Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANAJEMEN ASUHAN

GIZI KLINIK (MAGK) RSUD DR ZAINOEL ABIDIN


STUDI KASUS GAGAL GINJAL AKUT + DIABETES MELLITUS TIPE
II + PENYAKIT PARU OBSTRUTIF KRONIS (PPOK)

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Magang Rumah Sakit

Disusun Oleh :
Ananta Yulia Eflina
(2005902020004)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Pasien
Meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus dapat disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup,
pola makan yang salah, obatobatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah,
kurangnya aktivitas fisik, proses menua, kehamilan, perokok dan stres (Muflihatin,
2015). Orang yang menderita diabetes juga akan mengalami stres dalam dirinya.
Stres dan diabetes melitus memiliki hubungan yang sangat erat terutama pada
penduduk perkotaan. Tekanan kehidupan dan gaya hidup tidak sehat sangat
berpengaruh, ditambah dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan berbagai
penyakit yang sedang diderita menyebabkan penurunan kondisi seseorang hingga
memicu terjadinya stres (Nugroho &Purwanti, 2010). Stres adalah respon tubuh yang
tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat di hindari, setiap
orang mengalaminya. stres dapat berdampak secara total pada individu yaitu terhadap
fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual, stres dapat mengancam
keseimbangan fisiologis.

1.2 Gambaran Umum Penyakit


Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan heterogen yang ditandai kenaikan
kadar glukosa dalam darah. Gejala DM adalah rasa haus (polifagi), peningkatan selera
makan (polifagi) dan peningkatan berkemih (poliuri). Penderita DM beresiko terhadap
penyakit lain, yakni penyakit jantung, kebutaan, gagal ginjal, ganggren dan gangguan
pembuluh darah di otak, gangguan secara psikologis akibat rendahnya penerimaan
penderita di masyarakat (Armstrong, & Lawrence, 2007). Diabetes Mellitus (DM)
merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat
pengguanaan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2010).
1.2 Tujuan Umum
 Mampu melakukan pengkajian data dasar pasien.
 Mampu melakukan identifikasi masalah dan penentuan diagnosis gizi.
 Mampu menyusun rencana intervensi dan monitoring evaluasi asuhan gizi pasien

1.3 Manfaat
Bagi pasien dan keluarga, yakni dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita
oleh pasien dan mengetahui diet yang tepat untuk diberikan. Selain itu, memberikan
motivasi dan edukasi bagi pasien untuk menjalankan dietnya, serta kepada keluarga
untuk memberikan dukungan kepada pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
A. Diabetas Mellitus
DM sudah merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan umat manusia pada
abad 21. Menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF) terdapat 177 juta
penduduk dunia menderita DM pada tahun 2002, dan WHO memprediksi data DM
akan meningkat menjadi 300 juta pada 25 tahun mendatang (Siswono, 2005). Jumlah
pasien DM di Indonesia, menurut IDF diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6
juta dan pada tahun 2020 nanti akan ada 178 juta penduduk yang berusia di atas 20
tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien
DM (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009). Tingginya angka tersebut menjadikan
Indonesia peringkat keempat jumlah pasien DM terbanyak di dunia setelah Amerika
Serikat, India, dan Cina (Suyono, 2006).
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang
normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes
mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.6,9 Diabetes
Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan
gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan
fungsi insulin (resistensi insulin).

B. Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang bersifat
progresif dan lambat, dan biasanya berlangsung selama satu tahun. Ginjal kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan
asupan makanan normal (Price and Wilson, 2006). Angka kejadian penderita gagal
ginjal kronik di Indonesia sampai sekarang belum ada data yang akurat dan lengkap,
namun diperkirakan penderita gagal ginjal kronik kurang lebih 50 orang per satu juta
penduduk (Suhardjono et al, 2001).

Umumnya GGK disebabkan oleh penyakit ginjal intrinsik difus dan menahun.
Glomerulonefritis, hipertensi esensial, dan pielonefritis merupakan penyebab paling
sering dari gagal ginjal kronik, kira-kira 60% (Sukandar, 2006). Selain itu juga faktor-
faktor yang diduga berhubungan dengan meningkatnya kejadian gagal ginjal kronik
antara lain merokok (Ejerbald et al, 2004), penggunaan obat analgetik dan OAINS
(Fored et al, 2003 ; Levey et al, 2003), hipertensi (Price & Wilson, 2006), dan minuman
suplemen berenergi (Hidayati, 2008). Gagal ginjal dapat disebabkan karena usia, jenis
kelamin, dan riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi maupun penyakit gangguan
metabolik lain yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

C. Penyakit Paru Obstrutif Kronis (PPOK)

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif non
reversible atau reversible parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan dari keduanya. Bronkitis kronis yaitu kelainan saluran napas yang ditandai
oleh batuk kronik minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua bulan
berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema yaitu suatu kelainan
anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli (PDPI, 2003). PPOK eksaserbasi akut adalah
timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat
disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya
komplikasi.

2.2 Gejala Diabetes Mellitus

 Peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama di malam hari.

 Merasa haus sepanjang waktu.

 Merasa sangat lelah.

 Sering merasa lapar.

 Penurunan berat badan secara tiba-tiba.

 Gatal di sekitar kelamin.

 Sariawan berulang kali.

 Luka yang sulit sembuh

2.3 Penyebab Diabetes Mellitus


Penyakit diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin dengan
normal. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena
diabetes tipe 2, yaitu:

 Faktor genetik atau keturunan


 Berat badan berlebih atau obesitas
 Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula dan
karbohidrat simpleks
 Kurang beraktivitas fisik dan berolahraga
 Kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi atau polycystic ovarian
syndrome (PCOS)

2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus


Patofisologi Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.1,8 Resistensi
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara
autoimun seperti diabetes melitus tipe 2.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat
relatif dan tidak absolut.4,5 Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel
B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin.
2.5 Terapi Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1. Non‐Medikamentosa
 Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita oleh
pasien dan komplikasinya kepada pasien dan anggota keluarga.
 Memberikan penjelasan tentang efek pola makan yang salah bagi
penderita diabetes melitus dan hiperkolesterolemia kepada pasien dan
anggota keluarga.
 Memberikan penjelasan mengatur gaya hidup dan pola makan yang baik
bagi penderita diabetes melitus dan hiperkolesterolemia dengan
memperhatikan aktivitas fisik keseharian. 4. Memberikan motivasi untuk
minum obat secara kontinu dan mengambil obat sekaligus mengontrol
gula darah dan kolesterol setiap obat mau habis.
 Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien dengan pola makan dan gaya hidup, serta rutinitas
minum  obat.

2. Medikamentosa
 Metformin tab 2x500 mg
 Glibenklamid tab 1x5 mg

2.6 Syarat diet


Syarat-syarat Diet DM adalah:
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan
energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal
sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah keburuhan untuk aktivitas fisik dan
keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknyakomplikasi
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore
(25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%)
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi toral, dalam bentuk

10% dari kebunuhan energs total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak
jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol
makanan dibatasi 300 mg/hari

d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%

e. Penggunaan gula murni dalam minum dan makanan dak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali,
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 59% dari kebutuhan energi total

f. Penggunaan gula ahernatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan
pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizi dan yang
tidak bergizi Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gala alkohol berupa sorbitol,
manitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adalah aspartam dan
sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa
dalam jumlah

20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan
gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh laksatif

g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan
serat sehari.

h. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium


dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila
mengalami hiperensi, asupan garam harus dikurangi (Shat Diet Garam rendah)

i. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan
vitamin dan mineral dalam bennak suplemen tidak diperlukan

2.6 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


No Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
1 Sumber Nasi, roti, kentang, singkong, Sungber karbohidrat tinggi
ubi, sagu, roti tawar, tepung
karbohidrat singkong
natrium seperti cake, biskuit,
2 Sumber protein Daging sapi, ikan, telur, dan krekes
Daging dan ikan yang
hewani susu dan hasil olahnya
diawetkan, seperti ikan asin ,
3 Sumber protein Tempe, tahu dendeng, sarden,
Semua jenis cornet beef
kacang-kacangan

nabati yang merupakan sumber


4 Sumber lemak Makanan yang diolah engan Makanan siap saji (fast food),

cara dipanggang, dikukus, gorengan-gorenganan


5 Buah-buahan direbus, dan dibakar
Rendah kalium seperti Tinggi kalium, seperti anggur,

jambu, kedondong,manga, arbei, belimbing, duku, jambu


markisa, melon, semangka, biji, jeruk, papaya, pisang
nangka, pir, salak, sawo

6 Sayuran Rendah kalium, seperti Tinggi kalium seperti, tomat,

caisim, kangkung, sawi, kol, bayam, daun bawang,


wortel, dan terong tauge kacang hijau, kacang
buncis, rebung
7 Bumbu Gula sederhana seperti gula Madu

pasir, gula jawa


8 Minuman Air putih Berbagai minuman bersoda
BAB 3
LANGKAH-LANGKAH NCP

Identitas Pasien

Nama Tn K
Umur 60 thn
Pekerjaan Wiraswasta
Jenis kelamin Laki-laki
Tanggal dirawat 07 Maret 2023
Diagnosa medis - DM Tipe II
- Gagal ginjal kronik
- Penyakit Paru Obstrutif Kronis
(PPOK)

Skrining Gizi
No Indikator +/-
1. Penurunan nafsu makan +
2. Sesak napas +
3. Mual +
4. Pusing +
5. Perut kembung +

3.1 Asessment Gizi


1. Asupan makanan pasien
Kebiasaan makan pasien sebelum masuk rumah sakit 3x sehari adalah sebagai
berikut :
 Nasi putih sebanyak 2 centong/sekali makan
 Ikan tongkol dan ikan jenara sebanyak 1 potong/sekali makan
 Sayur bayam dan jagung sebanyak 1 mangkok kecil 4x dalam seminggu
 Buah-buahan bervariasi seperti apel, anggur, pir, pepaya 2x dalam seminggu
 Mengonsumsi air teh sebanyak 1x sehari, kadang dibaringi dengan roti
 Mengonsumsi tahu dan tempe (kadang-kadang)
 Minuman bersoda seperti sprite (kadang-kadang)
 Mie instan (kadang-kadang)

2. Data antropometri
BB = 57 kg
BBI = ( TB – 100 – 10% )
= (161 – 100 – 10% )
= 54.9 kg

TB : 161 cm
IMT : BB = 57 = 21,9 (Normal)
TB 161²
3. Data Biokimia
Data laboratorium Nilai Nilai rujukan
Hemoglobin 12,2 g/dl 14-17 g/dl
Eritrosit 3,8 106/mm3 4,7-6,1 106/mm3
Trombosit 326 106/mm3 150-450 106/mm3
Albumin 3,34 g/dl 3,5-5,2 g/dl
Leukosit 12,54 103/mm 4,5-10,5 103/mm
Ureum 170 mg/dl 13-43 mg/dl
Kreatinin 3,90 mg/dl 0,67-1,17 mg/dl
Natrium 129 mmol/L 132-146 mmol/L
Kalium 3,40 mmol/L 3,7-5,4 mmol/L
GDS 147 mg/dl <200 mg dl

4. Data Fisik dan Klinis


Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan
Tekanan darah 130/20 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 88 x/menit 85-155 x/menit
Suhu 31,7°c 36,1-37,2
RR 20 x/menit 12-20/menit

5. Riwayat Personal
 Riwayat penyakit dahulu :
o DM Tipe II
6. Riwayat Obat
Nama obat Fungsi
Ceftriaxone Obat ini digunakan pada berbagai infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran
napas, kulit, jaringan lunak, dan saluran
kemih.
Omeprazole Obat untuk mengatasi asam lambung berlebih
dan keluhan yang mengikutinya.
Bicnat obat yang digunakan untuk mengurangi asam
lambung. 
Dexketoprofen Dexketoprofen adalah obat yang digunakan
untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang,
akibat kondisi tertentu, seperti terkilir.
N. Acetylcysteine obat yang digunakan untuk mengencerkan
dahak pada beberapa kondisi, seperti asma,
emfisema, bronkitis, atau cystic fibrosis.
Suctalfat Obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus
duodenum, atau gastritis kronis.

7. Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa buang air besar dan buang angin,
sesak sejak 3 hari lalu, muntah, perut membesar dan nyeri buang air kecil

8. Standar kompetitif
Rata-rata asupan zat gizi makro dengan kebutuhan zat gizi mikro
Zat gizi Asupan Kebutuhan % kebutuhan

Energy 1939 332 17%


Protein 48 11.42 23%
Lemak 53 10.5 19%
Karbohidrat 290 59.1 20%
3.1 Diagnosa Gizi
NI-2.1 Asupan orat inadekuat, berkaitan dengan penurunan nafsu
makan (mual) dan perut kembung ditandai dengan asupan < 50%

3.2 Intervensi Gizi


Jenis diet DM RG 1700 kkal
Bentuk makanan ML (makanan lunak)
Metode pemberian Oral
Frekuensi 3 x makanan utama 2x selingan
Tujuan diet  Terpenuhnya kebutuhan secara bertahap
 Mengupayakan nilai laboratorium mendekati normal

Syarat diet  Energy cukup 60%


 Protein normal 10-15%
 Lemak sedang 20-25 %
 Asupan serat 25g/kg
 Karbohidrat sisa dari kebutuhan normal
 Bentuk makanan tergantung kesanggupan
pasien menerimanya

 Tidak merangsang

Perhitungan kebutuhan dan zat gizi

BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x U)


= 66+ (13,7 x 57 ) + (5 x 161) – (6,8 x 60)
= 66 + 780 + 805 – 408
= 1243 kkal

TEE = BEE x Fa x Fs
= 1.243 x 1.2 x 1.3
= 1.939 kkal

Protein 10% x 1.939 : 4 = 48 g


Lemak 25% x 1.939 : 9 = 53 g

Karbohidrat 60 % x 1.939 : 4 = 290 g

Rencana Konsultasi
Sasaran Pasien dan keluarga
Waktu 10 menit
Tempat Ruang pasien
Metode Wawancara dan Tanya jawab
Masalah gizi Terkaitn penyakit pasien
Tujuan Meningkatkan motivasi kepada keluarga dalam
memberikan makanan kepada pasien
mengyangkut waktuya dan jumlah pemberian
makanan serta bahan makanan yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi

3.4 Monitoring dan Evaluasi

Monev Monitoring Evaluasi


Biokimia Hemoglobin = 12,2 g/dl Mengupayakan hasil
Eritrosit = 3,8 106/mm3 laboratorium mendekati normal,
Trombosit = 326 106/mm3 nilai Hb, eritrosit, albumin,
Albumin = 3,34 g/dl ureum, kreatinin dan natrium
Leukosit = 12,54 103/mm pasien mendekati normal
Ureum = 170 mg/dl
Kreatinin = 3,90 mg/dl
Natrium = 129 mmol/L
Kalium = 3,40 mmol/L
GDS = 147 mg/dl
Fisik TD = 130/20 mmHg Mengupayakan hasil TD pasien
Nadi = 88 x/menit mendekati normal
Suhu = 31,7°c
RR = 20 x/menit

Asupan Asupan makan belum terpenuhi Asupan mencapai .> 80 %

Monitoring Dan Evaluasi Asupan Zat Gizi


Asupan makan pasien DM Tipe 2
Tanggal Asupan Energy Protein (g) Lemak (g) KH (g)
makanan (kkal)
Kebutuhan 1939 48 53 290
13-03-2023 Asupan 332 11.42 10.5 59.1

% 17% 23% 19% 20%


14-03-2023 Asupan 245 11.52 5.2 62.1

% 13% 26% 10% 23%


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Monitoring Dan Evaluasi Asupan Zat Gizi

Asupan makan pasien DM Nefropati

Tanggal Asupan Energy Protein (g) Lemak (g) KH (g)

makanan (kkal)

Kebutuhan 1939 48 53 290


13-03-2023 Asupan 332 11.42 10.5 59.1

% 17% 23% 19% 20%


14-03-2023 Asupan 245 11.52 5.2 62.1

% 13% 26% 10% 23%

Pemantauan makanan terhadap pasien dilakukan untuk menilai zat gizi yang
dikonsumsi dan seberapa besar daya terimanya terhadap diit yang diberikan.
Perkembangan ini dapat terlihat dari banyaknya makanan/zat gizi yang dikonsumsi
oleh pasien. Bila asupannya meningkat berarti keadaan pasien sudah mulai membaik.
Namun bila asupannya mengalami penurunan mungkin keadaan pasien kurang baik.
Pemantauan dilakukan dengan cara recall 24 jam selama dirawat di rumah
sakit, mengamati perkembangan diit selama studi kasus mendalam dan wawancara
dengan pasien dan keluarga. Asupan zat gizi pasien selama dirawat di RS diperoleh
dari hasil pengamatan dan recall makanan yang dikonsumsi selama 2 hari. Serta
menunjukkan bahwasanya asupan makanan pasien mengalami peningkatan dari hari
pertama ke hari kedua, namun pada hari ketiga mengalami penurunan dikarenakan
kurangnya asupan makanan pasien
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa asupan makan hari pertama baik energi,
protein, lemak dan KH sangat kurang dari kebutuhan, dan pada hari kedua mengalami
penurunan yang segnifikan.. Hal ini dikarenakan keluhan mual dan perut kembung
yang dirasakan pasien
Perkembangan Diet

Selama studi kasus berlangsung pasien diberi makanan lunak. Berdasarkan


perhitungan kebutuhan zat gizi, pasien diberi diet DM Nefropati 1.939 kkal yang
diberikan secara bertahap dan dalam porsi kecil namun sering, asupan makanan < 50 %,
hal ini menandakan perkembangan diet pasien belum mengalami kemajuan.

Biokimia
Data laboratorium Nilai Nilai rujukan Keterangan
Hemoglobin 12,2 g/dl 14-17 g/dl Rendah
Eritrosit 3,8 106/mm3 4,7-6,1 106/mm3 Rendah
Trombosit 326 106/mm3 150-450 106/mm3 Normal
Albumin 3,34 g/dl 3,5-5,2 g/dl Rendah
Leukosit 12,54 103/mm 4,5-10,5 103/mm Tinggi
Ureum 170 mg/dl 13-43 mg/dl Tinggi
Kreatinin 3,90 mg/dl 0,67-1,17 mg/dl Tinggi
Natrium 129 mmol/L 132-146 mmol/L Rendah
Kalium 3,40 mmol/L 3,7-5,4 mmol/L Rendah
GDS 147 mg/dl <200 mg dl Rendah

Monitoring biokimia

Hasil laboratorium dapat dipakai untuk melihat pasien mengalami perbaikan


atau tidak, sehingga data ini dibutuhkan dalam monitoring evaluasi pasien. Pasien
melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pada 1-2 februari 2023
Dari pemeriksaan laboratorium dapat dilihat nilai kadar ureum dan kreatinin
tinggi disebabkan fungsi ginjal yang menurun ataupun mengalami kegagalan
terutama jika kadarnya meningkat sangat tinggi sehingga ginjal tidak mampu
menyaring dan membuang sisa metabolisme.
Pada pasien DM Tipe II kadar Hb rendah disebabkan karena menurunnya
produksi hormon erithopoitin uremia dapat menghalangi erythropoisis dan menurun
masa hidup sel darah merah dan defisiensi zat besi dapat dapat terjadi karena diet
rendah protein yang sering mengandung rendah zat besi.
Kadar gula darah tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menurunkan
fungsi fagositosit oleh sel leukosit sehingga rentan mengalami infeksi dan
menyebabkan inflamasi yang meningkat jumlahnya pada sel leukosit. Kadar eritrosit
berhubungan dengan kadar Hb yang rendah, hal ini terjadi karena eritrosit mengangkut
Hb dri paru-paru ke jaringan.

Keadaan kadar albumin rendah yang terjadi bisa karena menurunnya produksi
albumin sekunder akibat malnutrisi protein, terganggunya sintesis oleh karena
kerusakan hepatosit, kurang, kurangnya intake asam amino esensial, kondisi
gastrointestinal yang tidak memadai, fungsi renal yang terganggu dan inflamasi akut
maupun kronik. Infalamasi berhubungan dengan gangguan vaskular (Don dan
Keysent, 2004)

Monitoring dan Evaluasi


Monev Monitoring Evaluasi
Antropometri BB dan IMT -BB mendekati normal

-Status gizi atau IMT membaik

Biokimia Data laboratorium Hasil laboratorium mendekati

- Hemoglobin normal, nilai Hb, ureum,


- Ureum kreatinin dan GDS pasien
- Kreatinin mendekati normal
- GDS

Asupan Energi, protein, lemak dan Asupan mencapai > 80 %


karbohidrat

Fisik/klinis Keadaan Umum K.U :


Lemas, mual, muntah, pucat,
kaki bengkak berkurang

Monitoring Antropometri

Salah satu indikator yang baik untuk menentukan status gizi pasien ialah melalui
penimbangan berat badan. Karena sifatnya mudah sekali mengalami perubahan sesuai
dengan keadaan pasien, sehingga berat badan pasien perlu dimonitoring dan evaluasi
untuk melihat perkembangan pasien (Aritonang. 2012). Hal ini dapat dilihat pada status
gizi pasien DM Tipe II, status gizi tergolong normal dikarenakan selama studi kasus
tidak melakukan penimbangan ulang berat badan pasien tersebut.

Monitoring pemeriksaan fisik/kimia

Monitoring pemeriksaan fisik dan klinis dapat dilihat apakah pasien mengalami
perbaikan apa tidak, perkembangan data fisik dapat dilihat dari keadaan umumnya segar
(tidak lemah), sedangkan perkembangan data klinis dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu tubuh pasien sudah normal (Aritonang, 2012)
Pemeriksaan fisik selalu dilakukan setiap hari pada keadaan umunya. Pada awal dan
sampai selesai studi kasus keadaan pasien pusing, mual, perut kembung dalam keadaan
normal
Recall 24 jam tanggal 13 Maret 2023

Berat
Energy Protein Lemak KH
Waktu Menu BM (g) (Gr)
(kkal) (g) (g) (g)

Pagi - Nasi putih - Beras 30 57 1 0.1 13


- Telur semur - Telur ayam 27.5 38 3.5 3.5 2.5
- Tumis wortel - Wortel 25 1 0.04 - 0.2

Selingan - Bakpao - Tepung terigu 30 93 1.6 3 13


- Bakwan - Sayuran (wortel, 30 64 2.7 3 7
Pagi
kol)

Siang - Nasi putih - Beras 30 57 1 0.1 13


- Ikan kakap - Ikan dencis 20 10 1.4 0,4 -
goreng
- Tumis buncis - Buncis, bunga kol 25 1 0.04 - 0.2
dan bunga kol

Selingan - Puding - Agar-agar 15 - - - 10


- Gula

Malam - Nasi putih - Beras 0 - - - -


- Ikan kakap - Ikan dencis 20 10 1.4 0,4 -
goreng
- Bening - Gambas, wortel 25 1 0.04 - 0.2
Gambas dan
wortel
Total 332 11.42 10.5 59.1
% asupan 17% 23% 19% 20%
Recall 24 jam tanggal 14 Maret 2023

Berat
Energy Protein Lemak KH
Waktu Menu BM (g) (Gr)
(kkal) (g) (g) (g)

Pagi - Nasi lunak - Beras 30 60 1 0.1 13


- Ikan rambeu - Ikan tongkol 20 10 1.4 0.4 -
bumbu tomat - Kapri, bunga 25 1 0.04 - 0.2
- Bening kol, wortel
kapri,
bunga kol
dan wortel

Selingan - Puding - Agar-agar 15 - - - 10


- Gula
Pagi

Siang - Nasi lunak - Beras 30 57 1 0.1 13


- Telur - Telur
semur ayam 27.5 38 3.5 3.5 2.5
- Bening - Bayam
bayam 25 1 0.04 - 0.2

Selingan - Puding - Agar-agar 15 - - - 10


- Gula
Malam - Nasi lunak - Beras 30 57 1 0.1 13
- Ayam asam - Ayam 20 20 3.5 1
manis
- Cah buncis - Buncis 25 1 0.04 - 0.2

Total 245 11.52 5.2 62.1


% asupan 13% 26% 10% 23%
DAFTAR PUSRAKA

Trisnadewi, N. W., Adiputra, I. M. S., & Mitayanti, N. K. (2018). GAMBARAN


PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) DAN KELUARGA
TENTANG MANAJEMEN DM TIPE 2: THE DESCRIPTION OF KNOWLEDGE
OF DIABETES MELLITUS (DM) PATIENTS AND FAMILY ABOUT THE
MANAGEMENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2. Bali Medika Jurnal, 5(2),
165-187.
Kusuma, H., & Hidayati, W. (2013). Hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Persadia Salatiga. Jurnal Keperawatan Medikal
Bedah, 1(2).
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).
Kusumawati, R., & Isnaini Herawati, S. (2013). Penatalaksanaan fisioterapi pada penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) eksaserbasi akut di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Mulyadi, E., & Basri, B. (2021). Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien
Dalam Menjalankan Diet DM Tipe II Di RSUD Sekarwangi Sukabumi. Jurnal Ilmiah
Mandala Education, 7(2).

Anda mungkin juga menyukai