Disusun oleh:
Kelompok 1 (kelas C)
Rara S
: 12.071.014.077
Ajriani
: 12.071.014.
Sitti Sabira
: 12.071.014.071
Andi Fausiah
: 12.071.014.102
Nurlaila A Bailusi : 12.071.014.090
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga Askep yang berjudul "Typoid Abdominalis" ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Askep ini disusun sebagai tugas untuk mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1. Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini
tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu
diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini,sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
BAB 2 ISI
a. Konsep Penyakit
1.
Definisi
2.
Etiologi
3.
4.
Klasifikasi
5.
Patofisiologi
6.
Komplikasi
b. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan (Lampirkan Penyimpangan KDM)
3. Intervensi Keperawatan dan rasional tindakan
BAB 3 Penutup
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
BAB II
ISI
a. Konsep Penyakit
1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia
12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas
usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ) (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
2. Etiologi
a) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1) Antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2) Antigen H(flagella)
3) Antigen V1 dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypi A
c) salmonella parathypi B
d) Salmonella parathypi C
e) Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996)
1. DEMAM
Demam berlangsung 3 minggu
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari.
b. Minggu II : Demam terus
c. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur angsur
2. GANGGUAN PADA SALURAN PENCERNAAN
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
c. Terdapat konstipasi, diare
3. GANGGUAN KESADARAN
a. Kesadaran yaitu apatis somnolen
b. Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil
dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
4. Klasifikasi
Klasifikasi dari Thypus Abdominalis adalah :
a. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna , gangguan kesadaran.
b. Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita
mengalami buang - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih
susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak
lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala
kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala
hepatitis.
5. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita
typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
6. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, alamat, pendidikan, nomor RM, diagnosa medis, tanggal
masuk Rumah Sakit, serta tanggal pengkajian.
b)
Keluhan utama
Keluhan utama yaitu keluhan yang terjadi saat dikaji,
keluhan yang terdapat pada klien dengan gangguan thypus
abdominalis biasanya demam yang terjadi lebih dari satu minggu
antipiretik.
Q : Qualitas/ qualitatif yaitu bagaimana gejala dirasakan dan
sejauh mana keluhan dirasakan. Demam yang dirasakan lebih
dari satu minggu yang bersifat remiten (hilang timbul).
R : Region (daerah mana saja yang dikeluhkan). Demam
dirasakan pada seluruh tubuh, terutama pada bagian dahi,
S :
T :
a) Riwayat Kehamilan
Komplikasi pada saat kehamilan klien, lamanya kehamilan,
imunisasi TT dan infeksi kehamilan, kunjungan kehamilan, keluhan
selama kehamilan, tanggal kelahiran dan jumlah gravida kesehatan
selama kehamilan dan obat-obat yang digunakan selama kehamilan.
b) Riwayat Persalinan
Klien lahir prematur atau matur, kondisi klien pada saat lahir,
berat klien saat lahir,karena bial berat berat kurang dari 2500 atau
BBLR dapat mempengaruhi daya tahan anak, panjang klien saat
lahir, durasi persalinan tipe melahirkan, tempat melahirkan dan obatobatan yang digunakan ketika melahirkan.
4) Riwayat Imunisasi dan Makanan
a) Imunisasi
Riwayat imunisasi, menanyakan tentang (usia klien pada saat
diimunisasi, jenis imunisasi) dan reaksi yang diharapkan dan catatan
alasan anak belum mendapat imunisasi bila ada. Catat imunisasi yang
telah diberikan yaitu imunisasi BCG 1x, DPT 3x, Polio 4x, Hepatitis
B 3x dan Campak 1x.
b) Makanan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa
diberikan makanan tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi
dan frekuensi yang diberikan dan tanyakan makanan apa yang lebih
disukai oleh anak.
Kebiasaan anak pada usia sekolah yaitu biasanya anak
sekolah pada umumnya mempunyai nafsu makan yang baik dan
menyukai beberapa makanan yang sederhana masih lebih disukai.
5) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajian riwayat pertumbuhan meliputi berat badan, tinggi badan
normal,
lingkar
lengan
atas
dan
gigi.
Sedangkan
pengkajian
personal
sosial,
perkembangan
psikososial
dan
perkembangan
psikoseksual.
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Pada klien dengan typhus abdominalis ditemukan perubahan
pola nutrisi dimana terdapat penurunan napsu makan yang
dikarenakan mual, perut kembung, dan obstipasi. Berkurangnya
frekwensi makan sehingga asupan nutrisi tidak adekuat.
b) Pola eliminasi
Pola eliminasi klien dengan typhus abdominalis biasanya
sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau pun
normal seperti biasa. Konstipasi dan diare bisa terjadi karena adanya
kerusakan pada villi usus halus sehingga absorpsi makanan
terganggu. Bila telah terjadi komplikasi perforasi / perdarahan usus
dapat terjadi melena.
c) Pola istirahat dan tidur
Perubahan pola istirahat tidur dapat terjadi jika anak
mengalami nyeri dan demam sehingga anak menjadi gelisah dan
rewel, biasanya kualitas dan kuantitas tidur klien berkurang.
d) Pola Aktivitas dan latihan
Biasanya aktivitas klien terbatas hanya ditempat tidur karena
kelemahan, sakit yang dirasakan serta karena program terapi yang
mengaharuskan pasien bedrest total.
e) Pola personal hygiene
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan frekuensi mandi,
menyikat gigi, keramas, menggunting kuku sebelum sakit dan dapat
dihubungkan dengan kemampuan untuk merawat diri yang sudah
dapat dilakukan oleh klien.
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum, biasanya klien tampak lemah.
b) Tanda tanda vital Nilai normal tanda-tanda vital untuk anak usia
sekolah adalah suhu 36,5 37,5
meliputi
bentuk
dada,
ekspansi
dada,
Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosis pasti dengan ditemukan kuman Salmonella
typhosa pada salah satu biakan darah, feses, urine, sumsum tulang
ataupun cairan duedenum. Misalnya biakan darah biasanya positif
pada minggu pertama perjalanan penyakit, biakan feses dan urine
positif biasanya pada minggu kedua dan ketiga, biakan sumsum
tulang paling baik karena tidak dipengaruhi waktu pengambilan
ataipun pemberian antibiotik sebelumnya.
Hasil pemeriksaan biakan positif dari sampel darah penderita
digunakan
untuk
menegakkan
diagnosis,
sedangkan
hasil
dilakukan
pengumpulan
data
dan
validasi
data
dengan
suhu/memanjangnya
dan
kehilangan
demam
cairan
meningkatkan
melalui
penguapan
(evaporasi).
2) Kaji turgor kulit, membran mukosa.
Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.
3) Catat laporan mual/muntah
Rasional : adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
4) Pantau masukan dan haluaran, hitung keseimbangan cairan.
Rasional : memberikan informasi tentang keadekutan volume cairan dan
kebutuhan penggantian.
5) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi pasien.
Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko
dehidrasi.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi,
misalnya antipiretik, antiemetik.
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.
terapi
obat
berupaya
untuk
mengurangi
mual/muntah.
konsistensi
feses,
kelebihan
jumlah
mempengaruhi diare.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional : mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi.
6) Gantikan cairan dan elektrolit dengan cairan per oral yang mengandung
elektrolit yang tepat.
5) Berikan stimulasi untuk buang air besar dengan minum air putih 1-2 gelas
sebelum waktu yang biasanya pasien buang air besar, makan buah-buahan
seperti pepaya, pisang, sari buah.
Rasional : air
putih
dapat
melembekkan
feses
dan
buah-buahan
perlu
untuk
merangsang
peristaltik
dengan
perlahan/evakuasi feses.
Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh nyeri dan menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
1) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
Rasional : makanan
mempunyai
efek
penetralisir
asam,
juga
mampu
melakukan
tindakan
pencegahan
yang
disarankan perawat.
4) Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien tentang cara tindakan
penanggulangan setelah pulang dari RS.
Rasional : Agar pasien mengerti hal-hal yang dapat membuat terjadinya
penyakit itu lagi.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis.
Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak
usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
2. Berdasarkan intervensi yang dilakukan, maka yang di harapkan untuk klien
dengan gangguan sistem pencernaan typhoid abdominalis adalah : tanda-tanda
vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak
terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara
mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
b. Saran
Penulis harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua untuk
ilmu yang lebih membangun. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang positif dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Diagnosa Keperawatan
dan Masalah kolaboratif. Jakarta: EGC.
Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.
Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta.