan aktivitas lainnya, keadaan ruangan cukup bersih,
terdapat satu tempat tidur dan dua kursi dalam ruangan tersebut.

25
W
C

R. makan

Kamar
ny D
U
Kamar

Jalan setapak

8. Sistem Pendukung
Kelayan mengatakan dikunjungi oleh Tim Home Care dari PSTW Yogyakarta
Unit Budi Luhur setiap satu bulan sekali.
9. Diskripsi Kekhususan
Kelayan beragama islam dapat menjalani sholat 5 waktu.
10. Status Kesehatan

26
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Kelayan mengatakan satu tahun yang lalu kelayan mengalami luka pada
telapak kaki kiri dan sampai sekarang belum sembuh, sekarang luka kelayan
bertambah di pergelangan tangan dan telapak tangan sebelah kiri sehingga
kelayan jarang beraktivitas diluar rumah,
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Kelayan mengatakan dari lima tahun yang lalu kelayan menderita DM

11. Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)


Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G
No Kegiatan Keterangan Hasil
1. Mandi Kalayan tidak mampu mandi sendiri Butuh
tanpa bantuan. Bantuan
2. Berpakaian Kelayan tidak mampu mengambil Butuh
dan mengenakan pakaian secara bantuan
lengkap. Kelayan biasa mengenakan
kebaya dan jarik.
3 Berpindah Kelayan tidak mampu naik turun Butuh
dari tempat tidur secara mandiri dan bantuan
kursi secara mandiri
4 Toileting Klien tidak mampu buang air besar Butuh
dan air kecil secara mandiri dikamar Bantuan
mandi
5 Makan Kelayan mampu makan sendiri Mandiri
tanpa bantuan orang lain
6 Kontinensia Klien mampu mengendalikan Mandiri
keinginan buang air bersih dan
buang air besar

27
Keterangan :
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal mandi, berpindah, kekamar kecil, berpakaian
dan makan
B Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi, be
dan fungsi tersebut
D Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tersebut
E Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tersebut
F Kemandirian dalam semua aktifitas sehari-hari, kecuali mandi,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian, dan satu fungsi tersebut
G Ketergantungan dalam semua fungsi tersebut
Lain;lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tersebut, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai A,B,C,D dan G

Interprestasi : Berdasarkan indeks KATZ diatas, pemenuhan ADL kelayan pada skor A,
karena berdasarkan pengamatan, kelayan mampu melakukan kegiatan dan aktivitas
sehari–hari seluruhnya secara mandiri.
a. Oksigen : Kelayan bernapas spontan tanpa alat bantu pernafasan.
b. Nutrisi : Kelayan makan 3 kali sehari, kelayan selalu menghabiskan makan
satu porsi penuh dengan menu makanan nasi,lauk dan sayur. Kelayan Minum
sehari ± 5 gelas (1000cc)/hari dengan jenis teh dan air putih.
c. Eliminasi : Kelayan mengatakan buang air besar satu hari sekali, konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan bau khas feses. Buang air kecil 3-4x/ hari,
warna kuning jernih, bau khas urine.
d. Aktivitas : Kelayan dapat beraktifitas secara mandiri,
biasanya kelayan berjalan-jalan disekitar rumah.

28
e. Istirahat dan tidur : Kelayan mengatakan tidak mengalami gangguan tidur,
kelayan tidur malam ± 5-6 jam,. Kelayan tidur siang sekitar 1-2 jam sehari.
f. Personal Hygiene : Kelayan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun mandi,
keramas 2 kali seminggu menggunakan shampoo, kelayan tidak bau badan,
berpakaian cukup rapi.
g. Seksual dan Reproduksi : Kelayan berjenis kelamin perempuan, kelayan
sudah menikah dan mempunyai 5 orang anak, 3 perempuan dan 2 laki laki.
Kelayan sudah menopause dan sekarang sudah janda
h. Rekreasi : Kelayan tidak pernah rekreasi.
i. Psikologi
 Persepsi kelayan : Kelayan mengatakan bahwa dirinya sudah tua dan
menerima keadaanya saat ini .
 Konsep diri : Kelayan merasa bahwa sekarang ia sudah tua dan pasrah
akan penyakit yang
a) Gambaran Diri : Kelayan pasrah akan penyakit yang diderita saat
ini.
b) Harga Diri : Kelayan tidak merasa malu dengan keadaannya saat
ini.
c) Identitas Diri : Kelayan dapat menyebutkan nama, alamat, dan
pekerjaannya dulu.
d) Ideal diri : kelayan ingin luka di pergelangan dan telapak tangan
segera sembuh
e) Peran diri : kelayan adalah seorang ibu dan nenek dari cucu-
cucunya
 Emosi : Emosi kelayan stabil.
 Adaptasi : hubungan kelayan dengan warga masyarakat baik, namun
karena luka pada telapak kaki, pergelangan tangan dan telapak tangan
kirinya kelayan jadi jarang beraktivitas diluar rumah
 Mekanisme pertahanan diri : kelayan biasanya bercerita dengan
anaknya setiap masalah yang dihadapi.
12. Tinjauan Sistem
 Keadaan Umum : baik
29
 Tingkat Kesadaran : composmentis
 Glasgow Coma Scale: 15

Verbal : sadar dan orientasi baik (5)

Motorik : melakukan perintah dengan benar (6)

Mata : dapat membuka secara spontan (4)

 Tanda-tanda vital
 TD : 100/70mmHg
 Nadi :80x/menit
 RR :18x/menit
13. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
 Inspeksi : mesochepal, tidak ada deformitas, tidak lesi, tidak
hematom
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
b. Rambut
 Inspeksi : beruban, rambut pendek, rapi, tidak berketombe.
c. Muka
 Inspeksi : tidak ada oedem, sembab, keriput, kelayan tampak
menahan nyeri.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
d. Mata
 Inspeksi : simetris kanan kiri, sklera putih, konjungtiva tidak
anemis, mata selalu berair
 Palpasi: tidak ada peningkatan bola mata, tidak ada massa.
e. Telinga
 Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak deformitas, tidak tampak
akumulasi serumen
 Palpasi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
f. Hidung

30
 Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada akumulasi secret.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

g. Mulut
 Inspeksi : sudah banyak gigi yang tanggal, tidak ada stomatitis,
membrane mukosa lembab
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Leher
 Inspeksi : bentuk telinga simetris, warna kulit leher sama dengan yang
lainnya.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
i. Dada dan punggung
Paru :
 Inspeksi : dinding dada simetris kanan kiri, warna kulit sama dengan
warna sekitar
 Palpasi : taktil fremitus simetris kanan kiri, ada nyeri tekan, tidak
ada massa
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : vesikuler

Jantung

 Inspeksi : ictus cordis tak tampak


 Auskultasi : S1 S2 reguler, tidak ada suara tambahan
 Palpasi : ictus cordis teraba pada intercosta ke IV
 Perkusi : redup
j. Abdomen dan pinggang
 Inspeksi : simetris, tidak lesi, tidak ada asites
 Ausukultasi : peristaltic usus 20x/menit
 Perkusi : timpani
 Palapsi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
organ

31
k. Ekstremitas
1) Atas
 Tangan kanan : kekuatan otot penuh, jari tangan kanan ada yang sudah
putus akibat kejatuhan beton saat gempa,
 Tangan kiri kekuatan otot penuhterdapat luka di pergelangan tangan dan
telapak tangan sebelah kiri, luka yang mengeluarkan bau, keadaan luka
tampak kotor, luka nyeri saat digerakkan, skala nyeri 5,
2) Bawah :
 Kaki kiri : kekuatan otot penuh, tampak luka ulkus pada telapak kaki
sebelah kiri klien, luka mengeluarkan bau, luka tampak kotor, tampak
kelayan menahan nyeri saat luka ditekan,
 Kaki kanan : kekuatan otot penuh
3) Kekuatan otot
5 5
5 5

Keterangan
 0 : Paralisis
 1 : Tidak ada gerakan terasa
 2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan sokongan
 3 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan
 4 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan dengan
sedikit tahanan
 5 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan dengan
tahanan penuh
l. Sistem immune
Kelayan mengatakan lupa akan imunisasi yang pernah didapat,makanan dan
obat-obatan.

m. Genetalia
Kelayan mengatakan tidak pernah mengalami masalah pada area genetalia,
tidak gatal dan tidak ada lesi.

32
n. Sistem persyarafan
Keadaan status mental baik, dengan emosi stabil, respon klien terhadap
pembicaraan baik, bicara normal tidak pelo. Bahasa yang digunakan bahasa
Jawa, interpretasi klien terhadap lawan bicara baik.Kelayan mampu berjalan
sendiri tanpa menggunakan alat bantu.
o. Sistem Penginderaan
 Mata : penglihatan berkurang
 Hidung : kelayan dapat mencium bau-bauan dengan normal.
 Telinga : telinga bersih, pendengaran berkurang
 Lidah : kelayan mengatakan dapat merasakan rasa manis, asin, asam,
dan pahit
 Peraba : kelayan dapat merasakan dingin, panas dan hangat
p. Tactil respon
Respon baik dan peka terhadap rangsang
q. Data Penunjang
Tgl 1 maret 2011 : GDS : 173 mg/dl
r. Terapi medis :
Tanggal 1 maret 2011

B Complex 2x1

3.2 Analisa Data Keperawatan


NO Symptom Etiologi Problem
Ds: kelayan mengatakan nyeri : Agen cedera fisik Nyeri akut
 P : nyeri bertambah saat
bergerak
 Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
 R: nyeri di pergelangan
tangan kiri, telapak tangan
kiri dan telapak kaki kiri

33
 S : skala nyeri 5, nyeri
sedang
 T : nyeri hilang timbul

Do:
 TD : 100/70mmHg
 Nadi : 80x/menit
 RR : 18x/menit
 Kelayan tampak menahan
nyeri

Ds: Resiko infeksi


 Kelayan mengatakan
lukanya bau
Do :
 Tampak luka ulkus pada
telapak kaki sebelah kiri
klien, luka mengeluarkan
bau, luka tampak kotor,
tampak kelayan menahan
nyeri saat luka ditekan,
 Terdapat luka di
pergelangan tangan dan
telapak tangan sebelah kiri,
luka yang mengeluarkan
bau, keadaan luka tampak
kotor, luka nyeri saat
digerakkan,
Ds : Resiko
kelemahan fisik
 Kelayan mengatakan
badan nya lemas

34
Do :

 Kelayan tampak kelelahan


dan memerlukan bantuan
untuk ebberapa aktifitas

3.3 Diagnosa Keperawatan Dan Prioritas Masalah


1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Resiko infeksib/d Penyakit Kronis
3. Defisit self care berhubungan dengan kelemahan fisik
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
NO Tgl/Jam DIAGNOSA TUJUAN ( NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Senin, 1 Nyeri akut Setelah dilakukan  Kaji nyeri secara
Maret berhubungan tindakan keperawatan komprehensif.
2011 dengan agen selama 3x pertemuan  Kaji respon
cedera fisik. diharapkan skala nyeri verbal dan non
hilang atau berkurang verbal dari
dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan
 Monitor TTV
1. Kelayan mampu
klien.
mengontrol nyeri
 Motivasi kelayan
dengan teknik
untuk istirahat.
farmakologi dan
 Ajarkan teknik
non farmakologi.
relaksasi ( Nafas
2. Kelayan
dalam)
melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan skala nyeri:
0
3. Kelayan
menyatakan rasa

35
nyaman setelah
nyeri berkurang.
4. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.

