Anda di halaman 1dari 6

Artikel Ilmiah

Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)


dr. Rahmayanti Yulia Ginting

a. Definisi
GERD didefinisikan sebagai suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara
berulang ke dalam esofagus menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.
GERD juga dapat dipandang sebagai suatu kelainan yang menyebabkan cairan lambung dengan
berbagai kandungannya mengalami refluks ke dalam esofagus menimbulkan gejala khas seperti
heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih) serta gejala lain seperti
regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah), nyeri epigastrium, disfagia, dan odinofagia.

b. Patofisiologi
Pada kondisi normal, terjadinya refluks dapat dicegah oleh barrier antirefluks, yang dinamakan
sebagai zona anatomi kompleks, terdiri dari beberapa komponen antara lain sfingter esofagus bagian
bawah, diafragma kural ekstrinsik, dan struktur pendukung dari katup penutup gastroesogafus.
Apabila terjadi gangguan pada komponen-komponen tersebut, maka refluks akan lebih sering terjadi
dan menyebabkan esofagus lebih sering terpapar oleh cairan lambung yang sangat asam. Apabila
terjadi terus-menerus, maka komplikasi dari penyakit GERD dapat terjadi seperti inflamasi, erosi
esofagus bahkan perforasi.

c. Tanda dan Gejala


Pasien dengan keluhan GERD dapat dikenali dengan melihat gejala umum maupun atipikal yang
muncul. Umumnya, gejala yang paling sering muncul adalah dada terasa panas dan terbakar
(heartburn) sering diasosiasikan dengan rasa masam di bagian belakang mulut dengan atau tanpa
regurgitasi dari refluks. GERD juga merupakan penyebab umum kasus-kasus noncardiac chest pain
(NCCP), sehingga penting untuk membedakan antara nyeri dada yang mungkin disebabkan karena
gangguan jantung atau yang disebabkan oleh etiologi lain berdasarkan algoritma diagnosis agar dapat
memberikan penanganan yang tepat.

 Gejala tipikal
 Rasa terbakar atau asam/heartburn
 Regurgitasi
 Disfagia
 Gejala atipikal
 Batuk kronis
 Suara serak, terutama di pagi hari
 Nyeri ulu hati
 Nyeri dada yang menyerupai angina pektoris
 Mengi
 Hipersalivasi
 Rasa mengganjal di tenggorokan/sensasi globus
 Odinofagia
 Mual

Alarm symptoms meliputi beberapa hal, yaitu: 1. Gejala GERD yang menetap atau semakin
parah meskipun terapi sudah tepat 2. Dysphagia dan odynophagia 3. Penurunan BB yang tidak dapat
dijelaskan lebih dari 5% 4. Perdarahan saluran cerna atau anemia 5. Adanya massa, penyempitan, atau
ulkus pada imaging studies 6. Muntah yang terus menerus (7-10 hari) 7. Screening Barret’s esophagus
pada pasien dengan kriteria tertentu
d. Diagnosis
Berdasarkan Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux
Disease yang dikeluarkan oleh American College of Gastroenterology didiagnosis GERD dapat
ditegakkan berdasarkan:
1. Empirical Therapy
2. Use of Endoscopy
Apabila kondisi klinis masih belum menunjukkan perbaikan harus dilakukan pemeriksaan endoskopi
untuk mendapatkan kepastian adanya kelainan pada mukosa saluran cerna atas. Pengobatan
selanjutnya dapat diberikan sesuai dengan ringan-beratnya kerusakan mukosa
3. Ambulatory Reflux Monitoring
4. Esophageal Manometry (lebih direkomendasikan untuk evaluasi preoperasi untuk eksklusi kelainan
motilitas yang jarang seperti achalasia atau aperistaltik yang berhubungan dengan suatu kelainan,
misalnya skleroderma)

e. Penatalaksanaan
Berdasarkan Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease
tahun 1995 dan revisi tahun 2013, terapi GERD dapat dilakukan dengan:
1. Treatment Guideline I: Lifestyle Modification
2. Treatment Guideline II: Patient Directed Therapy
3. Treatment Guideline III: Acid Suppression
4. Treatment Guideline IV: Promotility Therapy
5. Treatment Guideline V: Maintenance Therapy
6. Treatment Guideline VI: Surgery Therapy
7. Treatment Guideline VII: Refractory GERD
Non-farmakologi
Memodifikasi berat badan berlebih dan meninggikan kepala lebih kurang 15-20 cm pada saat tidur,
serta faktor-faktor tambahan lain seperti menghentikan merokok, minum alkohol, mengurangi
makanan dan obat-obatan yang merangsang asam lambung dan menyebabkan refluks, makan tidak
boleh terlalu kenyang dan makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur.
Farmakologi
PPI paling efektif dalam menghilangkan gejala serta menyembuhkan lesi esofagitis pada GERD. PPI
terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis serta menghilangkan gejala GERD dibanding
golongan antagonis reseptor H2 dan prokinetik. Apabila PPI tidak tersedia, dapat diberikan H2RA
SOAL
1. Bukan termasuk alarm symptoms GERD adalah
a. Heart burn
b. Regurgitasi
c. Odinofagia
d. Konstipasi

2. Tes untuk mendiagnosa GERD, kecuali adalah


a. PPI test
b. Ph-metri
c. Endoskopi
d. Spironometri Test
3. Terapi pembedahan pada GERD
a. the Hill posterior gastropexy
b. Nissen fundoplication
c. the Belsey Mark IV repair
d. Semuanya benar

4. Disebabkan oleh kuman apa pada GERD


a. E coli
b. Helicobakter pilori
c. Stapilococcus
d. Streptococcus

5. Komplikasi yang terjadi pada GERD adalah


a. Dehidrasi berat dan perforasi
b. Perdarahan ulkus dan perforasi
c. Perdarahan ulkus dan alkalosis
d. Ikterik dan perforasi

6. Metode diagnostik yang digunakan untuk menilai pasien GERD, kecuali…..


a. Analisis sputum
b. Acid suppression test
c. Tes Bernstein
d. Semua salah

7. Modifikasi gaya hidup yang dilakukan jika GER dicurigai sebagai pemicu asma, kecuali..
a. Menghindari makanan tinggi lemak
b. Pengentalan susu formula
c. Makan 1-2 jam sebelum tidur
d. Tidak makan berlebihan

8. Yang bukan termasuk kedalam golongan PPI adalah…


a. Omeprazole
b. Lanzoprazole
c. Mebendazole
d. Pantoprazole

9. Penyakit yang terjadi saat sel kerongkongan rusak dan berubah bentuknya jadi mirip seperti sel
yang ada di usus manusia. Perubahan ini terjadi karena dinding kerongkokan terkena asam
terlalu banyak, sehingga memengaruhi bentuk sel disebut..
a. Esofagitis
b. Ulkus Peptikum
c. Akalasia
d. Barret’s Esofagus

10. Prosedur untuk memeriksa kondisi kerongkongan, perut, dan bagian awal usus dua belas jari
(duodenum) adalah..
a. Gastroskopi
b. Duodenoskopi
c. Endoskopi
d. Ileuskopi
Referensi
1. Fahrial Ari S, Aulia C, Renaldi K, dkk. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit
Refluks Gastroesofageal di Indonesia. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). 2013
2. Hunt R, Armstrong D, Katelaris P, et al. Global Perspective on GERD. World
gastroenterology Organization Global Guidelines. Update October 2015
3. The Indonesian Society of Gastroenterology. National Consensus on the management of
GERD in Indonesia. Acta Medica. 2014
4.

Anda mungkin juga menyukai