Anda di halaman 1dari 30

Referat

GASTROESOPHAGEAL REFLUX
DISEASE ( GERD)
Pembimbing: dr. Satria Nugraha W, Sp.THT-KL

Disusun oleh:
Vinny Alif Damara
Yoga Ramadhan
Ira Rahmawati
Risalatul Nurhikmah

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM KOTA BEKASI
PERIODE 14 NOVEMBER -17 DESEMBER 2016
Anatomi Faring
Definisi GERD
Gastro-oesophageal reflux disease ( GERD )
adalah salah satu kelainan yang sering dihadapi di
lapangan dalam bidang gastrointestinal.
Penyakit refluks gastroesofageal didefinisikan
sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus
yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu
di esofagus maupun ekstra-esofagus.
Epidemiologi
Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun
2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-4,8%;
Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat
yang diwakili Turki menempati posisi puncak di
seluruh Asia dengan 20%.
Klasifikasi GERD
1. GERD Fisiologik : Episode refluks terjadi pada periode
sesudah makan dengan durasi pendek,biasanya secara klinis
tidak jelas,walaupun ada episode regurgitasi.

2. GERD fungsional : biasanya disertai muntah atau


regurgitasi sering terjadi pada bayi sehat sampai usia 3 bulan
dan keluhan hilang dalam usia 6 bulan sampai 2 tahun.

3. GERD patologik : terjadi refluks esofagitis,penyakit paru


kronik,apneu ,tumbuh terganggu.

4. GERD sekunder : dihubungkan dengan faktor predisposisi


GERD, seperti : - Gangguan neurologi
- Atresia trakeoesofagus
- Hernia hiatus yang besar
Patogenesis GERD
MEKANISME:
1. Refleks spontan pada saat relaksasi
LES tidak adekuat,
2. Aliran retrograd yang mendahului
kembalinya tonus LES setelah
menelan,
3. Meningkatnya tekanan intra
abdomen.
faktor defensif
-pemisah anti refluks,
-bersihan asam dari lumen esofagus,
-ketahanan epitel esofagus

Lain-lain
faktor ofensif -dilatasi lambung
bahan refluksa
GERD
-delayed gastric
emptying.

H.Pylori
GERD

 Waktu kontak yang


cukup lama antara
bahan refluksat
dengan mukosa
esofagus.
penurunan resistensi
jaringan mukosa
Esofagitis
esofagus .
Pola hidup & GERD:
 Peranan alkohol, diet serta faktor psikis
tidak signifikan dalam patogenesis
GERD.
Beberapa studi observasional telah
menunjukkan pengaruh merokok dan
berat badan lebih sebagai faktor risiko
terjadinya GERD
Manifestasi klinik
Keluhan pasien
Gejala khas Gejala tidak khas
gerd ke dokter tht

• Heartburn • nyeri dada non • gejala atipikal


• Disfagia kardiak (non seperti, suara
cardiac chest serak pagi hari,
• Rasa pahit
pain/NCCP) mulut berbau,
dilidah
• suara serak lendir kental,
• laringitis mulut kering,
sering meludah.
• batuk
• asma
• bronkiektasis
• gangguan tidur
DIAGNOSIS GERD:
• Standar baku diagnosis GERD adalah
endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA)
dengan ditemukannya mucosal break di
esophagus
• Anamnesis yang cermat merupakan alat
utama untuk menegakkan diagnosis GERD
Diagnosis Banding
1. Akalasia
2. Gastritis akut
3. Gastritis kronis
4. Aterosklerosis
5. Kanker esofagus
6. Esophageal Motility Disorders
7. Esophageal spasm
8. Esophagitis
9. Ulkus peptikum
Diagnosis
Endoskopi ; erosive esophagitis
Pemantauan pH esofagus
Manometri esofagus
American College of Gastroenterology (ACG) di tahun 2005 telah
mempublikasikan Updated Guidelines for the Diagnosis and Treatment of
Gastroesophageal Reflux Disease, di mana empat di antara tujuh poin yang ada, poin
diagnosis:

a. Jika gejala pasien khas untuk GERD tanpa komplikasi, maka terapi empiris
(termasuk modifikasi gaya hidup)
b. Endoskopi adalah teknik pilihan yang digunakan untuk mengidentifikasi
dugaan Barret’s esophagus & diagnosis komplikasi GERD
c. Pemantauan ambulatoar (ambulatory monitoring) esofagus membantu
untuk konfirmasi reluks gastroesofageal pada pasien dengan gejala menetap
d. Manometri esofagus dapat digunakan untuk memastikan lokasi
penempatan probe ambulatory monitoring.
Komplikasi GERD
Prognosis

• Baik dengan obat-obatan,


• Relaps setelah penghentian terapi medis
umum >terapi pemeliharaan jangka
panjang
• Prognosis dengan operasi dianggap sangat
baik. Morbiditas bedah dan mortalitas
lebih tinggi pada pasien yang memiliki
masalah medis yang kompleks di samping
gastroesophageal reflux.
Tatalaksana
1. Modifikasi Gaya hidup
2. Farmakologi
 Antasida
 Antagonis reseptor H2
 Prokinetik dan antiemetik
 Sukralfat (Aluminium Hidroksida + sukrkosa
oktasulfat)
Proton Pump Inhibitor (PPI)

3. Terapi Bedah
endoskopi
Kesimpulan
Penyakit Gastroesophageal reflux (GERD) merupakan
manifestasi klinis dari refluks berlebihan isi lambung asam ke
kerongkongan menyebabkan berbagai tingkat iritasi gejala atau
cedera pada mukosa esofagus. Gejala khas GERD termasuk
heartburn, regurgitasi dan disfagia. gejala atipikal atau
supraesophageal termasuk gejala paru (asma, batuk kronis),
berbagai gejala laryngo-faring (tenggorokan sakit kronis,
faringitis, laringitis, sensasi globus) dan nyeri dada non-jantung.
Operasi mengoreksi penyebab GERD; itu perbaikan hiatus
hernia, menambah sfingter esofagus rendah dan meningkatkan
pengosongan lambung dan motilitas tubuh esofagus.
fundoplication laparoskopi adalah standar emas untuk
pengobatan bedah GERD parah dan hasil dalam kepuasan
sekitar 95% pasien.
Daftar Pustaka
1. P. Evelyn , C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Umum; 2006.
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed. 2.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2001.
3. Eroschenko V. P. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi
Fungsional Edisi 9. Jakarta : EGC; . 2003.
4. Vakil N, van Zanten SV, Kahrilas P, Dent J, Jones R; Global
Consensus Group. The Montreal definition and classification of
gastroesophageal reflux disease: a global evidence-based
consensus. Am J Gastroenterol 2006;101:1900-1920.
5. Goh KL, Wong CH. Gastrooesophageal reflux disease: An
Emerging Disease in Asia. J Gastroenterol Hepatol 2006; 2:118-23.

Anda mungkin juga menyukai