Pengertian
B. Klasifikasi
Ada beberapa tipe diabetes melitus yang berbeda-beda. Perbedaan tipe diabetes
melitus berdasarkan pada penyebab, perjalan klinis dan terapinya. Klasifikasi diabetes
Pada diabetes tipe 1, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal
darah. Diabetes tipe 1 ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada
usia 30 tahun (Smeltzer dan Bare, 2001). Pada diabetes tipe 1, 90% sel penghasil
insulin mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan
pasien harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur (Riyadi dan Sukarmin,
2008).
Diabetes tipe 2 ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus
normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak
ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering
terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum
dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor risiko utama pada diabetes tipe 2.
Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang
obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar
DM tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain. Misalnya defek genetik pada
fungsi sel-β, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti
genetik lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam pengobatan
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan. Terjadi pada 2-5%
semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan (Smeltzer dan Bare, 2010).
C. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus
adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan
lebih satu penyebab yang mendasarinya.Menurut banyak ahli beberapa faktor yang
sering dianggap penyebab yaitu :
1. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskan kepada anak-anaknya.
2. Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi
atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang
menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
3. Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida yang berasal dari singkong.
4. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang
diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat
nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.
Penyebab lainnya adalah:
a. Gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa / gula
darah untuk diubah menjadi energi/ tenaga.
b. Gangguan/ tidak berfungsinya hormon insulin dalam tubuh sehingga terjadi
penumpukan kadar glukosa/ gula dalam darah.
c. Gangguan / kerusakan pada sistem pankreas yang menyebabkan terganggunya
produksi insulin.
D. Manifestai Klinis
Gejala penyakit diabetes mellitus antara pasien dengan pasien yang lain
bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu
(Hastuti, 2008). Mansjoer et al (2000), Price dan Wilson (2005), Noer et al (2006),
Riyadi dan Sukarmin (2008), menyebutkan gejala khas penyakit diabetes mellitus yaitu:
Disebabkan oleh hiperglikemia yang berat melebihi ambang ginjal sehingga timbul
pengeluaran urin.
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan konsentrasi ke plasma yang hipertonik. Dehidrasi intrasel merangsang
Hal ini diakibatkan oleh gangguan sirkulasi. Katabolisme protein di otot dan
5. Gejala Lain
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien adalah rasa kesemutan, pruritis
(gatal-gatal), mata kabur, gigi mudah goyah dan lepas, ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih
dari 4 kg, impotensi pada pria serta pruritis vulva pada wanita.
E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes mellitus
adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses
ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala
seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton
dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat
tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit
ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari
kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi
kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan
dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin
dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras
pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang
membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus.
Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase
yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan
infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
F. Concept Map
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
4. Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
- Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <110 110-120 >126
- Darah kapiler <90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
H. Komplikasi
Sirkulasi darah yang buruk pada pembuluh darah kecil bisa melukai mata, saraf dan
kulit serta memperlambat penyembuhan luka. Sedangkan sirkulasi darah yang buruk
pada pembuluh darah besar biasa melukai otak, jantung dan pembuluh darah kaki.
Pengidap DM bisa mengalami berbagai komplikasi baik akut maupun kronik apabila
Menurut Schteingart (2006) dan Yusra (2010), komplikasi DM yang sering terjadi
1) Komplikasi Akut
a) Ketoasidosis Diabetik
pasien DM. Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien akan mengalami
liposis serta peningkatan oksidasi asam lemak bebas yang akan disertai dengan
hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan
b) Hipoglikemia
reaksi insulin dan syok insulin, terutama komplikasi terapi insulin. Hipoglikemia
juga berakibat fatal karena apabila terjadi dalam waktu yang lama dapat
2) Komplikasi Kronik
Adalah komplikasi yang terjadi karena glukosa darah berada di atas normal
a) Komplikasi Mikrovaskular
i. Retinopati diabetik
persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal
kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol
Glukosa darah yang tinggi akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
disebut neuropati diabetik. Saraf yang telah rusak membuat penderita diabetes
tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, dingin, pada tangan dan kaki.
b) Komplikasi Makrovaskular
Makroangiopati tidak spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih
sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa
hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara
risiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa >15 mU/mL
DM, ususnya pada penyandang DM tipe 2 usia paruh baya hingga lansia.
Penyakit arteri koroner merupakan penyebab terbanyak kematian pada
kongestif sebagai komplikasi infark dan juga cenderung jarang bertahan hidup
pada periode segera setelah mengalami infark (LeMone, Karen, dan Gerene,
2012).
Penyandang DM, khususnya lansia dengan DM tipe II, dua hingga empat kali
lebih sering mengalami stroke (CDC, 2007). Meskipun hubungan pasti antara
faktor risiko stroke) merupakan masalah kesehatan umum yang terjadi pada
berkembang dengan cepat, dan frekuensinya sama pada pria dan wanita.
dengan laudikasi (nyeri) intermiten di tungkai bawah dan ulkus pada kaki
I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas
pasien. Ada empat komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu: diet, latihan,
penyuluhan, dan obat. Berikut merupakan obat-obatan dalam penanganan DM:
J. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas pasien yaitu : (nama, No RM, Ruangan, Tgl/jam MRS, Kebangsaan,
Tempat/Tgl Lahir, jenis kelamin, umur, agama,status, pendidikan, Gol.
Darah, pekerjaan, alamat, rujukan)
b. Keluarga yang menemani atau bertanggungjawab.
2. Alasan masuk rumah sakit
Keluhan utama
Alasan dirawat
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
4. Pengkajian masing-masing sistem
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala:lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram oto, tonus otot menurun,
ganguan tidur/istirahat.
Tanda:Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala:Adanya riwayat hipertensi; IM akut, klaudikasi, kebas, dan kesemutan
pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda:takikardia, perubahan tekanan darah postural; hipertensi, nadi yang
menurun/tak ada, disritmia, krekels; DVJ (GJK), Kulit panas, kering,
dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego:
Gejala:stres; tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda:ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi:
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuri), nokturia, Rasa nyeri/ terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, Nyeri tekan
abdomen, diare
Tanda:urine, encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovalemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan
menurun;hiperaktif (diare).
e. Makanan/cairan:
Gejala: hilang napsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet; peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badab lebih dari
periode beberapa hari/minggu, haus
Tanda: kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah., pembesaran tiroid (peningkatan kebtuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah), bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori:
Gejala: pusig/pening, sakit kepal, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia, angguan penglihatan
Tanda: disorientasi; engantuk; letargi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan
memori (baru, masa lalu); kacau mental, refleks tendon dalam (RTD)
menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjut DKA).
g. Nyeri/ kenyamanan:
Gejala: abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda: wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan :
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa spuntum
purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak)
Tanda: lapar udara, batuk, dengan/tanpa sputum prulen (infeksi)., frekuensi
pernapasan
i. Keamanan:
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: demam,diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurnuya kekuatan
umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas:
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria;
kesulitan orgasme pada wanita.
K. Diagnosa Keperawatan
L. Rencana Keperawatan
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Lewis, S. (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problems. Philadelphia. Mosby Company.
Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2012-2014.Penerbit Buku Kedokteran :
EGC
Price A. Sylvia (2000). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Smeltzer & Barre, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Sherwood, (2003). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN DENGAN ULKUS KAKI DIABETIK
DI BANGSAL MELATI 1 DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA
NAMA : NASRULLAH
NIM : 17160126
LAPORAN PENDAHULUAN
Menyetujui,
(................................................) (....................................................)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Menyetujui,
(................................................) (....................................................)