Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit
jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan
absolute insulinatau insensivitas terhadap insulin. Diabetes mellitus disebabkan oleh
oenurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pula Langerhans. Biasanya dibagi dalam dua
jenis berbeda: diabetes javanilis, yang biasanya tetapi tak selalu, dimulai mendadak pada
awal kehidupan dandiabetes dengan awitan maturitas yang dimulai di usia lanjut dan
terutama pada orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena
penyakit yang dideritanya ataukarena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini,
misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. Penyebab diabetes mellitus
dapat disebabkan oleh berbagai hal,dan juga terdapat berbagai macam tipe diabetes mellitus.
Ada beberapa gejala yangditiimbulkan bagi penderita diabetes mellitus, serta cara
mengobatinya. Kesemuanya akan dibahas di dalam makalah ini.

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik mengenai
penyakit diabetes mellitus.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang
banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia
puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia &
Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

2.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan
memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit
diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang
memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan
sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang
kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan
pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak
diproduksi.

2.3 FAKTOR RESIKO

 Riwayat Keluarga
 Obesitas
 Usia
 Kurangnya Aktivitas Fisik
 Suka Merokok
 Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
 Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
 Masa Kehamilan
 Ras Tertentu
 Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
 Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia
2.4 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan
diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi
peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi
glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.

4) Diabetes mellitus tipe lain :


a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom rabson
mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis
kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme
somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon
tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor insulin, dan lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom
wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air
kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan
lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas,
mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas
yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil
(poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama
sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes
melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah
khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono,
2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.6 PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus
tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula
darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk
mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan
mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang
diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat,
sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi
insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati,
penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia
kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.

3) Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi,
kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
(Brunner & Suddarth, 2002).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan,
dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa
faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7
Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar
glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar
glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda,
termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara pemeriksaan yang satu
dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit
perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.
Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak
bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang
umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan
warna pada strip dengan peta warna.
Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal yang
memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I sedang
mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh
akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton merupakan
produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut
bertumpuk dalam darah serta urin.

2.7 PENATALAKSANAAN

1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan penyakit
DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi
DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai
pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku agar
dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut seperti
hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan
kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang
cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak
jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat
tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang
diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada
penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar
dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang.
Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat
merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta
berpengaruh baik untuk kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik
lebih lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang
mengandung banyak serat makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan
buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk
pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein
hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit
oleh karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau
telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi.
Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang
tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan
lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu menurunkan
kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi kandungan vitamin,
mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan
mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan yang sehat,
selain berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2
sampai 3 buah sehari. Susu merupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat,
dan vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau
rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh
takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan
berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang
gerak.

4. Intervensi obat oral farmakologis


Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini
terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula darah.
Beberapa obat yg sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin. Obat
ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat badan kurang atau
normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini terutama
dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada
gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah makan
karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin yang
tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka dengan
gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga
mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya mempengaruhi
konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut
kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan DM. Obat
ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya meningkatkan sekresi insulin,
menurunkan pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat
golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin dan
sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan
pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi
sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan adanya
kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4. Resiko syok
5. Resiko infeksi
6. Kerusakan intergritas kulit
7. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sefingter kuat dan poliuri
8. Ketidakefektifan jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer,proses penyakit
(DM)
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri dan dehedrasi

2.9 KOMPLIKASI

1). Kerusakan saraf (Neuropathy)


Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-
sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf
otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi
setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10
tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang
perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil
diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah
kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati
diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa
mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat
kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah
kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak
berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk
membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada
nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang
seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang terkena diabetes dan
makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami
kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy
atau kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab
utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat
kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang
tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.

4). Penyakit jantung


Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke
otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa
terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat
memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko
serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena
hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada
penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di
kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun
lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD
disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh,
pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7). Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula
bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit
diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes
lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita
diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah tertular dan memerlukan
vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga
mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang
sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya
(hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan
karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi cukup.
Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan
glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran
pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan
rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah
terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa
sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf
otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat
pemakaian obat-obatan yang diminum.

10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi.
Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung
kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga
mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang
banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Klasifikasi Diabetes Miletus :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes mellitus Gestasional
4. Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan :
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG
CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum warahmatullahiwabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Kebutuhan Dasar Manusia II yaitu makalah Asuhan
keperawatan pada Ny. B dengan Ulkus Diabetes Melitus Grade II Di Ruang SS RSUP Seger
Waras.

