Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERWATAN SISTEM MUSKULOSKLETAL

PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

OLEH

KELOMPOK 2

ANGGOTA :

1. MASPRUJI
2. MUH. FAJRUDIN
3. EMILIA
4. ANIH TASMINI
5. IKE
Dosen Pembimbing

Ns,Jaenudin SKep,MKep

PROGRAM STUDI S 1
KEPERAWATAN YATSI TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2016 - 201
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Osteoporosis” dengan tepat waktu.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan
kita semua. Semoga bermanfaat.
Terimakasih.

Tangerang, 5 Maret 2017

Peyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................................. 3


2.1 Pengertian........................................................................................................... 3
2.2 Etiologi................................................................................................................ 3
2.3 Faktor Resiko Osteoporosis................................................................................ 4
2.4 Fatofisiologi........................................................................................................ 5
2.5 Pathway............................................................................................................. 6
2.6 Klasifikasi Osteoporosis.................................................................................... 7
2.7 Manifestasi klinis Osteoporosis........................................................................ 7
2.8 Komplikasi Osteoporosis................................................................................... 8
2.9 Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis............................................................... 8
2.10 Penatalaksanaan.................................................................................................. 9
2.11 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Osteoporosisi........................ ...............10
1. Pengkajian............................................................................................................10
a. Anamnesa.........................................................................................................10
b. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual......................................................10
c. Pemeriksaan Fisik............................................................................................11
d. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................12
e. Analisa Data.....................................................................................................12
2. Diagnosa yang Mungkin Timbul..........................................................................14
3. Asuhan Keperawatan NANDA NICNOC............................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................... 20


3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 20
3.2 Saran................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan
banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur
menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan pada usia
lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis.
Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di
atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pada
orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena
osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di
Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-
menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen klien
penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian
siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause
meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko
terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria
juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414
persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000
diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar
penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di
Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita
sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%,
pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan
terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di
Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia
memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien

1
osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis
terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimksud dangan osteoporosis?
2. Apa penyebab osteoporosis?
3. Apa gejala yang ditimbulkan osteoporosis?
4. Bagaimana pengobatan osteoporosis?
5. Bagaimanakah pencegahannya?

1.3 Tujuan Penulisan :


Mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan ”Osteoporosis”.
 Tujuan Umum :
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami
defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan
keperawatan serta asuhan keperawatan dari Osteoporosis.

 Tujuan Khusus :

1. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan osteoporosis.


2. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
osteoporosis.
3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan klien dengan osteoporosis.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan osteoporosis.
5. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah di lakukan
6. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
7. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung,penghambat,serta dapat mencari solusi.
8. Mampu mengdokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan osteoporosis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang sehingga mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang
secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur
dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. (Brunner &
Suddarth, 2000).
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang kronik dan progresif, yang
ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan struktural jaringan tulang, yang
dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. (Sharon L. Lewis, 2007)
Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/ massa
tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan
kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.

2.2 Etiologi

Di bawah ini merupakan beberapa penyebab terjadinya Osteoporosis yaitu :


1. Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul
pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita
penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia

3
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
3. Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan
medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis
dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian
alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal,
kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

2.3 Faktor Resiko Osteoporosis

Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu :


1. Usia
 Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
2. Genetik
 Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)
 Seks (wanita > pria)
 Riwayat keluarga
3. Lingkungan, dan lainnya
 Defisiensi kalsium
 Aktivitas fisik kurang
 Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
 Merokok, alcohol
 Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan
penglihatan)
4. Hormonal dan penyakit kronik
 Defisiensi estrogen, androgen
 Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme
 Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)

4
5. Sifat fisik tulang
 Densitas (massa)
 Ukuran dan geometri
 Mikroarsitektur
 Komposisi
6. Penurunan respons protektif
 Kelainan neuromuscular
 Gangguan penglihatan
 Gangguan keseimbangan
7. Peningkatan fragilitas tulang
 Densitas massa tulang rendah
 Hiperparatiroidisme
8. Gangguan penyediaan energy
 Malabsorpsi

2.4 Fatopisiologi

Osteoporosis menunjukan adanya penurunan absolut dari jumlah tulang yang


diperlukan sebagai kekuatan penyanggah mekanik. Berkurangnya masa tulang, dan demikian
pula dengan massa otot sesungguhnya berkaitan dengan proses menua (penuaan). Hanya
apabila berkurangnya (hilangnya) jaringan tulang cukup luas sampai menimbulkan gejala
maka disebut osteoporosis.

5
2.5 Pathway Osteoporosis

Usia lanjut (menopause)

Defisiensi Vit. D,
Sekresi estrogen Aktifitas fisik
Aktifitas 1-idroksilase

Resistensi Vit. D Bonne marow


stroma cell & sel
mononuclear (IL-
Penurunan reabsorbsi
1,IL-6, & TNF-a).
calsium diginjal,
& Penurunan
Penurunan absorbsi
sekresi GH & IGF-1
diusus

hipocalsemia
Gg. Fungsi osteoblast

PTH

Hiperparatiroidisme
sekunder

Resorpsi tulang Osteoporosis

Fraktur Kurang informasi Gg.Kseimbangan,penur


unan aktivitas &
kekuatan otot
Pergeseran Defisit pengetahuan
frakmen tulang ansietas
Resiko jatuh
Nyeri akut deformitas

Gg. Fungsi extermitas

2.6 Klasifikasi Osteoporosis


Hambatan mobilitas fisik
defisist perawatan diri
1. Osteoporosis primer
D

6
Kondisi ini lebih sering terjadi, dan bukan karena kondisi patologis. Osteoporosis
primer dapat terjadi pada pria dan wanita pada berbagai usia tetapi lebih sering terjadi
pada wanita setelah menopause dan pria pada usia lanjut. Osteoporosis primer dibagai lagi
menjadi 2 subtipe yaitu :
a. Tipe I (postmenopause) : terjadi pada wanita antara usia 55 dan 65 tahun.
b. Tipe II (senile) : terjadi pada usia lebih dari 65 tahun.
2. Osteoporosis sekunder
Disebabkan karena kondisi medis/penyakit-penyakit tulang erosive (seperti
hiperparatiroidisme, myeloma multiple, hipertiroidisme) Dan akibat terapi obat-obatan
jangka panjang seperti kortikosteroid ataupun karena imobilisasi yang lama, seperti pada
pasien dengan injuri spinal cord.
3. Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis Idiopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan
ditemukan pada usia anak-anak (juvenile), usia remaja (adolesen), wanita pra-menopause
dan pada pria usia pertengahan.

2.7 Manifestasi Klinik Osteoporosis

Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :
1. Nyeri Tulang, terutama pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat
pada malam hari.
2. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
3. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
4. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas
5. Deformitas tulang. Dapat terjadi traumatik pada vertebra Dan menyebabkan kifosis
angular yang dapat menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi
paraparesis.

2.8 Komplikasi Osteoporosis

7
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra
mengakibatkan deformitas skelet

2.9 Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu ;


1. BMD (Bone Mineralo Densitometry)
Bone Mineralomentry atau Bone Mineralo Densitometry (BMD) merupakan suatu
pemeriksaan kuantitatif untuk mengukur kandungan mineral tulang. Alat ini sangat
membantu seseorang yang hendak mengetahui, secara sederhana, apakah seseorang
mengalami osteoporosis atau tidak.
2. Pemeriksaan radioisotop
a. Single Photon Absorbtimetry (SPA)
Sumber sinyal berasal dari foton dari sinar 1-125 dengan dosis 200 mci, yang
diperiksa pada tulang perifer radius dan calcaneus.
b. Dual Photon Absorpmetry (DPA)
Sumber sinar berasal dari radionuklida GA-135 sebanyak 1,5 CI yang mempunyai
energi (44 kev dan 100 kev) digunakan untuk mengukur vertebra dan kolum
femoris.
3. Quantitative Computerized Tomography
Merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai mineral tulang secara
volumetrik dan trabekulasi tulang radius, tibia dan vertebra.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dapat mengukur struktur trabekulasi dan kepadatannya. Tidak memakai radiasi, hanya
dengan lapangan magnet yang sangat kuat, tetapi pemeriksaan ini mahal dan
memerlukan sarana yang banyak.
5. Dual-energy X Ray Absorbtiometry
Pemeriksaan ini prinsip kerjanya hampir sama dengan SPA dan DPA. Bedanya
pemeriksaan ini menggunakan radiasi sinar X yang sangat rendah. Pemeriksaan ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu SXA Single X-ray Absorbtiometry dan SXA-DEXA-
Dual Energy X-Ray Absorbtiometry. Metode ini sangat sering digunakan untuk
pemeriksaan osteoporosis baik pada pria maupun wanita, mempunyai presisi dan akurasi
yang tinggi.
Hasil yang diberikan pada pemeriksaan DEXA berupa:
8
 Densitas massa tulang. Mineral tulang yang pada area yang dinilai satuan bentuk
gram per cm.
 Kandungan mineral tulang, dalam satuan gram.
 Perbandingan hasil densitas mineral tulang dengan nilai normal rata-rata densitas
pada orang seusia dan sewasa muda yang dinyatakan dalam skor standar deviasi (Z
score atau T-score).
6. Ultra Sono Densitometer (USG) metode Quantitative Ultrasound (QUS)
Salah satu metode yang lebih murah dengan menilai densitas massa tulang perifer
menggunakan gelombang ultrasound yang menembus tulang. Dalam pemeriksaan ini,
yang dinilai adalah kekuatan dan daya tembus gelombang yang melewati tulang dengan
ultra broad band tanpa risiko radiasi. Adanya elastisitas tulang membuktikan adanya
kecepatan tembus gelombang dan kekuatan tulang dengan ultrasound.
7. Pemeriksaan Biopsi
Bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan
osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi
dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

2.10 Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan pada klien dengan osteoporosis adalah antara lain :
1. Diet
2. Pemberian kalsium dosis tinggi
3. Pemberian vitamin D dosis tinggi
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spiral brace) untuk mengurangi nyeri punggung
5. Pencegahan dengan menghindari faktor risiko osteoporosis (misalnya merokok,
mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas fisik)
6. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

2.11 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteoporosis

1. Pengkajian
9
Pengkajian merupakan salah satu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data atau informasi dari pasien baik yang bersifat objektif dan subjektif
agar mempermudah dalam menentukan masalah keperawatan.
a. Anamnesa
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan dan sebagainya
2) Riwayat penyakit dahulu
Dalam pengkajian Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelum
diagnosis osteoporosis muncul seperti reumatik, Diabetes Mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid dan lain sebagainya.
3) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga ia dibawa ke Rumah
Sakit, seperti nyeri pada punggung.
4) Riwayat penyakit keluarga
Dalam pengkajian, kita juga perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga pasien, yaitu
apakah sebelumnya ada salah satu keluarga pasien yang memiliki penyakit yang
sama.

b. Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
 Kebiasaan minum alkohol, kafein
 Riwayat keluarga dengan osteoporosis
 Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
 Penggunaan steroid jangka panjang
2) Pola nutrisi metabolik
 Inadekuat intake kalsium
3) Pola aktivitas dan latihan
 Fraktur
 Badan bungkuk
 Jarang berolah raga
4) Pola tidur dan istirahat
 Tidur terganggu karena adanya nyeri

10
5) Pola persepsi kognitif
 Nyeri pada punggung
6) Pola reproduksi seksualitas
 Menopause
7) Pola mekanisme koping terhadap stres
 Stres, cemas karena penyakitnya

c. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breathing). Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada Dan tulang


belakang. Palpasi : Taktil Fremitus seimbang kanan Dan kiri. Perkusi : cuaca
resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi : pada kasus lansia biasanya
didapatkan suara ronki.
b. B2 (Blood). Pengisapan kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin
dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh
darah atau edema yang berkaitanngan efek obat.
c. B3 (Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah,
klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
 Kepala Dan Wajah : terdapat sianosis
 Mata : skelera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
 Leher : biasanya JVP dalam batas normal
d. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak adaa keluhan
pada system perkemihan
e. B5 (bowel). Pada kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi, namun juga
penting dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 (Bone). Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien
osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau ngibbus (dowager’s hump) Dan
penurunan tinggi badan Dan berat badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang,
leg-length inequality, Dan nyeri spinal. Lokasi fraktur sering terjadi adalah antara
vertebra torakalis 8 Dan lumbalis 3.

d. Pemeriksaaan penunjang
1. CT-Scan

11
2. BMD (Bone Mineralo Densitometry)
3. Pemeriksaan radioisotop
4. Quantitative Computerized Tomography
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
6. Dual-energy X Ray Absorbtiometry
7. Ultra Sono Densitometer (USG)
8. Pemeriksaan Biopsi

e. Analisa Data
No Symtom Etiologi Problem
1. DS : Tulang rapuh dan Nyeri akut berhubungan
mudah patah
 Pasien mengatakan Nyeri dengan dampak skunder

Tulang, belakang yang dari fraktur vertebra

intensitas serangannya
meningkat pada malam Fraktur

hari.(skala : 1-10)
 Pasien mengatakan Sakit
hebat dan terlokalisasi pada Gangguan fungsi
ekstremitas atas dan
vertebra yg terserang
bawah
 Pasien mengatakan Nyeri
berkurang pada saat
istirahat di tempat tidur
Pergerakan fragmen
DO : tulang, spasme otot
 Pasien kelihatan menahan
nyeri
 Pasien tidak bisa bergerak
Nyeri akut
bebas

2. DS : Tulang rapuh dan Hambatan mobilitas fisik


mudah patah
 Pasien mengatakan berhubungan dengan
aktivitasnya terganggu disfungsi sekunder akibat

12
 Pasien mengatakan perubahan skeletal (kifosis)
Jatuh
kesulitan dalam bergerak atau fraktur baru
DO :
 Pasien mengalami
kesulitan bergerak tempat Deformitas skelet
tidur
 Pasien terlihat terbaring
lemah di tempat tidur Berkurangnya
kemampuan
pergerakan
3. Osteoporosis Risiko jatuh berhubungan
dengan penurunan aktifitas
dan kekuatan otot.
DS : Tulang rapuh dan
 Pasien mengatakan lemas mudah patah

Dan kaku
DO :
 Pasien tampak lemah Jatuh/kecelakaan

Resiko Tinggi jatuh

2. Diangnosa Keperawatan Yang Mumngkin timbul

13
1. Nyeri akut akibat dari dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan
klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan
tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis) atau fraktur baru.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan aktifitas dan kekuatan otot.
4. Defisit perawatan diri akibat dari keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan
klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun,
klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur
traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.
5. Defisiensi pengetahuan dan informasi berhhubungan dengan salah persepsi dan
kurang informasi.
6. Ansietas : perubahan dalam status kesehatan ( osteoporosis ).

14
3. Asuhan Keperawatan nanda nic-noc
NO DX KEPERAWATAN TUJ. DAN KRIT. HASIL INTERVENSI
1 Nyeri akut NOC NIC
Definisi : pengalaman sensori dan  Pain level Pain managemen:
emosional yang tidak menyenangkan  Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara
yang muncul akibat kerusakan  Comfort level komprehensif termasuk
jaringan yang aktual atau potensial Kretia hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualit
atau digambarkan dalam hal  Mampu mengontrol nyeri ( tau penyebab as dan faktor presipitasi.
kerusakan sedemikian rupa ( nyeri, mampu menggunakan teknik - Observasi reaksi non verbal dari ketidak
international association for the study nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, nyamanan.
of pain ) : awitan yang tiba tiba atau mencari bantuan) - Gunakan teknik komunikasi terapetik
lambat da intensitas ringan hingga  Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mengetahui pengalaman nyeri
berat dengan akhir yang bisa dengan menggunakan managemen nyeri. pasien.
diantisifasi atau diprediksi dan  Mampu mengenali nyeri - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
berlangsung < 6 bulan. (skala,intensitas,frekuensi dan tanda nyeri
Batasan karakteristik : nyeri) - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
- Perubahan selera makan  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Evaluasi bersama pasien dan tim
- Perubahan tekanan darah kesehatan lain tentang ketidakefektipan
- Perubahan frekuensi jantung kontrol nyeri masa lampau
- Perubahan frekuensi pernapasan - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
- Laporan isyarat dan menemukan dukungan

15
- Diaforesis - Kontrol lingkungan yang dapat
- Perilaku distraksi mis : berjalan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
mondar mandir mencari orang lain pencahayaan dan kebisingan ruangan.
atau aktivitas lain,aktivitas yang - Kurangi faktor presifitasi nyeri
berulang. - Pilih dan lakukan penganan nyeri
- Mengekspresikan perilaku seperti (farmakologi, nonfarmakologi, dan
gelisah,merengek,menangis. interpersonal)
- Masker wajah (misal mata kurang - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
bercahaya,tampak kacau,gerakan menentukan intervensi
mata berpencar,atau tetap pada satu - Ajarkan teknik nonfarmakologi
fokus meringis) - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Sikap melindungi area nyeri - Evaluasi keefektipan kontrol nyeri
- Fokus menyempit (misal gangguan - Tingkatkan istirahat
persepsi nyeri,hambatan proses - Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
berpikir, penurunan interaksi dengan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil
orang dan lingkungan) - Monitor penerimaan pasien tentang
- Indikasi nyeri yang dapat diamati manajemen nyeri.
- Perubahan posisi untuk menghindari Analgesic Administration
nyeri - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
- Sikap tubuh melindungi dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Dilatasi pupil - Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

16
- Melaporkan nyeri secara verbal dosis dan frekuensi.
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu

2 Hambatan mobilitas fisik NOC NIC


Definisi : Keterbatasan pada  Joint movement : Active Exercise therapy : Ambulation
pergerakan fisik tubuh atau satu atau  Mobility level - Monitoring vital sign sebelum/sesudah
lebih ektermitas secara mandiri atau  Self care : ADLs latihan dan liat respon pasien saat latihan
terarah.  Transper perfomance - Konsulkan dengan terafi fisik tentang
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Penurunan waktu reaksi  Klien meningkat dalam aktivitas fisik - Bantu klien untuk mnggunakan tongkat
- Kesulitan membolak balikan posisi  Mengerti tujuan dari peningkatan saat berjalan dan cegah terhadap cedera
- Melakukan aktivitas lain sebagai mobilitas - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
pengganti pergerakan  Memverbalisasikan perasaan dalam tentang teknik ambulasi
- Dispnea setelah beraktivitas meningkatkan kekuatan dan kemampuan - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Perubahan cara berjalan berpindah - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
- Gerakan bergetar  Memperagakan penggunaan alat ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.
- Keterbatasan motorik halus  Bantu untuk mobilisasi (walker) - Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
- Keterbatasan motorik kasar dan berikan bantuan jika diperlukan.

17
- Keterbatasan pergerakan sendi
- Tremor akibat pergerakan
- Ketidakstabilan postur
- Pergerakan lambat dan pergerakan
tidak terkoordinasi
Faktor yang berhubungan :
- Intolensi aktifitas
- Perubahan metabolisme seluler
- Ansietas
- Indeks masa tubuh diatas parentil ke
75 sesuai usia
- Gaguan kognitif
- Kontraktur
- Kepercayaan budaya tentang
aktivitas sesuai usia
- Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh
- Penurunan kendali otot
- Penurunan masa otot
- Malnutrisi ganguan muskuloskletal
-

18
3 Resiko jatuh NOC NIC
Definisi :Peningkatan kerentanan  Trauma risk for Fall prevention
untuk jatuh yang dapat menyebabkan  Injury risk for - Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik
bahaya fisik. Kriteria hasil : pasien yang dapat meningkatkan potensi
Faktor resiko  Gerakan terkoordinasi kemampuan otot jatuh dalam lingkungan tertentu
 Dewasa untuk bekerjasama secara volounter - Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
- Usia 65 th atau lebih untuk melakukan gerakan yang bertujuan memepngaruhi risiko jatuh
- Riwayat jatuh  Perilaku pencegahan jatuh : tindakan - Mendorong pasien untuk penggunaan
- Penggunaan alat bantu individu atau pemberi asuhan untuk tongkat atau alat bantu jalan
- Penggunaan kursi roda meminimalkan faktor resiko yang dapat - Tempat artikel mudah dijangkau dari
 Lingkungan memicu jatuh dilingkungan individu pasien
- Ruang yang memiliki pencahayaan  Tidak ada kejadian jatuh - Ajarkan pasien untuk jatuh meminimalkan
yang redup  Pemahaman pencegahan jatuh perilaku cedera
- Karpet yang tidak rata keselamatan pribadi - Gunakan teknik yang tepat untuk
- Ruang yang tidak dikenal mentransfer pasien ke dan dari kursi roda,
- Kondisi cuca misalnya lantai basah tempat tidur, toilet dsb
 Fisiologis - Hindari kekacauan pada permukaan lantai
- Penurunan kekuatan ekstremitas - Berikan pencahayaan yang memadai
- Gangguan mobilitas fisik - Menyediakan pegangan tangan terlihat dan
memegang tiang
- Mendidik anggota keluarga tentang faktor

19
resiko yang berkontribusi terhadap jatuh
dan bagai mana mereka dapat menurunkan
resiko jatuh.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/massa


tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan
kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.
Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu : usia, genetik, defisiensi
kalsium, aktivitas fisik kurang, obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin,
siklosporin), merokok, alcohol serta sifat fisik tulang (densitas atau massa tulang) dan lain
sebagainya.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra
mengakibatkan deformitas skelet

3.2 Saran

1. Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor resiko
osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk tulang
2. Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan kesehatan yang
baik terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau mencegah terjadinya
penyakit osteoporosis
3. Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system
musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lhan praktik demi
memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Kumar, Vinay, Abul K. Abbas dan Nelson Fausto. 2005. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease. Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Lewis, Sharon L. 2007. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke
Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai