Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERPES GENITAL

Dosen Pembimbing: Lutfi Wahyuni,S.Kep.Ns.,M.Kes

Nama Kelompok :

1. Oktavia Mahandi P. (201601083)


2. Fitria Elza Vivi K. (201601092)
3. Fegi Prasetyo Nugroho (201601098)
4. Ferlian Firmanda B. (201601102)
5. Denofan Agung Wijaya (201601107)
6. Pipit Rahayu N. (201601110)
7. Khoridatul Bahiyah (201601112)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah III berjudul Konsep Dasar
dan Asuhan Keperawatan Herpes dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan mahasiswa maupun tenaga
kesehatan dapat memahami Makalah Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Herpes. Makalah
ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ifa Ro’ifah S.Kep.Ns., M.Kes Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Lutfi Wahyuni, S.Kep.Ns.M.Kes Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II yang telah membimbing penulis.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta kelurga yang telah
mendukung, mendorong memberikan fasilitas kepada penulis sehingga terselesainya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga Makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan pendidikan khususnya keperawatan.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.

Mojokerto, 15 September 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii

BAB I

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................1


1.2 Tujuan .......................................................................................................................................3

BAB II

2.1 Pengertian .................................................................................................................................3


2.2 Etiologi ......................................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi ..............................................................................................................................3
2.4 Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Virus Herpes Simplex ........................................................5
2.5 Gejala Klinis ..............................................................................................................................6

2.6 Diagnose esensial .......................................................................................................................6

2.7 Anamnesis ..................................................................................................................................6

2.8 Factor resiko...............................................................................................................................6

2.9 Pemeriksaan fisik ......................................................................................................................6

2.10 Pemeriksaan Laboratorium .....................................................................................................7

2.11 Pencegahan ..............................................................................................................................7

2.12 pengobatan ...............................................................................................................................8

BAB III

3.1 Pengkajian ...............................................................................................................................10

3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................................13

ii
3.3 Rencana Keperawatan .............................................................................................................14

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 19

BAB IV

4.1 Kesimpulan .............................................................................................................................22

4.2 Saran .......................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit menular sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Herpes adalah salah satu
penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan bahwa satu dari setiap lima
remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita lebih
rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal ini akan merusak penyakit alat kelamin
atau anus baik laki-laki dan perempuan yang terinfeksi .Penyakit herpes ini disebabkan oleh
virus Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2.

Penyakit herpes adalah penyakit yang sangat umum. Virus ini akan ditularkan
selama hubungan intim atau selama kontak antara kedua alat kelamin pria dan wanita.
Genital herpes membuktikan bahwa penyakit ini terutama mulut mempengaruhi organ dan
alat kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh dan luka dingin, sedangkan HSV 2
menginfeksi alat kelamin manusia. HSV berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang
terinfeksi. HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapapun berusia di atas 50 tahun. Beberapa
ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat
lelah atau mengalami banyak stres.

1.2 Tujuan

a. Tujuan umum

Agar mahasiswa mengetahui tentang penyakit menular seksual herpes

b. Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian herpes

2. Agar mahasiswa mengetahui tentang penyebab herpes

3. Agar mahasiswa mengetahui tentang patofisiologi

4. Agar mahasiswa mengetahui tentang penyakit yang ditimbulkan oleh herpes

5. Agar mahasiswa mengetahui tentang gejala klinis herpes

1
6. Agar mahasiswa mengetahui tentang diagnosa esensial herpes

7. Agar mahasiswa mengetahui tentang anamnesis dari herpes

8. Agar mahasiswa mengetahui tentang factor resiko dari herpes

9. Agar mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan fisik dari herpes

10. Agar mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan laborat dari herpes

11. Agar mahasiswa mengetahui tentang pencegahan herpes

12. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengobatan herpes

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Beberapa definisi dari herpes adalah sebagai berikut :

a. Herpes genitalis adalah infeksi homunis pada tractus genetalia bagian bawah

b. Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh HSV tipe I atau tipe II, yang dapat
berlangsung primer atau rekuren.

Herpes dsiebut juga fever blister, cold store, herpes labialis, herpes progenitalis
(Fadlun,2011).

2.2 Etiologi

HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan
oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa
atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan
melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan
memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi.

HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital.
Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya
tempat infeksi pada laki-l`ki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian
dalam, anus. Labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa
pada wanita. Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes
genetalis atau Herpes Simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang
tidak memiliki antigen terhadap HSV-II dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II.
Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi
juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak
tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-II memiliki
envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel

2.3 Patofisiologi
Herpes dapat terjadi melalui kontak kulit dengan penderita. Jika seseorang mempunyai
herpes di mulutnya kemudian ia mencium orang lain, maka orang itu dapat terkena herpes
pula. Jika ia melakukan oral seks, maka herpes tersebut dapat menular ke kelamin walaupun

3
kemungkinan menularnya lebih kecil dibandingkan jika terjadi kontak antar kelamin
(hubungan seksual). Virus herpes mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang menyukai
daerah mulut dan ada pula yang menyukai bagian kelamin. HSV-Tipe I biasanya
menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-Tipe II biasanya
menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes). HSV-1 menyebabkan
munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar
mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan
gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada
vagina terlihat seperti bercak dengan luka.
Pada pasien mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan
kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Lesi biasanya hilang
dalam 2 minggu. infeksi . Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV adalah yang
paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gelala yang timbul, meliputh nyeri,
inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung-
gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut selanjutnya dapat berkembang menjadi
nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerak.
Cara-cara infeksi yang dilakukan HSV ada 2 yaitu infeksi primer dan infeksi rekuren.
a) Infeksi primer
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang
dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulikan infeksi, virus harus menembus
permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten).
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui saluran
pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfekisi. HSV-2
biasanya ditularkan secara seksual. Perkembangbiakan virus terjadi pertama kali di
tempat infeksi. Virus kemudian memasuki ujung saraf setempat dan dibawa melalui
aliran akson ke ganglion dorsalis, tempat terjadinya perkembangbiakan selanjutnya,
dan bersifat laten.
Infeksi HSV primer biasanya ringan, pada kenyataannya, sebagian besar bersifat
asimtomatik. Jarang terjadi penyakit sistemik. Penyebaran ke organ-organ lain dapat
terjadi jika system imun inang terganggu, dan hal ini tidak dapat menahan
perkembangbiakan inang.
b) Infeksi rekuren
Virus terdapat pada ganglia yang terinfeksi secara laten dalam stadium non
replikasi, hanya sedikit gen virus terekspresikan. Virus menetap pada ganglia yang
terinfeksi secara laten sampai akhir hidup inang. Tidak dapat ditemukan virus
ditempat kekambuhan atau didekat tempat biasanya lesi kambuh. Perangsangan yang
provokatif dapat mengaktifkan kembali virus dari stadium laten, virus kemudian
mengikuti jalannya akson kembali ke perifer, dan melakukan perkembangbiakan di
kulit atau selaput mukosa. Terjadi pengaktifan kembali secara spontan walaupun
terdapat imunitas seluler dan humoral yang spesifik pada inang. Namun, imunitas ini

4
dapat membatasi perkembangbiakan virus setempat sehingga kekambuhan lesi tidak
begitu luas dan tidak begitu berat. Banyaknya kekambuhan bersifat asimtomatik,
diperlihatkan hanya oleh pelepasan virus dalam sekresi. Bila bersifat simtomatik,
episode kekambuhan infeksi HSV-1 biasanya termanifestasi sebagai cold sores
(demam lepuh) di dekat bibir. Dasar molekuler pengaktifan kembali ini tidak
diketahui, secara efektifmenimbulkan perangsangan antaralain luka pada akson,
demam, tekanan fisik atau emosi, dan pemaparan terhadap sinar ultraungu.

2.4 Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Virus Herpes Simplex


a. HSV-1
a) Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-
lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah dan
limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh
dalam 2-3 minggu.
b) Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan
kebutaan.
c) Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan
bibir. Vesike l pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh
tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai
interval waktu.
b. HSV-2
a) Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau
serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti
dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal.
Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus
kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus
yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang
telah terinfeksi.
b) Herpes neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-
2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-
lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan
melalui bedah caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi
herpesneonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka
kematian seluruhnya sebesar 50%.

5
2.5 Gejala Klinis
a. Gejala primer biasanya timbul dalam 3-7 hari setelah paparan
b. Infeksi asimptomatik : parestisia yang ringan dan rasa panas didaerah perineum dapat
terjadi sebelum lesi kelihatan
c. Jika mukosa vesika urinaria terinfeksi, maka urinisasi sangat nyeri sampai terjadi retensi
urine
d. Terjadi vesikel jernih pada labia mayora atau minora , kulit perineum, vestibula bahkan
sampai vagina dan mukosa ektoserviks
e. Vesikel yang dialami dalam waktu 1-7 hari membentuk ulcus dangkal dan nyeri. Bila
penyembuhan terjadi, tidak menyebabkan parut atau ulserasi.

2.6 Diagnose esensial


a. Infeksi primer berupa gejala sistemik disertai vesikel bergeromnbol dan erosi pada penis,
rectum dan vagina
b. Rekurensi : vesikel nyeri
c. Gejala prodromal : nyeri, rasa terbakar

2.7 Anamnesis
a. Infeksi primer

ü Sering disertai gejala sistemik : demam, malaise, anoreksia

ü Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional

b. Fase laten

Tidak ditemukan gejala klinis, tetapi penularan bias terjadi pada fase ini

c. Infeksi rekuren

· Reaktivasi HVS pada ganglion dorsalis, sehingga menimbulkan gejala klinis

Pemicu : trauma fisik(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual) , trauma psikis,
obat-obatan (kortikosteroid), menstruasi, makanan dan minuman yang merangsang.

2.8 Factor resiko

1. Penularan secara skin to skin contact

2. Multipartner sex

2.9 Pemeriksaan fisik

1. Infeksi primer

6
Fesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan bersih dan
kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi ruta dangkal, biasanya sembuh tanpa
sikatrik

· Kadang disertai infeksi sekunder sehingga memberikan gambaran yang tak jelas

Daerah predileksi : HSV tipe satu di daerah pinggang ke atas terutama mulut dan hidung:
HSV tipe dua di darah pinggang ke bawah terutama daerah genetal

2. Fase laten

· Tidak ditemukan kelainan klinis

3. Infekis rekuren

Gejala klinis yang timbul lebih ringan di bandig infeksi primer, biasanya berlangsung 7-
10 hari.

Sering di awali dengan gejala prodromal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri pada kulit.

· Bisa timbul pada tempat yang sama (loco)atau berbeda(nonloco)

2.10 Pemeriksaan Laboratorium

· Anti HSV-1 IgG, anti HSV-2 IgG dan IgM

· Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu merencanakan kehamilan dan awal kehamilan bila
hasil negative maka periksa pasangannya. Bila istri (-) pasangan (+) dengan riwayat herpes
genetal, maka periksa istri menjelang akhir kehamilan.

2.11 Pencegahan

Penyebaran HSV sulit dicegah. Hal ini sebagian karena banyak orang dengan HSV tidak tahu
dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi HSV pun
mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai
luka herpes yang terbuka. Angka penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan kondom,
Selalu menjaga higienis ( kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat kelamin pria dan
wanita secara teratur).

Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan Namun kondom tidak dapat
mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang
agak luas – lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam – dan juga di daerah mulut. Bila
orang dengan herpes minum asiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari
herpes pada orang lain.

7
2.12 Pengobatan

Saat ini tidak ada obat yang dapat membasmi virus herpes dari tubuh, tetapi obat antivirus dapat
mengurangi frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan wabah. Obat antivirus juga mengurangi
shedding asimtomatik; diyakini asimtomatik menumpahkan genital HSV-2 virus terjadi pada
20% dari hari per tahun pada pasien yang tidak menjalani pengobatan antivirus, versus 10% dari
hari sedangkan pada terapi antiviral.

a. Obat antivirus

Obat antivirus digunakan untuk melawan virus herpes bekerja dengan mengganggu replikasi
virus, efektif memperlambat laju replikasi virus dan memberikan kesempatan lebih besar untuk
respon kekebalan tubuh untuk campur tangan. Semua obat dalam kelas ini tergantung pada
aktivitas kinase timidin enzim virus untuk mengubah obat berurutan dari bentuk prodrug untuk
monofosfat (dengan satu gugus fosfat), difosfat (dengan dua gugus fosfat), dan akhirnya ke
trifosfat (dengan tiga fosfat kelompok) bentuk yang mengganggu dengan replikasi DNA virus.

Ada beberapa resep obat antivirus untuk mengendalikan wabah herpes simpleks, termasuk
asiklovir (Zovirax), valasiklovir (Valtrex), famsiklovir (Famvir), dan penciclovir. Asiklovir
adalah anggota, asli, dan prototipikal kelas ini obat, sekarang tersedia dalam merek generik
dengan biaya sangat berkurang. Valasiklovir dan famciclovir-prodrugs kelarutan masing-telah
meningkatkan asiklovir dan penciclovir, dalam air dan bioavailabilitas lebih baik bila diambil
secara lisan.

Penggunaan valasiklovir dan famciclovir, kepatuhan pengobatan sementara berpotensi


meningkatkan dan khasiat, masih menjalani evaluasi keamanan dalam konteks ini.

Beberapa studi pada manusia dan tikus memberikan bukti bahwa perawatan dini dengan
famciclovir segera setelah infeksi pertama dengan herpes secara signifikan dapat menurunkan
kemungkinan wabah masa depan herpes. Penggunaan awal famciclovir telah terbukti
mengurangi jumlah virus laten di ganglia saraf. Sebuah tinjauan subyek manusia dirawat selama
lima hari dengan famciclovir 250 mg tiga kali sehari selama episode herpes pertama mereka
menemukan bahwa hanya 4,2 persen mengalami kambuh dalam waktu enam bulan setelah
wabah pertama, lima kali lipat dibandingkan dengan penurunan kekambuhan 19 persen di
acyclovir yang diobati pasien. Meskipun hasil yang menjanjikan, pengobatan dini untuk herpes
famsiklovir dalam rezim dosis ini atau serupa belum menemukan adopsi mainstream. Akibatnya,
beberapa dokter dan pasien telah memilih untuk off-label. Satu menyarankan rezim famsiklovir
pada 10-20 mg / kg per hari selama 5-10 hari, dengan pengobatan untuk dimulai sesegera
mungkin setelah infeksi herpes yang pertama (bukan gejala pertama atau wabah), dan waktu
yang paling efektif untuk memulai pengobatan menjadi lima hari atau kurang setelah infeksi
herpes yang pertama. Namun, jendela kesempatan untuk pengobatan ini hanya beberapa bulan
setelah infeksi pertama dengan virus, berikut ini efek potensial pada tetes latency ke nol.

8
Obat antivirus juga tersedia sebagai krim oles untuk mengobati wabah berulang pada bibir,
walaupun efektivitasnya masih diperdebatkan.

Krim penciclovir memiliki jam 7-17 lagi setengah-hidup seluler daripada krim asiklovir,
meningkatkan efektivitas relatif terhadap asiklovir ketika dioleskan.

b. Perawatan topikal

Docosanol, banyak digunakan dalam kosmetik sebagai bahan emollient dan penghalang, juga
tersedia sebagai formula over-the-counter (OTC) obat untuk pengobatan wabah herpes simplex
oral. Ia berpikir untuk mencegah HSV dari sekering ke membran sel, tapi ini belum terbukti dan
diketahui bahwa docosanol juga memasuki sitoplasma sel. Obat OTC perumusan docosanol
dipasarkan oleh Farmasi Avanir bawah nama Abreva. Abreva disetujui untuk digunakan setelah
uji klinis oleh FDA pada bulan Juli 2000.

Abreva adalah obat over-the-counter pertama antivirus disetujui untuk dijual di Amerika Serikat
dan Kanada. Penelitian yang mengarah ke lisensi Abreva menunjukkan bahwa formula OTC
memperpendek waktu pemulihan ke tingkat moderat. Avanir Farmasi dan GlaxoSmithKline
Consumer Healthcare adalah subjek gugatan US nasional class action Maret karena klaim
menyesatkan yang dipotong waktu pemulihan di setengah.

Tromantadine tersedia sebagai gel yang menghambat masuknya dan penyebaran virus dengan
mengubah komposisi permukaan sel-sel kulit dan menghambat pelepasan bahan genetik virus.
Zilactin adalah pengobatan topikal penghalang analgesik, yang membentuk "tameng" di wilayah
penerapan untuk mencegah sakit dari peningkatan dalam ukuran, dan mengurangi penyebaran
virus selama proses penyembuhan.

Lipactin oleh Novartis lain gel over-the-counter topikal yang telah klinis terbukti mengurangi
gejala dan durasi penyembuhan infeksi Herpes Simplex.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES GENITAL

KASUS FIKTIF

Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal 10 Mei
pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R mengeluh
adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah
kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah genetalia. Sebelumnya Ny. R
mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu
mengatakan pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Dari hasil
observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status emosional stabil, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 38,6 0 C, terdapat
vesikel yang multipel di daerah mulut dan kulitnya. Leukosit < 4000/mmk

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Tanggal MRS : 10-05-15 Sumber informasi : Klien dan Keluarga
Ruang / kelas : Cendrawasih / I Tgl Pengkajian : 10-05-15
Dx Medis : Herpes Simplex
1. Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan

10
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di
daerah genetalia berwarna kemerahan pada kulit kemudian di ikuti gelembung
gelembung berisi cairan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, pasien juga tidak
memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya diolesi minyak kayu putih bisa hilang
dengan sendirinya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes menyerang daerah
genetalia dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu penyakitnya kambuh tapi sekarang
sudah sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 120/80 mmHg,
Nadi : 82 kali/menit,
RR : 24 kali/menit,
Suhu : 38,6 0 C
b. Pemeriksaan B1 – B6
a) B1 ( Breathing )
Paru – paru
Ø Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
Ø Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Ø Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
b) B2 ( Blood )
Jantung
Ø Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi : Teraba normal
Ø Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Ø Auskultasi : Normal (S1 S2 tunggal)

11
c) B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
d) B4 ( Bladder )
BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah
gelembung cair pada daerah kemaluan.
e) B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
Ø Inspeksi : Datar
Ø Palpasi : Supel, tidak ada massa
Ø Perkusi : Timpani
Ø Auskultasi : Bising usus ( + )
f) B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah. Kulit
lembab, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang,
tidak ada hiperpigmentasi.
6. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat
pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari (porsi makan +/- 7-8
sendok makan) ditambah makanan ringan serta minum 8 gelas/ hari (1500ml/hari).
Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan
nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
c. Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun pasien tetap
kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat
berkemih.

12
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/
hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan
nyeri dan gatal pada daerah tubuh teutama kulit
e. Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien
masih berfungsi dalam batas normal.
f. Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi aktivitasnya
karena pasien merasakan nyeri saat berjalan.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima
segala kondisinya saat ini.
h. Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan dengan sang
suami.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai seorang
anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus
memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agent cedera biologis
2. Hipertermi b.d proses penyakit
3. Kerusakan Integritas Kulit b.d faktor mekanik

13
3.3 Rencana Keperawatan

N Hr/ NDX NOC NIC Rasional


o tgl
1 Nyeri akut Setelah 1. Lakukan 1. Nyeri selalu ada
b.d agent diberikan pengkajian beberapa derajat
cedera tindakan nyeri secara beratnya
biologis keperawata komprehensif ( keterlibatan
n selama lokasi, jaringan /
3x24 jam, karakteristik, kerusakan.
nyeri dapat durasi, Perubahan lokasi/
terkontrol frekuensi,kualit karakter/
dengan as dan faktor intensitas nyeri
Kriteria pesipitasi) dapat
Hasil : mengindikasikan
-.Mampu terjadinya
mengontrol komplikasi
nyeri (tahu 2. Observasi 2. Menetapkan
penyebab reaksi non dasar untuk
nyeri, verbal dari mengkaji
mampu ketidak perbaikan /
menggunak nyamanan perubahan –
an teknik perubahan
nonfarmako 3. Dapat
logi untuk 3. Gunakan teknik menurunkan
mengurangi komunikasi kecemasan dan
nyeri, teraipetik untuk meningkatkan
mencari mengetahui kenyamanan
bantuan) pengalaman klien
-.Melapor nyeri klien
kan bahwa 4. Kontrol 4. Menurunkan

14
nyeri lingkungan stimulasi yang
berkurang yang dapat berlebihan dapat
dengan mempengaruhi mengurangi
menggunak nyeri seperti nyeri. Beberapa
an suhu ruangan, orang mungkin
manajemen pencahayaan, sensitif terhadap
nyeri kebisingan cahaya yang
-.Mampu dapat
mengenali meningkatkan
nyeri ( skala nyeri
intensitas,
5. Memfokuskan
frekuensi, 5. Ajarkan tentang
kebali perhatian,
dan tanda teknik pernafasa
meningkatkan
nyeri) n / relaksasi
relaksasi, dan
-.Menyata
meningkatkan
kan rasa
rasa control, yang
nyaman
dapat
setelah
menurunkan
nyeri
ketergantunggan
berkurang
farmakologis

6. Menurunkan /
6. Berikan
mengontrol nyeri
analgetik untuk
dan menurunkan
mengurangi
rangsangan
nyeri
system saraf
simpatis

7. Evaluasi 7. Untuk
keefektifan mengetahui
kontrol nyeri intervensi

15
selanjutnya

8. Kekurangan tidur
8. Anjurkan klien
dapat
untuk
meningkatkan
beristirahat
persepsi nyeri /
kemampuan
koping menurun

9. Kolaborasi
9. Untuk
dengan dokter
mengetahui
jika keluhan
intervensi
dan tindakan
selanjutnya
nyeri tidak
berhasil
2 Hiperterm Setelah 1. Monitor suhu 1. Untuk
i b.d diberikan sesering mungkin mengetahui
proses tindakan intervensi
penyakit keperawata selanjutnya
n selama 2.Monitor warna dan 2. Untuk
3x24 jam, suhu kulit mengetahui
pasien perubahan yang
menunjukka terjadi
n suhu 3. Monitor TD, nadi, 3. Tanda – tanda
tubuh dan RR vital merupakan
dalam batas acuan untuk
normal mengetahui
dengan keadaan umum
Kriteria pasien
Hasil: 4.Monitor penurunan 4. Penurunan
-.Suhu tingkat kesadaran tingkat kesadaran
tubuh menunjukkan

16
dalam tanda bahwa
rentang pasien tersebut
normal semakin parah
-.Nadi dan bahkan bisa syok
RR dalam 5.Berikan antipiretik 5. Antipiretik dapat
rentang menurunkan
normal panas
-.Tidak ada 6.Kompres pada lipatan 6. Merangsang
perubahan paha dan aksila penurunan suhu
warna kulit tubuh pada
dan tidak hipotalamus
pusing sebagai pusat
pengaturan tubuh
7.Tingkatkan sirkulasi 7. Untuk menjaga
udara agar klien tetap
nyaman
8.Tingkatkan intake 8. Peningkatan suhu
cairan dan nutrisi tubuh
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan dan
nutrisi yang
cukup
3 Kerusakan Setelah 1. Anjurkan pasien 1. Tekanan baju /
Integritas diberikan menggunakan pakaian balutan
Kulit tindakan yang longgar meminimalkan
b.d faktor keperawata jaringan parut
mekanik n selama dengan

17
3x24 jam, mempertahankan
diharapkan nya datar,
kerusakan lembut, dan
integritas lunak.
kulit pasien 2.Hindari kerutan pada 2. Menghindari
teratasi tempat tidur tekanan lama
dengan pada jaringan,
Kriteria menurunkan
Hasil : potensial iskemia
-. Integritas jaringan/ nekrosis
kulit yang dan pembentukan
baik bisa decubitus
dipertahank 3.Jaga kebersihan kulit 3. Klien yang
an (sensasi, agar tetap bersih dan mengalami
elastisitas, tetap kering kelainan kulit itu
temperature harus selalu
, hidrasi, dibersihkan. Jika
pigmentasi) tidak, kulit bisa
-. Tidak ada menjadi media
luka / lesi sehingga bakteri
pada kulit bisa masuk
-.Perfusi 4.Mobilisasi pasien 4. Mencegah secara
jaringan progresif
baik mengencangkan
-Menunjuk jaringan parut
kan dan kontraktur,
pemahaman meningkatkan
dalam pemeliharaan
proses fungsi otot / sendi
perbaikan dan mencegah
kulit dan menurunkan

18
mencegah kehilangan
terjadinya kalsium dari
sedera tulang
berulang 5.Monitor kulit akan 5. Menunjukkan
-.Mampu adanya kemerahan proses inflamasi
melindungi 6.Mandikan pasien 6. Jika tidak
kulit dan dengan sabun dan air dibersihkan, kulit
mempertaha hangat bisa menjadi
nkan media yang baik
kelembaban sehingga bakteri
kulit dan bisa masuk.
perawatan Disarankan
alami menggunakan
sabun antiseptic.

3.4 Implementasi dan Evaluasi

N Hr/ Jam Implementasi Evaluasi


o Tgl
1 09.05 · Melakukan pengkajian nyeri secara Jam : 09.35
komprehensif S : Klien mengatakan
09.10 · Mengobservasi reaksi non verbal dari masih merasakan nyeri
ketidaknyamanan pada daerah sekitar
09.15 · Menggunakan teknik komunikasi kemaluan
teraipetik untuk mengetahui pengalaman O:
nyeri klien · Klien tampak
09.20 · Mengontrol lingkungan yang dapat meringis
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, ·Nyeri berada pada
pencahayaan, kebisingan skala 6 (1-10)
09.25 · Mengajarkan tentang teknik pernafasan / ·TTV :

19
relaksasi TD =120/80 mmHg
12.00 · Memberikan analgetik untuk N = 80x/mnt
mengurangi nyeri SB = 38,60 C
09.30 · Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri RR = 22x/mnt
09.40 · Menganjurkan klien untuk beristirahat A : Masalah nyeri
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 10.30 · Memonitor suhu sesering mungkin Jam : 13.50
10.35 · Memonitor warna dan suhu kulit S : Klien mengeluh
09.35 · Memonitor TD, nadi, dan RR masih demam
10.30 · Memonitor penurunan tingkat O :
kesadaran · Akral teraba
12.00 · Memberikan antipiretik hangat
10.40 · Mengompres pada lipatan paha dan · TTV :
aksila TD =120/80
10.45 · Meningkatkan sirkulasi udara N = 80x/menit
10.50 · Meningkatkan intake cairan dan SB = 38,4 0 C
nutrisi RR = 22x/menit
A : Masalah Hipertermi
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 11.00 · Anjurkan pasien menggunakan Jam : 11.10
pakaian yang longgar S : Klien mengeluh
09.10 · Hindari kerutan pada tempat tidur adanya gelembung-
11.05 · Monitor kulit akan adanya kemerahan gelembung diarea
kemaluan dan
sekitarnya
O : adanya gelembung-
gelembung kemerahan
diarea genetalia
A : Masalah Kerusakan

20
integritas kulit belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi

21
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Herpes merupakan penyakit menular seksual. Herpes adalah infeksi akut oleh HSV tipe I dan
tipe II, yang dapat berlangsung primer atau rekuren. HSV ditularkan melalui kontak dari orang
yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh seseorang. Cara-cara infeksi yang dilakukan HSV
ada 2 yaitu infeksi primer dan infeksi rekuren. Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Virus Herpes
Simplex antara lain HSV-1 ( Gingivostomatitis herpetik akut, Keratojungtivitis, Herpes Labialis.
HSV-2 (herpes genitalis, herpes neonatal). Gejala Klinis antara lain Gejala primer biasanya
timbul dalam 3-7 hari setelah paparan, Infeksi asimptomatik : parestisia yang ringan dan rasa
panas didaerah perineum dapat terjadi sebelum lesi kelihatan, dan lain-lain.adapun
pencegahannya bias dengan menggunakan kondom, tidak berganti-ganti pasangan, menjaga
personal hygiene, dan lain-lain. Pengobatannya bias dengan obat anti virus dan obat topical.

4.2. Saran

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara pola
hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada penyakit herpes .

22
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta : Media Action
Publishing
Doengoes E. Marilyn, Geissler C. Alice, and Moorhouse F. Mary. 1993. Rencana Asuhan
Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prawirohardjo,sarwono.2009.ilmu kandungan.Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo

Marmi ,dkk.2011.asuhan kebidanan patologi.Yogyakarta : pustaka pelajar

Fadlun.2011.asuhan kebidanan patologis. Jakarta: salemba medika

Joseph, HK.2010.catatan kuliah ginekologi dan obstetric.Yogyakarta : Nuha Medika

http://www.news-medical.net/health/Herpes-Simplex-Treatment-(Indonesian).aspx

www.ilmukesehatan.com/artikel/jurnal-kesehatan-tentang-herpes.html

23

Anda mungkin juga menyukai