Makalah ini dapat terwujud atas bimbingan Ibu Agnes E,S.Kep.,Ns, selaku guru pengampu
mata pelajaran Kebutuhan Dasar Manusia II. Oleh karena itu saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Agnes E,S.Kep.,Ns, yang selalu memberikan bimbingan kepada
kami sehingga terwujudnya makalah ini.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih, semoga makalah tentang Asuhan
keperawatan pada Ny. B dengan Ulkus Diabetes Melitus Grade II Di Ruang SS RSUP Seger
Waras bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembacanya. Aamiin

Wassalamua’laikum warahmatullahiwabarakatuh

Yogyakarta, 19 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………………
…. 3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………… 4
2. Rumusan
…………………………………………………………………………………………
…… 4
3. Tujuan
…………………………………………………………………………………………
………. 5

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Gambaran Umum Diabetes


Melitus………………………………………………………….. 6
2. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan
………………………………………………….. 15

BAB III TINJAUAN KASUS (Asuhan Keperawatan pada Ny. B Dengan Ulkus Diabetes
Melitus Grade II di Ruang SS RSUP.Seger Waras)

1. Pengkajian
…………………………………………………………………………………………
…. 16
2. Analisi
Data……………………………………………………………………………………
…….. 22
3. Prioritas
Masalah…………………………………………………………………………………
…. 24
4. Interverensi Keperawatan
………………………………………………………………………. 25

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………
….. 31
2. Saran……………………………………………………………………………………
…………………. 31

DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………………… 32
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II, sesuai dengan namanya, adalah ulkus
yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan
oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam
komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Di
Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien dengan diabetes
setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari akan mengalami ulkus pada
kakinya.

Insiden ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II setiap tahunnya adalah 2% di
antara semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati
perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi
kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi
dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus
amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.

Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului oleh ulkus
pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari lesi-lesi kaki
merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi beberapa faktor, tetapi
terutama adalah neuropati.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang asuhan keperawatan di atas maka dapat dirumuskan


permasalahannya sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari ulkus?


2. Bagaimana etiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade
II?
4. Bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade
II?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. B dengan ulkus diabetes melitus grade II?

1. Tujuan

Berikut merupakan tujuan dari penyusunan Askep pada pada Ny. B dengan ulkus diabetes
melitus grade II, yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari asuhan keperawatan ini yaitu untuk mengetahui perkembagan pemenuhan
asuhan keperawatan pada Ny. B dengan ulkus diabetes melitus grade II.

2. Tujuan Khusus
3. Untuk mengetahui pengertian dari ulkus.
4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes
mellitus grade II.
5. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari ulkus diabetikum atau ulkus
diabetes mellitus grade II.
6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes
mellitus grade II.
7. Untuk mengetahui bagaimanamanifestasi klinis dari ulkus diabetikum atau ulkus
diabetes mellitus grade II.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan Pada Ny. B dengan ulkus diabetes
melitus grade II.
9. Untuk mengetahui format penulisan asuhan keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Gambaran Umum Diabetes Mellitus
2. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam


tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein (Brunner & Suddarth, 2000).

2. Definisi Ulkus

Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan usus adalah
kematian jaringan yang luas disertai invasive kuman saprofit (Zaidah, 2008).

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi
memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).

Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat
Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes,
(Andyagreeni, 2010).

3. Anatomi dan Fisiologi


4. Anatomi Pankreas

Pankreas adalah sebuah organ yang terletak di daerah perut. Bagian ini memainkan peran
penting dalam mengubah makanan yang kita makan menjadi bahan bakar bagi sel-sel dalam
tubuh. Fungsi pankreas ada 2 yaitu:

 Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
 Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama
membentuk organ endokrin yang mensekresikan Pulau langerhans manusia
mengandung tiga jenis sel utama,yaitu :
1. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glukagon yang
manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin
like activity “.
2. Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat
3. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang
menghambat pelepasan insulin dan (Tambayong, 2001).
1. Fisiologi

Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan
adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar melalui
vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di
vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah
lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena porta.

Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan
mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat
penting pada metabolisme karbonhidrat.

Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang


dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis.
Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah
glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer
tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :

 Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu Kerja insulin yaitu
merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa
darah masuk kedalam sel.

1. Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.


2. Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan
3. Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4. 4). Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

 Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu


mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh

4. Etiologi
5. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

 Faktor genetic

Penderitadiabetes tidakmewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen tranplantasi
dan proses imunlainnya.

 Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
 Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.

1. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar
yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel.

Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).

Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa,
tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang berhubungan
dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


 Obesitas
 Riwayat keluarga
 Kelompok etnik

5. Patofisiologi

Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energy supaya sel tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita
makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsure karbohidrat, lemak dan protein
(Suyono,1999).

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi
lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula
darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini,
karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak bias menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.

Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal
ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan
merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang
menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila
terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya
bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini
apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).

6. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:

1. Klasifikasi Klinis

 Diabetes Mellitus

1. Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I


2. Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas
, dan DMTTI dengan obesitas)

 Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)


 Diabetes Kehamilan (GDM)

1. Klasifikasi risiko statistik

 Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa


 Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan
mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin.

7. Manifestasi Klinis

MenurutAskandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila


menderita dua dari tiga gejala,yaitu:

1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan,
Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

8. Komplikasi

Beberapakomplikasidari Diabetes Mellitus (Mansjoerdkk, 1999) adalah :

1. Akut
o
Hipoglikemia dan hiperglikemia
o
Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
o Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
o Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
o Neuropati diabetik
o Retinopati diabetik
o Nefropati diabetik
o Proteinuria
o Kelainan koroner
o Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

Terdapatlima grade ulkus diabetikum antara lain:

 Grade 0 : tidak ada luka


 Grade I :kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
 Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
 Grade III :terjadi abses
 Grade IV :Gangren pada kaki bagian distal
 Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

9. Kaki Diabetes
10. Pengertian

Kaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang merupakan komplikasi kronik
DM. manifestasi kelaianan kaki diabetes dapat berupa: dermopati, selulitis, ulkus,
osteomilitis dan gangrene.

1. Faktor Penyebab Kaki DM

 Faktor endogen:

1. Neuropati

Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri,
panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan
dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler.

1. Angiopati

Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.

1. Iskemia

Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh darah
besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila
terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.

Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:

 Adanya hormone aterogenik


 Merokok
 Hiperlipidemia

Manifestasi kaki diabetes iskemia:Kaki dingin, Nyeri nocturnal, Tidak terabanya denyut nadi,
Adanya pemucatan ekstrimitas inferior, Kulit mengkilap, Hilangnya rambut dari jari kaki,
Penebalan kuku, Gangrene kecil atau luas.
 Faktor eksogen : Trauma, Infeksi

10. Grade Ulkus Diabetikum

Terdapat lima grade ulkus diabetikum/kaki diabetes antara lain:

1. Grade 0 : tidakadaluka
2. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade III : terjadiabses
5. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

11. Pedoman evaluasi kaki diabetes


12. Evaluasi vaskuler

 palpasi pulsus perifer


 ukur waktu pengisian pembuluh darah vena dengan cara mengangkat kaki kemudian
diturunkan, waktu lebih dari 20 detik berarti terdapat iskemia atau kaki pucat waktu
diangkat.
 Ukur capillary reffile normal 3 detik atau kurang.

1. Evaluasi neurologik, meliputi pemeriksaan sensorik dan motorik


2. Evaluasi muskuloskeletal, meliputi pengukuran luas pergerakan pergelangan kaki
dan abnormalitas tulang.

12. Pendidikan kesehatan perawatan kaki


13. Hiegene kaki:

 Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan digosok
 Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan yang
berlebih
 Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
 Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
 Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
 Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki direndam
dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk atau dikikir jangan
dikelupas.

1. Alas kaki yang tepat


2. Mencegah trauma kaki
3. Berhenti merokok
4. Segera bertindak jika ada masalah
5. Prinsip Penanganan Ulkus Kaki Diabetes
6. Perawatan luka
7. Antibiotika
8. Pemeriksaan radiologis
9. Perbaikan sirkulasi dan nutrisi
10. Meminimalkan berat badan
11. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan
12. Pengertian Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu langkah yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan meliputi pengakajian, diagnosa keperwatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.

2. Langkah Proses Keperawatan


3. Pengkajian

Mencakup data biolgrafi atau identitas, keluhan masuk rumah sakit, data fisiologi dasar,
konsep diri dan data penunjangnya.

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan diperoleh dari hasil analisa data sehingga muncul prioritas masalah
dan diagnosa keperawatan.

1. Perencanaan

Berupa rencana keperawatan sesuai dengan permasalahan yaitu: tujuan, kriteria hasil, rencana
tindakan, dan rasionalisasi yang berkaitan dengan teori.

1. Implementasi

Berisi catatan perkembangan dalam melaksanakan kegiatan keperawatan

1. Evaluasi

Evaluasi hasil dilakuakan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan yang dituliskan
pada catatan perkembangan.

BAB III

TINJAUAN KASUS
Asuhan keperawatan pada Ny. B dengan Ulkus Diabetes Melitus Grade II

Di Ruang SS RSUP Seger Waras

1. Pengkajian

1. Identitas

Biodata Pasien

Nama : Ny. B

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Prayan, Jetis, Karang nongko

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal masuk RS : 29 April 2015

Tanggal Pengkajian : 2 Mei 2015

Sumber Informasi : Klien, Keluarga, Medical Record

1. Riwayat Penyakit
2. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit

Luka di tumit kaki kiri dan terasa nyeri skala 5-6, nyeri hilang timbul, nyeri pada saat
digerakkan, klien tampak merintih jika nyeri tiba.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, klien kena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak
mengetahui penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih berhati-hati dan pelan-pelan saat
berjalan. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka
pada tumit menjadi bengkak. Diperiksakan ke dokter praktik dan hanya diberi obat oral. Satu
minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan pada tumit klien makin bertambah, luka makin
membengkak dan oleh cucunya luka tersebut dibuka atau diiris keluar pusnya banyak. Klien
hanya istirahat dirumah dan akhirnya karena merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka
tersebut maka oleh keluarganya klin dibawa ke rumah sakit. Hari masuk rumah sakit, keluhan
luka tumit,kemudian dilakukan perawatan luka.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien terdeteksi
diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit ini. Klien belum pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya.

4. Diagnosa Medik Saat Masuk Rumah Sakit


1. Ulkus Diabetes mellitus Grade II
2. DM2NO

Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium:

Tanggal 1 Mei 2015

Normal

ALT : 16,4 ( 10-40 )

AST : 14,8 ( 10-42 )

BUN : 22,1 ( 7-18 )

Creatinin : 1,22 (0,6-1,3)

Glukosa : 515,9 mg/dl (80-120)

Ureum : 47,29 (20 – 40)

RBC : 3,81×106/µl (3,7-6,5)

HGB : 10,19/dl (12 – 18)

HCT : 31,6% (47 – 75)

MCV : 82,9 Fl (80 – 99)

MCH : 26,5 Fl (27 – 31)

PLT : 386×103/µl (150-450)


RDW : 42,2 Fl (35 – 47)

PDW : 9,9 Fl ( 9 – 13 )

MPV : 8,4 Fl (7,2-11,1)

Differential

MXD : 6,2% (0–8)

Neut : 87,3% (40 – 74)

Lym# : 1,6×103/µl ( 1 – 3,7)

MXD# : 1,6×103/µl ( 0 – 1,2 )

Neut# : 21,9×103/µl (1,5 – 7 )

1. Pengkajian Saat Ini


2. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita klien, karena
klien dan keluarga hanya mengethaui kalau klien tersebut dirawat di rumah sakit karena
adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemeliharaan kesehatan klien selalu
memeriksakan diri ke dokter atau mantri praktik di sekitar rumahnya.

2. Pola Nutrisi/Metabolik

Program diit RS : DM IV (1700 kalori)

Intake makanan : sebelum sakit klien makan 3 kali sehari, dengan sayur dan lauk.
Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging kambing. Saat sakit/ dirawat di rumah
sakit klien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian. Menurut klien BB turun dari
biasanya, BB tidak terkaji.

Intake cairan : sebelum sakit klien mminum 6-7 gelas sehari, minuman
pantangan kopi. Saat di rumah sakit ini klien mendapat cairan infus 1000 ml sehari dan
minum air putih 3-4 gelas sehari.

3. Pola Eliminasi
4. Buang air besar

Sebelum sakit : sekali per dua atau tiga hari. Dan saat sakit di rumah sakit klien per dua atau
tiga hari, dengan konsistensi padat warna kuning.

1. Buang air kecil

Sebelum sakit klien BAK 7-8 kali sehai. Dan selama di rumah sakit klien terpasang dower
cateter mulai tanggal. Dalam satu hari -+ 800 CC warna kuning pekat.

1. Pola Aktivitas Dan Latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total. Oksigenasi : klien bernapas secara spontan tanpa bantuan alat oksigenasi.

