Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan

Pada Klien Ny. F.A.M Dengan Diagnosa GERD Di


UPTD Puskesmas Modayag Kec. Bolaang Mongondow
Timur

DISUSUN OLEH:

AUDREY MANIMPURUNG: 01909010008

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

2021

Dosen Pembimbing Puskesmas Dosen Pembimbing Institusi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Pendahuluan
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa GERD. Adapun maksud dari
penyusunan ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan . Disusunnya Laporan
pendahuluan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa
pihak dan sumber. Karena itu, Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi
setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dan pembimbing Lahan PKKT Di
UPTD PUSKESMAS MODAYAG yang telah membantu dan membimbing kami
dalam mengerjakan Laporan Pendahuluan ini. Kiranya amal baik serta budi luhur
secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang dapat
maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari
Allah SWT. menyadari bahwa dalam menyusun Laporan pendahuluan ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu Kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna sempurnanya penyususnan Laporan Pendahuluan
ini. berharap semoga ini bisa bermanfaat khususnya bagi pembaca pada
umumnya.

Penyusun

Audrey Manimpurung

NIM : 01909010008
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………0

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………3

A. LATAR BELAKANG………………………………………………...3
B. TUJUAN………………………………………………………………3

BAB II KONSEP MEDIS…………………………………………………………4

A. PENGERTIAN………………………………………………………..4
B. ETIOLOGI……………………………………………………………4
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN TERKAIT…………………5
D. TANDA DAN GEJALA……………………………………………..8
E. PATOFISIOLOGI……………………………………………………8
F. PATHWAY…………………………………………………………..9
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………….10
H. KOMPLIKASI……………………………………………………….12
I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN………..12
J. KONSEP KEPERAWATAN……………………………………….13
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL……………….14
L. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN…………………….15
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN………………………………15
N. EVALUASI…………………………………………………………..16

BAB III PENUTUP……………………………………………………………23

A. KESIMPULAN…………………………………………………….23
B. SARAN…………………………………………………………….23

DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit refluks gastro esofageal (GERD) adalah penyakit organ
esofagus yang banyak ditemukan dinegara barat. Berbagai survei
menunjukkan bahwa 20 – 40 % populasi dewasa menderita heart burn
(rasa panas membakar didaerah retrosternal), suatu keluhan klasik GERD.
Di Indonesia penyakit ini sepintas tidak banyak ditemukan, bahkan
mungkin tidak pernah dibuat diagnosisnya, oleh karena sering tidak
terpikirkan. Lagi pula hanya sebagian kecil pasien GERD datang berobat
pada dokter karena pada umumnya keluhannya ringan dan menghilang
setelah diobati sendiri dengan antasida. Dengan demikian hanya kasus
yang berat dan disertai kelainan endoskopi berupa esofagitis dan berbagai
macam komplikasinya yang datang berobat pada dokter.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan Klien tentang Diagnosa GERD dengan kejadian di
wilayah kerja UPTD PUSKESMAS MODAYAG.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Klien tentang Diagnosa
GERD di wilayah kerja UPTD PUSKESMAS MODAYAG.
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Refluks gastroesofagus merupakan kembalinya isi lambung ke
esophagus atau lebih proksimal. Isi lambung tersebut dapat berupa asam
lambung, udara maupun makanan (Resto, 2000). Refluks gastroesofagus
merupakan aliran balik isi lambung atau duodenum ke dalam esophagus.
Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut ke lambung. Otot
berbentuk cincin di bagian bawah esophagus (spinkter esophagus bawah)
membuka dan menutup agar makanan masuk ke dalam lambung. Spinkter
ini membuka agar udara dapat keluar setelah makanan masuk. Ketika
spinkter membuka, isi lambung masuk ke dalam esophagus, dan dapat
keluar dari rongga mulut, menyebabkan regurgitasi (aliran balik), meludah
dan muntah.

B. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :
1. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun. Disebabkan karena
kemampuan esofagus untuk membersihkan asam tersebut
menurun, sedangkan asam semakin meningkat.
2. Gangguan fungsi (relaksasi sementara LES (Lower Esophageal
Sphincter)) atau mekanikal (penurunan tekanan LES)
menyebabkan peningkatan refluks gastroesofagus.
3. Komponen makanan (misalnya : kafein, alcohol), obat-obatan
dapat menurunkan tekanan LES
4. Kegemukan, merupakan factor penting yang mengontribusi refluks
gastroesofagus yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraabdomen.
5. Usia, meskipun refluks gastroesofagus dapat terjadi pada semua
usia, tetapi pada usia lanjut kondisi refluks gastroesofagus
meningkat seiring dengan penurunan tekanan LES.

C. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait


1. Anatomi Efosagus
Esofagus merupakan salah satu organ silindris berongga dengan
panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, terbentang dari
hipofaring sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di bawah
diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea,
anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma
tepat anterior terhadap aorta.
2. Anatomi Lambung
Lambung merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak
antara esofagus dan duodenum. Dari hubungan anatomi topografik
lambung-duodenum dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat
diperkirakan bahwa tukak peptic akan mengalami perforasi ke
rongga sekitarnya secara bebas atau penetrasi ke dalam organ
didekatnya, berganting pada letak tukak.

3. Motilitas Esofagus

Menelan merupakan suatu aksi fisologi kompleks, dimana


makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Juga
merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi,
dimulai dari pergerakanvolunter lidah & diselesaikan refleks dalam
faring dan esofagus. Pada saat menelan, sfingter esofagus atas
membuka sesaat untuk memberi jalan kepada bolus makanan yang
ditelan. Menelan menimbulkan gelombang kontraksi yang bergerak
ke bawah sampai ke lambung. Hal ini dimungkinkan dengan
adanya kerja sama antara kedua lapisan otot esofagus yang berjalan
sirkuler dan longitudinal (gelombang peristaltik primer) dan
adanya daya tarik gravitasi. Cairan yang diminum dalam posisi
tegak akan mencapai cardia lebih cepat darii gelombang peristaltik
primer. Tapi pada posisi berbaring (kepala di bawah), maka cairan
akan berjalan sesuai dengan kecepatan gelombang peristaltik
primer.

Fase Menelan :

1. Fase Oral

Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke


belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan
volunter lidah.

2. Fase Faringeal

Palatum mole & uvula menutup rongga hidung, laring


terangkat dan menutup glotis, mencegah makanan masuk
trakea. Kemudian bolus melewati epiglotis menuju faring
bagian bawah dan memasuki esofagus.

3. Fase Esofageal

Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus, mendorong bolus


menuju sfingter esofagus bagian distal, kemudian menuju
lambung.

D. Tanda Dan Gejala

Gejala yang timbul kadang-kadang sukar dibedakan dengan kelainan


fungsional lain dari traktus gastrointestinal, antara lain:

1. Rasa panas di dada (heart burn). Heartburn adalah gejala khas yang


paling umum dari GERD. Hal ini dirasakan sebagai sensasi retrosternal
pembakaran atau ketidaknyamanan yang biasanya terjadi setelah
makan atau ketika berbaring terlentang atau membungkuk. Timbulnya
keluhanini akibat ransangan kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk
menangkap rangsangan kimia yang larut pada air) pada mukosa.

2. Sendawa, dikarenakan isi lambung yang keluar itu berupa udara.    

3.  Mual, dikarenakan lambung yang terlalu terisi penuh, sehingga gerak


peristaltic lambung tidak dapat bekerja secara maksimal.   

4.  Muntah, dikarenakan tekanan SEB (Spinkter Esofagus Bawah)


mengalami penurunan. Sehingga makanan yang tadinya berada di
lambung keluar melalui mulut.  

5.  Disfagia yaitu gangguan menelan bisa disebabkan oleh paresis saraf


pasialis atau saraf hipoglosus dimana makanan sukar dipindah-
pindahkan.

6. Odinofagia yaitu kondisi nyeri akut saat menelan, disebabkan karena


radang esofagus atau esofagitis.

E. Patofisiologi

Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume,


lamanya, dan hubungannya dengan mak an. Pada proses terjadinya refluks,
sfingter esophagus bawah dalam keadaan relaksasi atau melemah oleh
peningkatan tekanan intraabdominal sehingga terbentuk rongga diantara
esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam
esofagus. Jika isi lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan
sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada
di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam lambung.
Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi
esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau
nasofaring


F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih
oleh evaluasi pasien dengan dugaan PRGE (Penyakit Refluks Gastro
Esofagus). Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu disertai
kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam
keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal
perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi
endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan
kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya
sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan
pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak,
atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
 Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan
mukosa esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan
menggunakan HCl 0,1 % yang dialirkan ke esofagus. Tes
Bernstein yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak
bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes perkusi
asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut kepustakaan
berkisar antara 80-90%.
 Tes Edrofonium
Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang
disuntikan intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk
menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat
dilihat dari rekaman gerak peristaltik esofagus secara
manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus.
4. Pengukuran pH dan tekanan esophagus
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada
tidaknya RGE (Refluks Gastro Esofagus), pH dibawah 4 pada jarak 5
cm diatas SEB (Spinkter Esofagus Bawah) dianggap diagnostik untuk
RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE
adalah menggunakan alat yang mencatat secara terus menerus selama
24 jam pH intra esofagus dan tekanan manometrik esofagus. Selama
rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada yang dialaminya,
sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH
esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap
sebagai gold standar untuk memastikan adanya PRGE.
5. Tes PPI (proton pump inhibitor)
Golongan obat ini menyupresi produksi asam lambung dengan
menghambat molekul di kelenjar lambung yang bertanggung jawab
menyekresi asam lambung, biasa disebut pompa asam lambung (Lowe,
2004)
6. Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy
Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan
esofagus dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).
7. Pemeriksaaan Esofagogram
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan
mukosa esofagus, erosi, dan striktur (penyempitan).

H. Komplikasi
Komplikasi PRGE antara lain:
1. Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner
metaplastik. Barrett esophagus disebabkan oleh gastro-esofagus
penyakit refluks yang memungkinkan isi perut untuk merusak sel-sel
yang melapisi esophagus bagian bawah.
2. Perdarahan saluran cerna akibat iritasi mukosa (selaput lendir).
3. Striktur esophagus. Striktur esofagus merupakan penyempitan lumen
esofagus yang dapat menyebabkan keluhan disfagia. Berdasarkan
etiologinya, striktur esofagus dibedakan menjadi striktur esofagus
benigna dan maligna. Striktur esofagus benigna disebabkan oleh
GERD, zat korosif, web, radiasi, post anastomosis esofagus,
sedangkan striktur esofagus maligna disebabkan oleh keganasan baik
dari dalam maupun dari luar esophagus
4.  Aspirasi yaitu masuknya cairan atau isi lambung ke dalam saluran
nafas yang menyebabkan sesak nafas.
5. Esofagitis yaitu radang esophagus. Hal ini disebabkan karena isi
lambung yang keluar adalah asam lambung. Dimana asam ini akan
merusak mukosa esophagus dan memberikan gejala klinis.

I. Pentalaksanaan Medis Dan Keperawatan


1. Pentalaksanaan medis : berikut adalah obat – obatan yang dapat
digunakan dalam terapi GERD yaitu
 Antasida
Obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala
GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Dosis : 4 x 1
sendok makan
 Antagonis reseptor H2
Sebagai penekan sekresi asam obat ini efektif bila diberikan
dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Hanya
efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai
sedang tanpa komplikasi
Dosis pemberian:
Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
Ranitidin : 4 x 150 mg
Famotidin : 2 x 20 mg
Nizatidin : 2 x 150 mg
 Obat – obatan prokinetik
Secara teoritis obat ini paling sesuai untuk GERD .
Dosis pemberian :
Metoklopramid : 3 x 10 mg
Domperidon : 3 x 10 – 20 mg
Cisapride : 3 x 10 mg
 Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)
Obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung
dan aman karena bekerja secara topikal
Dosis : 4 x 1 gram
 Penghambat pompa proton (Proton pump inhibitor / PPI)
Obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD,
efektif menghilangkan keluhan serta penyembuhan lesi
esofagitis.
Dosis yang diberikan yaitu dosis penuh :
Omeprazole : 2 x 20 mg
Lansoprazole : 2 x 30 mg
Pantoprazole : 2 x 40 mg
Rabeprazole : 2 x 10 mg
Esomeprazole : 2 x 40 mg
2. Keperawatan:
 Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya adalah salah satu bagian penatalaksanaan
namun bukan merupakan pengobatan primer. Usaha ini
didasarkan pada tujuan untuk mengurangi frekuensi refluks
serta mengurangi kekambuhan.
Hal – hal yang dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah
sebagai berikut :
1. Posisi kepala / tempat tidur ditinggikan 6-8 inch serta
menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan
meningkatkan bersihan asam selama tidur serta mencegah
refluks asam dari lambung ke esofagus.
2. Berhenti merokok dan menkonsumsi alkohol karena
keduanya dapat menurunkan tonus dari LES.
3. Menghindari makanan dan minuman yang dapat
mempengaruhi sekresi asam
4. Mengurangi konsumsi lemak serta jumlah makanan yang
dimakan karena dapat menimbulkan distensi lambung
5. Menurunkan berat badan
J. KONSEP KEPERAWATAN
Pada selasa tanggal 15 juni 2021 Ny.F.A.M dengan umur 16 tahun
dibawa ke puskesmas kemudian masuk ke UGD Modayag Induk dengan
keluhan nyeri pada ulu hati ,mual muntah,susah tidur dan dada terasa
terbakar sejak 1 jam lalu. Dan pasien sudah sering masuk keluar rs sejak
sakit maag. Dengan tekanan darah 100/60 MmHg, suhu badan 37°C dan
respirasi 24x/menit.
a) Pengkajian keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. F.A.M
Alamat : Modayag
Umur : 16 tahun
Tempat/Tgl lahir : 14 juni 2004
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri ulu ati.
b. Riwayat penyakit sekarang
nyeri pada ulu hati ,mual muntah dan dada terasa
terbakar sejak 1 jam lalu.
P: nyeri timbul saat bergerak
Q:seperti tusuk-tusuk
R:nyeri pada bagian ulu hati
S:skala nyeri 6
T:+30 detik sampai 1 menit
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
e. Terapi :
-IVFD RL 14 tetes/menit
-Ranitidine Ampul/12 jam
-Gitas plus tab 3x1