Skala Penilaian:

1. Tidak menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
2 Senin, 1 Resiko Setelah dilakuakan Infeksi Control
maret imfeksi b/d tindakan keperawatan
 Monitor tanda-
2011 penyakit setelah 3klai
tanda vital
kronis pertemuan diharapkan
 Monitor nilai
komplikasi infeksi
laboratorium (gula
dapat diminimalkan
darah klien)
dengan kriteria hasil :
 Cuci tangan
 Tanda tanda sebelum dan
vital dalam sesudah melakukan
rentang normal tindakan
 Klien mampu keperawatan.
menjelaskan
Infeksion protecsion
cara untuk
mencegah
 Gunakan sarung
infeksi.
tangan selama
bersentuhan
Skala penilaian :
dengan luka,darah

36
1. Tidak dan membrane
menunjukan mukosa lainnya.
2. Jarang  Lakukan perawatan
menunjukan luka
3. Kadang  Anjurkan klien
menunjukan untuk beristirahat.
4. Sering  Berikan penkes
menunjukan pada kelayan dan
keluarga tentang
Selalu menunjukan
tanda tanda infeksi.
3 Senin, 1 Defisit self Setelah dilakukan  Monitor
maret care tindakan keperawatan kebutuhan
2011 berhubungan 3x24 jam defisit self ADL klien
kelemahan care dapat teratasi  Bantu klien
fisik dengan criteria hasil : untuk
memenuhi
kebutuhan
ADL
1. Klien terbebas
 Monitor
dari bau badan
kemampuan
2. Klien mampu
klien untuk
melakukan
melakukan
ADL secara
ADL
mandiri (
 Motivasi klien
mandi, makan
untuk
toileting,
melakukan
berpakaian,
ADL secara
mobilisasi)
mandiri sesuai
1.
dengan
kemampuanny
a

37
 Libatkan
keluarga dalam
pemenuhan
ADL klien

38
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah
(Home Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang
masih berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud. Pelayanan
kesehatan dirumah merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan
ditempat tinggal keluarga untk tetap dapat meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan meskipun tetap berada dirumah. (Astuti V. W., 2021)
Makalah ini memuat beberapa pembahasan yang dapat di pelajari dan di
pahami yaitu : Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia, Sasaran dari
Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia, Komponen Perawatan Keluarga
(Home Care) pada lansia, Kebijakan terkait Perawatan Keluarga (Home Care)
pada lansia, Kontrak terkait Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia,
Standar Praktik Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia, Program atau
kegiatan dari Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia, Peran Petugas
Kesehatan dalam Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia, Analisis
pelaksanaan Medis Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia, Asuhan
Keperawatan Perawatan Keluarga (Home Care) pada lansia
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini di harapkan penyusun dan pembaca dapat
menguasai ilmu tentang Perawatan Kesehatan Rumah (home care). Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepannya. Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan
Asuhan Keperawatan Lansia.

39
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, V. W. (2021). 0051Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Kesehatan


Melalui Home Care Pada Masyarakat Blimbing Tarokan Kabupaten Kediri .
Pelita Abdi Masyarakat, 54-58. https://journal.pelitamedika.org/index.php/pam

Sari, S. W., Djafri, D., & Banowo, A. S. (2022). Evaluasi Pelaksanaan Program Home
Care Lansia pada Situasi New Normal Pandemi Covid-19 diWilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kota “S”. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 117-
123.http://dx.doi.org/10.33846/sf.v13i1.1626

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat
Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Joanne C, dkk. 2000. Nursing Intervention Clasifikasion (NIC) Mosby year book. USA

Joanne C, dkk. 2000. Nursing Outcome Clasifikasion (NOC) Mosby year book. USA

Boedhi-Darmojo, R & Martono, H. (1999). Text Book of Geriatric: Health Science in


Elderly. Jakarta: FK UI.

Departemen Kesehatan dirjen pelayanan medik, Pedoman perawatan kesehatan di


rumah. 2002.

Depkes. (2003). Pedoman Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Depkes RI.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan
Dirumah (Home Care Manual). Edisi Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

40

Anda mungkin juga menyukai