Diabetes mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata sirkulasi darah
madu digunakan karena pasien diabetes mellitus mengalami peningkatan kadar gula darah,
termanefestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat lagi menahankadar gula darah yang tinggi.
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani. Diabetes artinya mengalir terus, dan mellitus
berarti madu atau manis. Istilah menujukan tentang keadaan tubuh penderita, yaitu adanya cairan
manis yang mengalir terus (Mahendra et al, 2008).
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
tinggi (hiperglikemia), berlangsung terus menerus, disertai dengan berbagai kelainan dalam proses
metabolisme tubuh akibat gangguan hormonal (kekurangan hormone insulin) baik secara absolute
maupun relatif (Rusilanti, 2008). Menurut Misnadiarly (2006) diabetes mellitus atau penyakit kencing
manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai
normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di
atas atau sama dengan 126 mg/dl. Keadaan ini juga bisa menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.
Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang di hasilkan oleh sel beta
pulau Langerhans yang berada dikelenjar pankreas. Kelenjar pankreas terletak di dalam rongga perut
bagian atas, tepatnya di belakang lambung. Insulin merupakan suatu polipeptida, sehingga dapat juga
disebut protein. Dalam keadaan normal bila kadar glukosa naik maka insulin akan dikeluarkan dari
kelenjar pankreas dan masuk ke dalam aliran darah. Dalam aliran darah insulin akan menuju ke
tempat kerja (reseptor) yaitu 50% ke hati 10-20% ke ginjal dan 30-40% bekerja sel darah, otot, dan
jaringan lemak. Adanya insulinlah yang membuat kadar glukosa darah akan kembali normal
(Dalimartha, 2007).
Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang
dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut atau seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketonik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) komplikasi neoropati
(penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makrovaskuler
yang mencankup infak miokat, strok dan penyakit vaskuler perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Gibney et al (2008) diabetes mellitus dikalsifikasikan
sebagai diabetes tipe I, diabetes tipe II, diabetes gestasional, dan toleransi glukosa yang terganggu
(impaired glucose tolerance). Sindrome metabolik atau sindrom X yang berkaitan erat dengan
diabetes mellitus.
1) Diabetes tipe I
DM tipe I ditandai oleh penurunan kadar insulin (insulinopenia) yang disebabkan oleh
destruksi sel-sel . Pasien DM tipe I memerlukan insulin untuk tetap bertahan hidup.
Tanpa adanya insulin dari luar, pasien akan mengalami ketoasidosis, koma, dan kematian.
2) Diabetes tipe II
DM tipe II merupakan bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai oleh
gangguan pada sekresi serta kerja insulin. Kedua defek ini terdapat pada DM klinis.
Penyebab yang jumlahnya banyak dan bervariasi untuk terjadinya kelainan ini
teridentifikasi. DM tipe II juga memiliki perubahan multifaktorial. Mayoritas pasien DM
tidak tergantung pada insulin dan kebanyakan di antara mereka menderita diabetes pada
usia dewasa.
Pada DM tipe II terdapat resistensi insulin dengan insulinopenia relative, pada saat stres
memerlukan insulin. Obesitas pada bagaian perut umumnya terlihat pada pada pasienpasien DM tipe II. Ketoasidosis jarang ditemukan dan jika terlihat, keadaan ini
berhubungan dengan stres atau penyakit lain yang menjangkit pasien DM. Pasien DM
cenderung mengalami komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Faktor etiologi
meliputi faktor genetik, usia, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.
3) Diabetes gestasional
DM gestasional merupakan intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglikemia
dengan keparahan yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada saat hamil.
Definisi ini berlaku tanpa memandang apakah hormon insulin digunakan atau tidak dalam
penanganannya ataukah keadaan tersebut tetap bertahan setelah kehamilan berahir.
Intoleransi glukosa dapat mendahului kehamilan tetapi kedaaan ini tidak diketahui
sebelumnya.
4) Sindrom metabolik atau sindrom X
Kelompok kelainan yang terdiri atas hiperglikemia, hipertensi, obesitas pada bagian perut,
dislipidemia, dan resistensi insulin sering ditemukan. Kelompok faktor-faktor risiko
untukterjadinya penyakit kardiovaskular ini dinamakan sindrom X atau sindrom resistensi
insulin atau sindrom metabolik. Sejumlah penelitian epidiemologi memastikan bahwa
sindrom ini umunya dijumpai pada berbagai kelompok etnis yang meliputi orang-orang
Eropa, Afro-Amerika, Meksiko-Amerika, India, serta Cina di Asia, Aborigin Australia,
Polinesia, dan Mikronesia. Manajemen orang dengan hiperglikemia dan ciri-ciri sindrom
metabolik lainya tidak hanya berfokus pada pengendalian glukosa darah, tetapi juga harus
meliputi berbagai berbagai strategi untuk menurunkan faktor risiko kardiovaskular lainya.
Tabel 1.1. Klasifikasi etiologi kelainan glikemia (diabetes mellitus)
Tipe I.
Tipe II
disertai diabetes
Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan
gastesional.
Manifestasi
Menurut Misnadiarly (2006) tanda dan gejala diabetes dapat digolongkan menjadi gejala akut
dan gejala kronik.
1) Gejala akut.
Gejala penyakit DM ini dari suatu penderita ke penderita lainya tidak selalu sama dan
gejala yang umum timbul dengan adanya variasi gejala lain, bahkan penderita diabetes
yang tidak menunjukan gejala apapun sampai pada saat tertentu. Pada permulaan gejala
ditunjukan meliputi tiga tanda yaitu banyak makan (poifagia), banyak minum
(polidipsia), banyak buang air kecil (poliuria). Dalam fase ini penderita menunjukan
berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada saat jumlah insulin masih
mencukupi.
Diabetes mellitus bila tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin, akan mengalami polidipsia dan poliuria, dan
beberapa keluhan lain seperti nafsu makan mulai berkurang, bahkan timbul rasa mual
jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai berat badan turun dengan cepat
(bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Bila tidak lekas diobati akan
timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh tidak sadarkan diri (koma diabetic).
Koma diabetic adalah koma pada penderita DM akibat kadar glukosa darah terlalu
tinggi (melebihi 600 mg/dl). Gejala dan penurunan berat badan yang paling sering
menjadi keluhan utama penderita.
2) Gejala kronik
Keadaan penderita DM tidak menujukan gejala akut (mendadak) tetapi baru
menunjukan gejala sesudah beberapa tahun mengidap penyakit DM, gejala ini disebut
kronik atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah seorang penderita dapat
mengalami beberapa gejala antara lain: kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah lelah, mudah mengantuk, mata
kabur, biasanya sering mengganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita
gigi mudah goyang dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun, bahkan impoten, para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau berat badan lahir > 4 kg.
Etiologi
Diabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, penyebab berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2) Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses
secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel - sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat
kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
Patofisiologi
Secara patofisiologi, DM tipe II disebabkan karena dua hal yaitu penurunan respon jaringan
perifer terhadap insulin, peristiwa tersebut dinamakan resistensi insulin, dan Penurunan kemampuan
sel b pankreas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa. Sebagian besar DM
tipe II diawali dengan kegemukan karena kelebihan makan. Sebagai kompensasi, sel b pankreas
merespon
dengan
mensekresi
insulin
lebih
banyak
sehingga
kadar
insulin
meningkat
telah terjadi penurunan kadar insulin plasma akibat penurunan kemampuan sel b pankreas untuk
mensekresi insulin, dan diiringi dengan peningkatan kadar glukosa plasma dibandingkan normal. Pada
penderita DM II, pemberian obat-obat oral antidiabetes sulfonilurea masih dapat merangsang
kemampuan sel b Langerhans pankreas untuk mensekresi insulin (Nugroho, 2006).
Faktor resiko
Faktor-faktor yang mempertinggi risiko diabetes menutut Sustrani, et al (2006).
1) Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen
yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi
risiko terkena diabetes juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan
kurang bergerak.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisikologi yang secara dratis menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia
rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badanya berlebih,
sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
3) Gaya hidup stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan
berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Seretonin ini memiliki efek
penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang
berbahaya bagi mereka yang berisiko terkena diabetes.
4) Obesitas
Obesitas terjadi pada 80-85 persen penderita diabetes tipe II mengidap kegemukan, dan
tidak semua orang yang kegemukan menderita diabetes, tetapi penyakit ini muncul 10-20
tahun kemudian. Dikatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20 persen dari berat badan
normal.
5) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes.
Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk
berlebihan) mengakibatkan gangguan insulin (retensi insulin). Kurang gizi dapat terjadi
selama kehamilan, masa anakanak, dan pada usia dewasa akibat ketat berlebihan.
Sedangkan kurang gizi pada janin terjadi karena ibu merekok atau mengkonsumsi
alkohol semasa hamilnya. Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau
kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga
cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebih. Sekitar 80 persen
penderita diabetes tipe II adalah mereka tergolong gemuk.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik (pemeriksaan) diabetes mellitus dilakukan dengan beberapa tes (Wiyakusuma,
2004).
bervariasi karena terjadinya perubahan pada gaya hidup, keadaan fisik dan mental penderita
disamping karena berbagai kemajuan dalam metode terapi yang dihasilkan dari riset. Karena itu,
meliputi berbagai pengkajian yang konstan dan modifikasi rencana penangan oleh professional
kesehatan di samping penyesuaian terapi oleh pasien sendiri setiap hari. Meskipun tim kesehatan
mengarahkan penangan tersebut, namun pasien sendirilah yang harus bertangung jawab dalam
melaksanakan terapi yang kompleks itu setiap hari, karena alasan ini pendidikan pasien dan
keluarganya di pandang kompenen yang penting dalam menangani penyakit diabetes sama pentingnya
dengan komponen lain pada terapi diabetes ( Brunner & Suddarth 2002).
1) Diet
Mengatasi DM dengan berdiet pada hakikatnya memiliki tujuan meningkatkan dan
mempertahankan berat badan ideal dengan menyediakan makanan untuk memenuhi
kebutuhan energy dan zat-zat gizi. Dalam menjalani diet asupan gizi makanan bagi
penderita adalah karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%, dan protein penderita DM setiap
hari 15-20% dari total kebutuhan energi atau 0,8 gram/kg berat badan, pilih protein yang
memiliki niali gizi tinggi . Konsumsi lemak tidak jenuh ditingkatkan minimum 10% dari
total energi dan konsumsi lemak yang mengandung kolesterol tidak boleh lebih dari 300
mg/hari Serat halus dalam jumlah yang tinggi, yakni lebih dari 40 gram setiap hari atau
25 gram untuk setiap 100 kalori. Dianjurkan mengkonsumsi makanan berserat secara
bertahap hingg mencapai jumlah yang diharapkan. Pilih makan yang mengandung serat
mudah larut, seperti buncis, buah dan kacang-kacangan (Sumanto, 2009).
2) Latihan fisik (olahraga)
Beberapa manfaat olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur bagi penderita DM
yaitu, menurunkan kadar gula darah, memperlancar darah sehingga retensi insulin
berkurang dan sensitivitas atau kepekaan insulin bertambah, menurunkan berat badan,
mencegah kegemukan yang akan memperberat peningkatan kebutuhan insulin,
mengurangi komplikasi yang berkaitan lemak
darah dan meningkatkan kadar High-density lipoproteins (HDL) sebagai faktor
pelindung (protected) dari kejadian penyakit jantung koroner dan atikoagluan. Highdensity lipoproteins normal 45- 65%, HDL 35% berisiko terjadi komplikasi vaskuler
(Sutedjo, 2010).
3) Pemantauan
Pemantauan pengendalian diabetes dan pencegahan komplikasi DM bertujuan
menghilangkan gejala, memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan
kronik mengurangi laju pengendapan komplikasi yang sudah ada. Pemantauan dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial,
pemeriksaan HbA1c setiap 3 bulan, pemeriksaan ke fasilitas kesehatan kurang lebih 4 X
pertahun
(kondisi
normal)
dan
dilakukan
pemeriksaan
jasmani
lengkap,
yang
besar,
sehingga
menyebabkan
aterosklerosis.
Penyakit
Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.Vol 2.
E/8. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Ed 3. Jakarta: EGC
Dalimartha, S. (2007). Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Diabetes Mellitus: Jakarta. Penebar
Swadaya
Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.H., Arab, L. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.H., Arab, L. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
Mahendra, et al. (2008). Care Your Self Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus
Misnadiarly. (2006). Ulcer, gangrene, infeksi diabetes mellitus. Jakarta: Pustaka Popular Obor
Nugroho, A. G. (2006). Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi Dan Mekanisme Aksi
Diabetogenik. Yogyakarta: Jurnal Universitas Gajah Mada ISSN: 1412-033X Volume 7,
Nomor 4 Oktober 2006 Halaman: 378-382
Purnamasari, D. (2009) Ilmu Penyakit Dalam, Diagnosis dan Kalasifikasi Diabetes Mellitus. Jakarta:
Internal Publising
Ruslianti. (2008). Menu Sehat untuk Diabetes Mellitus. Jakarta: Kawan Pustaka
Sharp A., Clark J. (2011). Diabetes and its effects on wound healing. Journal Nursing Standard 25, 45,
41-47. Date of acceptance: October 1 2010
Sumanto, A. (2009). Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agromedia Pustaka
Sustrani, L ., Syamsir A., Iwan H. (2006). Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sutedjo, A. Y. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Melitus Berusia Panjang. Yogyakarta: Kanisius
Truns, M. (2011). The diabetic foot: an overview of assessment and complications. Journal of
Nursing, 2011 (tissue viability Supplement), Vol 20, No 15
Utami, P. et al. (2005). Terapi Jus untuk Diabetes. Jakarta: Agromedia Pustaka
Wijayakusuma, H. M. H. (2004) Bebas Diabetes Ala Hembing. Jakarta: Puspa Swara