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Berdaarkan semua data pengkajian , diagnose keperawatan yang muncul
yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya inflamasi mukosa lambung
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan adanya peningkatan asam lambung
3. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi
Analisa Data

N Data focus Etiologi Masalah


o
1. Ds :pasien mengeluh nyeri Inflamasi mukosa Nyeri akut
ulu hati dan dada panas lambung
seperti dibakar
Do: pasien tampak meringis
dan gelisah
Td :90/60 MmHg
Sb : 37°C
N:55x/menit
2. Ds : pasien mengeluh nafsu Peningkatan asam Defisit
makan menurun lambung Nutrisi
Do: -membran mukosa pucat
-otot mengunyah dan
menelan lemah
Td: 80/70 MmHg
Sb : 37°C
N :55x/menit

3. Ds: : pasien mengeluh susah Kebutuhan tidak Ansietas


tidur dan pusing terpenuhi
Do: pasien tampak tegang
dan geliah
Td :80/60
Sb : 37,4
N :56x/menit
L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi keperawatan


Keperawatan hasil SDKI
SDKI
1. Nyeri akut L.08066 I.08238
berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan adanya tindakan selama 1 kali  Identifikasi skala
inflamasi mukosa 24 jam diharapkan nyeri
lambung nyeri akut dapat  Identifikasi
berkurang dengan respon nyeri
Hasil :  Monitor efek
 Keluhan nyeri samping
menurun pengunaan
 Gelisah analgetik
menurun Terapeutik :
 Meringis  Berikan teknik
menurun nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
 Jelaskan
penyebab dan
periode, dan
pemicu nyeri
 Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmokologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Defisit nutrisi L.03030 I.03119
berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan adanya tindakan selama 1 kali  Identifikasi status
peningkatan 24 jam diharapkan nutrisi
asam lambung status cairan dapat  Identifikasi alergi
dengan Hasil : makanan
 Verbalisasi  Identifikasi
keinginan makanan yang
untuk disukai
meningkatkan  Monitor asupan
nutrisi makanan
membaik Terapeutik :
 Kekuatan otot  Lakukan oral
pengunyah hygine sebelum
cukup makan jika perlu
meningkat  Berikan makanan
 Kekuatan otot tinggi kalori dan
menelan cukup protein
meningkat  Berikan suplemen
 Nyeri abdomen makanan jika
menurun perlu
 Frekuensi Edukasi :
makan  Anjurkan posisi
membaik duduk, jika perlu
 Nafsu makan
membaik
3. Ansietas L.09093 1.09314
berhubungan Setelah dilakukan Observasi:
dengan tindakan selama 1 kali  Identifikasi saat
kebutuhan tidak 24 jam diharapkan: tingkat ansietas
terpenuhi  Perilaku berubah(mis:
gelisah kondisi,waktu,stre
menurun sor)
 Perilaku  Monitor tanda-
ttegang tanda ansietas
menurun Teraupetik:
 Pola tidur  Temani pasien
membaik untuk mengurangi
 Konsentrasi kecemasan
membaik Edukasi:
 Anjurkan
keluarga pasien
untuk tetap
bersama dengan
pasien
 Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian obat
antlansietas

M. IMPLEMENTASI

N Waktu Diagnosa Tindakan keperawatan


o pelaksanaan Keperawatan
1. 16-17 juni Nyeri akut b.d Observasi:
2021 adanya  Mengidentifikasi skala nyeri
inflamasi klien dengan hasil:
mukosa Skala nyeri 6 (0-10).
lambung  Mengidentifikasi respon nyeri
dengan hasil:
1. Gerakan tubuh: gelisah
2. Ekspsresi wajah:menutup
mata
3. Vokalisasi:menjerit
 Memonitor efek samping
penggunaan analgesik pada
klien
Teraupetik:
 Memberikan teknik non
farmakologi pada klien untuk
mengurangi nyeri seperti
teknik relaksasi nafas
 Memfasilitasi klien untuk
istirahat dan tidur yang cukup
Edukasi :
 Menjelaskan pada klien
penyebab dan dan pemicu
nyeri
 Menganjurkan klien untuk
monitor nyeri secara mandiri
 Mengajarkan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti
teknik relaksasi nafas.
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik: Gitas Plus Tab 3x1
2. 16-17 juni Defisit nutrisi Observasi :
b.d adanya  Mengidentifikasi status nutrisi
peningkatan klien
asam  Mengidentifikasi alergi
lambung makanan pada klien
 Memonitor asupan makanan
pada klien dengan hasil: klien
menghabiskan porsi
makannya
Terapeutik :
 Melakukan oral hygine pada
klien sebelum makan
 Memberikan klien makanan
tinggi kalori dan protein
seperti daging
 Memberikan suplemen
makanan pada klien
Edukasi :
 Menganjurkan klien untuk
posisi duduk,

3. 16-17 juni Ansietas b.d Observasi:


kebutuhan  Mengidentifikasi tingkat
tidak ansietas klien
terpenuhi  Memonitor tanda-tanda
ansietas klien dengan hasil:
respon adaptif
Teraupetik:
 Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
Edukasi:
 Menganjurkan keluarga pasien
untuk tetap bersama dengan
pasien
 Melatih klien bagaimana
teknik relaksasi
Kolaborasi:
 Memberikan kolaborasi
pemberian obat antlansietas

N. EVALUASI

Hari/tg Diagnosa Keperawatan Evaluasi


l (SOAP)
16 juni Nyeri akut b.d adanya S: Klien mengeluh nyeri ulu hati
2021 inflamasi mukosa dan dada panas seperti dibakar
lambung O: Klien tampak meringis
-TD:90/60MmHg
-SB: 37°C
A: Masalah belum teratasi
P:Intervensi dan implementasi
dilanjutkan

17 juni S: Klien mengatakan nyeri


2021 berkurang
O: TD:110/70MmHg
SB:36,6°C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dan implementasi di
hentikan

16 juni Defisit nutrisi b.d adanya S: Klien mengeluh kehilangan nafsu


2021 peningkatan asam makan
lambung O: -Membran mukosa pucat
-TD: 90/60MmHg
-SB:37°C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dan implementasi
dilanjutkan.

17 juni S: Klien mengatakan sudah


2021 mendapatkan kembali nafsu
makannya
O:Klien menghabiskan makanannya
-TD: 110/70MmHg
-SB:36,6°C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dan implementasi di
hentikan
16 juni Ansietas b.d kebutuhan S: Klien mengeluh susah tidur
2021 tidak terpenuhi O:Klien tampak gelisah dan tegang
-TD: 90/60MmHg
-SB:37°C
A: Masalah belum teratasi
P:Intervensi dan implementasi masih
berlanjut

17 juni S:Klien mengatakan sudah bisa tidur


2021 dengan nyenyak
O:Klien sudah tidak tegang dan
gelisah lagi
-TD: 110/70MmHg
-SB: 36,6°C
A:Masalah teratasi
P:Intervensi dan implementasi
dihentikan

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Refluks gastroesofagus merupakan kembalinya isi lambung ke esophagus
atau lebih proksimal. Isi lambung tersebut dapat berupa asam lambung, udara
maupun makanan (Resto, 2000). Refluks gastroesofagus merupakan aliran balik
isi lambung atau duodenum ke dalam esophagus. Esofagus adalah saluran yang
menghubungkan mulut ke lambung

Penyebab terjadinya GERD meliputi :

 Bersihan asam dari lumen esofagus menurun.


 Gangguan fungsi (relaksasi sementara LES (Lower Esophageal
Sphincter))
 Komponen makanan (misalnya : kafein, alcohol), obat-obatan
dapat menurunkan tekanan LES
 Kegemukan,

SARAN

Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerjasama keluarga


dan pasien itu sendiri guna memperoleh data yang bermutu untuk menentukan
tindaka sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSAKA

https://id.scribd.com/document/466736233/LP-DAN-ASKEP_GERD_FREDRICK_I

https://id.scribd.com/dpcument/421959759/laporan-pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai