U 2
Management of Cirrhosis Complications :
G
Focus on Ascites and Hepatic Encephalopathy
1
Patofisiologi komplikasi pada sirosis hepatis
2 02
Pendekatan dan manajemen Asites pada Sirosis
G U
Pendekatan dan manajemen Ensefalopati Hepatikum
Disfungsi otak karena insufisiensi hati dan atau shunting portosistemik , yang
1
bermanifestasi sebagai spektrum luas abnormalitas neurologi dan psikiatri , dengan
derajat perubahan subklinik hingga koma
Insidensi:
11.6 per
100 person
2
Prevalensi:
40%
G
dalam 5 tahun
U mHE 20-80%
kematian dalam 1
tahun
S
Survival rate pada follow up 1 tahun --> 42% dan menurun hingga 23% pada follow up 3 tahun.
02 1
Umumnya merupakan tanda awal dekompensasi
Western
U 2
12% Keganasan peritoneal
Sirosis kompensata → Asites
5-10% per tahun
G
Countries
S
5% Gagal jantung
2% Penyebab lain
↓ 5 Years Survival
1
HCC 5,15%
2
Renal insufficiency 2,22%
Insufisiensi Ginjal
(N= 85/287) (N= 202/287)
0
Pneumonia 10,29%
2
Other infection
Infeksi lain 2,92%
Trombositopenia 3,16%
Rerata Usia : 54.51 ± 11.61 tahun
U
Malnutrisi 18,01%
Sepsis 1,40%
S
Hipoalbuminemia 49,71% Perawatan
Ascites 20,58%
Kardiovaskular 5,38%
1
Patofisiologi komplikasi pada sirosis hepatis
2 02
Pendekatan dan manajemen Asites pada Sirosis
G U
Pendekatan dan manajemen Ensefalopati Hepatikum
1
DARI SIROSIS Porta splanknik Bakteri
↑ Tekanan
sinusoidal
2
↑ Akumulasi
limfatik 02
↑ Arterial
underfiling
Aktifasi vasokontriktor
dan faktor antidiuretik
Inflamasi
sistemik
G U Retensi
natrium
Peningkatan Hipoperfusi
S
Ekpsresi AQP21 Ginjal
Ekspansi volume
plasma
1
splanknik dan sistemik
Hipertensi Porta
Factor angiogenik
Portosistemik Kolateral
Vasodilator ( NO,
2
Prostasiklin, endokanabioid)
masuk ke sirkulasi sistemik
U
sistem neurohumoral
G
Aktifasi persisten dari innate Inflamasi
Translokasi Bakteri Sistemik
patern recognition receptor
S
Renin, Angiotensin, Sistem saraf Hormon
Aldosterone simpatis antidiuretik
Vasodilatasi
splanknik dan
perifer
02 1
Disfungsi
hepatosit
PATOGENESIS ENSEFALOPATI
HEPATIK PADA SIROSIS
U 2 Portosystemic
Shunt
↑ kadar NH3
darah
SG ↑ permeabilitas sawar
darah otak
Edema otak
Pembengkakan astrosit (↑ Glu dan Gln)
Gangguan NT dan reseptornya (↑ GABA)
Gangguan metabolisme glukosa pada otak
ENSEFALOPATI HEPATIKUM
Mekanisme terjadinya Ensefalopati Hepatikum
02 1
U 2
SG
Rose, Christopher F. et al. 2020, Journal of Hepatology, Volume 73, Issue 6, 1526 - 1547
AGENDA
1
Patofisiologi komplikasi pada sirosis hepatis
2 02
Pendekatan dan manajemen Asites pada Sirosis
G U
Pendekatan dan manajemen Ensefalopati Hepatikum
1
Grade 1 Grade 2 Grade 3
2
Komplikata 02
Komplikasi
Non Komplikata
G U Respon Pengobatan
S Responsif
Diuretic
Intractable
Refrakter
Diuretic
Resistant
Rekurens
Pemeriksaan Fisik • Shifting dullness, massa abdominal atau nyeri tekan abdomen,
1
herniasi umbilical/inguinal,
• stigmata of penyakit hepar kronis (splenomegali, spider
2
angioma, palmar erythema, atau dinding abdomen kolateral)
0
• Tanda - tanda gagal jantung atau perikarditis konstriktif
2
(distensi vena jugularis, kongesti pulmonal, pericardial rub),
• Tanda – tanda keganasan atau infeksi (lymphadenopathy),
U
• Tanda – tanda malnutrisi (sarcopenia),
• Tanda – tanda penyakit thyroid
SG
Laboratorium Analisis Cairan
1
bilirubin, serum albumin) dapat dilakukan pengambilan sampel.
2
• Tes fungsi ginjal (serum creatinine,
BUN)
0
Test : neutrophil count cairan asites, total
• Elektrolit serum dan urin (Na, K) protein cairan asites, albumin cairan asites, dan
• Analisis urin dengan target deteksi
protein urin
U 2
albumin serum untuk menghitung gradien
albumin serum-ascites (SAAG)
Radiologi
1
Hitung PMN Ya Ya Ya Ya
Kultur Ya Tidak Ya
2
Konsentrasi protein Ya Ya Hanya ketika profilaksis Hanya ketika profilaksis
primer SBP diindikasikan primer SBP
2
Tidak 0
secara klinis, atau ketika
diduga terdapat peritonitis
bakterial sekunder
ketika diduga terdapat
diindikasikan secara
klinis
Tidak
U
peritonitis bakterial peritonitis bakterial
sekunder sekunder
G
Laktat dehydrogenase ketika diduga peritonitis Tidak ketika diduga terdapat Tidak
bakterial sekunder peritonitis bakterial
S
sekunder
Sitologi ketika kausa ascites ketika kausa ascites Tidak Tidak
diduga selain akibat dari diduga selain akibat dari
sirosis sirosis
Konsentrasi amilase Ketika diduga terdapat Ketika diduga terdapat Tidak Tidak
pankreatitis yang pankreatitis yang menjadi
menjadi sumber ascites sumber ascites
02 1
U 2
SG
AASLD Practice Guidance. Hepatology 2021.
ETIOLOGI ASITES BERDASARKAN SAAG
Hipertensi Porta
0 1
(Eksklusi Hipertensi Porta)
2
Karsinoma peritoneal
2
Gagal jantung Tuberkulosis peritoneal
Trombosis vena porta Pankreatitis
Hipotiroidisme
G UPerforasi usus
Sindrom Nefrotik
S
Aithal GP, et al. Gut 2020
MANAJEMEN ASITES NON KOMPLIKATA
2
berhubungan dengan HRS
0 1
Asites dimana tidak ada infeksi, refrakter maupun
PRINSIP
U 2 Restriksi Natrium
Terapi Diuretik
Terapi Lain
Gut 2021
AASLD Practice Guidance. Hepatology 2021.
EASL Clinical Practice Guideline 2018
PANDUAN PENGGUNAAN DIURESIS PADA PASIEN ASITES
Pasien dengan Sirosis Pasien dengan Sirosis
dengan ascites moderate dengan dan asites moderat
rekurens
1
2gr/hari (90mmol)(AASLD)
2
spironolactone 100 mg ditingkatkan bertahap
Mulai pemberian spironolactone 100 mg ditingkatkan hingga 400 mg/hari DAN furosemid 40 mg
0
bertahap hingga 400 mg/hari, jika respon suboptimal ditingkatkan hingga 160 mg/hari
berikan furosemid 40 mg hingga 160 mg/hari
U 2
Respon diuretik : penurunan berat 1kg/hari jika edema dan 0.5kg/hari jika tidak edema
G
Jika respon diuretik suboptimal, nilai kembali intake garam dan periksa rasio Na/K
S
urin sewaktu. Torsemide or bumetanide (↑natriuresis)
1
Terapi lini pertama pada pasien dengan asites besar atau derajat 3, yang dilakukan dalam satu
sesi tunggal
Komplikasi :
2
post-paracentesis circulatory dysfunction (PPCD)
02
Kerusakan ginjal, dilutional
hyponatraemia, hepatic encephalopathy
dan penurunan survival
Albumin 20% (8 g/ setiap liter
pengeluaran asites)
G U Preventif
S
Kombinasi LVP + Albumin lebih efektif dan
aman dibanding diuretik pd asites grd 3
02 1
Hipotensi arterial dan renal function
2
impairment
𝞪1-adrenergic blockers
Terapi Lain
G U
S
Midodrin, adrenergik alfa-1 Alfapump®
1
Patofisiologi komplikasi pada sirosis hepatis
2 02
Pendekatan dan manajemen Asites pada Sirosis
G U
Pendekatan dan manajemen Ensefalopati Hepatikum
1
Rekomendasi diagnosis : Kombinasi pemeriksaan klinis, tes psikometri, electroencephalography
Manifestasi Klinis
2 02
Ringan : hanya perubahan test psikometrik terutama gangguan pemusatan perhatian, memori, kecepatan
U
psikomotor, dan kemampuan visuospatial
G
Berkembang menjadi perubahan personality (iritabel, apatis), perubahan pola tidur, gangguan orientasi
ruang dan waktu, gangguan konfusio akut (agitasi, somnolen, stupor)→ Koma
ISHEN
Encephalopathy
and Nitrogen Metabolism)
S
(International Society for Hepatic Onset OHE : Disorientasi atau Asteriksis
AASLD 2014
Sherlock’s Diseases of the Liver and Biliary System, Thirteenth Edition.2018
Manifestasi Klinis
1
Babinski sign)
2
Pada koma , tanda ekstrapiramidal dominan→ peningkatan reflek
tendo, hipertonia, respon plantar ekstensor, postur deserebrasi
02
U
transien, gerakan okuler abnormal
SG
Asterixis /“flapping tremor” → sering pada derajat ringan –sedang
(tapi dapat terjadi pada kelainan lain misal uremia)
•
Evoked Respon
EEG
02 1
2
-PHES (Psycometric Hepatic Encephalopathy
Score): 5 paper pencil test (line tracing tests,
U
digit symbol test, serial dotting test, number
connection test A, and number connection test B
G
-Critical Flicker Frequency : flashing light pada
lapangan pandang pasien
•
Resonance Spectroscopy
S
Neuroimaging : CT Scan, MRI, Proton Magnetic
2
memberat dengan stimulasi suara/nyeri
T1 acquisition: spontaneous
G
hypersignal in basal ganglia
U
S
Magnetic resonance spectroscopy
corona radiata :
↑ glutamine 1 glutamate (Glu/Glx), ↓
myoinositol (mI), dan ↓ choline (Chol).
02 1
U 2
SG
Contoh rekomendasi penulisan deskripsi klinis :
The patient has HE, Type C, Grade 3, Recurrent, Precipitated (by urinary tract infection).’’
Hepatic Encephalopathy in Chronic Liver Disease: 2014 Practice Guideline by the European Association for the Study of the Liver
and the American Association for the Study of Liver Diseases
PEMERIKSAAN AWAL PASIEN ENSEFALOPATI HEPATIKUM
02 1
U 2
SG
WHC : west haven criteria (asesmen dan deskripsi klinis HE)
ISHEN : International Society for Hepatic Encephalopathy and Nitrogen Metabolism
Hepatic Encephalopathy in Chronic Liver Disease : EASL-AASLD Clinical Practice Guideline, 2014,
DIAGNOSIS DAN EVALUASI AWAL ENSEFALOPATI HEPATIK
Step Diagnosis
1
Step 1 Apakah pasien memiliki penyakit hepar yang cukup parah yang
2
memungkinkan episode ini sebagai EH
- Kaji tingkat keparahan penyakit hepar menggunakan skor Child-
Pugh/MELD
2 0
- Pada pasien dengan penyakit Child-Pugh A, pertimbangkan pirau
portosistemik yang besar
U
- Periksa kadar amonia: jika normal, maka bukan HE
Step 2
SG
Singkirkan penyebab lain dari gangguan neurologis/psikiatri
• Penarikan alkohol
• Penyakit kejiwaan
• Overdosis obat
• Gangguan elektrolit
02 1
U 2
SG
EASL.Journal of Hepatology 2016
DIAGNOSIS DAN EVALUASI AWAL ENSEFALOPATI HEPATIK
02 1
✓ Penilaian nutrisi sederhana namun bersifat kuantitatif dan perkirakan asupan makanan dan
2
cairan baru-baru ini
G U
sebelumnya, terutama jika memerlukan rawat inap
✓ Laboratorium : Hitung darah lengkap, fungsi hati/ginjal, elektrolit, amonia, TSH, CRP, kadar gula
S
darah, vitamin B12 dan analisis urin
✓ Pencitraan serebral harus dilakukan jika profil klinis tidak biasa, awitan gejala tiba-tiba/berat, jika
ada tanda neurologis fokal dan terbatas atau tidak ada respons terhadap pengobatan
1
keparahan/klinis pasien !
02
Penanganan awal terhadap kegawatan berupa
2
gangguan/penurunan kesadaran
U
Identifikasi diikuti penanganan secara segera terhadap
penyebab utama maupun penyebab sekunder lain yang
G
menyebabkan perubahan status mental/kesadaran
PRINSIP UMUM
02 1
U 2
SG
Bajaj JS. The American Journal of GASTROENTEROLOGY.2020
MANAJEMEN ENSEFALOPATI HEPATIK
02 1
U 2
SG
Algoritma penangan Overt EH
Rose CF.Journal of Hepatology 2020 vol. 73 j 1526–1547
TARGET
TERAPI EH
02 1
U 2
SG
Rose CF.Journal of Hepatology 2020 vol. 73 j 1526–1547
TERAPI SPESIFIK ENSEFALOPATI HEPATIK
02 1
• Komposisi atau fungsi mikrobiota usus dan kemungkinan → peningkatan transit usus, pengasaman pH usus. →
U 2
produksi amonia berkurang di usus, ekskresi feses meningkat dan penyerapan amonia berkurang.
• Dosis laktulosa : 15-20 ml /12jam, defekasi 2-3 kali dengan feses semi lunak
G
• ES Lactulosa →diare, nausea, bloating.
S
• Off-label studi : Laktulosa + Polyethylene glycol → perbaikan signifikan (perlu penelitian lebih lanjut)
2 1
Rifaximin dan laktulosa paling efektif dalam mengembalikan pasien dengan
minimal EH
0
U 2
L-ornithine L-aspartate dan laktulosa paling efektif dalam mencegah overt EH
SG
Laktulosa adalah agen satu-satunya yang efektif dalam mengembalikan minimal
EH, mencegah overt EH, menurunkan ammonia, dan meningkatkan QoL, dengan
efek samping yang masih dapat ditoleransi
Agen Antimikroba
1
Rifaximin broad spektrum, semi sintetik, non aminoglikosid, terhadap gram
2
positif, negatif, aerob dan anaerob, menghambat sintesis RNA bakteri,
menurunkan bakteri yang menghasilkan urease
2 0
• Sharma et al → lactulosa + rifaximin >> lactulosa tunggal perbaikan EH,
penurunan mortalitas , lama perawatan RS
G U
• Abd-Elsalam S et al → trial 120 pasien SH dengan overt EH, nitraxozanide
+ lactulose vs plasebo +lactulose → post treatmest perbaikan CHESS 1,28
point
RIFAXIMIN
S
• Pengunaan antimikroba lain seperti metronidazole tidak direkomendasikan
mengingat potensi hepato-renotoksik dalam penggunaan jangka panjang
• Uji klinis masih terbatas, laporan kasus dari Eropa → dapat meringankan HE
02 1
Branched-chain amino acids (BCAA)
U 2
G
BCAA → meningkatkan sintesis protein, menurunkan loss protein
→ memperbaiki kondisi hiperglukagonemia, meningkatkan release dan sensitifitas insulin
S
→ mengembalikan aktifitas fagositik netrofil
→memperkuat aktifitas limfosit natural killer
Cochrane systematic review , 16 RCT , 827 pasien, BCAA vs no intervention , plasebo, neomycin, diet,
lactulosa→ memperbaiki manifestasi overt EH, tidak mempunyai efek terhadap mortalitas, kualitas hidup,
status nutrisi, ES (RR 0,73 (95% CI 0,61 – 0,88)
Laleman W, Simon-Talero M, Maleux G, Perez M, Ameloot K, Soriano G, et al. Hepatology 2013;57:2448–2457
Gluud LL, Dam G, Les I, Marchesini G, Borre M, Aagaard NK, et al. Cochrane Database Syst Rev 2017;5:CD001939.
TERAPI SPESIFIK ENSEFALOPATI HEPATIK
L-ornithine L-aspartate
❖
(LOLA)
2
Preliminary metaanalisis 8 RCT , membandingkan LOLA dengan plasebo →LOLA intravenous
memperbaiki overt EH
0 1
❖
2
AASLD-EASL clinical guideline →suplementasi LOLA oral tidak efektif
Recent metaanalisis →LOLA mempunyai efek menguntungkan pd EH, dekompensasi dan mortalitas,
U
namun jumlah clinical trial tidak sama→ evidence quality rendah
❖
alternatif
SG
Pasien tidak respon dengan terapi lain → IV LOLA digunakan sebagai terapi tambahan atau agen
Probiotik
•
Dianggap bisa memperbaiki gut dysbiosis yang berefek negatif pada produksi amonia
02 1
2
0,67(95% CI 0,56-0,79).
• Probiotik vs lactulosa→ tidak ada perbedaan dalam perbaikan EH dan mortalitas (RR 1,01 (95%
U
CI 0,85-1,21) dan (RR 5,00, 95% CI 0,25-102,00). → sebagai add on therapy
G
• Bajaj et al , suplemen probiotik yogurt vs tanpa treatment → menurunkan EH pd mHE (71%
vs 0%, p=0,03)
EH S
Shukla et al penelitian meta analisis SH dgn mHE→prebiotik, probiotik, sinbiotik akan memperbaiki
Dalal R, McGee RG, Riordan SM, Webster AC. Probiotics for people with hepatic encephalopathy. Cochrane Database Syst Rev 2017;2:CD008716.
Bajaj et al. Probiotics yogurt for the treatment of minimal hepatic encephalopathy. Am J Gastroenterol, 2008
Shukla S et al. Meta analysis : the effect of gut flora modulation using prebiotics, probiotics and synbiotics on miinimla HE. Aliment Pharmacol Ther, 2011
PENGEMBANGAN TERAPI ENSEFALOPATI HEPATIK
1
Liposome-supported
2
peritoneal dialysis (LSPD)
Ornithine phenylacetate
(OP)
Glycerol/sodium
2 0 Engineered bacteria
U
Clinical Pre-clinical
phenylbutyrat stage Activated carbon
stage microspheres
SG
Faecal microbiota
transplantation (FMT)
GABAA receptor-
modulating steroid
antagonists (GAMSA)
Glutamine synthetase
(GS) replacement
NUTRISI
02 1
U 2
SG
Rose CF.Journal of Hepatology 2020 vol. 73 j 1526–1547
Sarcopenia as a Risk Factor of Minimal Hepatic
Encephalopathy in Liver Cirrhotic Patients
Nihayatul Amaliyah1, Agung Prasteyo2, Didik Indiarso2 , Cecilia Oktaria Permatadewi2 , Hesti Triwahyu Hutami2 , Hery Djagat Purnomo2
1
N= 100 cirrhosis patients underwent the psychometric test (50 patients MHE 50 control)
2
Minimal Hepatic Encephalopathy Group Sarcopenia
50
0
p= 0.011
45
40
2
35
MHE 30
14 (28%) 43%
Male Female
Non-MHE 25
20
U
Child Pugh Score <7
57% 15
Child Pugh Score ≥7
36(72%) 10
5
G
0
Minimal Hepatic Non-Minimal Hepatic
Encephalopathy Group Encephalopathy Group
1.289 – 9.259).
S
There was significant correlation between sarcopenia and MHE (p=0.011,OR=3.45, 95% CI =
Multivariate analysis showed sarcopenia in combination with child-pugh score ≥ 7 was risk
factor of MHE (p=0.000, OR=35.875, 95% CI = 6.794 – 189.44).
02 1
U 2
SG
Hepatic Encephalopathy and Nutrition Influences : A narrative Review. Nutrition in Clinical Practice, 2019
AGENDA
1
Patofisiologi komplikasi pada sirosis hepatis
2 02
Pendekatan dan manajemen Asites pada Sirosis
G U
Pendekatan dan manajemen Ensefalopati Hepatikum
1
PPCD 8 gram per liter cairan ascites (diatas 5 liter) Sesuai Pedoman
2
SBP 1.5g/Kg hari 1 (dalam 6 jam awal terdeteksi) dan 1g/Kg hari ke 3 (dengan antibiotik)
0
HRS Loading dan maintenance dose + terlipressin sampai perbaikan HRS
2
1g/Kg hari 1, 20-40g hari 2-15 + terlipressin
Asites 20g albumin, 2 kali dalam satu minggu
U
Refrakter
Kram otot 20-40 gram tiap minggu
G
Infeksi non Perbaikan pada fungsi ginjal dan sirkulasi (tidak ada pengaruh pada kesintasan) Masih
S
SBP Kontroversial
perbaikan derajat HE yang signifikan dan berkelanjutan dibandingkan koloid (Membutuhkan
HE mengurangi mortalitas 3 bulan, tapi tidak lebih baik dari saline dalam perbaikan Studi Lebih Lanjut)
derajat HE .
ACLF INFECIR-2 trial : resolusi ACLF pada kelompok albumin, namun survival tidak berbeda
dengan pemakaian antibiotic saja
Joana R. Carvalho. Annals of Hepatology 2018
AASLD Practice Guidance. Hepatology 2021.
431 pasien dengan asites tanpa komplikasi
02 1
2
SMT + albumin (40g 2x/minggu
Standard Medical
Treatment (SMT) VS selama 2 minggu dilanjut
U
40g/minggu) selama 18 bulan
SG
18 month overall survival 66% 77%
+ penurunan 38% HR untuk kematian
Lancet 2018; 391: 2417–29
Penggunaan albumin jangka panjang juga memperbaiki pengelolaan asites, karena
kebutuhan paracentesis dan kejadian asites refrakter menurun sekitar 50%
02 1
Insiden kumulatif komplikasi sirosis, (SBP, infeksi bakteri non-SBP, episode disfungsi ginjal
2
(kreatinin serum di atas 1,5mg / dL), HRS 1 dan ensefalopati hepatik berat derajat III atau
IV, serta potensi efek samping diuretik, seperti hiponatremia dan hiperkalemia,
U
SG
Menurun 27% -70% pada kelompok albumin
02 1
Pada pengobatan bulan-1 dengan albumin, kadar
2.5-4.5 g/dl membedakan survival pasien
U 2
SG
Pada range normal, kadar paling baik untuk
membedakan adalah 4.0g/dl.
02 1
U 2
SG
significant lower risks of persistent HE (risk ratio − RR = 0.60; 95% confidence interval − CI =
0.38−0.95, p = 0.03) and mortality (RR = 0.54; 95% CI = 0.33−0.90, p = 0.02)
Annals of Hepatology 2021
A Randomized Controlled Trial Comparing Lactulose Plus Albumin versus
Lactulose alone for Treatment of Hepatic Encephalopathy
120 patients
with overt HE
02 1
Group A : lactulose + albumin (n = 60)
Group B : lactulose alone (n = 60).
U 2
SG
Mortality was significantly lower in lactulose plus albumin group [11(18.3%)] versus lactulose alone [19
(31.6%), (P < 0.05)].
J Gastroenterol Hepatol 2017;32(6):1234–9.
Asites merupakan salah satu komplikasi yang tersering pada sirosis hati
dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi
1
Parasentesis diagnostik diindikasikan pada semua pasien dengan episode pertama
2
asites derajat dua atau tiga, serta pada semua pasien yang membutuhkan perawatan
akibat komplikasi sirosis
0
dan monitoring yang baik
U 2
Keberhasilan tatalaksana Asites pada sirosis merupakan kombinasi dari terapi
SG
Albumin merupakan salah satu pilihan terapi yang terbukti dan telah
direkomendasikan pada tatalaksana asites, terutama dalam PPCD dan PBS, HE
KESIMPULAN
53
02 1
U 2
SG