1. Pola Tidur Dan Istirahat

Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat di rumah sakit klien
banyak istirahat dan tidur.

1. Pola Perceptual

Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak menggunakan
alat bantu dengar.

1. Pola Persepsi Diri

Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.

1. Pola Seksualitas dan Reproduksi

Klien sudah menopause, klien menikah dua kali. Dengan suami yang pertama mempunyai 7
anak dan dengan suami yang kedua klien tidak mempunyai anak. Klien merasa senang dan
bahagia karena didampingi oleh suami yang kedua.
1. Pola Peran-Hubungan

Klien lebih dekat dengan suami. Komunikasi dengan perawat sekarang hanya apabila
ditanya, menggunakan bahasa jawa.

1. Pola Managemen Koping-Stres

Setiap ada permasalahan klien senantiasa didampingi oleh saudaranya.

1. Sistem Nilai dan Keyakinan

Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi, tapi meyakini apapun
penderitaannya Tuhan yang mengatur-Nya.

1. Pemeriksaan Fisik
2. Keluhan yang dirasakan saat ini

Nyeri pada luka di tumit kaki kiri, skala 5-6, merasa panas seperti terbakar.

2. Tanda-tanda vital
3. Suhu : 36,5°C
4. Nadi : 80x / menit
5. Pernafasan : 20x/ menit
6. Tekanan darah : 160/100 mmHg
7. BB/TB : TB : 150cmBB : 70kg
8. Kepala

Bentuk : normochepal

Rambut : Lebat, sedikit berubah, terakhir keramas 5 hari yang lalu, rambut berbau.

Mata : Konjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (-/-), reflek cahaya +/+, fungsi
penglihatan baik.

Mulut : Bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal, nafas berbau.

5. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus. Tidak ada
peningkatan JVP.

6. Thorak

Inspeksi : simetris

Perkusi : sonor kanan kiri


Palpasi : fermitus kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak

Auskultasi : Paru-paru :vasikuler kanan kiri

Jantung :S1 S2 murni, iktus cordis teraba

7. Abdomen

Inspeksi : Perut kelihatan lebih besar, dengan diameter 30 cm

Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik 20x/menit

8. Inguinal dan Genetalia

Tidak ada kelainan di regio inguinal. Klien terpasang dower catheter sejak tanggal 23 Maret.

9. Ektremitas

Terdapat ulkus di tumit kiri, luas ulkus dengan diameter kurang lebih 5cm kedalamannya
kurang lebih 1cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat oedema dibagian kaki
distal kanan kiri. Infus terpasang ditangan kiri.

Pergerakan:

B B
B TB

10. Program Terapi

Tanggal 1 Mei 2015

1. Diit DM IV (1700 kalori)


2. Infus NaCl 30 tetes per menit
3. Injeksi reguler insulin 3×14 iU
4. Metronidazol : 3x500gr (IV)
5. Captopril : 2×12,5mg (oral)
6. Ceftriaxon : 2x1gr (IV)
7. Perawatan Luka; nekrotomi
8. Cek GDN dan 2 jam PP

1. Analisa data

No. Data Fokus Etiologi Problem


DO:

a. Ada luka di ekstremitas


bawah (tumit kaki kiri).

b. Luka ulkus dengan diameter :


± 5 cm kedalaman : ± 1 cm.
Kerusakan
1. c. Terdapat jaringan nekrotik Ulkus DM integritas
warna puutih jaringan

d. Terdapat edema di bagian


kaki kiri

DS: Pasien mengatakan ada luka


di tumit kaki sebelah kiri sejak 2
minggu yang lalu.
DS:

a. Pasien mengatakan nyeri.

b. Pasien mengatakan susah


2. Iskemik jaringan Nyeri
tidur karena nyeri.

DO:

a. P: nyeri bertambah saat


beraktifitas.

b. Q: seperti terbakar

c. R: ekstremitas bawah.

d. S: 5-6

e. T: hilang timbul dan nyeri


hanya pada saat digerakkan

f. Pasien meringis kesakitan


ketika nyeri muncul
DO:

a. Intake makanan : Selama di


rumah sakit pasien hanya
menghabiskan rata-rata ¼ porsi
pemberian.
Kebutuhan
DS:
3. Hilangnya nafsu makan nutrisi kurang
dari kebutuhan
a. Pasien mengatakan sebelum
sakit makan 3 kali sehari dengan
sayur dan lauk.

b. Pasien mengatakan
mempunyai pantangan makanan
yaitu daging kambing.
DO :

a. Pasien selama di rumah sakit


terpasang dower cateter.

b. Dalam melakukan
makan/minum, mandi,
berpakaian, mobilitas di tempat Kelemahan
4. Adanya ulkus pada kaki
tidur, berpindah, ambulasi/ROM mobilitas fisik
dibantu oleh orang lain

c. Untuk kebutuhan toileting


pasien dibantu oleh orang lain dan
dengan bantuan alat

DS : –
DO :
Defisit
5. Kurangnya pengetahuan
a. Rambut lebat sedikit beruban, perawatan diri
terakhir keramas 5 hari yang lalu,
rambut berbau

b. Bibir kering, gigi banyak


yang sudah tanggal, nafas berbau

DS : –

 Prioritas Masalah
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ulkus DM ditandai dengan
adanya luka pada tumit dan keluar pus banyak, luka ulkus dengan diameter : ±
5 cm kedalaman : ± 1 cm, tterdapat jaringan nekrotik warna putih, terdapat
edema di bagian kaki kiri
2. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya luka
pada tumit kaki yang menyebabkan nyeri, nyeri bertambah saat beraktifitas,
nyeri seperti ditusuk-tusuk pada area ekstremitas bawah dengan skala nyeri 6,
pasien meringis kesakitan ditunjukkan dengan memegangi area nyeri.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya
nafsu makan, ditandai dengan intake makanan selama di rumah sakit pasien
hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian.
4. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya ulkus pada kaki
ditandai dengan pasien selama di rumah sakit terpasang dower cateter, alam
melakukan makan/minum, mandi, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,
berpindah, ambulasi/ROM dibantu oleh orang lain, dan untuk kebutuhan
toileting pasien dibantu oleh orang lain dan dengan bantuan alat
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai
dengan rambut lebat sedikit beruban, terakhir keramas 5 hari yang lalu, rambut
berbau, bibir kering, gigi banyak yang sudah tanggal, nafas berbau.

1. Intervensi keperawatan

No.
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) R
Dx
a. Laksanakan perawatan luka
Setelah dilakukan tindakan P
Kerusakan Integritas sesuai dengan perskripsi medik.
keperawatan selama 3×24 jam, lu
Dx. 1. Cairan Berhubungan
integritas jaringan klien membaik, m
Dengan Ulkus DM b. Oleskan preparat antibiotik topikal
dengan kriteria hasil: ti
dan memasng balutan sesuai ketentuan
medik.
a. Jaringan secara umum
tampak utuh dan bebas dari tanda- c. Berikan dukungan nutrisi yang
tanda infeksi dan, tekanan dan memadai.
trauma.
d. Kaji luka/ulkus dan laporkan
b. Luka yang terbuka berwarna tanda kesembuhan yang buruk.
merah muda memperlihatkan
repitelisasi dan bebas dari infeksi.

c. Luka yang baru sembuh


teraba lunak dan licin.- Bersihkan
luka/ulkus setiap hari.
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan ontro presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari


Setelah dilakukan tindakan ketidaknyamanan.
keperawatan selama 3x24jam
nyeri klien berkurang, dengan 3. Gunakan teknik komunikasi
kriteria hasil: terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
a. Mengontrol nyeri.
4. Kontrol ontro lingkungan yang
b. Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang skala 1-3. ruangan, pencahayaan, kebisingan.
P
c. Mampu mengenali nyeri 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri. lu
Nyeri berhubungan
(skala, intensitas, frekuensi dan m
Dx. 2. dengan iskemik
tanda nyeri). 6. Pilih dan lakukan penanganan ti
jaringan
nyeri (farmakologis/non farmakologis).
d. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang. 7. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi, distraksi dll)
e. Mengkaji karakteristik nyeri : untuk mengetasi nyeri..
lokasi, durasi, intensitas nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 8. Berikan analgetik untuk
(0-10). mengurangi nyeri.

f. Mempertahankan im- 9. Evaluasi tindakan pengurang


mobilisasi (back slab). nyeri/kontrol nyeri.

10. Kolaborasi dengan dokter bila


ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.

11. Monitor penerimaan klien


tentang manajemen nyeri.
1. Kaji intake klien
1.
ke
2. Tingkatkan intake makan
ke
Setelah dilakukan tindakan melalui
keperawatan selama 3×24 jam,
2.
kebutuhan nutrisi kurang dari a. Kurangi gangguan dari luar
m
kebutuhan klien membaik, dengan
ab
kriteria hasil: b. Sajikan makanan dalam kondisi
Kebutuhan nutrisi hangat
3.
kurang dari kebutuhan a. Nafsu makan meningkat
Dx. 3. pa
berhubungan dengan c. Selingi makan dengan minum
pe
hilangnya nafsu makan b. Kebutuhan nutrisi
da
tercukupi d. Jaga kebersihan mulut klien
4.
c. Porsi makan klien habis e. Berikan makan sedikit tapi sering
ke
in
3. Kolaborasi dengan ahli giziikan
m
diet dan makanan ringan dengan
tambahan makanan yang disukai bila
ada
1. Pastikan keterbatasan gerak
sendi yang dialami

2. Kolaborasi dengan fisioterapi

3. Pastikan motivasi klien untuk


mempertahankan pergerakan sendi

4. Pastikan klien untuk


Setelah dilakukan tindakan mempertahankan pergerakan sendi
keperawatan selama 3×24 jam,
kelemahan mobilitas fisik 5. Pastikan klien bebas dari nyeri
Kelemahan mobilitas M
membaik, dengan kriteria hasil: sebelum diberikan latihan
fisik berhubungan un
Dx. 4.
dengan adanya ulkus m
pasien mampu melakukan 6. Anjurkan ROM Exercise aktif:
pada kaki se
mobilitas fisik jadual; keteraturan, Latih ROM pasif.

7. Bantu identifikasi program


latihan yang sesuai

8. Diskusikan dan instruksikan


pada klien mengenai latihan yang tepat

9. Anjurkan dan Bantu klien


duduk di tempat tidur sesuai toleransi

10. Atur posisi setiap 2 jam atau


sesuai toleransi

11. Fasilitasi penggunaan alat Bantu


1. Monitor kemampuan pasien
terhadap perawatan diri

2. Monitor kebutuhan akan


personal hygiene, berpakaian, toileting
dan makan

Setelah dilakukan tindakan 3. Beri bantuan sampai klien


keperawatan selama 3×24 jam, mempunyai kemapuan untuk merawat
defisit perawatan diri membaik, diri
dengan kriteria hasil:
4. Bantu klien dalam memenuhi U
Defisit perawatan diri
a. Pasien mampu memenuhi kebutuhannya. pa
berhubungan dengan
Dx. 5. aktivitas perawatan diri secara m
kurangnya
mandiri 5. Anjurkan klien untuk melakukan at
pengetahuan
aktivitas sehari-hari sesuai pa
b. Pengetahuan pasien kemampuannya
tentang perawatan diri meningkat
6. Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin

7. Evaluasi kemampuan klien


dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8. Berikan reinforcement atas


usaha yang dilakukan dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas ,disertai invasif kuman saprofit. Faktor utama yang berperan
pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi.

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah
di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Ulkus diabetes mellitus grade II akibat
mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah
dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal.

1. Saran

Ulkus diabetes mellitus grade II sangat rawan untuk terjadinya infeksi. Jika perawatan Ulkus
diabetes mellitus grade II tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan
infeksi. Selain itu, Ulkus diabetes mellitus grade II akan mengganggu aliran darah dan syaraf-
syaraf yang peka terhadap rasa nyeri.

Apabila ada Ulkus diabetes mellitus grade II, diharapkan untuk selalu dibersihkan, biasanya
dengan NaCl dan ditutup dengan kassa steril. Jika ada jaringan yang mati, maka segera
dilakukan pengangkatan, agar tidak terjadi pelebaran ulkus diabetikum. Dan selalu menjaga
adar gula darah dengan menjaga pola makan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria. M , dkk.2013.Nursing Intervention Classification (NIC) : Sixth Edition.
Oxford : Mosby Elservier

Nursing Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.).2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definition & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell

Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health


Outcomes, Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier

Baehaqi, Zul Aziz.2013.Blog:Askep Ulkus Diabetikum. Diunduh dari :


https://jiisajis.wordpress.com/askep-ulkus-diabetes-melitus/

Putri, Ria Hestiana.2012.Blog:Perawatan Luka. Diunduh dari :


http://www.perawatluka.com/tips-perawatan-luka-diabetes/

NN.2015.Blog: Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Diunduh dari : http://www.seputar-


anatomimanusia.tk/2015/02/anatomi-fisiologi-pankreas.html

Anda mungkin juga menyukai