Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

Diabetes Melitus Tipe 2, Hipertensi Urgensi dan Dispepsia


dr. Adams Sophiano
PIDI Batch November 2021 RSUD Muara Teweh, Kalimantan Tengah, Indonesia

Abstrak

Diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolic yang ditandai dengan kadar gula
darah yang melebihi batas normal. Pada kasus ini Tn. S, 39 tahun, datang dengan keluhan badan lemas sejak ± 3 jam
SMRS, Pasien juga mengeluh muntah sebanyak ± 5 x, muntah sejak ± 3 jam SMRS, sekali muntah ½ gelas, Pasien
juga mengeluh nyeri ulu hati, mual, pusing dan penglihatan agak kabur. Riwayat Diabetes Melitus (+), Hipertensi
dan Jantung tidak diketahui, Riw. Merokok (+), Riw. Pengobatan (+) untuk Diabetes Melitus namun pasien lupa
pengobatannya, Menurut pasien ada makan humbut dari hutan, sebelum datang keluhan. GDS stick 306 mg/dL. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum Tampak sakit sedang dan tampak lemas, kesadaran composmentis, dari
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan Tekanan Darah 186/103 mmHg, Denyut Nadi 95 x/m, Respirasi Rate 22
x/m, Suhu 36.5 ‘C, SpO2 98%, Pemeriksaan Head to Toe didapatkan Nyeri tekan region epigastrium, Pemeriksaan
Penunjang : Leukosit : 12.200 /mm3, Eosinofil : 00, Basofil : 00, Stab : 00, Segmen : 70, Limfosit : 20, Monosit :
10, Hb : 12,8 gr/dl, Hematokrit : 36,7 %, Trombosit : 272.000/ mm3, GDS : 235 mg/dl, SGOT : 12 U/L, SGPT : 18
U/L, Ureum : 13 mg/dL, Kreatinin : 0,3 mg/dL. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosa dengan Hiperglikemia State DM Tipe II, Hipertensi Urgency, Dispepsia, Tatalaksana
yang diberikan di IGD yaitu O2 Nasal Kanul 2 lpm, Resusitasi Cairan NaCl loading 250cc dilanjutkan 20 tpm
mikro, Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Inj. Ondansentrone 4 mg/8 jam, Inj. Omeprazole 40mg/12 jam, Po. Amlodipin 5
mg/24 jam, Po. Curcuma 3x1, Po. Visela 3x1.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Hipertensi, Dispepsia

Abstract

Diabetes is a chronic disease in the form of a metabolic disorder characterized by blood sugar levels that
exceed normal limits. In this case Mr. S, 39 years old, comes with complaints of weakness since ± 3 hours before
entering the hospital, Patient also complains of vomiting as much as ± 5 times, vomiting since ± 3 hours of before
entering the hospital, once vomiting cup, Patient also complains of heartburn, nausea, dizziness and a little vision
blurry. History of Diabetes Mellitus (+), Unknown Hypertension and Heart, Riw. Smoking (+), Riw. Treatment (+)
for Diabetes Mellitus but the patient forgot the treatment. According to the patient, he had eaten humbut from the
forest, before the complaint came. Random blood sugar stick 306 mg/dL. From the physical examination, the
general condition appeared to be moderately ill and appeared weak, composmental consciousness, from examination
of vital signs blood pressure was found to be 186/103 mmHg, pulse 95 x/m, respiratory rate 22 x/m, temperature
36.5 oC, SpO2 98%, Head to Toe examination found tenderness in the epigastric region, Supporting Examination:
Leukocytes: 12,200/mm3, Eosinophils: 00, Basophils: 00, Stab: 00, Segments: 70, Lymphocytes: 20, Monocytes:
10, Hb: 12, 8 gr/dl, Hematocrit : 36,7%, Platelets : 272,000/mm3, random blood sugar : 235 mg/dl, SGOT : 12 U/L,
SGPT : 18 U/L, Urea : 13 mg/dL, Creatinine : 0, 3 mg/dL. Based on the history, physical examination and
supporting examination, the patient was diagnosed with Hyperglycemia State Type II DM, Hypertensive Urgency,
Dyspepsia, the treatment given in the ER was O2 Nasal Cannula 2 lpm, Fluid Resuscitation NaCl loading 250cc
followed by 20 micro tpm, Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 hours, Inj. Ondansentrone 4 mg/8 hr, Inj. Omeprazole 40 mg/12
hr, Po. Amlodipine 5 mg/24 hr, Po. Curcuma 3x1, Po. Vista 3x1.

Keywords: Diabetes Mellitus, Hypertension, Dyspepsia


memperkirakan prevalensi diabetes di tahun
Pendahuluan 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65%
pada laki-laki. Prevalensi diabetes
Diabetes adalah penyakit menahun
diperkirakan meningkat seiring penambahan
(kronis) berupa gangguan metabolic yang
umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2
ditandai dengan kadar gula darah yang
juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka
melebihi batas normal. Penyebab kenaikan
diprediksi terus meningkat terus meningkat
kadar gula darah tersebut menjadi landasan
hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan
pengelompokkan jenis Diabetes Melitus.
700 juta di tahun 2045.1
Hasil Riskedas 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi diabetes mellitus di Indonesia Menurut catatan Badan Kesehatan
berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≥ Dunia/World Health Organization (WHO)
15 tahun.1 tahun 2011, satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi, dua pertiga di
Diabetes merupakan penyebab utama
antaranya berada di Negara berkembang
kebutaan, penyakit jantung dan gagal ginjal.
yang berpenghasilan rendah sedang.
Organisasi International Diabetes Federation
Prevalensi hipertensi akan terus meningkatk
(IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat
tajam diprediksikan pada tahun 2025 nanti
463 juta orang pada usia 20-79 tahun di
sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
dunia menderita diabetes pada tahun 2019
menderita hipertensi. Hipertensi telah
atau setara dengan angka prevalensi sebesar
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
9,3% dari total penduduk pada usia yang
setiap tahun 1,5 juta kematian terjadi di Asia
sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF
Tenggara, yang sepertiga populasinya Mayoritas pasien Asia dengan dispepsia
menderita hipertensi.2 yang belum diinvestigasi dan tanpa tanda
bahaya merupakan dispepsia fungsional.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
Berdasarkan hasil penelitian di negara-
(Riskesdas) 2013 prevalensi hipertensi pada
negara Asia (Cina, Hong Kong, Indonesia,
penduduk umur 18 tahun ke atas di
Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan,
Indonesia adalah sebesar 25,8%. Prevalensi
Thailand, dan Vietnam) didapatkan 43-
hipertensi tertinggi di provinsi Bangka
79,5% pasien dengan dispepsia adalah
Belitung (30,9%), dan terendah di provinsi
dispepsia fungsional.3
Papua (16,8%). Provinsi Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat Di Indonesia, data prevalensi infeksi
merupakan provinsi yang mempunyai Hp pada pasien ulkus peptikum (tanpa
prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka riwayat pemakaian obat-obatan anti-
nasional.2 inflamasi non-steroid/OAINS) bervariasi
dari 90-100% dan untuk pasien dispepsia
Dispepsia merupakan rasa tidak
fungsional sebanyak 20-40% dengan
nyaman yang berasal dari daerah abdomen
berbagai metode diagnostik (pemeriksaan
bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut
serologi, kultur, dan histopatologi).
dapat berupa salah satu atau beberapa gejala
Prevalensi infeksi Hp pada pasien dispepsia
berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa
yang menjalani pemeriksaan endoskopik di
terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah
berbagai rumah sakit pendidikan kedokteran
makan, cepat kenyang, rasa kembung pada
di Indonesia (2003-2004) ditemukan sebesar
saluran cerna atas, mual, muntah, dan
10.2%. Prevalensi yang cukup tinggi
sendawa. Untuk dispepsia fungsional,
ditemui di Makasar tahun 2011 (55%), Solo
keluhan tersebut di atas harus berlangsung
tahun 2008 (51,8%), Yogyakarta (30.6%)
setidaknya selama tiga bulan terakhir
dan Surabaya tahun 2013 (23,5%), serta
dengan awitan gejala enam bulan sebelum
prevalensi terendah di Jakarta (8%).3
3
diagnosis ditegakkan.

Prevalensi pasien dispepsia di


Kasus
pelayanan kesehatan mencakup 30% dari
Tn. S, 39 tahun, datang
pelayanan dokter umum dan 50% dari
dengan keluhan badan lemas sejak ± 3 jam
pelayanan dokter spesialis gastroenterologi.
SMRS, Pasien juga mengeluh muntah dengan Hiperglikemia State DM Tipe II,
sebanyak ± 5 x, muntah sejak ± 3 jam Hipertensi Urgency, Dispepsia, Tatalaksana
SMRS, sekali muntah ½ gelas, Pasien juga yang diberikan di IGD yaitu O2 Nasal Kanul
mengeluh nyeri ulu hati, mual, pusing dan 2 lpm, Resusitasi Cairan NaCl loading
penglihatan agak kabur. Riwayat Diabetes 250cc dilanjutkan 20 tpm mikro, Inj.
Melitus (+), Hipertensi dan Jantung tidak Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Inj. Ondansentrone
diketahui, Riw. Merokok (+), Riw. 4 mg/8 jam, Inj. Omeprazole 40mg/12 jam,
Pengobatan (+) untuk Diabetes Melitus Po. Amlodipin 5 mg/24 jam, Po. Curcuma
namun pasien lupa pengobatannya, Menurut 3x1, Po. Visela 3x1
pasien ada makan humbut dari hutan,
sebelum datang keluhan. GDS stick 306
mg/dL. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum Tampak sakit sedang dan
tampak lemas, kesadaran composmentis,
dari pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan Tekanan Darah 186/103 mmHg,
Denyut Nadi 95 x/m, Respirasi Rate 22 x/m,
Suhu 36.5 ‘C, SpO2 98%, Pemeriksaan
Head to Toe didapatkan Nyeri tekan region
epigastrium, Pemeriksaan Penunjang, yaitu
Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit : Gambar 1. Foto Thorax PA Pasien
12.200 /mm3, Eosinofil : 00, Basofil : 00,
Stab : 00, Segmen : 70, Limfosit : 20,
Monosit : 10, Hb : 12,8 gr/dl, Hematokrit :
36,7 %, Trombosit : 272.000/ mm3, GDS :
235 mg/dl, SGOT : 12 U/L, SGPT : 18 U/L,
Ureum : 13 mg/dL, Kreatinin : 0,3 mg/dL.
Pemeriksaan EKG dan Foto Thorax PA
tidak tampak kelainan. Berdasarkan
Gambar 2. Hasil EKG Pasien
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa
- Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200
mg/dL 2-jam setelah Tes Toleransi
Diskusi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban
Diagnosis Diabetes Melitus glukosa 75mg
ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar - Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥
glukosa darah dan HbA1c. Pemeriksaan 200mg/dL dengan keluhan klasik atau
glukosa darah yang dianjurkan adalah krisis hiperglikemia
pemeriksaan glukosa secara enzimatik - Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan
dengan bahan plasma darah vena. menggunakan metode yang
Pemantauan hasil pengobatan dapat terstandarisasi oleh National
dilakukan dengan glucometer. Diagnosis Glycohaemoglobin Standarization
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya Program (NGSP) dan Diabetes Control
glukosaria. Berbagai keluhan ditemukan Complications Trial assay (DCCT).4
pada pasien DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan Gejala hiperglikemia berat termasuk

seperti : poliuria, polidipsia, dan penurunan berat


badan. Ketika glukosa darah pasien
- Keluhan klasik DM : polyuria, meningkat, gejala neurologis dapat
polidipsi, polifagia dan penurunan berkembang. Pasien mungkin mengalami
berat badan yang tidak dapat dijelaskan kelesuan, defisit neurologis fokal, atau
sebabnya perubahan status mental. Pasien dapat
- Keluhan lain : lemah badan, berkembang menjadi keadaan koma.
kesemutan, gatal, mata kabur, dan Pasien dengan ketoasidosis diabetikum
disfungsi ereksi pada pria, serta dapat hadir dengan mual, muntah, dan
pruritus vulva pada wanita sakit perut selain gejala di atas. Mereka
juga mungkin memiliki bau buah pada
Berdasarkan kriteria diagnosis napas mereka dan memiliki pernapasan
Diabetes Melitus dari Perkeni 2021 dangkal yang cepat, yang mencerminkan
- Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ hiperventilasi kompensasi untuk asidosis.5
126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam Tn. S, 39 tahun, datang dengan
keluhan badan lemas sejak ± 3 jam SMRS,
Pasien juga mengeluh muntah sebanyak ± cairan juga akan menurunkan kadar glukosa
5 x, muntah sejak ± 3 jam SMRS, sekali darah tanpa bergantung pada insulin, dan
muntah ½ gelas, Pasien juga mengeluh menurunkan kadar hormone kontra insulin
nyeri ulu hati, mual, pusing dan sehingga memperbaiki sensitivitas terhadap
penglihatan agak kabur. Riwayat Diabetes insulin.6
Melitus, Hipertensi dan Jantung tidak
diketahui, Riwayat Merokok, Riwayat Jenis cairan yang diberikan sesuai
Pengobatan untuk Diabetes Melitus namun dengan pedoman tatalaksana kegawatan
pasien lupa pengobatannya, Menurut hiperglikemia adalah cairan isotonik (NaCl
pasien ada makan humbut dari hutan, 0,9%) dengan dosis pemberian sebanyak 10-
sebelum datang keluhan. 20 ml/kgBB/jam menyesuaikan dengan
kondisi tubuh (fungsi jantung, pembuluh
Pada pasien ini diagnosis DM
darah dan fungsi ginjal). Pemberian larutan
ditegakkan dari dengan gejala
isotonis sangat efektif dalam pemenuhan
hiperglikemia dan pemeriksaan GDS : >
kebutuhan cairan dari pada cairan lainnya
200, dimana pada pemeriksaan GDS stick
terutama cairan isotonis normal saline 0,9%
mencapai 306mg/dL, dan berdasarkan
. Hal terpenting dalam koreksi hiperglikemia
pengakuan keluarga pasien memiliki
dengan rehidrasi cairan adalah pemantauan
riwayat diabetes mellitus namun tidak
pasien terus menerus terkait dengan status
teratur minum obat dimana pasien lupa
hemodinamikanya. Hal ini bertujuan untuk
obat yang dikonsumsi.
mencegah munculnya komplikasi akibat
Tatalaksana utama hiperglikemia pemberian terapi, yaitu kelebihan volume
dengan pemberian terapi cairan atau cairan pada ekstra sel dan gangguan
rehidrasi. Terapi cairan pasien hiperglikemia keseimbangan elektrolit akibat pemberian
akut akan memberikan efek adanya elektrolit tubuh dari luar.6
penurunan kadar glukosa darah pada pasien
hiperglikemia (80% pasien pada empat jam
Tatalaksana awal di IGD meliputi IVFD
pertama. Terapi cairan pada awalnya
NaCl loading 250cc setelah itu tetesan diatur
ditujukan untuk memperbaiki volume
menjadi 20 tpm mikro.
intravascular dan extravaskular dan
mempertahankan perfusi ginjal. Terapi
Hipertensi urgensi ditandai dengan Anamnesis dan pemeriksaan fisik
peningkatan tekanan darah akut dengan untuk pasien dengan peningkatan tekanan
tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan/atau darah yang nyata harus difokuskan untuk
tekanan darah diastolic >120/>130 mmHg, menentukan apakah pasien memiliki tanda-
tanpa adanya gejala yang menunjukkan tanda kerusakan organ target atau tidak.
kerusakan organ akut. Rawat inap tidak Gejala yang memerlukan evaluasi lebih
diperlukan dan kondisi ini dapat dikelola lanjut termasuk sakit kepala, pusing, sesak
secara efektif dengan tindak lanjut rawat napas, nyeri dada, muntah, atau perubahan
jalan yang ketat. Penurunan tekanan darah penglihatan.7
mungkin diperoleh dalam hitungan jam atau
bahkan hari dengan pengobatan • Tekanan Darah harus diturunkan jika
140/90 mm Hg dan diobati dengan target
antihipertensi oral. Urgensi hipertensi dan
<130/80 mm Hg (<140/80 pada pasien usia
keadaan darurat bukanlah entitas yang lanjut).8
sepenuhnya berbeda, karena urgensi yang
• Strategi pengobatan harus mencakup
tidak dikenali atau tidak diobati dapat
inhibitor RAS (dan CCB dan/atau diuretik
berkembang menjadi keadaan darurat. mirip tiazid).8
Penurunan tekanan darah dilakukan
• Pengobatan harus mencakup statin dalam
bertahap, dengan terapi oral dalam 24-48
pencegahan primer jika LDL-C >70 mg/dL
jam. Pasien ini juga didiagnosis hipertensi (1,8 mmol/L) (diabetes dengan kerusakan
urgency berdasarkan Pengukururan Tekanan organ target) atau >100 mg/dL (2,6 mmol/L)
Darah 186/103 mmHg dengan tanpa (diabetes tanpa komplikasi).8

kerusakan organ target.7 • Perawatan harus mencakup penurunan


glukosa dan lipid sesuai pedoman saat ini.8

Pada pemeriksaan penunjang


didapatkan peningkatan kadar leukosit yaitu
12.000/mm3 hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Jurnal Kedokteran Diponegoro
didapatkan hasil yang relatif tinggi pada
Tabel 1 Perbedaan Hipertensi Emergensi dan Hipertensi rerata jumlah leukosit baik pada subyek DM
Urgency tipe 2 terkontrol maupun DM tipe 2 tidak
terkontrol. Hal ini disebabkan kondisi
hiperglikemi ini menyebabkan pembentukan 2. Kombinasi dua obat yang sering
radikal bebas melalui proses non enzymatic digunakan adalah RAS blocker (Renin-
glycation dari protein, oksidasi glukosa dan angiotensin system blocker), yakni ACEi
meningkatkan peroksidasi lipid yang atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
memicu perusakan dari enzim-enzim,
3. Kombinasi beta bloker dengan diuretik
sehingga menyebabkan jaringan rentan
ataupun obat golongan lain dianjurkan bila
terhadap stres oksidatif dan meningkatkan
ada indikasi spesifik, misalnya angina,
resistensi insulin akibat stres oksidatif
pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol
tersebut.11
denyut jantung.

4. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien


hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah
(TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan
darah normal-tinggi dan berisiko sangat
tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun)
atau ringkih.

Tabel 2 Obat-obatan Pasien Hipertensi 5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang


terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB),
Sumber : Pedoman Teknis Penemuan dan
Tatalaksana Hipertensi. Kemenkes 2013 CCB, dan diuretic jika TD tidak terkontrol
oleh kombinasi duaobat.
Algoritma farmakoterapi hipertensi telah
dikembangkan untuk memberikan 6. Penambahan spironolakton untuk
rekomendasi praktis pengobatan hipertensi. pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
9
Beberapa rekomendasi utama, yaitu: kontraindikasi.

1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar 7. Penambahan obat golongan lain pada
pasien dengan kombinasi dua obat. Bila kasus tertentu bila TD belum terkendali
memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk dengan kombinasi obat golongan di atas.
meningkatkan kepatuhan pasien.
Kombinasi dua penghambat RAS tidak
direkomendasikan.
Pada pasien ini diberikan Terapi jam, sekali muntah ½ gelas disertai mual
Amlodipin 1x5 mg di IGD, diruangan (+).
ditambah Candesartan 1x8mg.
Tatalaksana yang diberikan di IGD sebagai
Dispepsia menurut kriteria Roma III penanganan awal dyspepsia belum
adalah suatu penyakit dengan satu atau terinvestigasi yaitu , Inj. Ondansentrone 4
lebih gejala yang berhubungan dengan mg/8 jam, Inj. Omeprazole 40mg/12 jam.
gangguan di gastroduodenal: nyeri
Fol low Up di Ruangan :
epigastrium, rasa terbakar di epigastrium,
rasa penuh atau tidak nyaman setelah
makan, rasa cepat kenyang. Strategi tata
Tanggal Pkl S O
laksana optimal pada fase ini adalah 30/01/2 20.00 Lemas, KU : Tampak sakit sedang
memberikan terapi empirik selama 1-4 2 Penglihatan Kes : CM
kabur
minggu sebelum hasil investigasi awal, TD : 186/103mmHg
N : 95x/m
yaitu pemeriksaan adanya Hp. Obat yang S : 36,5’C
dipergunakan dapat berupa antasida, RR : 22x/m

antisekresi asam lambung (PPI misalnya


omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole
dan/atau H2-Receptor Antagonist
[H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor
(misalnya rebamipide), di mana pilihan
ditentukan berdasarkan dominasi keluhan A P
dan riwayat pengobatan pasien DM Tipe 2 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Hiperglikemi mikro
sebelumnya. Masih ditunggu a State; Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Hipertensi Inj. Ondansentrone 4 mg/8
pengembangan obat baru yang bekerja Urgency; jam
melalui down-regulation proton pump Dispepsia Inj. Omeprazole 40mg/12
jam
yang diharapkan memiliki mekanisme Po. Amlodipin 5 mg/24 jam
Po. Curcuma 3x1
kerja yang lebih baik dari PPI, yaitu DLBS Po. Visela 3x1
10 Adv. dr. Suranto, Sp.PD
2411. Pada pasien ini didiagnosis
- Po.
Dispepsia berdasarkan gejala nyeri ulu hati Amlodipi
n
disertai muntah ± 5 x, muntah sejak ± 3 1x10mg
- Po.
Candesar DM Tipe 2 BLPL
tan Hiperglikemi Cek GDP saat kontrol
1x8mg a State; Po. Candesartan 1x8mg
- Po. Hipertensi malam
Domperi Urgency Po. Amlodipin 1x10mg
done (perbaikan); malam
3x1tab Dyspepsia Po. Omeprazole 2x1tab ac
- Cek (Perbaikan) Po. Domperidone 3x1 tab
HbA1C Po. Glimepiride 1x1mg
(Alat
Rusak)

31/02/2 07.00 DM Tipe 2 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm


2 Hiperglikemi mikro
a State; Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Hipertensi Inj. Ondansentrone 4 mg/8
Urgency; jam Ringkasan
Dispepsia Inj. Omeprazole 40mg/12
jam
Po. Amlodipin 5 mg/24 jam Diabetes Melitus (DM) merupakan
Po. Curcuma 3x1
suatu kelompok penyakit metabolik
Po. Visela 3x1
Adv. dr. Suranto, Sp.PD dengan karakteristik hiperglikemia yang
- Po.
Amlodipi terjadi karena kelainan sekresi insulin,
n
1x10mg
kerja insulin atau keduanya. Diagnosis
- Po. Diabetes Melitus ditegakkan atas dasar
Candesar
tan pemeriksaan kadar glukosa darah dan
1x8mg
- Po. HbA1c. Tatalaksana utama hiperglikemia
Domperi
dengan pemberian terapi cairan atau
done
3x1tab rehidrasi. Terapi cairan pasien
- Cek
HbA1C hiperglikemia akut akan memberikan efek
(Alat
Rusak)
adanya penurunan kadar glukosa darah
pada pasien hiperglikemia. Hipertensi
urgensi ditandai dengan peningkatan
tekanan darah akut tanpa adanya gejala
yang menunjukkan kerusakan organ akut.
Algoritma farmakoterapi hipertensi telah
dikembangkan untuk memberikan
rekomendasi praktis pengobatan hipertensi.
Inisiasi pengobatan pada sebagian besar
pasien dengan kombinasi dua obat. 4. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan
Kombinasi dua obat yang sering digunakan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
adalah RAS blocker (Renin-angiotensin 2021. PERKENI
system blocker), yakni ACEi atau ARB, 5. Hyperglycemia, MIchelle Mouri;
dengan CCB atau diuretik. Dispepsia Madhu Badireddy.
menurut kriteria Roma III adalah suatu https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/N
penyakit dengan satu atau lebih gejala BK430900/
yang berhubungan dengan gangguan di 6. Bakes, K., Haukoos, J. S., Deakyne, S.
gastroduodenal: nyeri epigastrium, rasa J., Hopkins, E., Easter, J., McFann,
terbakar di epigastrium, rasa penuh atau K.,...Rewers, A. (2016). Effect of
tidak nyaman setelah makan, rasa cepat volume of fluid resuscitation on
kenyang. Strategi tata laksana optimal pada metabolic normalization in children
fase ini adalah memberikan terapi empirik presenting in diabetic ketoacidosis: A
selama 1-4 minggu sebelum hasil randomized Controlled trial. The
investigasi awal, yaitu pemeriksaan adanya Journal of Emergency Medicine, 50(4),
Hp. 551–559. doi:
10.1016/j.jemermed.2015.12.003
Daftar Pustaka
7. Acute Hypertension: A Systematic
1. Infodatin Kemenkes 2020 Review and Appraisal of Guidelines.
2. Fakta dan Angka Hipertensi. Kirk J. Pak, MD, PhD,1 Tian Hu, MD,
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan- MS,2 Colin Fee, MD,1 Richard Wang,
p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/fakta-dan-angka- MS,3 Morgan Smith, BA,3 and Lydia
hipertensi A. Bazzano, MD, PhD1,2,3
3. Konsensus Penatalaksanaan Dispepsia https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
dan Infeksi Helicobacter pylori. 2014. cles/PMC4295743/#:~:text=Guidelines
Perkumpulan Gastroenterologi %20for%20treating%20hypertension%
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi 20from,within%20the%20next%2024
Helicobacter pylori Indonesia %2D48
(KSHPI). 8. 2020 International Society of
Hypertension Global Hypertension
Practice Guidelines Thomas Unger,
Claudio Borghi, Fadi Charchar, Nadia A.
Khan, Neil R. Poulter, Dorairaj
Prabhakaran, Agustin Ramirez, Markus
Schlaich, George S. Stergiou, Maciej
Tomaszewski, Richard D. Wainford,
Bryan Williams, Aletta E. Schutte.
(Hypertension. 2020;75:1334-1357. DOI:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.150
26.) 2020 American Heart Association,
Inc. Hypertension is available at
https://www.ahajournals.org/journal/hy
p
9. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi
2021: Update Konsensus PERHI 2019
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.
Jakarta 2021
10. Konsensus Nasional. Penatalaksanaan
Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
(PGI)/ Kelompok Studi Helicobacter
pylori Indonesia (KSHPI). 2014
11. Sanjaya Santoso, Banundari Rachmawati,
Dwi Retnoningrum. Perbedaan Jumlah
Leukosit, Neutrofil Dan Limfosit Absolut
Pada Penderita DM Tipe 2 Terkontrol dan
Tidak Terkontrol. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. Volume 7, Nomor 2, Mei
2018.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/med
ico

Anda mungkin juga menyukai