Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKEMIA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah HEMATOLOGI

OLEH KELOMPOK 1
AEF SAEFUDIN
ANI APRIANI
EPA YOHANTI

KELAS A NON REGULER


S1 KEPERAWATAN
STIKES YATSI TANGERANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT., karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan

Leukemia Pada Pasien Leukemia, untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah

Hematologi.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

yang telah membaca makalah ini, demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………….…………………… 1


B. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 1
1. Tujuan Umum …………………………………………………… 1
2. Tujuan Khusus ………………………………………………….. 1
C. Manfaat Penulisan ……………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi …..…………………………..…………………………… 3
B. Etiologi ………………….…………………………………………… 3
C. Patofisiologi ………………………………………………………….. 7
D. Klasifikasi …………………….…………………………………….. 8
E. Manifestasi Klinis …………………………………………………… 8
F. Pemeriksaan Penunjang ……………….……………………………. 9
G. Penatalaksanaan ……………………………………………………….. 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian …………………………………………………………… 16
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………. 17
C. Intervensi ……………………………….…………………………. 17

ii
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 21
B. Saran …………………………………………………………………….. 21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih
dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu
penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia
adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggu pembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka kematian
mencapai 83,6% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent
Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120
anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia
(Sindo, 2007).
Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai Leukemia maka
penulis berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang di
sebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan leukemia secara komprehensif melalui pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan pengertian dari Leukemia.
b. Untuk menjelaskan Etiologi dari Leukemia.
c. Untuk menjelaskan patofisiologi Leukemia
d. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Leukemia
e. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Leukemia
f. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan Leukemia

1
C. MANFAAT PENULISAN

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan

wawasan tentang asuhan keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan

makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat

memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hematologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Leukemia, dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα,
"darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam
klasifikasi kanker pada darah atau sumsung tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit
(sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak
normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat
ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi
hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh
penderita.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.

B. ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu :

3
1. Host
 Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan
puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39
tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun.
LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun).
Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita.
Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit
putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.
Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun.
Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-
anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia
terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4
tahun.
 Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20
kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat
pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis
kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom
Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter
dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara
kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi
pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga
positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-

4
10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita leukemia.
2. Agent
 Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti
retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada
sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum
pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya
di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
 Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali
meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai
risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang
hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA
dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5
sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan
penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari
2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.

5
 Zat Kimia
Zat-zat kimia / obat-obatan (misal benzene, arsen, pestisida,
kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena
leukemia. Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab
leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan
risiko terkena leukemia terutama LMA.
 Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan
risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian LMA. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan
merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa
perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya
leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi,
banyaknya, dan lamanya merokok.
3. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di
Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok
petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control meneliti
hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga,
petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah
mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di

6
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia 2,35 kali
dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

C. FATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosom yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom
dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan
seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan
kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih
mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah
tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

7
D. KLASIFIKASI
Leukimia sering di klasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti limfositik
atau Mielositik dan sesuai dengan maturitas sel ganas tersebut seperti akut (sel
imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi)
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
myeloid, monosit, granulosit, (basophil, netrofil, eosinophil dan trombosit.
semua kelompok usia dapat terkena, insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia non limfositik yang paling sering
terjadi.
2. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom
Philadelphia ditemukan pada 90 % sampai 95 % pasien LMK. LMK jarang
menyerang individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidensinya
meningkat sesuai pertambahan usia.
3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. paling sering
terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak disbanding
perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15,
LLA jarang terjadi.
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai
individu antara usia 50 – 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan
penyakit ini sebagai leukimia yang umum terjadi.

E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.

8
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
2. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi
3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah,
letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga
ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri
tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
4. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.

9
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK
ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.

2. Pemeriksaan Sumsum Tulang


Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.

10
3. Pemeriksaan Sitigenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat di perlukan
dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan
dengan prognosis.
4. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi
imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan
surface marker guna membedakan jenis leukemia.

G. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
1. Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah
normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
2. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
3. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.

11
4. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis.
Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi
sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan
sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan
kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
b. Kemoterapi pada penderita LMA
1. Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai
remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa
sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi.
Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di
masa yang akan datang.
2. Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama
atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata
hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi
dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah
klasifikasi Rai:
 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
 Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

12
 Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan
tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan
kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien
dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat
bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
d. Kemoterapi pada penderita LMK
1. Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
2. Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa
menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar
gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak

13
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah
yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80%
angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1
tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada
penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada
penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
5. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi
untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien
dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan
adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel
leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita
dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah
bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel
leukemia.
6. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan
sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat

14
melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap
di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi
pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi
mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada leukemia meliputi :
2. Riwayat penyakit
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
 Pucat
 Kelemahan
 Sesak
 Nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
 Demam
 Infeksi
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
 Ptechiae
 Purpura
 Perdarahan membran mukosa
6. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
 Limfadenopati
 Hepatomegali
 Splenomegali
6. Kaji adanya pembesaran testis
7. Kaji adanya :
 Hematuri
 Hipertensi
 Gagal ginjal
 Inflamasi disekitar rectal
 Nyeri

16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
2. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
4. perubahan membrane mukosa mulut : stomatitis berhubungan kemoterapi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam, diharapkan :
NOC :
- terbebas dari tanda dan gejala infeksi
- melaporkan tanda dan gejala infeksi
- menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
NIC :
- Pantau tanda dan gejala infeksi
- kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
- pantau hasil labolatorium
- amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan terhadap
infeksi
- jelaskan kepada pasien mengapa sakit dan pengobatan meningkatkan
resiko terhadap infeksi
- kolaborasi pemberian antibiotic
- ajarkan pada klien/keluarga tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pusat kesehatan
- bantu klien/keluarga mengidentifikasi faktor dilingkungan, gaya hidup dan
praktik kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi.

2. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia setelah dilakukan


tindakan 2 x 24 jam, diharapkan :

17
NOC :
- pasien mampu menunjukkan tehnik relaksasi yang efektif
- mengenali faktor penyebab nyeri
- melaporkan nyeri pada petugas kesehatan
NIC :
- Gunakan laporan dari pasien sendiri dalam mengumpulkan informasi
pengkajian
- gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri
- kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, intensitas nyeri, faktor presipitasinya
- observasi ketidaknyamanan non verbal, khususnya yang komunikasi tidak
efektif
- instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
pengurangan nyeri tidak tercapai
- berikan informasi tentang nyeri, penyebab, cara mengantisipasinya
- gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
- ajarkan teknik relaksasi
- kolaborasi pemberian analgetik

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


malaise, mual muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis, setelah
dilakukan tindakan 2 x 24 jam, diharapkan :
NOC :
- Menunjukkan status gizi adekuat
- Mempertahankan massa tubuh atau berat badan dalam batas normal
NIC :
- tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
- tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
- berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya

18
- kaji dan dokumentasikan derajat kesulitan mengunyah/menelan
- Timbang pasien pada interval yang tepat
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
- Buat perencanaan makan dengan pasien untuk di masukkan kedalam
jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan/ketidaksukaan pasien dan
suhu makanan pelengkap, pemberian makan melalui selang, atau nutrisi
parenteral total agar asupan yang adekuat dapat dipertahankan
- Tentukan dengan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat jumlah kalori
dan jenis gizi yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,
khususnya pasien dengan kebutuhan energy tinggi
- ketahui makanan kesukaan pasien
- pantau hasil labolatorium

4. perubahan membrane mukosa mulut : stomatitis berhubungan kemoterapi,


setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam, diharapkan :
NOC :
- Menunjukkan kesehatan mulut baik
- menunjukkan hygiene mulut yang esensial sesuai dengan yang disarankan
NIC :
- Identifikasi zat yang mengiritasi
- Kaji pemahaman dan kemampuan pasien untuk melakukan perawatan
mulut
- tentukan persepsi klien tentang perubahan pada rasa, menelan, kualitas
suara dan kenyamanan
- pantau pasien setiap pergantian tugas jaga dari adanya kekeringan pada
mukosa mulut
- pantau tanda dan gejala glottis dan stomatitis
- pantau efek teurapetik dan anastesi local, pasta perlindungan mulut dan
analgetil sistemik atau topical sesuai dengan kebutuhan
- anjurkan program kesehatan mulut sebagai bagian dari perencanaan pulang

19
- instruksikan pasien untu tanda dan gejala menghindari pembersih mulut
komersil
- instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala infeksi kepada
dokter sesegera mungkin
- kolaborasi pemberian anastesi topical, pasta perlindungan mulut dan
topical atau analgetik sistemik sesuai dengan kebutuhan
- Pantau tanda tanda vital pasien
- hindari penggunaan permen bergula atau permen karet
- sediakan perawatan mulut sebelum makan atau sesuai dengan kebutuhan,
bantu pasien dlam memilih makanan yang lembut, lunak dan tidak asam
- tingkatkan perawatan gigi setiap dua jam dan dua kali pada malam hari
jika stomastitis tidak dapat dikendalikan.

20
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika sel
darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu
pembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan sel
kanker yaitu Leukemia Mielositik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronis
(LMK), Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
(Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas,
pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunan berat badan, nyeri tulang dan
nyeri sendi.
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena
membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat..

B. SARAN
Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah
yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena
kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.

21
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-

leukimia/

22

Anda mungkin juga menyukai