Anda di halaman 1dari 13

DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA WANITA USIA 59

TAHUN : LAPORAN KASUS


Diabetes Mellitus Type 2 in A 59-Year-Old Woman : A Case Report

Dzati Ihda Haerani1, Andreas Sentot Suropati2

'Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta


2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
Korespondensi: Dzati Ihda Haerani. Alamat email: J500160073@student.ums.ac.id

ABSTRAK

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Komplikasi akibat penyakit DM dapat berupa
hiperglikemia yang menyebabkan ketoasidosis diabetik (KAD), hipoglikemia, dan gangguan pada
pembuluh darah, baik makrovaskular yang umumnya mengenai organ jantung, otak, dan pembuluh
darah, maupun mikrovaskular yang dapat terjadi pada mata dan ginjal, serta gangguan pada sistem
saraf atau neuropati. Bila dalam jangka yang lama akan menyebabkan defisiensi insulin pada penderita
DM. Defisiensi insulin yang terjadi pada KAD menyebabkan hiperglikemia, dan selanjutnya memicu
kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, kalium, dan klorida) melalui urin, dan akibatnya terjadi
kehilangan cairan ekstraseluler. Oleh karena adanya kehilangan volume yang cukup besar melalui urin
akibat hiperglikemia, penderita KAD pada umumnya mengalami dehidrasi yang sangat berat. Kami
melaporkan seorang perempuan berusia 59 tahun dengan keluhan lemas dan sesak, sering minum, sering
kencing, banyak makan tetapi berat badan tidak bertambah. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar gula darah sewaktu 540 mg/dL. Terapi yang diberikan merupakan terapi suportif dan simptomatis.
Pada hari ke 13, pasien telah boleh pulang karena kondisinya membaik.
Kata Kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Hiperglikemia, Ketoasidosis Diabetik

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a disease characterized by hyperglycemia and disturbances of


carbohydrate, fat and protein metabolism associated with absolute or relative deficiency of insulin
action and secretion. Complications due to diabetes can be in the form of hyperglycemia which causes
diabetic ketoacidosis (DKA), hypoglycemia, and disorders of blood vessels, both macrovascular which
generally affects the heart, brain, and blood vessels, as well as microvascular which can occur in the
eyes and kidneys, as well as disorders of the kidneys. nervous system or neuropathy. If in the long term
will cause insulin deficiency in DM patients. The insulin deficiency that occurs in DKA causes
hyperglycemia, and subsequently leads to fluid and electrolyte loss (sodium, potassium, and chloride)
through the urine, and consequently extracellular fluid loss. Because of the substantial loss of urine
volume due to hyperglycemia, DKA sufferers are generally very severely dehydrated. We report a 59-
year-old woman with complaints of weakness and shortness of breath, frequent drinking, frequent
urination, eating a lot but not gaining weight. From the laboratory examination, the blood sugar level
was 540 mg/dL. The therapy given is supportive and symptomatic therapy. On the 13 th day, the patient
was allowed to go home because his condition improved better.
Keywords: Diabetes Mellitus Type 2, Hyperglycemia, Diabetic Ketoacidosis

PENDAHULUAN gangguan metabolisme karbohidrat,

Diabetes Melitus merupakan lemak, dan protein yang dihubungkan

penyakit dengan hiperglikemi dan dengan kekurangan secara absolut atau

681
ISSN : 2721-2882
relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,

Gejala yang dikeluhkan pada penderita 2019)

Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, Semua organ tubuh dapat terkena

polifagia, penurunan berat badan, dan sehingga diabetes mellitus disebut the silent

kesemutan (Widiasari1, et al., 2021). DM killer dapat berupa gangguan penglihatan

dibagi berdasarkan penyebab menjadi 4 mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,

tipe yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM impotensi seksual, gangren, infeksi paru-

gestasional, dan DM tipe lain paru, gangguan pembuluh darah, dan

(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, stroke, penderita DM yang parah dapat

2019). diamputasi anggota tubuh karena

Diperkirakan pada tahun 2030 pembusukan (Widiasari1, et al., 2021).

prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Glukosa yang tidak terkontrol selama 10

Indonesia mencapai 21,3 juta orang. tahun atau lebih itu tidak baik pada tubuh

Laporan ini menunjukkan adanya dan perbaikan saraf bisa terjadi pada

peningkatan jumlah penyandang DM glukosa darah yang diturunkan sampai

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035 normal (Perkumpulan Endokrinologi

(Febriyan, 2020). Sedangkan prevalensi Indonesia, 2019; Prasetyo, 2019).

DM diperkirakan 0,19% pada orang umur Tingginya jumlah penderita

20 tahun. Pada lansia > 65 tahun prevalensi diabetes melitus disebabkan karena pola

DM adalah 20,1% (Prasetyo, 2019). hidup, tingkat pengetahuan yang rendah,

Diperkirakan tahun 2030 ada 194 juta dan rendahnya kesadaran untuk melakukan

penduduk menderita DM pada urban 28 deteksi dini DM, minimnya aktivitas fisik,

juta (14,7%) dan rural 13,9 juta (7,2%). banyak karbohidrat banyak mengandung

Peningkatan ini sama dengan prevalensi protein, lemak, gula, garam, dan sedikit

obesitas, yaitu 14,8% pada data Riskesdas mengandung serat (Sudoyo, 2016).

tahun 2013 menjadi 21,8% tahun 2018 DM tanpa penyakit penyerta dapat

682
ISSN : 2721-2882
diobati oleh dokter umum di layanan Keluhan lain yang dirasakan yaitu batuk,

kesehatan primer. Peran pasien dan mual, sering buang air kecil, sering

keluarga pada sangat penting karena DM minum, sering makan tetapi berat badan

merupakan penyakit yang diderita seumur tidak bertambah.

hidup. Edukasi diperlukan untuk Anamnesis sistem didapatkan

memberikan pemahaman mengenai adanya pembengkakan pada lengan kanan

perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan kiri. Pada sistem respirasi didapatkan

dan penatalaksanaan agar dapat sesak nafas. Pada sistem pencernaan

meminimalisir morbiditas dan mortalitas sering buang air kecil.

(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Pasien dengan riwayat diabetes

2019; Soelistijo, et al., 2015). melitus sejak 4 tahun yang lalu. Pasien

rutin kontrol ke puskesmas, obat rutin

LAPORAN KASUS diminum, saat obat habis pasien membeli

Pasien seorang perempuan Ny. di apotik dengan merk yang sama. Pasien

W usia 59 tahun yang beralamat di tidak memiliki riwayat tuberkulosis,

Jatisobo, Polokarto, datang diantar oleh alergi, asma, penyakit jantung, dan

keluarga ke Instalasi Gawat Darurat gangguan immunocompromise. Pada

(IGD) RSUD Ir. Soekarno Kabupaten riwayat keseharian pasien tidak merokok

Sukoharjo. Anamnesis dilakukan secara maupun minuman beralkohol. Pasien

autoanamnesis pada pasien pada tanggal banyak makan dan minum namun berat

2 Juli 2020 di bangsal Cempaka Bawah badannya tidak bertambah. Riwayat

RSUD Ir. Soekarno Kabupaten keluarga pasien untuk penyakit hipertensi,

Sukoharjo. Keluhan utama yang diabetes melitus, dan asma disangkal.

dirasakan pasien saat masuk Rumah Sakit Pada pemeriksaan fisik ketika

adalah nyeri ulu hati dan sesak sejak pasien tiba di IGD rumah sakit (Minggu,

sehari sebelum masuk rumah sakit. 20 Juli 2021 pukul 21.00) yang diperoleh

683
ISSN : 2721-2882
dari rekam medis didapatkan tinggi konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat

badan 150 cm, berat badan 50 kg, IMT isokor dan reflex pupil (+/+). Hidung

22.2, kondisi umum lemah, kesadaran maupun telinga tidak mengeluarkan sekret

sedang compos mentis (GCS E4V5M6), maupun cairan. Pada pemeriksaan leher

tekanan darah (TD) 132/92 mmHg, tidak ada deviasi trakea, pembesaran

hearth rate (HR) 84x/menit, suhu (T) kelenjar tiroid dan getah bening, maupun

36,1°C, respiratory rate (RR) 22x/menit, peningkatan JVP.

dan SpO2 98%. Pemeriksaan reflek Pemeriksaan thoraks dengan cara

cahaya (+/+), pupil 2mm/2mm, inspeksi didapatkan bentuk dada normal,

konjungtiva anemis (-/-), bibir pucat, pengembangan dada simetris, ictus cordis

suara dasar paru vesikuler (+/+), tidak tampak, pada kulit tidak ada jejas

wheezhing (-/-), rhonki (-/-), bunyi atau bekas luka. Secara palpasi tidak

jantung I dan II reguler, bising usus (+) terdapat ketertinggalan gerak antara dada

normal, nyeri tekan abdomen (+), akral kanan dan kiri, fremitus normal, ictus

hangat, pucat, udem (-). cordis tidak kuat angkat, dan sela costa

Pemeriksaan fisik pada pasien tidak ada pelebaran. Pada perkusi paru

yang dilakukan pada hari Jumat, tanggal sonor, hepar pekak, dan jantung redup,

2 Juli 2021 didapatkan keadaan umum tidak ada pelebaran batas jantung. Pada

pasien baik dengan kesadaran compos pemeriksaan auskultasi didapatkan paru

mentis (GCS E4V5M6). Tanda-tanda suara dasar vaskuler, tidak ada suara

vital diperoleh tekanan darah (TD) tambahan seperti wheezing atau rhonki,

130/70 mmHg; suhu (T) 36°C; nadi bunyi jantung I dan II normal, regular,

99x/menit; pernapasan (RR) 20x/menit, tidak terdapat bising dan galop.

dan SpO2 97%. Pemeriksaan kepala Pemeriksaan abdomen secara

didapatkan normochepal. Pemeriksaann inspeksi tampak simetris, tidak ada tanda

mata menunjukkan sklera ikterik (-/-), inflamasi, jejas, atau bekas luka pada

684
ISSN : 2721-2882
permukaan abdomen, kulit kering. 57,3 U/L 0-35
0-35
Dengan auskultasi didapatkan suara

peristaltik usus (+) normal, perkusi suara Tabel 2. Pemeriksaan Gula Darah

timpani. Pada palpasi tidak teraba massa, Sewaktu Cito

turgor jelek, tidak terdapat nyeri tekan Tanggal Hasil Satuan Nilai
Rujukan
maupun asites. Pada ekstremitas 20/06/2021 540
22/06/2021 212
didapatkan udem kedua lengan, tidak 24/06/2021 225
25/06/2021 296
26/06/2021 390
didapatkan tanda radang, trauma ataupun mg/dL 70-120
27/06/2021 237
28/06/2021 217
massa, tidak terdapat keterbatasan 29/06/2021 268
30/06/2021 320
maupun nyeri. Akral teraba hangat pada 01/07/2021 155

keempat ekstremitas.

Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium 28

Juni 2021

Nilai
Hasil
Rujukan
HEMATOLOGI
Hitung Darah
Lengkap
Leukosit (H) 6,1 .103/µL 3,6-11 Gambar 1. Pemeriksaan EKG 20 Juni 2021.
Eritrosit (H) 3,82 3,8-5,2 Pada pemeriksaan EKG didapatkan irama
Hemoglobin .106/µL 11,7- sinus rhytme dengan nadi 93kali
Hematokrit 11,7 g/dL 15,5 permenit.
Index Eritrosit 38,0 % 35-47
MCV (L)
MCH (L) 99,5 fL 80-100
MCHC 30,6 pg 26-34
Trombosit 30,8 g/dL 32-37
RDW-CV 315 .103/µL 150-450
PDW 15,1 % 11,5-
MPV 12,8 fL 14,5
P-LCR 10,8 fL
PCT 11,2 %
0.34 %
KIMIA KLINIK
Gula Darah
Sewaktu Cito (H) 217 mg/dL
SGOT 70-120
SGPT 56,95 U/L

685
ISSN : 2721-2882
Gambar 2. Pemeriksaan Rontgen Thorax 20 40mg/12 jam, Inj. Ondansentron
Juni 2021. Pada jantung tampak pembesaran
jantung (Cardiomegali), pada paru didapatkan 4mg/8jam, Inj. novorapid 10 Unit SC.
kesan pneumonia bilateral, Sinus
costophrenicus D/S berbentuk tajam, dan
Pasien dirawat di ruang isolasi
tulang tervisualisasi tampak intak.
dan terapi ditambah O2 3lpm bila masih

sesak NRM 10-15lpm, Infus Nacl 0.9%

drip neurobat per hari 20tpm mikro, Inj.

Meropenem 1gr/8jam, Inj. Levofloxacin

750mg / 24jam, Inj. Vitamin C 1000mg /

24jam, Inj. Metamizole 1 amp / 8jam,

Sucralfat syr 3 dd c1, OBH syr 3x1C,


Gambar 3. Pemeriksaan Rontgen Thorax 28 Paracetamol tab 3x1, Curcuma 3x1.
Juni 2021. Pada jantung tampak pembesaran
jantung (Cardiomegali), pada paru tampak
perselubungan semiopaq relatif homogen Kemudian diberikan Inj. Novorapid 6-6-6
batas tegas di perihiler-pericardial pulmo
bilateral dengan air brnchogram (+), Sinus SC, Metformin 3x500mg, Spironolakton
costophrenicus D/S berbentuk tumpul, dan
tulang tervisualisasi tampak intak. 2x2mg.

Tabel 3. Pemeriksaan Covid-19


PEMBAHASAN
Tanggal Pemeriksaan Hasil
20/06/2021 Antigen SARS CoV-2 Negatif Diagnosis diabetes melitus bisa
28/06/2021 DNA SARS CoV-2 Negatif
ditegakkan bila memenuhi kriteria:

Berdasarkan anamnesis keluhan, pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan mg/dL, atau pemeriksaan glukosa plasma

penunjang, diagnosis banding dari pasien ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah tes Toleransi

ini yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia. Glukosa Oral (TTGO) dengan beban

Kemudian diagnosis kerjanya adalah glukosa 75 gram. Atau pemeriksaan

diabetes melitus tipe 2. glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL

Terapi yang telah diberikan dengan keluhan klasik. Atau pemeriksaan

kepada pasien ketika di IGD yaitu Infus HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunkan

NaCl 0.9% 20 tpm, Inj. omeprazole metode yang terstandarisasi oleh National

686
ISSN : 2721-2882
Glycohaemoglobin Standarization penyakit eksokrin pancreas (fibrosis

Program (NGSP) (Perkumpulan kistik, pankreatitis), dan disebabkan oleh

Endokrinologi Indonesia, 2019; obat/ zat kimia (glukortikoid pada

Soelistijo, et al., 2015). HIV/AIDS atau setelah transplantasi

Berbagai keluhan pada organ) (Perkumpulan Endokrinologi

penyandang DM yaitu keluhan klasik: Indonesia, 2019; Setiati, et al., 2014).

poliuria, polidipsia, polifagia, dan Diagnosis DM tipe 2 dan

penurunan berat badan yang tidak dapat prediabetes juga dapat ditegakkan pada

dijelaskan sebabnya. Keluhan lain: lemah kelompok risiko tinggi yang tidak

badan, kesemutan gatal, mata kabur, dan menunjukkan gejala klasik DM, yaitu:

disfugsi ereksi pada pria, serta pruritus kelompok dengan berat badan lebih (IMT

vagina pada wanita (Setiati, et al., 2014; ≥ 23 kg/m2) yang disertai dengan satu

PB IDI, 2017). atau lebih faktor risiko antara lain first-

Klasifikasi etiologi DM terdiri degree relative DM, hipertensi, riwayat

atas DM tipe 1 diakibatkan karena melahirkan bayi dengan BBL >4 kg, HDL

destruksi sel beta, yang terkait defisiensi <35 mg/dL atau trigliserida >250 mg/dL,

insulin karena autoimun atau idiopatik, dsb; atau kelompok usia >45 tahun tanpa

DM tipe 2 bisa karena resistensi insulin faktor risiko (Soelistijo, et al., 2015).

atau defek sekresi insulin disertai Skrining komplikasi dilakukan

resistensi insulin, DM gestasional pada pasien DM tipe 2 melalui

biasanya terdiagnosis pada trimester pemeriksaan: profil lipid pada keadaan

kedua atau ketiga kehamilan, sebelum puasa (kolesterol total, HDL, LDL,

kehamilan tidak menderita diabetes, dan trigliserida), tes fungsi hati, tes fungsi

tipe spesifik disebabkan : sindroma ginjal (kreatinin serum dan estimasi

diabetes monogenik (diabetes neonatal, GFR), tes urin rutin, albumin urin

maturity-onset diabetes of the young), kuantitatif, rasio albumin-kreatinin

687
ISSN : 2721-2882
sewaktu, EKG, foto rontgen thoraks (bila elektrolit (natrium, kalium, dan klorida)

ada indikasi TBC, penyakit jantung lewat urin, dan terjadi kehilangan cairan

kongestif), pemeriksaan kaki secara ekstraseluler. Penderita KAD biasanya

komprehensif, pemeriksaan funduskopi mengalami dehidrasi yang berat (Goguen

(retinopati diabetik) (Perkumpulan & Gilbert, 2018).

Endokrinologi Indonesia, 2019). KAD ditatalaksana dengan

Diabetes melitus yang tidak mengganti cairan dan elektrolit dan

terkontrol dengan baik akan memberi insulin secara kontinu. Penderita

menimbulkan komplikasi akut dan dengan penurunan fungsi jantung yang

kronis. komplikasi akut antara lain krisis mengalami KAD dan harus dipantau

Hiperglikemia yaitu ketoasidosis diabetik kadar kalium dan hidrasinya (Philip &

(KAD) ditandai peningkatan kadar Poole, 2018).

glukosa darah tinggi (300-600 mg/dL) Terdapat dua faktor pemicu yang

disertai tanda dan gejala asidosis dan paling umum dalam terjadinya KAD,

plasma keton (+) kuat, Status yaitu terapi insulin yang tidak adekuat

hiperglikemia hiperosmolar (SHH) serta adanya infeksi. Faktor-faktor pemicu

ditandai peningkatan glukosa darah lainnya di antaranya infark miokardium,

sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa serangan akut serebrovaskular, emboli

tanda dan gejala asidosis (Soelistijo, et paru, pankreatitis, serta alkohol

al., 2015). Ketoasidosis diabetik (KAD) (Febrianto & Hindariati, 2021).

terjadi akibat defisiensi insulin pada Kriteria diagnosis KAD secara

penderita DM, karena peningkatan klinis yaitu poliuria, polidipsia, mual

kebutuhan insulin oleh karena infeksi dan/atau muntah, pernapasan Kussmaul

(Febrianto & Hindariati, 2021). (dalam dan cepat), lemah, dehidrasi,

Defisiensi insulin yang terjadi pada KAD hipotensi sampai syok, kesadaran

menyebabkan hiperglikemia, kehilangan terganggu sampai koma. Sedangkan, pada

688
ISSN : 2721-2882
pemeriksaan darah didapatkan atau stroke hemoragik) (Perkumpulan

hiperglikemia lebih dari 300 mg/ dL Endokrinologi Indonesia, 2019). Terdapat

(biasanya melebihi 500 mg/dL), juga komplikasi mikrovaskuler yaitu

bikarbonat kurang dari 20 mEq/L, pH retinopati diabetik dengan gejala floaters,

kurang dari ketonemia. Pada pemeriksaan pandangan kabur, distorsi, kehilangan

urin terdapat glukosuria dan ketonuria. ketajaman visual progresif, tanda

Hipoglikemia yang ditandai penurunan perdarahan atau mikroaneurisma,

kadar glukosa darah <70 mg/dL, dengan neuropati, dan amputasi (Perkumpulan

atau tanpa gejala autonomik (pucat, Endokrinologi Indonesia, 2019).

takikardia, widened pulse pressure) dan Pasien pada kasus ini memiliki

tanda autonomik (rasa lapar, berkeringat, keluhan nyeri ulu hati, badan lemas dan

gelisah, paresthesia, palpitasi, sesak, sering kencing, sering minum,

tremulousness). Gejala neuroglikopenia sering makan namun berat badan tidak

(cortical-blindness, hipotermia, kejang, bertambah, pada hari kesebelas perawatan

koma), tanda neuroglikopenia (lemah, terdapat edema dikedua lengan, serta

lesu, dizziness, confusion, pusing, memiliki faktor risiko usia >45 tahun.

perubahan sikap, gangguan kognitif, Namun, karena pasien telah memiliki

pandangan kabur, diplopia) riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu

(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, dengan pengobatan tak terkontrol, pasien

2019). dapat didiagnosis banding dengan

Komplikasi kronis biasanya hiperglikemia, hipoglikemia, dan

terjadi makrovaskuler yaitu embuluh ketoasidosis diabetik. Setelah dilakukan

darah jantung (penyakit jantung koroner), pemeriksaan penunjang laboratorium

pembuluh darah tepi (penyakit arteri didapatkan glukosa darah sewaktu tinggi

perifer, ulkus iskemik pada kaki), atau (540 mg/dL), sehingga diagnosis banding

pembuluh darah otak (stroke iskemik hipoglikemia dapat ditepis. Tidak

689
ISSN : 2721-2882
didapatkan gejala dan tanda ke arah muntah setelah operasi, kemoterapi, dan

komplikasi makroangiopati, radioterapi. Obat ini memblok reseptor di

mikroangiopati, retinopati diabetik, gastrointestinal dan area postrema di CNS

nefropati diabetik, dan kardiomiopati. (Central Nervous System) dengan onset

Sehingga diagnosis kerja pasien adalah 30 menit. Sediaan tablet 4mg, 8mg, dan

diabetes melitus tipe 2. 24mg. sedangkan sediaan ampul

Pengobatan farmakologi yang 4mg/ampul. Dosis pemberian 4-8 mg per

digunakan oleh Ny. W yaitu omeprazol oral diberikan per 12jam atau 8jam ( Lee,

merupakan golongan PPI (Proton Pump et al., 2020).

Inhibitor). PPI adalah kelompok obat Levofloxacin merupakan suatu

yang mengurangi sekresi asam lambung antibiotik spektrum luas golongan

yang paling banyak digunakan di dunia frolokuinolon generasi ketiga mempunyai

dan dianggap sebagai pengobatan GERD aktifitas yang lebih luas mencakup gram

yang paling efektif dengan onset satu positif dan patogen atypical mulai dari

jam. Sediaan obat dalam bentuk kapsul infeksi saluran pernafasan, saluran kemih,

20mg dan 40mg. sedangkan sediaan vial infeksi intraabdominal, infeksi tulang dan

40mg. Dosisnnya 20 mg per hari selama sendi, kulit dan jaringan lunak, saluran

4 minggu (Javed, et al., 2020). pencernaan, terapi meningitis hingga

Ondansetron termasuk kelompok MDR dan infeksi lainnya. Frolkuinolon

obat antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja menghambat topoisomerase II

bekerja dengan menghambat secara dan topoisomerase IV yang diperlukan

selektif serotonin 5-hydroxytriptamine oleh bakteri untuk replikasi DNA.

berikatan pada reseptornya yang ada di Florokuinolon cepat diabsorbsi di saluran

chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan di pencernaan dan kadar serum puncak

saluran cerna. Ondansetron selektif dan dicapai sekitar 1-3jam setelah pemberian

kompetitif untuk mencegah mual dan oral. Dosis pemberian 500mg perhari

690
ISSN : 2721-2882
selama 7-14 hari atau 750mg perhari (ammonium chloride), termasuk dalam

selama 5 hari (Raini, 2017). obat batuk yang jenisnya ekspektoran

Meropenem merupakan antibotik yaitu obat yang dapat merangsang

carbapenem yang digunakan untuk pengeluaran dahak dari saluran nafas.

menangani infeksi bakteri gram positif Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan

atau gram negatif dengan cara stimulasi mukosa lambung dan

menghentikan petumbuhan bakteri selanjutnya secara refleks merangsang

dengan cara menghambat pembentukan sekresi kelenjar saluran nafas lewat

dinding sel bakteri, seperti infeksi pada nervus vagus, sehingga menurunkan

saluran pernafasan dan paru, kulit, atau viskositas dan mempermudah

saluran kemih. Bat ini merupakan salah pengeluaran dahak. Dosis ammonium

satu jenis antibiotik beta lactam dengan chloride 300 mg (5 ml) tiap 2-4 jam

onset 1jam setelah injeksi. Sediaan obat (Gunawan & Setiabudy, 2016).

500mg/vial dan 1 gr/vial. Pada kasus Spironolakton adalah golongan

komplikasi infeksi intraabdominal dosis diuretik hemat kalium untuk menurunkan

pemberian 1gr per 8jam tidak lebih dari tekanan darah pada hipertensi. Obat ini

2gr per 8jam (Ningsih & Setyawati, bekerja dengan cara menghambat

2018). penyerapan Natrium berlebih kedalam

Metamizole Na atau nama tubuh dan menjaga kadar Kalium dalam

lainnya methampyrone memiliki efek darah agar tidak terlalu rendah sehingga

analgetik, antipiretik, spasmolitik, dan tekanan darah dapat diturunkan. Obat ini

anti inflamasi lemah, dengan dosis 2-5 juga dapat digunakan dalam pengobatan

mL I.M/ I.V 1 kali sehari, atau 1 tablet gagal jantung, hipokalemia, sirosis,

tiap 6-8 jam. Untuk membantu edema, atau kondisi ketika tubuh terlalu

mengurangi gejala batuk berdahak yang banyak memproduksi hrmon aldosteron

dikeluhkan pasien, maka diberi OBH (hiperaldosternisme). Obat ini memiliki

691
ISSN : 2721-2882
onset 2-4 jam secara per oral. Dosis tablet perifer. Dosis hariannya 500-3000 mg/

sediaan 25mg, 50mg, dan 100mg. dosis hari dan dosis maksimal 3000 mg/ hari,

yang digunakan untuk hipertensi esensial diberikan bersama atau setelah makan

25-100 mg perhari atau dosis terbagi per (Soelistijo, et al., 2015; Setiati, et al.,

12jam (Gunawan & Setiabudy, 2016). 2014).

Novorapid adalah nama dagang


SIMPULAN
dari insulin aspart yang merupakan
Kasus ini menggambarkan presentasi
insulin analog kerja cepat (rapid acting)
klinis pada pasien diabetes melitus tipe 2.
dengan onset 5-15 menit, puncak efek 1-
Diagnosis dengan komplikasi dapat
2 jam, lama kerja 4-6 jam, kemasan pen/
ditegakkan berdasarkan anamnesis,
cartridge pen, disuntikkan di bawah kulit
pemeriksaan fisik, dan bukti pemeriksaan
(subkutan), dengan tujuan untuk
penunjang yang akurat. Tatalaksana DM
mencapai sasaran/ mengendalikan
harus memperhatikan individualisasi.
glukosa darah sesudah makan (prandial),
Pilihan obat diberikan sesuai kebutuhan
dan diberikan sesaat (5-15 menit)
atau kondisi pasien serta efektivitas obat,
sebelum makan (Perkumpulan
manfaat dan keamaan, interaksi obat, serta
Endokrinologi Indonesia, 2019).
efek samping yang mungkin terjadi.
Metformin merupakan obat
Perubahan gaya hidup seperti pengaturan
golongan biguanide yang paling sering
pola makan dan latihan jasmani juga
digunakan oleh penderita DM tipe 2
bersifat individual.
karena efek samping hipoglikemianya
DAFTAR PUSTAKA
rendah, memperbaiki luaran
Febrianto, D. & Hindariati, E., 2021.
kardiovaskular, dan harga murah. Efek Tatalaksana Ketoasidosis Diabetes
pada Penderita Gagal Jantung. Jurnal
utama metformin mengurangi produksi Penyakit Dalam Indonesia, 8(1), pp.
46-53.
glukosa hati (glukoneogenesis) dan
Febriyan, B. H., 2020. Gaya Hidup Penderita
memperbaiki ambilan glukosa di dalam Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Masyarakat Di Daerah Perkotaan.

692
ISSN : 2721-2882
Wellnes and Health Magazine, 2(2), Jakarta: Pengurus Besar Ikatan
pp. 361-368. Dokter Indonesia.

Goguen, J. & Gilbert, J., 2018. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2019.


Hyperglycemic Emergencies in Pedoman Pengelolaan dan
Adults. Canadian Journal of Pencegahan Diabetes Melitus Dewasa
Diabetes, Volume 42, pp. 109-114. Tipe 2 di Indonesia. 1st ed. Jakarta:
PB PERKENI.
Gunawan, S. G. & Setiabudy, R., 2016.
Farmakologi dan Terapi. 6th ed. Philip, L. & Poole, R., 2018. Double trouble:
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. managing diabetic emergencies in
patients with heart failure. Practical
Javed, M., Ali, M. H., Tanveer, M. S. & Diabetes, 35(4), pp. 139-143.
Tanveer, M. H., 2020.
Gastroesophageal Reflux Disease: Prasetyo, A., 2019. Tatalaksana Diabetes
Omeprazole versus Lansoprazole – A Melitus pada Pasien Geriatri. Cermin
Systematic Literature Review. Dunia Kedokteran, 46(6), pp. 420-
Journal of Medical Research and 422.
Innovation, 4(2), pp. 1-10.
Raini, M., 2017. Antibiotik Golongan
Lee, S.-U., Lee, H.-J. & Kim, Y.-S., 2020. Fluorokuinolon: Manfaat dan.
The effectiveness of ramosetron and Jakarta: Badan Penelitian dan
ondansetron for preventing Pengembangan Kesehatan.
postoperative nausea and vomiting
after arthroscopic rotator cuff repair: Setiati, S. et al., 2014. Buku Ajar Ilmu
a randomized controlled trial. Chang Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
Gung Medical Journal, 15(523), pp. Interna Publishing.
1-8.
Soelistijo, S. A., Novida, H. & Rudijanto, A.,
Ningsih, N. K. S. S. & Setyawati, T., 2018. 2015. Konsensus Pengelolaan dan
Perbandingan Efektivitas Antibiotik Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
(Ciprofloxacin, Cefotaxime, di Indonesia Tahun 2015. 1st ed.
Ampicilin, Ceftazidime Dan Jakarta: PB PERKENI.
Meropenem) terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus Penyebab Sudoyo, A. W., 2016. Buku Ajar Ilmu
Ulkus Diabetik dengan Penyakit Dalam. 6 ed. Yogyakarta:
Menggunakan Metode Kiirby-Bauer. Sagung Seto.
Jurnal Ilmiah Kedokteran, 3(2), pp.
1-11. Widiasari1, K. R., Wijaya, I. M. K. &
Suputra, P. A., 2021. Diabetes
PB IDI, 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Melitus Tipe 2 : Faktor Resiko dan
Dokter di Fasilitas Pelayanan Tatalaksana. Ganesha Medicine
Kesehatan Tingkat Pertama. 1 ed. Journal, 1(2), pp. 93-101.

693
ISSN : 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai