Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan.gejalanya bervariasi. Gejala Diabetes Melitus dapat timbul secara
berlahan lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti
minum yang menjadi lebih banyak, BAK yang sering atau pun BB menurun.
Diabetes Melitus jika tidak di tangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti Mata, Ginjal, Jantung,
Pembuluh Darah Kaki, syaraf dll.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadangkadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.
Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap
glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari
jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi
meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang .
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah
penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta
jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan
Amerika Serikat (17,7 juta jiwa). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di
Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita.
Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia

meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di


Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan
gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat
karbohidrat (Depkes RI, 2006).
Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua,
pendekatan selalu dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik
seperti poliuri, polidipsi atau polifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti
neuropati, retinopati dan sebagainya, umumnya bias dengan perubahan fisik
karena proses menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan fisik,
kalau perlu pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pasien diabetes
yang timbul pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainankelainan yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta
tumbuhnya jamur pada tempat-tempat tertentu.
Oleh karena itu, Lansia dengan Diabetes Melitus memerlukan asuhan
keperawatan yang baik untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Makalah ini menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan pada lansia
dengan diabetes melitus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi diabetes melitus?
2. Apa saja etiologi diabetes melitus?
3. Bagaimanakah klasifikasi diabetes melitus?
4. Bagaimanakah manifestasi klinis diabetes melitus?
5. Apa saja komplikasi diabetes melitus?
6. Bagaimanakah patofisiologi diabetes melitus?
7. Bagaimnakah pemeriksaan diagnostik diabetes melitus?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan diabetes melitus?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien lanjut usia dengan
diabetes melitus?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui pengertian diabetes melitus
2. Mahasiswa mengetahui etiologi diabetes melitus
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi diabetes melitus
4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus
5. Mahasiswa mengetahui komplikasi diabetes melitus
6. Mahasiswa mengetahui patofisiologi diabetes melitus
7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik diabetes melitus
8. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan diabetes melitus
9. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia
dengan diabetes melitus

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oelh pankreas. ( Baughman, 2000)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan oleh
hiperglikemia, dandiakibatkan dari kerusakan produksi insulin, sekresi, atau
penggunaan. Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel beta dari pulau
langerhans pada pankreas. (Nettina, 2001)
Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya efektivitas biologis dari insulin (atau keduanya).
(Greenspan, 2000)
Diabetes Melitus sesuai kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada
rekomendasi

ADA

(American

Diabetes

Association,2004),

yang

tidak

menunjukkan adanya pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat setelah


dua kali pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa
paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi aktif
atau sakit akut dalam pemeriksaan ini. Atau gula darah acak > 200 mg/dl dengan
gejala-gejala diabetes.
B. ETIOLOGI
DM disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah
(hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif.
Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya
cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. (Direktur Gizi
Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan RI. 2003)
1. DM type I atau disebut DM yang tergantung pada insulin.
DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang
terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

2. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin.


DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik,
kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi
fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya
glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari
penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan
biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
Kegemukan atau obesitas salah satu faktor penyebab penyakit DM,
dalam pengobatan penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu
ditunjang dengan terapi diit untuk menurunkan kadar gula darah serta
mencegah komplikasi-komplikasi yang lain.
C. FAKTOR RESIKO
Adapun faktor resiko dari diabetes melitus: (American Diabetes
Association, 2007)
1. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
2. Obesitas
3. Gaya hidup dan kebiasaan fisik yang tidak aktif
4. Ras/etnis (African American, latin, native American, asian american, pacific
islander)
5. Riwayat Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau melahirkan bayi dengan
berat >4 kg
6. Hipertensi (140/90 mmHg)
7. Level kolesterol HDL <35 mg/dL (0.90 mmol/L) dan atau level trigliserida
>250 mg/dL (2.82 mmol/L)
8. Sindrom polikistik ovarium atau nigrikan akantotik
9. Riwayat penyakit vaskuler
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:(Baughman, 2000)
1. Tipe I : Insulin-Dependent-Diabetes Melitus (IDDM)
a. 5% sampai 10% penderita diabetic adalah tipe 1. Sel-sel beta dari
pancreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah.
b. Awitan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Non-Insulin-Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

a. 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
b. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia).
c. Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari Diabetes Melitus yaitu: (Baughman,2000)
Diabetes Tipe I
1.
2.
3.
4.

Hiperglikemia berpuasa
Glukosuria, dieresis osmotic, poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Gejala-gejala lain termasuk keletihan dan kelemahan.
Ketoasidosis diabetic (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala
gejala nyeri abdomen, mual muntah, hiperventilasi, napas bau buah; jika
tidak ditangani, perubahan tingkat kesadaran, koma, kematin.

Diabetes Tipe II
1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
2. Gejala-gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lambat,
infeksi vaginal, atau penglihatan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).
3. Komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak terdeteksi dalam waktu
selama beberapa tahun (mis., penyakit mata, neuropati perifer, penyakit
vascular perifer), yang mungkin telah terjadi sebelum diagnose actual
ditetapkan.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan
sebagai akut dan kronis. (Baughman, 2000)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dalam glukosa darah.

a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar non-ketotic (HHNK)
2. Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10-15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar): mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil): mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular
c. Penyakit neuropati: mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki

G. PATOFISIOLOGI
Kelainan hormon tiroid, prolaktin, dan
hormon pertumbuhan

Proses penuaan, gaya hidup, infeksi,


keturunan, obesitas

Peningkatan hormon jangka


panjang

Ketidakefektifan insulin

Pengeluaran insulin berlebih oleh sel


beta pulau langerhans pankreas

Gangguan permeabilitas glukosa


dalam darah

Penurunan respon terhadap


insulin

DM
Peningkatan hormon glukagon
Glukogenesis

Sel kelaparan

Hiperglikemia

Hiperosmolaritas
Hilang protein tubuh

Produksi energi
metabolisme

Glukosaria

Diuretik osmotik

Kalori keluar
Respon peredaran
darah lambat
MK: Resiko Infeksi

Tubulus ginjal idak mampu


mereabsorbsi air

Kelelahan
Rasa lapar
meningkat

Produksi urin meningkat

Polifagi

Poliuri

MK: Keletihan

MK: Intoleransi aktivitas


Sering ke kamar kecil
MK: ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh

Hemokonsentrasi

MK: Resiko
Cidera

Trombosis
Makrovaskuler

Mikrovaskuler

Aterosklerosis

Jantung

Serebral

Ekstremitas

Retina

Ginjal

Sirkulasi koroner

Sirkulasi serebral

Sirkulasi perifer

Retinopati diabetik

Neuropati

Infark miokard

Stroke

MK: Kerusakan
GangrenKulit
Integritas

MK:
Resiko
Gangguan
Retinopati
diabetik
Cidera
penglihatan

Gagal ginjal

Penyakit nefropati

Mengenai saraf
sensorik motorik

MK: Hambatan
Mobilitas Fisik

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik Diabetes Melitus diantaranya: (Nettina, Sandra
M. 2001. pedoman prktek keperawatan. Jakarta: EGC )
1. Peningkat kadar serum glukosa
a. Sampel darah puasa (FBS) glukosa lebih dari 140mg/dl, pada dua
kejadian memastikan DM.
b. Sampel darah acak glukosa lebih dari 200mg/dl pada keberadaan gejala
klasik (poliuria,polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan)
memastikan DM.
c. Sampel darah dua jam post prandial mengevaluasi metabolisme
glukosa, membantu kontrol.
2. Testoleransi glukosa ( OGTT ) mungkin di indikasikan :
a. FBS didapatkan sebelum mengkonsumsi 50 sampai 200g beban glukosa,
dan sampel darah di ambil pada , 1,2,3 dan kemungkinan 4 dan 5 jam
b. Nilai darah diagnostik adalah: FBS kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2
jam serta satu nilai lain lebih dari 200mg/dl setelah beban glukosa 75g.
3. Hemoglobin glikosilat mengukur kontrol glikemik lebih dari periode 60
sampai 120 per hari; pengukuran assay fruktosamin mengontrol lebih dari 20
hari.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Diabetes melitus diantaranya: (Baughman, 2000)
Tujuan utama dari pengobatan yaitu untuk mencoba menormalisasi
aktivitas insulin dan kadar gula darah unuk menurunkan perkembangan
komplikasi neuropati dan vaskuler.tujuan terapeuitk pada masing-masing tipe
diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (euglikemia) tanpa
mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktifitas sehari-hari pasien
dengan serius.
Terdapat 5 komponen penatalaksanaan untuk diabetes: diit, latihan
(olahraga), pemantauan, obat-obatan (sesuai kebutuhan), dan penyuluhan.
1. Farmakologis
Pengobatan farmakologis diantaranya: (Greenspan, 2000)
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum
berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan
langkah berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat
hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya.

a. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO)


Dibagi menjadi 4 golongan :
1) Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi insulin
a) Sulfonilurea
Efek utama golongan ini meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan
pada penyakit hati, ginjal dan tiroid. Termasuk golongan ini :
(1) Khlorpropamid
(2) Glibenklamid
(3) Gliklasid
(4) Glikuidon
(5) Glipisid
(6) Glimepirid
b) Glinid
Merupakan obat generasi baru ,cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan obat ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:
(1) Repaglinid
(2) Nateglinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
a) Biguanid
Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan terutama
bekerja di hati dengan mengurangi hepatic glucose output dan
menurunkan kadar glukosa dalam darah sampai normal
(euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Contoh golongan ini adalah metformin.
b) Thiazolindion/glitazon
Thiazolindion berikatan pada peroxisome proliferator
activated receptor gamma (PPAR) suatu reseptor inti di sel otot
dan sel lemak. Obat golongan ini memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin dengan memperbaiki transpor glukosa kedalam

sel. Contoh golongan ini : pioglitazon (Actoz) dan Rosiglitazon


(Avandia).
3) Penambah alfa glukosidase / acarbose
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dengan demikian
dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan glikemia
postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
4) Golongan inkretin
a) Inkretin mimetik
(1) Jenis : suntikan, belum masuk pasaran indonesia.
(2) Mekanisme : menurunkan glukosa darah dengan cara
merangsang

sekresi

insulin

dan

menghambat

sekresi

glucagon.
b) Penghambat DPP IV
(1) Mekanisme : Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja
menghambat suatu enzim yang mendegradasi hormon
inkretin endogen yang berasal dari usus, sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin yang dirangsang glukosa,
mengurangi

sekresi

glukagon

dan

memperlambat

pengosongan lambung.
(2) Dosis: tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan
monoterapi tetapi juga dapat dikombinasi dengan metformin,
glitazon atau sulfonylurea.
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral :
1) Diabetes sesudah umur 40 tahun
2) Diabetes kurang dari 5 tahun
3) Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari
4) DM tipe 2, berat normal atau lebih.
b. Terapi Insulin
Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :
1) Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.

2) Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan


menyesuaikan dosisnya.
3) Aktivitas harian penuh penderita.
4) Kecekatan penderita dalam mempelajari dan mahami penyakitnya.
5) Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
2. Non-Farmakologis
Pengobatan non farmakologis diantaranya: ((Greenspan, 2000), (Jay, 2001)
a. Perencanaan Makan (diet)
1)

Kelompokan semua unsur makanan yang penting (misalnya

2)

vitamin, mineral)
Pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal; pemenuhan

kebutuhan energi
3)
Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas;
pertahankan sedekat dan seaman mungkin pada kadar gula darah
4)
5)

normal
Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan
Pasian yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol
kadar gula darahnya harus mempertahakan konsistensi dalam jumlah
kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makan yang

berbeda
6) Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe 2) penurunan berat
badan merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor
pencegahan utama untuk perkembangan diabetes

Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang DM


1) Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan
Berat Badan ideal. Komposisi energi:
a) Karbohidrat: 45-65%
b) Protein: 10-20%
c) Lemak: 20-25%
Makanan dibagi 3 porsi makanan utama: (pagi 20%), siang (30%),
sore (25%) dan 2 kali makanan selingan (10-15%).
Tabel Kebutuhan Kalori Penyandang Diabetes

Kalori/kg BB ideal
Kerja santai
Sedang
25
30
30
35
35
40

Status gizi
Berat
Normal
Kurus

Berat
35
40
40-50

2) Kebutuhan zat gizi

a) Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia
tahun 2006, kebutuhan protein untuk penyandang diabetes 1020% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan
timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.
b) Total lemak
Asupan lemak dianjurkan <7% energi dari lemak jenuh
dan tidak lebih dari 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda,
sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Anjuran
asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi.
c) Lemak dan kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol

adalah

untuk

menurunkan

risiko

penyakit

kardiovaskuler. Oleh karena itu <7% asupan energi sehari


seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolesterol makanan
hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
d) Karbohidrat dan pemanis
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan
diabetes di Indonesia adalah 45-65%.
(1) Sukrosa : Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan
sukrosa sebagai bagian dari perencanaan makan tidak
memperburuk kontrol glukosa darah pada individu diabetes
tipe 1 dan 2.
(2) Pemanis : Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil
daripada sukrosa dan kebanyakan karbohidrat jenis tepungtepungan.
e) Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes
sama dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan

mengkonsumsi 20-35 g serat dari berbagai sumber bahan


makanan.
f) Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama
dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg,
sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai
sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
3) Makanan yang dianjurkan dan dihindari
a) Bahan makanan yang dianjurkan
(1) Sumber karbohidrat kompleks : nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi dan sagu.
(2) Sumber protein rendah lemak : ikan, ayam tanpa kulit, susu
(3)

skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan


Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu makanan yang
mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara

dipanggang , dikukus, disetup, direbus, dibakar.


(4) Buah, contoh: pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya
dibatasi), kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk,
belimbing, buah naga.
(5) Sayuran dibagi 2 golongan: sayur golongan A dan B
(a) Sayur golongan A bebas dikonsumsi, sangat sedikit
mengandung energy, protein, karbohidrat. Jenis sayuran
gol A: oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun,
tomat, sawi, tauge, kangkung, kembang kol, kol, lobak,
labu air
(b) Sayur golongan B boleh dikonsumsi, tapi hanya 100
gram/hari. Jenis sayuran gol B diantaranya: buncis,
daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun pepaya,
labu siam, nangka muda, jagung muda, genjer, kacang
kapri, jantung pisang, daun beluntas, bayam, kacang
panjang, wortel.
b) Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari)
(1) Mengandung banyak gula sederhana seperti :
(a) Gula pasir, gula jawa
(b) Sirup, jam, jeli, buahn-buahan yang diawetkan dengan
gula , susu kental manis, minuman botol ringan dan es
cream
(c) Kue-kue manis , dodol, cake, dan tarcis

