Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

THYPUS ABDOMINALIS
Posted by : Yoga Hardani Minggu, 28 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Thypus Abdominalis dengan baik dan lancar.

Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh
pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu
pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan
judul laporan yang telah ditentukan.
Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan
di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga
laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Ibu Hamidatus Daris, S.
Kep, Ns. selaku dosen fasilitator SGD DS1 (Digestive System 1) serta kepada
Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.

Tuban, 03 April 2012


Kelompok

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar
belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien
untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Demam tyfoid masih merupakan penyakit endemis di Indonesia. Penyakit ini
banyak menimbulkan masalah pada kelompok umur dewasa muda, karena tidak
jarang disertai perdarahan dan perforasi usus yang sering menyebabkan kematian
penderita. Selain itu penyakit ini memerlukan perawatan dan masa pemulihan sehabis
perawatan yang cukup lama. Usaha imunisasi secara nasional terhadap demam tyfoid
tidak lagi dilaksanakan dewasa ini karena vaksinnya belum ada yang memadai.
( Waluyo,Agung: 2000)
Tyfoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak bergantung pada
keadaan iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang di
daerah tropis, hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan,
dan kebersihan individu kurang baik. Di Indonesia tyfoid dapat ditemukan sepanjang
tahun. Tidak ada persesuaian faham mengenai hubungan antara musim dan
peningkatan jumlah kasus tyfoid. Ada peneliti yang mendapatkan peningkatan jumlah
kasus pada musim hujan, ada yang mendapatkan peningkatan pada musim kemarau
dan ada pula yang mendapatkan peningkatan pada peralihan antara musim kemarau
dan musim hujan. (Soeparman, 1998).
Insidens tyfoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan; didaerah jawa barat 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan
didaerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insiden
diperkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai
serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat
kesehatan lingkungan. (Widodo,Djoko: 2006)
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retinablastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih
kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui
mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Thypus Abdominalis.

1. 2 Batasan Topik
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik
1.
2.
3.

sebagai berikut :
Bagaimana konsep dasar penyakit Thypus Abdominalis itu ?
Bagaimana konsep anatomi fisiologi digestive system pada Thypus Abdominalis?
Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit Thypus Abdominalis dan WOC

sehingga menyebabkan gangguan ke system tubuh ?


4. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Thypus Abdominalis
beserta analisa data dari kasus ?
5. Bagaimana aspek legal etik pada pasien Thypus Abdominalis ?
6. Bagaimana satuan acara penyuluhan (SAP) pada pasien Thypus Abdominalis ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR THYPUS ABDOMINALIS
A. Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Thypus Abdominalis, yaitu :

Menurut Arif Mansjoer,2000


Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran

cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan

gangguan kesadaran.
Menurut Jan Tambayong, 2002
Thyfus Abdominalis merupakan penyakit infeksi bakteri yang hebat yang diawali di
selaput lendir usus dan jika tidak segera diobati secara progresif dapat menyerbu

jaringan diseluruh tubuh.


Menurut Nursalam, 2005
Demam Typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi Akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam

yang lebih dari satu minggu gangguan

pada pencernaan dan gangguan kesadaran.


Menurut Ngastiyah , 2002
Thyfus Abdominalis (demam typoid, enteric fever) ialah, penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Thypus Abdominalis itu adalah :
Nursalam dkk, 2005 Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa yang

mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :


Basil garam negatif yang begerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu :
antigen O (somatiik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella),
dan antigen Vi dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut.


faktor-faktor antara lain (Panyakit dalam Soegeng Soegijanto, 2002):
pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang relative rendah,
penyediaan air bersih yang tidak memadai.
Keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah,
pemasalahan pada identifikasi dan pelaksanaan karier,
keterlambatan membuat diagnosis yang pasti,
pebogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum
tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah

C. Klasifikasi

Klasifikasi dari Thypus Abdominalis itu adalah :


1.

Typus abdominalis

adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna ,
gangguan kesadaran

2.

Paratypus

adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita

mengalami buang

- buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu,

bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta
nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus
oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan Thypus Abdominalis adalah
a. Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.
b. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini di temukan keluhan dan gejala serupa

dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu


Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau

diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis.


Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan :
Suhu badan menigkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa

Demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 10C tidak

diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),


Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta teremor),
Hepatomegali,
Splenomegali,
Meteroismus,
Gangguan mental berupa somolen stupor, koma, delerium, atau psikosis. Roseolae
jarang di temukan pada orang Indonesia.

E.

Komplikasi dari Thypus Abdominalis


Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan komplikasi
sebagai berikut :

1. Pada usus halus:


a.

Perdarahan usus. Hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan

benzidin. Jika perdarahan banyak, terjadi melena, dapat disertai nyeri perut.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
c.

bagian distal ileum.


Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri
perut hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.

2. Di luar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinya) yaitu meningitis,


kolesistisis, enselovati, dll.

F.

Prognosis dari Thypus Abdominalis


Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan prognosis
sebagai berikut :
Umumnya prognosis typhus abdominalis pada anak adalah baik, asal klien cepat
berobat. Mortalitas pada klien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi tidak baik

bila terdapat gambaran klinik yang berat seperti:


Demam tinggi (hipertireksia) atau febris continue
Kesadaran sangat menurun
Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi.

2.2 KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI DIGESTIVE SYSTEM THYPUS ABDOMINALIS


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh.
A. Bagian-bagian pencernaan dan fungsinya, meliputi :
1.

Oris (Mulut) : Mulut adalah permulaan dari saluran pencernaan yang terdiri dari dua

bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b. Bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maxilaris,
palatum dan mandibularis dibagian belakang bersambung dengan fharing. Terdiri atas
-

dua bagian yaitu :


Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah

depan tulang maxilaris dan lebih ke belakang terdiri dari dua tulang palatum.
Palatum mole (palatum lunak) terletak dibagian belakang yang merupakan lipatan

2.

mengngantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid, di garis tengah sebuah
lipatan membran mukosa atau (prenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai

3.

mulut
Fharing (Tenggorokan) : Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan. Fharing merupakan saluran berbentuk kerucut dan bahan
memberan berotot (muskulo memberanosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas
dan berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebrata servikal ke IV, yaitu ketinggian

tulang rawan krekoid, tempat fharing bersambung dengan esofagus.


Di dalam lengkungan fharing terdapat tonsil, yaitu kalenjar limfe yang banyak

mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.


Faring terletak di belakang hidung, mulut, dan laring
Panjang fharing kira-kira 7 cm di bagi atas tiga bagian yaitu
nasofharing bermuara pada tuba yang menghubungkan tekak dengan gendang

telinga.
Pada bagian media di sebut dengan orofaring, bagian ini terbatas sampai di akar

lidah.
sedangkan di bagian anterior di sebut dengan laringofaring yang menghubungkan

4.

orofaring dengan laring.


Esophagus (Kerongkongan) : Merupakan saluran yang menghubungkan antara tekak
dengan lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak

di bawah lambung.
Lapisan dinding dari dalam keluar adalah lapisan Selaput lendir, lapisan submukosa,

lapisan otot melingkar sirkular dan lapisan otot memanjang longitudinal.


Eshopagus terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung setelah mulalui
thoraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen menyambung dengan

5.

lambung.
Gaster (Lambung) : Merupakan bagian saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigastrik lambung terletak terutama di daerah epigastrik
dan sebagian disebelah kiri daerah hopokondria dan umbilical.

Terdiri dari bagian atas yaitu : fundus ventrikuli bagian yang menonjol keatas terletak

disebelah kiri osteom kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurpatura minor,
Susunan lapisan lambung dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir, lapisan
otot melingkar, lapisan otot miring, lapisan otot panjang, lapisan jaringan ikat atau

6.

serosa.
Intestinum Minor (Usus Halus) : Usus halus adalah tabung yang panjangnya + 2,5 m
usus alus memanjang dari lambung sampai katup iliokolika tempat tersambungnya
dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus
dalam beberapa bagian, yaitu:
Duodenum merupakan bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm berbentuk

sepatu kuda dan kepalanya megelilingi kepala pankreas saluran empedu dan saluran
pankreas masuk kedalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula
-

hepatopangkeratika atau ampula fateri.


Jejenum menempati dua perlima sebelah atas dari usus alus dengan panjang + 2,3 m

dari ilium.
Ilium dan jejenum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan

lipatan peritonium yang berbentuk kipas, di kenal sebagai misentrium.


Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan yang sama dengan lambung,
Dinding luar adalah membran serosa, yaitu peritonium yang membalut usus dengan

erat.
Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut longitudinal dan di bawahnya

ada lapisan tebal teridiri atas serabut sirkuler.


Fungsi usus halus adalah menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna untuk di

7.

serap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran limfe


Intestinum Mayor (Usus Besar) : Panjangnya 1,5 meter yang merupakan
sambungan dari usus halus, mulai dari katub ilokolik atau ileosekal yaitu tempat yang

di lewati oleh sisa makanan.


Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal dari bakteri coli

dan sebagai tempat feces.


Lapisan usus besar terdiri dari empat lapisan dari dalam keluar, yaitu selaput lendir,

8.
a.

lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan jaringan ikat.


Rektum & Anus :
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus.


Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
b.

untuk buang air besar.


Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar

dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus
tetap tertutup.

B. Fisiologi Pencernaan
Beberapa fungsi pencernaan diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Menerima makanan
Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Makanan masuk melalui mulut kemudian dikunyah oleh gigi, gigi anterior (insisivus)
menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja menggiling.
Semua otot rahang yang bekerja dengan bersama- sama dapat mengatupkan gigi

6.

dengan kekuatan sebesar 55 pound pada insisivus dan 200 pound pada molar.
Setelah itu makanan ditelan, menelan merupakan mekanisme yang kompleks,
terutama faring yang hampir setiap saat melakukan fungsi lain disamping menelan
makanan dan hanya diubah dalam beberapa detik dalam traktus untuk mendorong

makanan.
a. Esophagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring kelmbung
dan gerakannya diatur secara khusus untuk melakukan fungsi tersebut.
b. Fungsi lambung ada tiga, yaitu :
- penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses didalam
duodenum,
- pencampuran makan ini dengan sekresi setengan cair yang disebut dengan kimus.
- Pengosongan makanan dengan lamat dari lambung ke usus halus pada kecepatan
7.

yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus.
Makanan akan digerakkan dengan melakukan gerakan pristaltik. Pristaltik usus yang
normal adalah 12 kali per menit. Makanan kemudian akan didorong ke usus besar dan
akan diabsorpsi baik air, elektrolit, dan penimbunan bahan feces di rektum sampai
dapat dikeluarkan melalui anus melalui proses defekasi.

2.3 PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS


Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia

bukan

merupakan

penyebab

utama

demam

pada

typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi


lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.

2.4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS


KASUS PEMICU
Nn.MW MRS dengan keluhan panas tinggi naik turun, susah menelan dan nyeri
tenggorokan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan S 38,5 C, N 84 x/mnt dan didapatkan
dari pemeriksaan darah lengkap diperoleh Widal 1/200
A. Pengkajian
-

I.
Identitas
Nama
:
Jenis kelamin
Umur
:
Status perkawinan :
Pendidikan
:
Suku/Bangsa
:
Alamat
Pekerjaan orangtua
Sumber informasi
Keluhan Utama

Nn.MW
: Perempuan
20 tahun
Belum Menikah
Mahasiswa
Indonesia
: Ds Palang - Tuban
: pedagang ikan
: Pasien dan orang tua
: Panas

II.
Riwayat Keperawatan
Riwayat Penyakit Sekarang :
P
: Nn.MW dibawa ke RS karena merasakan badannya panas sekali sejak 1
minggu yg lalu. Nn.MW juga mengeluh nyeri tenggorokkan dan susah utk menelan,
sehingga nafsu makannya menurun. Nn.MW sebelumnya pernah berobat ke bidan di
desanya dan diberi obat panas tetapi meskipun begitu panasnya tdk kunjung sembuh.
-

Terkadang sembuh tapi panas lagi.


Q
: panas tinggi yang dirasakan naik turun, setiap malam mengeluh panas tetapi

saat pagi panasnya sembuh itu terjadi sudah1 minggu


R
: Nn.MW merasakan panas di seluruh tubuh
S
: panas tinggi yg dirasakan sangat mengganggu aktivitas Nn.MW, sampai-

sampai dia sering tdk masuk kuliah karena panas yg dialami.


T
: panas yg dirasakan sangat tinggi saat malam hari, dan sudah 1 minggu.
Sehingga Nn.MW tdk nyaman saat tidur.

Riwayat Penyakit Dahulu : orang tua Nn.MW mengatakan Nn.MW tdk pernah menderita
tipus sebelumnya, tapi sering panas dan sembuh jika diberi obat penurun panas.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada riwayat penyakit keluarga.

III.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Nn.MW tampak lemah
Nn.MW tampak gelisah
Bibir Nn.MW tampah kering dan pecah2
Mata Nn.MW terlihat sayu dan berair
TTV :
S : 38,5 celcius (normal 36,5 37,5 celcius)
N : 84 x/menit ( 70 75 x/menit)
TD : 110/80 mmHg (S :100-120 D ; 60-90 mmHg)
RR : 18 x/menit (15 20 x/menit)
Pemeriksaan Fisik
Konjungtiva anemis
Kesadaran menurun= apatis 2.2.3
Mukosa bibir kering ,pecah-pecah
Bau mulut , berselaput putih pada lidah dan

tepi hiperemi (lidah tifoid)

Perut agak kembung dan nyeri tekan


Roseola pada punggung
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap diperoleh widal
Body System
B1 (Breathing)
Nn.MW tampak lemah
Bentuk dada normal
Tdk menggunakan otot bantu pernapasan
PCH (-)
Suara pernapasan tambahan (-)
Frekuensi pernapasan dg RR 18 x/mnt

1/200

B2 (Blood)
Didapatkan TD normal (110/80 mmHg)
Takikardi (84 x/mnt)
Konjungtiva anemis
Sianosis perifer
CRT meningkat (> 3 detik)
Hb = 10,6 gram/dl (12-14 gram/dl)
Trombosit = 100.000 sel/UL (150.000-450.000 sel/UL)
Leukosit = 3500 sel/ml (4000-11000 sel/ml)
B3 (Brain)
Terlihat cemas
Kesadaran compos mentis dg GCS 456
Didapatkan S 38,5 celcius
B4 (Bladder)
Pola BAK teratur dan tdk ada kesulitan BAK
Produksi urine : 1500cc/hari (urine bag)
Frekuensi berkemih : 5x/ hari, warna kuninng jernih, bau khas urine
B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun dg porsi 1/2 piring tdk habis
Pola makan 2 x sehari
BB menurun (dr 50 kg mnjadi 47 kg)
Keadaan Lidah kotor
Gangguan menelan
Nyeri tenggorokkan
B6 (Bone)
Nn.MW terlihat lemah
Akral teraba panas
Kekuatan otot 75 % dg skala 4

IV.

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Rutin

: pemeriksaan darah perifer lengkap sering di

temukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau


leukositosis. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan
trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi
aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah darah pada demam
tifoid dapat meningkat.

b. Uji widal : untuk deteksi antibodi terhadap kuman S typhi, untuk


menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam
tifoid yaitu:
- Aglutin in O ( dari tubuh kuman )
- Aglutinin H ( flagela kuman )
- Aglutinin Vi ( simpai kuman )
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis
demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman
ini. titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan progresif.
c. Kultur darah : Hasil biakan darah yang positf memastikan demam tifoid

B. ANALISA DATA
Analisa data 1
Ds

DATA
:
Nn.MW

mengatakan
badannya panas
Do:
Trombosit = 100.000
sel/UL

(150.000-

450.000 sel/UL)

Leukosit = 3500
sel/ml

(4000-11000

sel/ml)
o Nn.MW tampak lemah
o Bibir Nn.MW tampah
kering dan pecah2
o Suhu tubuh 38,5 C
o Akral teraba panas
o Uji widal didaptkan
titer 1/200

ETIOLOGI
Salmonela typhosa masuk

PROBLEM
Gangguan

krongga usus

keseimbangan

Mengeluarkan endotoxin
Sintesa dan pelepasan zat
pirogen
Zat pirogen beredar di darah
Merangsang pusat
termoregulator (hipotalamus)
Peningkatan set.ponit
hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
gg.Keseimbangan suhu tubuh

suhu

tubuh

(hipertermi)

Analisa data 2
DATA
Ds:
Nn.MW
mengatakan
nafsu

makan

menurun
Do:
Hb
=

10,6

gram/dL
- BB: 50Kg -> 48 Kg
(Antropometri)
Pengecapan
lidah : bau mulut ,
berselaput

putih

pada lidah
tepi

dan

hiperemi

ETIOLOGI
Bakteri salmonela masuk

PROBLEM
Pemenuhan nutri

ke sal.cerna

kurang dari kebutuhan

Tertinggal di faring

tubuh

Iritasi faring
Nyeri tenggorokan
Anorexia
HCl meningkat
Mual muntah
gg. Pemenuhan kebutuhan
nutrsi

(lidah tifoid)
- Bibir kering
pecah-pecah,
mukosa mulut
kering
- Perut agak
kembung
- mual/ muntah
saat
makan sehingga
makan hanya
sedikit bahkan
setengah porsi
C. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses peradangan usus oleh
2.

Salmonella typhosa
Gangguan Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh b.d susah

menelan,nafsu makan menurun


3. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan evaporasi akibat demam tinggi
4. Gangguan konsep diri b.d halitosis akibat lidah kotor
5. Gangguan rasa nyaman (nyer) b.d nyeri otot

D. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Har
i/tg

No.dx

l
30 1.
Mar

Tujuan :

Intervensi
1.
2.

Dalam

201

waktu 1x8
jam

suhu

dalam

batasi

linen

tempat

tidur

kompres

batas

hangat

normal

mandi
pada

axila, leher atau

Criteria

lipatan

hasil :

paha,

hindari

Klien

air

es dan alkohol 3.
4. Anjurkan pasien

badannya

untuk

tdk panas minum,

meningkat
proses penyakit
infeksi akut
Suhu ruangan
atau

jumlah

selimut

harus

diubah

untuk

mempertahank
an

suhu

mendekati

penggunaan

mengatak
an

Suhu
menunjukkan

sesuai indikasi 2.
3.
Berikan

tubuh

Kaji suhu pasien


1.
Kaji
suhu
lingkungan,

et
2

Rasional

banyak
minum

normal
Dapat
mengurangi
demam.

Axila,

leher

atau

lagi

2,5 liter / 24 lipatan


paha
jam
terdapat
Pemeriksa5. Kolaborasi :

Berikan pembuluh
an
suhu
darah yg lebih
antipiretik
tubuh

Berikan besar.
normal
antibiotic
Catatan
:
antara
(kloramfenikol)
penggunaan air
36,5-37,5
es
mungkin
celcius
Bibir
menyebabkan
-

tampak

kedinginan dan

lembab

mecahkan

tdk pecah
Uji widal

pembuluh
darah,

<1/200(ne

itu

gative)
Leukosit

normal
(400011000
sel/ml)
Trombosit

alkohol

dapat
mengeringkan

dalam
batas

selain

4.

kulit.
peningkatan
suhu

tubuh

mengakibatkan
penguapan
tubuh

Jam

Implementas

/tgl

1.

Evaluasi

Mengkaji S : Nn.MW

suhu pasien
mengataka
Mengkaji
n badanya
suhu
masih
lingkungan,
panas
membatasi
O:
linen
tempat
Suhu
tidur
sesuai
tubuh 37,8
indikasi
celsius
3.
Memberikan
Bibir
kompres
tampak
mandi hangat
lembab
pada
axila,
Leukosit=
2.

leher

atau 6000
Uji widal
lipatan paha,
1/160
menghindari
Trombosit
penggunaan
= 200.000
air
es
dan
sel/UL
alcohol
A : masalah
4.
Anjurkan
teratasi
pasien untuk
sebagian
banyak
P
:
minum,
lanjutkan
minum
2,5
intervensi 1
liter / 24 jam
5.
Melakukan 2 3 4 5

kolaborasi :
Mberikan

antipiretik
Mberikan
antibiotik

TT
D

dalam

meningkat

batas

sehingga perlu

normal

diimbangi

(150.000-

dengan asupan

450.000

cairan

sel/UL)

yang

banyak
5.
Antipiretik
digunakan
untuk
mengurangi
demam dengan
aksi

sentral

pada
hypothalamus.
Antibiotic
digunakan
untuk
mengatasi
penyebab
inflamasi
(bakteri
S.Typii).

2.

1.

Jelaskan

pada
1.

untuk

Tujuan :

klien

Dalam

keluarga tentang pengetahuan

1.

dan meningkatkan

Nn.MW

klien mengatakan

pada

dan keluarga nafsu


tentang

makannya

makanan/nutrisi. nutrisi sehingga


2.
Kaji
adanya motivasi untuk
mampu
alergi makanan
makan
memperta
3. Monitor tipe dan
meningkat.
hankan
jumlah aktifitas
2.
Alergi
kebutuhan
yang
biasa makanan dapat
nutrisi
dilakukan
mempengaruhi
adekuat. 4. Timbang berat
status
nutrisi
Criteria badan
klien
pasien
hasil :
setiap 2 hari
3. Latihan dapat
5.
Beri makanan
Kadar Hb
membantu
dalam porsi kecil
dalam
mempertahank
dan
frekuensi
batas
an tonus otot
sering
normal.
atau
berat
6. Kolaborasi
(
12-14
Ahli gizi : Beri badan
dan
gram/dl)
nutrisi
dengan melawan
Klien
diet
lembek, depresi
mengatak
4.
untuk
tidak
an nafsu
mengetahui
mengandung
makan
banyak
serat, peningkatan
meningkat
dan penurunan
Mampu tidak
berat badan.
menghabi merangsang,
5.
untuk
maupun
skan
menghindari
menimbulkan
makanan
mual
dan
banyak gas dan
sesuai
muntah.
dihidangkan saat
dengan
6. Kolaborasi:
ahli gizi : untuk
masih
hangat.
porsi yang
Dokter : berikan meningkatkan
diberikan
dan asupan
Tdk antasida
nutrisi
tampak
makanan

manfaat

bertambah.

makanan/nut

O:

klien

jam

tentang

waktu 1X8 manfaat

Menjelaskan S

lemah

Menunjukk
an
peningkat
an

berat

badan

Konjungtiv

parenteral.

karena

mudah

ditelan

dan

Makan 1
Mengkaji porsi habis
Mukosa
adanya alergi
risi.

2.

3.

makanan
bibir lembab
Memonitor
Tdk
tipe

dan tamapak

jumlah

lelah
aktifitas yang Berat badan
49
biasa
Konjuntiva
dilakukan
4.
Menimbang merah muda
Hb=
12
berat badan
gram/dL
klien setiap 2
A : masalah
hari
5. Memberikan teratasi
P
:
makanan
porsi pertahankan
dan intervensi

dalam
kecil

frekuensi

6.

sering
Melakukan
kolaborasi
Ahli gizi

Menberikan
nutrisi
dengan

diet

lembek, tidak
mengandung
banyak serat,
tidak
merangsang,

mencegah

maupun

perdarahan/per

menimbulkan

forasi usus
dokter

banyak
:

gas

dan

antasida

dihidangkan

mengurangi

saat

rasa mual dan

masih

normal

muntah.

(merah

Nutrisi

hangat.
Dokter

muda)

parenteral

Memberikan

dibutuhkan

antasida dan

terutama

jika

kebutuhan
nutrisi per oral
sangat kurang

nutrisi
parenteral

2.5 LEGAL ETIK PADA PASIEN RETINOBLASTOMA


Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu
memperbarui pengetahuan mereka tentang hukum yg berlaku saat itu. Prinsipnya
jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau
pemeriksaan merupakan tindakan yg paling aman untuk menghindari implikasi
hukum.
Dasar etik di bidang kesehatan yang tidak dapat berubah adalah KESEHATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

KLIEN SENANTIASA AKAN SAYA UTAMAKAN. Dijabarkan menjadi 6 azas :


Asas menghormati otonomi klien
Asas kejujuran
Asas tidak merugikan
Asas manfaat
Asas kerahasian
Asas keadilan
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, internasional

dalam menghadapi pasien adalah :


1. Empati
2. Solidaritas
3. Tanggung jawab
Aspek Legal dan etik
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
(Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu:
a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai
pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
b. Kemenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan kewenangannya
perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
c.

dilakukan.
PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan infornmasi dan meminta

d.

persetujuan .
UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis
tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atau keluarga.

aspek penting dalam informed consent, yaitu :


1. Persetujuan harus diberikan secara sukarela
2. Persetujuan harus diberikan oleh individu yg mempunyai kapasitas dan kemampuan
3.

utk memahami
Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yg cukup sbg pertimbangan
utk membuat keputusan

Penatalaksanaan pada pasien Thypus Abdominalis


1. Perawatan
a.
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
b.
c.

komplikasi perdarahan usus.


Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada

komplikasi perdarahan.
2. Diet
a.
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

3.
a.
b.
-

Obat-obatan
Antimikroba
Kloramfenikol
Tiamfenikol
Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)
Obat Symptomatik
Antipiretik
Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik
Supportif : vitamin-vitamin.
Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad Juwono,
1996).

2.6 SATUAN ACARA PENYULUHAN


SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
Pokok Bahasan

: Penyakit Thypus Abdominalis

Sub pokok bahasan

: Perawatan Penyakit Thypus Abdominalis

Hari/tanggal

: Jumat, 30-03-2012

Jam

: 10.00 WIB

Tempat

: Balai Dsn. Dsn. Gendis Kec.Babatan Kab.Tuban

Sasaran

: Warga Dsn. Gendis Kec.Babatan Kab.Tuban

: Mahasiswa STIKES NU Tuban


I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat setempat dapat mengerti dan memahami
tentang penyakit Thypus Abdominalis
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat setempat mampu :

1. Menjelaskan pengertian penyakit Thypus Abdominalis


2. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
3. Menjelaskan faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
4. Menjelaskan pencegahan penyakit Thypus Abdominalis
III. Materi
1. Pengertian penyakit Thypus Abdominalis
2. Tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
3. Faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
4. Pencegahan penyakit Thypus Abdominalis
IV. Metode
1.
2.
3.
V.

Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
Alat dan Media
1. Leaflet
2. Flip Chart
3. Laptop
4. LCD

VI. Kegiatan Penyuluhan


No

Waktu

Kegiatan
mahasiswa

Pembicara

Penanggung
Jawab

Pembukaan

5 Menit

1)
2)
3)
4)

Memberi salam
Memperkenalkan diri
Menyampaikan topik
Menjelaskan tujuan

Menjawab salam
Mendengarkan
Mendengarkan
Mendengarkan

penyuluhan
5) Menjelaskan mekanisme 5) Mendengarkan
penyuluhan

6) Melakukan Kontrak
2

1)
2)
3)
4)

10 Menit

waktu
Penyajian Materi

Moderator

6) Mendengarkan
Penyaji

1) Mengkaji pengetahuan

1) Menjawab

awal dan pengalaman


mayarakat setempat
tentang topik yang akan
disampaikan

2) Menyampaikan materi

2) Mendengarkan

tentang :

a.

Pengertian

penyakit

Thypus Abdominalis

b.

Tanda

dan

penyakit

gejala
Thypus

Abdominalis

c.

Faktor
penyakit

penyebab
Thypus

Abdominalis

d.

Pencegahan

penyakit

Thypus Abdominalis

dan
Memperhatikan

Evaluasi

1) Memberikan kesempatan 1) Bertanya


10 Menit

pada masyarakat

Penyaji

setempat atau peserta


penyuluhan untuk

bertanya
2) Menanyakan kembali
5 Menit

pada peserta penyuluhan


tentang materi yang
disampaikan
Penutup

5 Menit 1) Menyimpulkan Materi


2) Memberi Salam
VII.

Pembimbing

2.

Moderator : Moh.Mas Fuad


Job Discription

Penyaji
Observer

1) Mendengarkan
2) Menjawab salam

Fasilitator

Fasilitator

: Hamidatus Daris,S.Kep,Ns
: Membuka dan menutup kegiatan
Membuat susunan acara dengan jelas
Memimpin jalannya kegiatan
: Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas

: Eko Remon Karisma

Job Discription
5.

Moderator

: Nur Vadhillah

Job Discription
4.

Moderator

Pengorganisasian dan Job Discription

1.

3.

2) Menjawab

: Membuat resume kegiatan SAP


Mengobservasi semua kegiatan penyuluhan

Job Discription

: Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan


Memotivasi audience untuk bertanya
Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience

MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
I.

PENGERTIAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS


Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran cerna dengan

gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran.
II.
TANDA DAN GEJALA PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
1. Perasaan tidak enak badan

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lesu
Nyeri kepala
Pusing-pusing, tidak bersemangat
Bibir kering, pecah-pecah
Perut agak kembung dan nyeri tekan.
Suhu badan meningkat; lebih dari 7 hari. Pada kasus-kasus tertentu, demam

8.

berlangsung selama 3 minggu


Bintik kemerahan pada punggung. Biasanya ditemukan pada minggu pertama

demam
9. Kadang diare, mual, muntah
III.
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa. Kuman ini dapat hidup
dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah
sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptic.
IV.
PENCEGAHAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
a. Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit, maka dapat dilakukan pengendalian.
b. Perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan.
c.
Pembuangan sampah, perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman,
peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi
d.

populasi lalat
Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tinja)
secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun

restoran.
e. Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat-alat yang digunakan klien dengan menggunakan
f.

antiseptik.
Mencuci tangan dengan sabun.
DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
PENYAKIT TYPHUS ABDOMINALIS
DI AULA RUMAH SAKIT NU TUBAN

N
O

NAMA

ALAMAT

TANDA TANGAN

BAB III
RINGKASAN
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh.
Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai

saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna,
dan gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Typhosa. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada
suhu yanng lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70 0C maupun oleh antiseptic.
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada minggu pertama
gejala klinis penyakit ini di temukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya yaitu :

Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau

diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis.


Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan :
Suhu badan menigkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa

Demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 10C tidak

diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),


Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta teremor),
Hepatomegali,
Splenomegali,
Meteroismus,
Gangguan mental berupa somolen stupor, koma, delerium, atau psikosis. Roseolae
jarang di temukan pada orang Indonesia.
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan
komplikasi seperti perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis, meningitis, kolesistisis,
enselovati, dll.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Dan di usus ini akan mengalami infeksi
oleh bakteri Salmonella typhosa yang disebut Typhus Abdominalis.

Perawatan

pada

penderita

typus

abdominalis

ini

adalah

dengan

mengistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah


komplikasi perdarahan usus, Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah
dekubitus, Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan. Diberikan diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi
protein, Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring, Setelah bebas demam
diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim, Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah
penderita bebas dari demam selama 7
antimikroba, obat Symptomatik.

hari. Diberikan obat-obatan seperti

Anda mungkin juga menyukai