PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan.gejalanya bervariasi. Gejala Diabetes Melitus dapat timbul secara
berlahan lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti
minum yang menjadi lebih banyak, BAK yang sering atau pun BB menurun.
Diabetes Melitus jika tidak di tangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti Mata, Ginjal, Jantung,
Pembuluh Darah Kaki, syaraf dll.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadangkadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.
Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap
glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari
jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi
meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang .
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah
penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta
jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan
Amerika Serikat (17,7 juta jiwa). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di
Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita.
Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui pengertian diabetes melitus
2. Mahasiswa mengetahui etiologi diabetes melitus
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi diabetes melitus
4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus
5. Mahasiswa mengetahui komplikasi diabetes melitus
6. Mahasiswa mengetahui patofisiologi diabetes melitus
7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik diabetes melitus
8. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan diabetes melitus
9. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia
dengan diabetes melitus
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oelh pankreas. ( Baughman, 2000)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan oleh
hiperglikemia, dandiakibatkan dari kerusakan produksi insulin, sekresi, atau
penggunaan. Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel beta dari pulau
langerhans pada pankreas. (Nettina, 2001)
Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya efektivitas biologis dari insulin (atau keduanya).
(Greenspan, 2000)
Diabetes Melitus sesuai kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada
rekomendasi
ADA
(American
Diabetes
Association,2004),
yang
tidak
a. 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
b. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia).
c. Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari Diabetes Melitus yaitu: (Baughman,2000)
Diabetes Tipe I
1.
2.
3.
4.
Hiperglikemia berpuasa
Glukosuria, dieresis osmotic, poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Gejala-gejala lain termasuk keletihan dan kelemahan.
Ketoasidosis diabetic (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala
gejala nyeri abdomen, mual muntah, hiperventilasi, napas bau buah; jika
tidak ditangani, perubahan tingkat kesadaran, koma, kematin.
Diabetes Tipe II
1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
2. Gejala-gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lambat,
infeksi vaginal, atau penglihatan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).
3. Komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak terdeteksi dalam waktu
selama beberapa tahun (mis., penyakit mata, neuropati perifer, penyakit
vascular perifer), yang mungkin telah terjadi sebelum diagnose actual
ditetapkan.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan
sebagai akut dan kronis. (Baughman, 2000)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dalam glukosa darah.
a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar non-ketotic (HHNK)
2. Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10-15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar): mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil): mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular
c. Penyakit neuropati: mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
G. PATOFISIOLOGI
Kelainan hormon tiroid, prolaktin, dan
hormon pertumbuhan
Ketidakefektifan insulin
DM
Peningkatan hormon glukagon
Glukogenesis
Sel kelaparan
Hiperglikemia
Hiperosmolaritas
Hilang protein tubuh
Produksi energi
metabolisme
Glukosaria
Diuretik osmotik
Kalori keluar
Respon peredaran
darah lambat
MK: Resiko Infeksi
Kelelahan
Rasa lapar
meningkat
Polifagi
Poliuri
MK: Keletihan
Hemokonsentrasi
MK: Resiko
Cidera
Trombosis
Makrovaskuler
Mikrovaskuler
Aterosklerosis
Jantung
Serebral
Ekstremitas
Retina
Ginjal
Sirkulasi koroner
Sirkulasi serebral
Sirkulasi perifer
Retinopati diabetik
Neuropati
Infark miokard
Stroke
MK: Kerusakan
GangrenKulit
Integritas
MK:
Resiko
Gangguan
Retinopati
diabetik
Cidera
penglihatan
Gagal ginjal
Penyakit nefropati
Mengenai saraf
sensorik motorik
MK: Hambatan
Mobilitas Fisik
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik Diabetes Melitus diantaranya: (Nettina, Sandra
M. 2001. pedoman prktek keperawatan. Jakarta: EGC )
1. Peningkat kadar serum glukosa
a. Sampel darah puasa (FBS) glukosa lebih dari 140mg/dl, pada dua
kejadian memastikan DM.
b. Sampel darah acak glukosa lebih dari 200mg/dl pada keberadaan gejala
klasik (poliuria,polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan)
memastikan DM.
c. Sampel darah dua jam post prandial mengevaluasi metabolisme
glukosa, membantu kontrol.
2. Testoleransi glukosa ( OGTT ) mungkin di indikasikan :
a. FBS didapatkan sebelum mengkonsumsi 50 sampai 200g beban glukosa,
dan sampel darah di ambil pada , 1,2,3 dan kemungkinan 4 dan 5 jam
b. Nilai darah diagnostik adalah: FBS kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2
jam serta satu nilai lain lebih dari 200mg/dl setelah beban glukosa 75g.
3. Hemoglobin glikosilat mengukur kontrol glikemik lebih dari periode 60
sampai 120 per hari; pengukuran assay fruktosamin mengontrol lebih dari 20
hari.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Diabetes melitus diantaranya: (Baughman, 2000)
Tujuan utama dari pengobatan yaitu untuk mencoba menormalisasi
aktivitas insulin dan kadar gula darah unuk menurunkan perkembangan
komplikasi neuropati dan vaskuler.tujuan terapeuitk pada masing-masing tipe
diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (euglikemia) tanpa
mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktifitas sehari-hari pasien
dengan serius.
Terdapat 5 komponen penatalaksanaan untuk diabetes: diit, latihan
(olahraga), pemantauan, obat-obatan (sesuai kebutuhan), dan penyuluhan.
1. Farmakologis
Pengobatan farmakologis diantaranya: (Greenspan, 2000)
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum
berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan
langkah berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat
hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya.
sekresi
insulin
dan
menghambat
sekresi
glucagon.
b) Penghambat DPP IV
(1) Mekanisme : Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja
menghambat suatu enzim yang mendegradasi hormon
inkretin endogen yang berasal dari usus, sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin yang dirangsang glukosa,
mengurangi
sekresi
glukagon
dan
memperlambat
pengosongan lambung.
(2) Dosis: tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan
monoterapi tetapi juga dapat dikombinasi dengan metformin,
glitazon atau sulfonylurea.
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral :
1) Diabetes sesudah umur 40 tahun
2) Diabetes kurang dari 5 tahun
3) Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari
4) DM tipe 2, berat normal atau lebih.
b. Terapi Insulin
Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :
1) Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.
2)
vitamin, mineral)
Pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal; pemenuhan
kebutuhan energi
3)
Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas;
pertahankan sedekat dan seaman mungkin pada kadar gula darah
4)
5)
normal
Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan
Pasian yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol
kadar gula darahnya harus mempertahakan konsistensi dalam jumlah
kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makan yang
berbeda
6) Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe 2) penurunan berat
badan merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor
pencegahan utama untuk perkembangan diabetes
Kalori/kg BB ideal
Kerja santai
Sedang
25
30
30
35
35
40
Status gizi
Berat
Normal
Kurus
Berat
35
40
40-50
a) Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia
tahun 2006, kebutuhan protein untuk penyandang diabetes 1020% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan
timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.
b) Total lemak
Asupan lemak dianjurkan <7% energi dari lemak jenuh
dan tidak lebih dari 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda,
sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Anjuran
asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi.
c) Lemak dan kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol
adalah
untuk
menurunkan
risiko
penyakit
edukasi.
Tatap
muka
dapat
dilaksanakan
secara
BAB III
PEMBAHASAN
pada
tanda-tanda
dan
gejala-gejala
hiperglikemia
yang
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1.
Diagnosa
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
NOC
Status Gizi: Asupan
Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Kriteria:
1. Berat badan pasien
terkendali (4)
2. Asupan gizi sesuai (4)
3. Pasien mampu
NIC
Manajemen Nutrisi
Definisi: membantu memberikan
atau menyediakan intake makanan
dan minuman yang seimbang
1. Menanyakan apakah pasien
memiliki alergi makanan
2. Bekerjasama dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang diperlukan
pasien
3. Mengajarkan pasien menjaga
makanan harian
2.
Kerusakan integritas
kulit b/d gangren
akibat gangguan
sirkulasi perifer
Penyembuhan Luka:
Sekunder
Definisi: tingkat
regenerasi sel dan
jaringan pada luka
terbuka
Kriteria:
1. Luka bersih (5)
2. Dressing sesuai
dengan tipe luka (5)
3. Tidak terjadi infeksi
(4)
4. Pasien dan keluarga
memahami prosedur
perawatan luka (4)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau
tidak terdapatnya pembentukan insulin oelh pancreas.
Diabetes melitus terbagi menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DM tipe II. Pada
DM tipe I disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Sedangkan DM tipe II disebabkan insulin yang
ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau
bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak
ada/kurang.
Untuk penatalaksanaan pada diabetes melitus bisa dilakukan dengan
pengaturan diet dan kalori untuk mengontrol kadar glukosa darah.
B. SARAN
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui diabetes
melitus, pencegahan, penanganan, serta mengetahui asuhan keperawatan pada
klien dengan DM. Oleh karena penyandang Diabetes Melitus rata-rata memiliki
komplikasi penyakit yang lain, maka penanganan yang tepat sangat diperlukan
agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terutama pada lansia yang telah
mengalami penurunan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Diane C, Baughman dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan medikal bedah
buku saku dari brunner & suddart. Jakarta: EGC
Direktur Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI. 2003. Peran Diit dalam Penanggulanagn
Diabetes. Depkes RI
Dochterman, Joanne McCloskey ,dkk. 2008. Nursing Intervention Classification.
USA: Mosby
Greenspan, Francis S dan John D. Baxter.2000.Endokrinologi dasar dan
klinik.Jakarta: EGC
Moorhead, Sue PhD, RN. dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification.USA: Mosby
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta: EGC
Stein, Jay H.2001.Ilmu penyakit Dalam edisi 3.Jakarta: EGC