Anda di halaman 1dari 13

RESUME

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS
GERD DI RUANG AZZARA 1 RSI JEMURSARI SURABAYA

Disusun Oleh :

Mu’allatul Hasanah
NIM : 1120022099

Dosen Pembimbing :
Yurike Septianingrum, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS GERD DIRUANG
AZZARA 1 RSI JEMURSARI SURABAYA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi GERD
GERD adalah suatu kondisi dimana cairan lambung mengalami refluks ke esofagus
sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi
dan komplikasi. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) adalah suatu keadaan
patologis yang di sebabkan oleh kegagalan dari mekanisme anti refluks untuk
melindungi mukosa esophagus terhadap refluks asam lambung dengan kadar yang
abnormal dan paparan yang berulang.
2. Etiologi GERD
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :
a. Meurunnya tonus LES (Lower Esophageal Spinchter)
b. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
c. Ketahanan epitel esofagus menurun
d. Bahan reflusat mengenai dinding esofagus yaitu;PH<2, adanya pepsin, garam
empedu, HCL
e. Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying)
f. Infeksi H. pyloridengan korpus predominan gastritis
g. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensivitas visceral
h. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks, tetapi
hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi
i. Mengkonsumsi makanan makanan berasam, cokelat, minuman berkafeindan
berkarbonat, alkohol, merokok tembakau dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal spinchter bagian bawah termasuk apa yang memiliki
efek antikolinergik (seperti berbagai antihistamin dan beberapa antitistamin),
penghambatan saluran kalsium, progesteran dan nitrat
j. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks, tetapi
hal ini adalah penyebab kurang sering terjadi
k. Kelainan anatomi seperti penyempitan kerongkongan (Kurnia, 2017).
3. Manifestasi Klinis GERD
a. Rasa panas / terbakar pada esofagus (pirosis)
b. Muntah
c. Nyeri dibelakang tiulang payudara atau persis dibawahnya, bahkan menjalar ke
leher, tenggorokan dan wajah, biasanya timbul setelah makan atau terbaring
d. Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan (stricture)
pada kerongkongan dari refluks
e. Tukak esophageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa
dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang biasanya
berlokasi dibelakang tulang payudara atau persis dibawahnya, mirip dengan
lokasi panas dalam perut
f. Nafas yang pendek dan berbunyi mengi karena ada penyempitan pada saluran
udara
g. Suara parau
h. Ludah berlebihan (water brash)
i. Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)
j. Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)
k. Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan
yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar (Kurnia, 2017).
4. Patofisiologi GERD
GERD terjadi karena beberapa faktor seperti tiatus hernia, pendeknya LES,
penggunaan obat-obatan, faktor abnormal menyebabkan penurunan tonus LES dan
terjadi relaksasi abnormal LES sehingga timbul GERD. Hiatus hernia juga
menyebabkan bagian dari lambung atas yang terhubung dengan esofagus akan
mendorong keatas melalui diafragma sehingga terjadi penurunan tekanan
penghambat refluks dan timbul GERD. Selain itu GERD juga terjadi karena
penurunan perstaltik esofagus dimana terjadi penurunan kemampuan untuk
mendorong asam refluks kembali ke lambung, kelemahan kontraksi LES dimana
terjadi penurunan kemampuan mencegah refluks, penurunan pengosongan lambung
dimana terjadi memperlambat distensi lambung dan infeksi H. pillory dan korpus
pedominas gratritis.
GERD dapat menimbulkan perangsangan nervus pada esophagus oleh cairan
refluks mengakibatkan nyeri akut. Selain itu GERD menyebabkan kerusakan sel
skuamosa epitel yang melapisi esofagus sehingga terjadi nyeri akut, gangguan
menelan dan bersihan jalan nafas tidak efektif. Gangguan nervus yang mengatur
pernafasan juga di sebabkan oleh GERD sehingga timbul pola nafas tidak efektif.
Disamping itu GERD menyebabkan refluks cairan masuk ke laring dan
tenggorokan, terjadi resiko aspirasi dan jika teraspirasi maka timbul masalah
bersihan jalan tidak efektif. GERD dapat menyebabkan refluks asam lambung dari
lambung ke esophagus sehingga timbul odinofagia, merangsang pusat mual di
hipotalamus, cairan terasa
pada mulut, aliran balik dalam jumlah banyak sehingga terjadi penurunan nafsu
makan dan timbul ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (Naomi, 2014).
5. WOC GERD
Obat-obatan, hormonal, pendeknya
Hernia
LES,
heatus
infeksi Pengosonganlambung lambat, dilatasi lambu
H. pylori dan karpus

Bagian dari lambung atas yang terhubung dengan esophagus akan mendorong k
Transient LES relaxation

Kekuatan lower esophageal spincher (LES) menurun

Penurunan tekanan penghambat refluks

Gastroephageal Reflux
Disease (GERD)

Asam lambung Nafas bau Refluks saat


mengiritasi sel asam malam
mukosa esogaus

Merangsa Aspirasi isi


Kerusakan ng pusat lambung ke
sel mukosa
esofagus
Mengel Risiko aspirasi
uh mual
Peradangan

Nausea
Hearth burn non cardiac
odinofagia

Ganggu
Nyeri akut
an
6. Komplikasi GERD
Komlikasi GERD menurut (Kurnia, 2017) adalah :
a. Erosif esofagus
b. Esofagus barrett’s
c. Striktur esofagus
d. Gagal tumbuh (failure to thrive)
e. Pendarahan saluran cerna akibat iritasi
f. Aspirasi
7. Pemeriksaan Diagnostik GERD
Pemeriksaan diagnostik GERD menurut (M. Djaja Saputra et al., 2017) adalah :
a. Endoskopi
b. Esofagografi dengan barium
c. Monitoring PH 24 jam
d. Tes perfusi berstein
e. Manometri esofagus
8. Penatalaksanaan GERD
Penatalaksanaan GERD menurut (Bestari, 2011) adalah :
a. Modifikasi gaya hidup
Bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan
b. Terapi medikamentosa
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikantosa
GERD :
1) Antacid
2) Antaginis reseptor H2
3) Obat-obatan prokinetic
4) Metoklopramid
5) Domperidone
6) Cisapride
7) Sukralfat (alumunium hidroksida + sukrosa oktasulfat)
8) penghambat pompa pioton (pioton pump inhibitor /PPI)
B. Riwayat Penyakit
1. Pengkajian
a. Identitas Klien :
Nama : Ny. N
Umur : 20 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : S1 Hukum
Alamat :Perum Kalimantan Selatan
No. RM : 414xxx
Tanggal MRS : 26-09-2022
Diagnosa : GERD
Ruangan : Azzara 1
b. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat sebelum sakit
 Penyakit berat yang pernah di derita : Pasien mengatakan menderita
penyakit lambung
 Obat-obatan yang dikonsumsi : Acetylcystein, spasmolit, dumin, ranitidine
HCL
 Kebiasaan berobat : Pasien mengatakan berobat ke klinik terdekat
 Alergi : Pasien mengatakan alergi obat dengan kandungan sulfa
 Kebiasaan merokok atau minum alkohol : Pasien mengatakan tidak
merokok dan tidak minum alkohol
2) Riwayat penyakit sekarang
 Keluhan utama : Ny. N mengatakan sakit perut
 Riwayat keluhan utama : Ny. N mengatakan bahwa dirumah dia sakit perut,
nyeri dada, nyeri ulu hati, merasa mual selama 5 hari
 Upaya yang dilakukan :kemudian di bawa ke RSI Jemursari Surabaya.
Nyeri muncul Ketika klien makan sesuatu yang asam dan pedas. Nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
 Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Ny. N mengatakan tidak pernah
melakukan terapi/operasi
 Riwayat kesehatan keluarga :
Ny. Nmengatakan bahwa ibunya mempunyai penyakit lambung
 Genogram : anak pertama dari 2 bersaudara dan tinggal bersama ibu, ayah
serta saudaranya
 Riwayat kesehatan lingkungan : Ny. N mengatakan bahwa dilingkungan
tempat tinggalnya banyak yang merokok, kurang ventilasi, akan tetapi
rumah bersih dan aman.
 Alat bantu yang dipakai : gigi palsu (-), kacamata (-), pendengaran (-)
c. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum
k/u : lemah, kesadaran penuh (composmentis), GCS : 4,5,6 tampak gelisah,
tampak meringis, terpasang infus D5:RL 1:2 20 tpm.
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,3 °C, Nadi : 71 x/menit, Tekanan darah : 121/79 MmHg, RR : 20
x/menit, SPO2 : 98%
3) Body sistem
a. B1
 Hidung : Normal, kedua lubang hidung tampak simetris, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada suara napas
tambahan dan tidak ada lesi.
 Trachea : Normal, tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada
nyeri telan,
 Suara nafas tambahan : Wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles
(-)
 Bentuk dada : Simetris
b. B2
 Suara jantung : Normal, S1 dan S2 tunggal lub dub
 Edema (-)
c. B3
 Composmentis
 Mata : Sklera putih, conjungtiva merah muda, pupil isokor, leher
(normal, tidak ada lesi, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid), refleks (bergerak bebas)
 Persepsi sensori : pendengaran (normal, tidak alat bantu untuk
mendengarkan), penciuman (normal, penciuman baik), pengecapan
(normal, pengecapan baik), penglihatan (normal, penglihatan baik),
perabaan (normal, perabaan baik)
d. B4
 Produksi urine : 700 ml
 Frekuensi : 3x/hari
 Warna : Kuning jernih
 Bau : Khas urine/ammonia
 Alat bantu : Tidak ada
e. B5
 Mulut dan tenggorokan : Mulut tampak bersih, lidah tampak bersih,
stomatitis (-), tidak ada lesi,
 Abdomen : I (tidak ada), P (terdengar suara timpani), P (terdapat nyeri
tekan dibagian kiri atas perut), A : (peristaltik usus 10x/menit)
 Rectum : Normal, lesi (-)
 BAB : 2x/hari, konsistensi : padat
 Alat bantu : Tidak ada
 Diet khusus : Hindari rendah lemak
f. B6
 Kemampuan pergerakan sendi : bebas
 Parese (-), paralise (-),
 Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
 Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
 Tulang belakang : Tidak ada kelainan
 Kulit : warna kulit (kemerahan), akral (hangat), turgor kulit (baik)
d. Pemeriksaan penunjang
1) Darah lengkap
 Lekosit : 10,18 ribu/ul
 Eritrosit : 5,21 juta/ul
 Hemoglobin : 12,93 g/dl
 RDW-CV : 13,5 %
 Trombosit : 282 ribu/ul
 MPV : 7, 205 fl
 Hematokrit : 40, 7%
 Basofil : 0, 87 %
 Limfosit : 17,17 %
 Easinofil : 0, 90 %
 Monosit : 7, 20 %
 Neutrofil : 73, 86 %
 MCV : 78, 2 fl
 MCH : 24,8 pg
 MCHC : 31, 7 %
 MCV : 78, 2 fl
e. Terapi
1) Infus D5:RL 1:2 20 tpm
2) Obat injeksi
 Omeprazole 2x1
 Ondanstron 3x4
3) Obat oral
 Sucralfat 3x1
 Paracetamol 3x1
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Nausea b.d distensi lambung
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Kode : D. 0077 intervensi keperawatan Kode : I.08238
Definisi : selama 3 x 24 jam Observasi
pengalaman diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
sensorik atau menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
emosional yang hasil sebagai berikut : frekuensi, kualitas,
berkaitan dengan 1. Kemampuan intensitas nyeri
kerusakan jaringan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala
aktual atau dari skala 1 (meningkat) nyeri
fungsional, dengan menjadi skala 5 3. Identifikasi faktor
onset mendadak (menurun) yang memperberat
atau lambat dan 2. Keluhan nyeri dari skala dan memperingan
berintensitas ringan 1 (meningkat) menjadi nyeri
hingga berat yang skala 5 (menurun) 4. Identifikasi
berlangsung kurang 3. Meringis dari skala dari pengaruh nyeri pada
dari 3 bulan skala 1 (meningkat) kualitas hidup
menjadi skala 5 5. Monitor efek
(menurun) samping penggunaan
4. Gelisah dari skala 1 analgetik
(meningkat) menjadi Terapeutik
skala 5 (menurun) 1. Berikan Teknik
5. Kesulitan tidur dari nonfarmakologis
skala 1 (meningkat) untuk mengurangi
menjadi skala 5 rasa nyeri
(menurun) 2. Kontrol lingkungan
6. Mual dari skala 1 yang memperberat
(meningkat) menjadi rasa nyeri
skala 5 (menurun) 3. Fasilitas istirahat
7. Nafsu makan dari tidur
skala 1 (meningkat) Edukasi
menjadi skala 5 1. Jelaskan penyebab,
(menurun) periode dan pemicu
nyeri
8. Pola tidur dari skala 1 2. Jelaskan strategi
(meningkat) menjadi meredakan nyeri
skala 5 (menurun) 3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk menfgurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2 Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
Kode : D. 0076 keperawatan 1 3 x 24 jam Kode : I. 03117
Definisi : perasaan diharapkan tingkat nausea Observasi
tidak nyaman pada menurun dengan kriteria 1. Identifikasi
bagian belakang hasil sebagai berikut : pengalaman mual
tenggorokan atau 1. Nafsu makanan dari 2. Identifikasi dampak
lambung yang dapat skala 1 (menurun) mual terhadap
mengakibatkan menjadi skala 5 kualitas hidup
muntah (meingkat) 3. Identifikasi faktor
2. Keluhan mual dari skala penyebab mual
1 (meningkat) menjadi 4. Identifikasi
skala 5 (menurun) antiemetik untuk
mencegah mual
5. Monitor mual
6. Monitor asupan
nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor
lingkungan
penyebab mual
2. Kurangi atau
hilangkan kedaan
penyebab mual
3. Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik
4. Berikan makanan
dingin, cairan
bening, tidak berbau
dan tidak berwarna
Edukasi
1. Anjurkan istirahat
dan tidur yang cukup
2. Anjurkan sering
membersihkan
mulut, kecuali jika
merangsang mual
3. Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
4. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiemetik, jika
perlu

REFERENSI :
Bestari, M. B. (2011). Penatalaksanaan Gaatroesophageal Reflux Disease. Continuing
Medical Education, 490-492.
Kurnia. 2017. Hubungan Derajat Kecemasan dengan Kejadian Reflux Gastroesofageal
(GERD). Tesis Program Profesi Dokter, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
M. Djaja Saputra, Widi Budiono. 2017. Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD) dipusat pelayanan kesehatan primer. Jakarta Barat :
Fakultas Kedokteran Universitas Traumanegara
Naomi, D. A. (2014). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Penyakit Reflux Gastroesofageal.
Journal Majority, 22-26
Renaldi, K, Aulia C & Syam, A. (2013). Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan
Penyakit Reflux Gastroesofageal di Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan napas secara perlahan.
Tujuan meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan.
Prosedur A. Tahap prainteraksi
1. Menbaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Meyiapkan alat
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga perivacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag
kurang jelas

2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik

3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru


berisi udara
4. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara
membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada
waktu bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian
betapa nikmatnya rasanya.
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat ( 1-2 menit ).
6. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian
menghembuskan secara perlahan dan merasakan saat ini
udara mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru
kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh
tubuh.
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari
ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
8. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini
apa bial rasa nyeri kembali lagi.
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga

Anda mungkin juga menyukai