(2) Mengandung banyak lemak : cake, makanan siap saji,


goreng-gorengan.
(3) Mangandung banyak natrium : ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan
b. Latihan Jasmani
1) Prinsip
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga
secara umum, yaitu memenuhi hal berikut ini (F.I.T.T) :
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara
teratur
Intensitas: ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
Time (durasi): 30 60 menit
Tipe (jenis): olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan
bersepeda.
2) Jenis
Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah
raga yang memperbaiki kesegaran jasmani. Oleh karena itu harus
dipilih jenis olah raga yang memperbaiki semua komponen
kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan, kekuatan,
kelenturan tubuh, keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan kecepatan.
Contoh jenis-jenis olah raga yang di anjurkan utuk penderita
DM, adalah :
a) Jogging
b) Senam aerobic
c) Bersepeda
d) Berenang
e) Jalan santai
f) Senam kesehatan jasmani (SKJ)
3) Pengawasan selama latihan
a) Monitor denyut nadi (diperiksa setiap selesai tahap pemanasan,
latihan inti dan pendinginan.
b) Monitor keluhan seperti : pusing, lemas, sesak, dll (periksa
kembali kadar gula darah).
c. Penyuluhan (Edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes.
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan dalam pengelolaan.

Penyuluhan diabetes bagi penyandang diabetes dan keluarganya


dapat dilakukan dengan tatap muka dan didukung dengan penyediaan
bahan-bahan

edukasi.

Tatap

muka

dapat

dilaksanakan

secara

perseorangan atau secara berkelompok. Penyuluhan bagi masyarakat atau


komunitas yang lebih luas dapat dilakukan melalui media massa,
sedangkan untuk komunitas yang lebih kecil misalnya di lingkup rumah
sakit, puskesmas, atau dokter praktek swasta, dapat dibuat brosur atau
liflet yang disediakan untuk keluarga penyandang diabetes, masyarakat
pengunjung fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
d. Pemantauan (monitoring)
Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang
digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan
penyasuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar
glukosa darah senormal mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia
ataupun hipoglikemia.

BAB III
PEMBAHASAN

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Fokuskan

pada

tanda-tanda

dan

gejala-gejala

hiperglikemia

yang

berkepanjangan dan faktor-faktor fisik , sosial, dan emosional yang


mempengaruhi kemampuan untuk

belajar serta melakukan aktivitas

perawatan diri sehubungan dengan diabetes.


b. Minta pasien untuk mendiskripsikan gejala-gejala yang mendahului diagnos,
misalnya; poliria, polodipsi, polifagia, kulit kering, penglihatan kabur,
penurunan berat badan, gatal pada vagina, dan luka yang tidak sembuhsembuh.
c. Kaji terhadap tanda-tanda DKA termasuk ketonuria, pernapasan kussmaul,
hipotensi ortostatik , dan letargi.
d. Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala-gejala DKA termasuk mual,
muntah, nyeri abdomen.
e. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium terhadap tanda-tanda asidosis
metabolik( penurunan PH, penurunan bikarbonat) dan terhadap tanda-tanda
ketidakseimbangan elektrolit.
f. Kaji diabetes tipe II terhadap tanda-tanda sindrom HHNK : hipotensi,
perubahan sensorium, kejang, penurunan turgor kulit, hiperosmolaritas, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
g. Kaji faktor-faktor fisik yang merusak kemampuan untuk belajar atau
melakukan keterampilan perawatan diri, misalnya; kelainan penglihatan,
kelainan koordinasi motorik dan kelainan neurologis.
h. Evaluasi situasi sosial pasien terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pengobatan diabetik dan pendidikn pasien seperti kurang kemampuan

membaca, keterbatasan sumber finansial, atau kurangnya asuransi kesehatan;


ada atau tidaknya dukungan keluarga; jadual sehari-hari misalnya bekerja,
makan, olahraga, dan rencana melakukan perjalanan.
i. Kaji status emosional melalui pengamatan cara bertindak yang umum.
j. Kaji keterampilan koping dengan menanyakan bagaimana pasien mengatasi
situasi yang sulit pada masa lalu.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kalori keluar
b. Kerusakan integritas kulit b/d gangren akibat gangguan sirkulasi perifer
c. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan saraf sensorik motorik
d. Keletihan b/d produksi energi metabolisme
e. Intoleransi aktivitas b/d keletihan
f. Resiko cidera b/d gangguan penglihatan dan sering ke kamar mandi
g. Resiko infeksi b/d respon peredaran darah lambat
3. PRIORITAS DIAGNOSA
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d r
b. Kerusakan integritas kulit b/d gangren akibat gangguan sirkulasi perifer
c. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan saraf sensorik motorik

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1.

Diagnosa
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d

NOC
Status Gizi: Asupan
Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Kriteria:
1. Berat badan pasien
terkendali (4)
2. Asupan gizi sesuai (4)
3. Pasien mampu

NIC
Manajemen Nutrisi
Definisi: membantu memberikan
atau menyediakan intake makanan
dan minuman yang seimbang
1. Menanyakan apakah pasien
memiliki alergi makanan
2. Bekerjasama dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang diperlukan
pasien
3. Mengajarkan pasien menjaga
makanan harian

menjaga diit yang


sesuai (4)

2.

Kerusakan integritas
kulit b/d gangren
akibat gangguan
sirkulasi perifer

Penyembuhan Luka:
Sekunder
Definisi: tingkat
regenerasi sel dan
jaringan pada luka
terbuka
Kriteria:
1. Luka bersih (5)
2. Dressing sesuai
dengan tipe luka (5)
3. Tidak terjadi infeksi
(4)
4. Pasien dan keluarga
memahami prosedur
perawatan luka (4)

4. Memantau asupan gizi pasien


sesuai kebutuhan kalori
5. Menimbang berat badan pasien
secara berkala
6. Mendorong peningkatan
konsumsi protein, besi, dan
vitamin c
7. Menawarkan makanan
tambahan seperti jus dan buah
8. Memberikan gula pengganti
9. Menawarkan tumbuhan atau
rempah-rempah sebagai
pengganti garam
10. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah sembelit
Perawatan luka
Definisi: Mencegah komplikasi
luka dan mempercepat proses
penyembuhan luka
1. Memantau karakteristik luka
2. Menentukan tipe
dressing/kassa sesuai tipe luka
3. Mengganti kassa sesuai dengan
jumlah eksudat dan drainase
4. Memeriksa luka setiap
penggantian kassa
5. Membandingkan dan mencatat
secara teratur setiap perubahan
luka
6. Reposisi pasien setiap 2 jam
7. Menginstruksikan keluarga
dan pasien untuk melakukan
perawatan luka sesuai prosedur
8. Dokumentasikan tanda dan
gejala infeksi, lokasi luka,
ukuran dan penampilan
9. Menggunakan teknik steril
setiap perawatan luka
1.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau
tidak terdapatnya pembentukan insulin oelh pancreas.
Diabetes melitus terbagi menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DM tipe II. Pada
DM tipe I disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Sedangkan DM tipe II disebabkan insulin yang
ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau
bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak
ada/kurang.
Untuk penatalaksanaan pada diabetes melitus bisa dilakukan dengan
pengaturan diet dan kalori untuk mengontrol kadar glukosa darah.
B. SARAN
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui diabetes
melitus, pencegahan, penanganan, serta mengetahui asuhan keperawatan pada
klien dengan DM. Oleh karena penyandang Diabetes Melitus rata-rata memiliki
komplikasi penyakit yang lain, maka penanganan yang tepat sangat diperlukan
agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terutama pada lansia yang telah
mengalami penurunan fungsi.

DAFTAR PUSTAKA
Diane C, Baughman dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan medikal bedah
buku saku dari brunner & suddart. Jakarta: EGC
Direktur Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI. 2003. Peran Diit dalam Penanggulanagn
Diabetes. Depkes RI
Dochterman, Joanne McCloskey ,dkk. 2008. Nursing Intervention Classification.
USA: Mosby
Greenspan, Francis S dan John D. Baxter.2000.Endokrinologi dasar dan
klinik.Jakarta: EGC
Moorhead, Sue PhD, RN. dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification.USA: Mosby
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta: EGC
Stein, Jay H.2001.Ilmu penyakit Dalam edisi 3.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai